Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGELASAN

NAMA : ALFIANSA DAROJAD

KELAS/NIM : C1/ 16503241024

DOSEN PEMBIMBING : ARIF MARWANTO, M.Pd

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK


MESIN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan
memberi petunjuk dan kekuatan kepada kami sehingga makalah, “Penelasan” ini
dapat diselesaikan.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih dan


penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dorongan, bimbingan dan arahan kepada penyusun.

Dalam makalah ini kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat kami nantikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan para pembaca
pada umumnya.

Yogyakarta, januari 2017

Penyusun, Alfiansa darojad

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 OAW .................................................................................... 3


2.2 GTAW .................................................................................. 4
2.3 Welding Prosedur Specification........................................... 8
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................. 13


3.2 Saran ....................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan


dan teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan
keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta
didalamnya,sehingga sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta
mampu mengaplikasikannya dalam setiap kehidupan.Pengelasan merupakan
bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan peningkatan industri karena memegang
peran utama dalam rekayasa dan reparasi produksi logam.Hampir tidak mungkin
pembangunan suatu pabrik tanpa melibatkan unsur pengelasan.Pada era
industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyak dipergunakan secara
luas pada penyambungan batang-batang pada konstruksi bangunan baja dan
konstruksi mesin.
Luasnya penggunaan teknologi ini disebabkan karena bangunan dan mesin
yang dibuat dengan teknik penyambungan menjadi ringan dan lebih sederhana
dalam proses pembuatannya.Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam
bidang konstruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, pipa
saluran dan lain sebagainya.Di samping itu proses las dapat juga dipergunakan
untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat
lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan
lain-lain.Pengelasan bukan tujuan utama dari konstruksi, tetapi merupakan
sarana untuk mencapai pembuatan yang lebih baik.Karena itu rancangan las
harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan
dari sambungan dan memperhatikan sambungan yang akan dilas, sehingga hasil
dari pengelasan sesuai dengan yang diharapkan.Dalam memilih proses
pengelasan harus dititik beratkan pada proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap
sambungan las yang ada pada konstruksi.Dalam hal ini dasarnya adalah efisiensi
yang tinggi, biaya yang murah, penghematan tenaga dan penghematan energi
sejauh mungkin.Mutu dari hasil pengelasan di samping tergantung dari
pengerjaan lasnya sendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum

1
pelaksanaan pengelasan, karena pengelasan adalah proses penyambungan antara
dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas.

1.2 Rumusan Masalah

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah :


a. Mampu menggunakan atau mengoperasikan mesin-mesin las.
b. Mengetahui jenis-jenis elektroda yang digunakan dalam pengelasan.
c. Mengenal dan dapat memahami mesin las listrik.
d. Untuk mengetahui pengertian dan macam-macam las
e. Untuk mengetahui teknik pengelasan yang baik dan benar
f. Untuk mengetahui peralatan yang digunakan dalam pengelasan

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menciptakan mahasiswa yang mempunyai keterampilan dalam kerja las.


2. Mahasiswa mampu menerapkan praktek kerja las dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Mahasiswa mampu membuat alur las yang baik.
4. Mahasiswa dapat mengetahui cara-cara pengelasan yang baik.
5. Mahasiswa dapat mengetahui teori-teori tentang pengelasan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengelasan OAW (Oxygent Acetylene Welding)


Pengelasan OAW Oksigen Asetilin adalah Proses pengelasan yang
dilakukan dengan membakar gas asetilen dengan oksigen sehingga menimbulkan
nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi.

Aplikasi Pengelasan OAW :


Keuntungannya biasanya digunakan untuk plat-plat tipis. Untuk Posisi biasanya
hanya untuk yang flat atau dibawah tangan.

Peralatan Kerja Las OAW :


- OAW Set
- Hammer
- Tang
- Pematik
- Sikat baja
- Pembersih Brander
- Apron
- Sarung Tangan
- Kacamata

3
Cara Penyalaan Pengelasan OAW :
- Buka katub O2 Pada Brander Las
- Buka katub C2H2 Pada Brander Las
- Biarkan < 5 detik beri percikan api
- Atur Nyala api Las

Cara Mematikan Pengelasan OAW :


- Tutup katub C2H2 pada Brander Las
- Tutup katub O2 pada Brander Las
- Tutup katub pada Regulator O2 & C2H2
- Buang gas yang tersisa pada selang dengan membuka katub pada brander las
lalu tutup kembali

2.2 Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)


Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) atau sering juga disebut Tungsten Inert
Gas (TIG) merupakan salah satu dari bentuk las busur listrik (Arc Welding) yang
menggunakan inert gas sebagai pelindung dengan tungsten atau wolfram sebagai
elektrode. Skema dari GTAW dapat dilihat dalam Gambar 2.3. Pengelasan ini
dikerjakan secara manual maupun otomatis.

4
Gambar 2.3 Skema pengelasan GTAW
Elektrode pada GTAW termasuk elektrode tidak terumpan (non consumable)
berfungsi sebagai tempat tumpuan terjadinya busur listrik. GTAW mampu
menghasilkan lasan berkualitas tinggi pada hampir semua jenis logam mampu las.
Sumber listrik GTAW dapat menggunakan generator AC maupun DC. Ciri
khas generator jenis AC yaitu merupakan kombinasi antara cleaning dengan
penetrasi medium dan mencegah elektrode tungsten overheating. Penggunaan arus
DC dibedakan menjadi dua yaitu polaritas lurus (Direct Current Straight Polarity)
dan polaritas balik (Direct Current Reserve Polarity). Gambar 2.4 berikut
menunjukkan perbedaan penggunaan jenis arah aliran listrik yang digunakan dalam
pengelasan.

Gambar 2.4 Tiga jenis arus listrik pada GTAW


DCSP, dua pertiga konsentrasi panas pada benda kerja, sedangkan untuk
DCRP, dua pertiga konsentrasi panas pada elektrode tungsten. Untuk AC,
konsentrasi panas masing-masing setengah pada elektrode dan benda kerja.
Konsentrasi panas ditimbulkan adanya benturan elektron pada benda kerja dan

5
elektrode tungsten. DCSP menghasilkan penetrasi yang lebih dalam dibandingkan
dengan AC tetapi tidak mengalami oxide cleaning. DCRP mengalami oxide
cleaning, tetapi penetrasi yang dihasilkan lebih dangkal daripada AC.
GTAW menggunakan elektrode tungsten. Elektrode tungsten dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Tipe thorium (paduan tungsten dengan thorium)
2. Tipe zirconium (paduan tungsten dengan zirconium)
3. Tipe tungsten murni
Cara pemilihan tipe elektrode dan jenis arus listrik yang dipakai (AC atau
DC) disesuaikan dengan kebutuhan karena untuk tiap jenis elektrode memiliki titik
lebur dan konduktivitas listrik yang berbeda. Elektrode tipe tungsten murni sering
digunakan untuk pengelasan dengan sumber tenaga DCSP (Direct Current Straight
Polarity). Titik leburnya cukup tinggi, ± 4000 ˚C (6170 ˚C), sehingga sulit meleleh.
Tetapi jika dibandingkan dengan dua tipe elektrode yang lain, titik leburnya lebih
rendah. Jenis ini kurang baik karena masih memungkinkan terjadinya kontaminasi
baik pada base metal maupun pada elektrode itu sendiri (low resistance to
contamination). Elektrode tipe zirconium merupakan paduan tungsten dengan
zirconium, dengan kandungan zirconium berkisar antara 0,3% – 0,5%. Titik
leburnya ± 3800 ˚C (6872 ˚C). Elektrode tipe thorium merupakan paduan antara
tungsten dengan thorium, dengan kandungan thorium 1% – 2%. Titik leburnya bisa
mencapai 4000 ˚C. Sulit sekali kemungkinan terjadi kontaminasi.
Penambahan unsur thorium atau zirconium akan menaikkan titik leburnya,
dan menaikkan konduktivitas listriknya, sehingga elektron yang dipancarkan lebih
banyak, sehingga busur listrik yang ditimbulkan lebih stabil dan memudahkan
permulaan (starting arc) penyalaan busur listrik. Selain itu kemungkinan terjadi
kontaminasi pada logam las akibat tungsten cair sangat kecil. Hal tersebut dapat
memperpanjang umur pakai elektrode pada pengoperasian arus listrik tinggi.
Selain faktor konduktivitas listrik, kestabilan busur listrik masih
dipengaruhi oleh besar sudut tip elektrode, dan cara pengasahan. Kesalahan
mengasah tipe elektroda akan menyebabkan busur listrik stabil dan melebar
sedangkan kesalahan pemilihan besar sudut tip elektrode menyebabkan busur
listrik tidak stabil atau ujung tip elektrode meleleh karena overheating. Pengasahan

6
sudut tip elektrode yang terbaik adalah arah pengasahan sejajar dengan panjang
elektrode, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut.

Gambar 2.5 Pengasahan sudut tip elektrode yang benar dan salah
Untuk pemakaian jenis arus listrik AC, bentuk ujung elektrode tungsten
mendekati bulat. Hal ini berhubungan erat dengan konsentrasi panas yang timbul
pada elektrode tungsten. Untuk pemakaian sumber tenaga DCSP bentuk ujung
elektrode lancip. Gambar 2.6 memperlihatkan bentuk ujung elektrode untuk
berbagai sumber tenaga pengelasan yang dipakai.

Gambar 2.6 Bentuk ujung tip elektrode untuk berbagai sumber tenaga
Fungsi utama dari gas pelindung adalah melindungi logam las dari
kontaminasi udara luar, disamping itu juga sebagai fluida pendingin elektrode

7
tungsten. Gas pelindung yasng digunakan biasanya gas mulia yang sulit sekali
bereaksi dengan udara luar. Tetapi kadang-kadang dipakai juga gas yang lain
seperti Nitrogen (N2), Oksigan (O2), dan karbondioksida (CO2). Gas pelindung
yang biasanya digunakan pada GTAW adalah gas mulia Argon (Ar), Helium (He),
atau campuran keduanya.
Argon adalah gas mulia yang stabil, sulit bereaksi dengan unsur lainnya.
Argon sebagai gas pelindung membuat busur lebih stabil dan percikan berkurang.
Argon lebih mudah mengion atau terionisasi dibandingkan dengan Helium,
sehingga Argon dapat diangggap sebagai konduktor listrik. Konduktivitas panas
Argon rendah, menyebabkan pengaliran panas melalui busur lambat. Oleh sebab
itu sagat baik untuk pengelasan logam yang tipis.
Helium merupakan gas mulia yang tidak mudah bereaksi dengan unsur
lainnya. Kondukivitas panas Helium lebih tinggi dari Argon, sehingga pemindahan
panas melalui busur lebih besar, akibatnya Helium lebih cocok untuk proses
pengelasan logam yang lebih tebal, dan logam yang mempunyai konduktivitas
panas yang tinggi seperti : aluminium, tembaga, magnesium, dll. Tegangan busur
lebih tinggi jika menggunakan Helium dan banyak terjadi percikan serta penetrasi
yang dihasilkan dangkal.

2.3 Welding Prosedur Specification ( WPS)

Welding Prosedur Sesification (WPS) Didalam pembangunan suatu proyek


Kontruksi untuk pekerjaan hulu atau explorasi minyak dan gas, Pembuatan kapal
Tangki timbun, Pipa gas, Bejan tekan, ketel uap, Welding adalah suatu pekerjaan
yang salah satunya sangat menentukan Kualitas proyek yang akan di bangun di
dalam manufacture tersebut, Dan WPS adalah faktor yang sangat penting dalam
segi kualitas pengelasan, WPS wajib dibuat dan itu adalah keawjiban Manufacture
yang nantinya akan menjadi rahasia perusahaan.

8
Fungsi di buatnya WPS adalah untuk acuan pengelasan dalam suatu proyek
yang tidak lain bertujuan untuk mendapatkan Mechanical properties yang di
harapkan sesuai dengan design yang telah di buat, Dalam prosedur pengelasan itu
sendiri terdiri dari essential variable dan non essential sesuai code dan standar yang
di pakai pada saat pembuatan prosedur pengelasan tersebut.
Prosedur pengelasan adalah suatu rangkuman acuan pengelasan yang telah
di uji dari segi Kekuatan secara mechanical baik dengan pengujian merusak
(destructive test) atau pengujian tidak merusak (non destructive test) yaitu dalam
semua pengujian procedure tersebut harus menghasilkan hasil uji yang Accept
secara code atau setandar yang di pakai dalam pengujian tersebut.
Bagaimana WPS bisa di katakana terkualifikasi atu WPS telah teruji dan
WPS itu siap di jadikan acuan prosedur pengelasan di suatu proyek, Tentunya
prosedur pengelasan tersebut telah melwati tahap – tahap uji, seperti yang telah saya
singgung prosedur pengelasan tersebut telah di uji baik dengan Uji merusak ataupun
uji tidak merusak, Uji merusak atau tidak merusak itu di tetapkan sesuai dengan
Code dan standart yang di pakai,
Tahapan pembuatan WPS telah saya tuliskan di blog ini anda bisa baca
di halaman ini,WPS lahir dari rangkuman PQR (procedure qualification record)
yang di dalamnya terdapat data efident dari proses pengelasan dari suatu joint yang
terekam dalam satu lembaran form yang di sebut RUN SHEET, Semua proses baik
sebelum,Selama, Dan sesudah pengelasan terekam dalam run sheet semuanaya
adalah data akurat dari peroses – proses yang telah di lakukan, Yang tidak lain
isinya adalah parameter – parameter dari pengelasan itu sendiri baik itu preparation

9
Joint material yang di gunakan dari kondisi temperature Joint, Temperature antar
pass pengelasan, Heat nput, Travel speed, berapa ampere yang di pakai, Voltege
yang di dapat, polarity yang di gunakan, Electrode dan diameter yang digunakan.
Berikut adalah gambar ilustrasi Form Runsheet

PQR itu sendiri adalah suatu proses yang di dalamnya di lakukan suatu
pengelasan Joint baik turbullar ataupun non turbullar, Dengan ukuran diameter,
Ketebalan dan jenis material grade atau type yang akan digunakan, Posisi
pengelasan, Proses pengelasan yang akan di gunakan semua telah di tetapkan oleh
design di manufacture tsb

10
Face, Capping

ROOT

Setelah proses Runing Pengelasan PQR telah selesai, Masuklah tahap uji
NDT (non destructive test) atau uji tidak merusak yang pertama di uji adalah Visual
dari hasil pengelasan itu sendiri, Namun tentu saja sebelum tahap visual joint
tersebut harus sudah bersih (Cleaning Methode) alat yang di pakaipun harus tertulis
dala run sheet, Jika secara Visual pengelasan tsb tidak memenuhi Acceptance
Creteria, joint PQR tersebut tidak biasa di lanjutkan ke uji NDT selanjutnya,
Otomatis PQR harus kembali di buat dari awal begitupun selanjutnya, Jika Visual
Accept namun dalam pengujian Radiographi test reject PQR tersebut tidak akan
bisa ke tahap pengujian Mekanik.
Jika semua uji mendapat hasil Accept sesuai setandart yang di pakai, Semua
hasil uji harus tertulis dalam dokumen baik visual, NDT dan DT maupun setifikat
material yanf di pakai yang nantinya di jadikan attachment dan di satukan dengan
runshhet, Maka baruah PQR tersebut dapat di kombinasikan dengan Code dan
setandart yang telah di tetapkan yang tujuanya adalah untuk mendapatkan Range
atau toleransi dari seluruh element yang terdapat dalam prosedur pengelasan agar
dapat mencover pekerjaan pengelasan, Kemudian di validasi oleh client dan

11
3rdparty, Dan jadilah WPS tersebut sudah terkualifikasi atau teruji siap untuk di
jadikan Acuan pengelasan di lapangan.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari kegiatan praktikum ini dapat melatih kita untuk sabar dan teliti
dalam mengerjakan jobsheet.Kerapian, kelurusan dan kerataan rigi-rigi las
sangatlah penting untuk menentukan hasil pengelasan.Penentuan sudut
pengelasan juga memegang peranan penting.Kecepatan pengumpulan benda
kerja juga sangat penting, sehingga mampu mengejar target jobsheet yang telah
ditentukan.

3.2 Saran

Dalam melakukan kerja praktek kita harus teliti dan sabar, tidak
tergesa-gesa dalam bekerja, tidak bersenda gurau dan selalu berhati-hati dalam
bekerja, serta selalu memakai alat-alat keselamatan kerja yang sudah disiapkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pengelasan.com/2014/06/pengelasan-oaw-oxygent-acetylene.html
https://taryza.wordpress.com/2008/06/30/hello-world/
http://we-i19.blogspot.co.id/2015/01/wps-weldingprocedure-
spesification.html#.WG2Yn9J97IU

14

Anda mungkin juga menyukai