Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Psikologi merupakan suatu cabang ilmu sosial yang menangani masalah kejiwaan.
Psikologi awalnya dari ilmu filsafat psikologi melakukan spesialisasi menjadi cabang ilmu
sendiri setelah mencontoh pemisah ilmu alam atau yang dikenal sebagai sains. Pertama
kali yang harus dilakukan untuk mengusai ilmu pengetahuan tertentu adalah mengetahui
dan memahami karakteristik khusus dari ilmu tersebut. Kemudian tujuan mempelajari
ilmu tersebut beserta dengan manfaatnya.
Masa nifas itu merupakan masa yang paling rawan dan selalu di alami oleh ibu yang
habis melahirkan, dimana pada masa ini terjadinya proses pengeluaran darah dari dalam
uterus selama atau sesudah persalinan. Dan pada normalnya berlangsung selama kurang
lebih 6 minggu.
Menyusui adalah suatu proses alamiah. Banyak ibu di seluruh dunia berhasil
menyusui bayinya tanpa membaca mengenai ASI. Dalam menyusui diperlukan cara –cara
sederhana untuk mencapai kesuksesan menyusui, antara lain, menyusu di areola, percaya
diri, meningkatkan frekuensi menyusui, dukungan yang optimal, konsumsi makanan dan
minuman yang sehat serta rileks ketika menyusui.
Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan mulai dari
bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terahir pada
masa ini seorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit
sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya sehari – hari lagi. Lensia banyak menghadapi
berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau usia lanjut adalah periode dimana manusia telah mencapai kematangan
ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran seiring dengan berjalannya waktu. Seseorang dianggap memasuki masa
lansia yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 – 70 tahun.

1
B. Rumusan masalah
1. Perubahan apa saja yang terjadi pada ibu masa nifas ?
2. Bagaimana cara mengatasi perubahan psikologi pada ibu nifas ?
3. Apa saja fase – fase perubahan psikologi pada masa nifas ?
4. Bagaimana perubahan psikologi yang terjadi pada ibu menyusui ?
5. Perubahan psikologi apa yang terjadi pada masa lansia dini dan lansia lanjut ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada ibu masa nifas
2. Untuk mengetahui cara mengatasi perubhan psikologi pada ibu nifas
3. Untuk mengetahui apa saja fase – fase perubahan psikologi pada masa nifas
4. Untuk mengetahui bagaimana perubahan psikologi yang terjadi pada ibu menyusui
5. Untuk mengetahui perubahan psikologi apa yang terjadi pada masa lansia dini dan
lansia lanjut

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses perubahan psikologi pada ibu nifas


a. Pengertian
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu berikutnya.
Waktu yang tepat dalam rangka pengawasan post partum adalah 6 jam, 6 hari dan 6
minggu. Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang
tujuannya dalah sebagai berikut :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah mengobati, atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB,
menyusui, pemberian imunisasi pada saat bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan KB.
b. Perubahan psikologi yang sering terjadi pada masa nifas
1. Baby blue (post partum blues) merupakan kesedihan atau kemurungan setelah
melahirkan biasanya hanya muncul sementara yakni sekitar 2 hari hingga 2 minggu
sejak kelahiran bayi yang ditandai dengan gejala – gejala sebagai berikut
 Cemas tanpa sebab
 Menangis tanpa sebab
 Tidak percaya diri
 Sensitif
 Mudah tersinggung
 Merasa kurang menyayangi bayinya
c. Cara mengatasi perubahan psikologi pada nifas
1. Pendekatan komunikasi terapeutik
2. Dengan cara peningkatan support mental / dukungan keluarga

3
d. Fase – fase perubahan psikologi pada masa nifas
1. Taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama nifas
samapi hari ke-2 melahirkan pada saat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya
sendiri. Pengalam selama masa persalinan sering berulang di ceritakannya. Hal ini
membuat cenderung ibu menjadi pasif pada lingkungannya.
2. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3 sampai 10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan
karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya.
3. Fase letting go merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat
diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang
berkaitan dengan bayinya keadaan ini di sebut baby blues. Jika hal ini terjadi
disarankan untuk melakukan hal – hal berikut ini : minta bantuan suami atau
keluarga yang lain, jika memerlukan istirahat untuk menghilangkan kelelahan,
buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin
sering merawat bayi, ibu makin terampil dan percaya diri.

B. Perubahan psikologi pada ibu menyusui

a. Percaya diri
Perubahan psikologi ibu dalam menyusui sangat besar pengaruhnya terhadap proses
menyusui dan produksi Asi. Ibu yang stres dan ibu yang khawatir asinya kurang bisa
menyebabkan produksi asi ikut terhambat. Hal ini karena sebenarnya yang berperan
besar dalam produksi asi itu adalah otak, otaklah yang mengendalikan dan mengatur
pengeluaran asi.
b. Tingkatan frekuensi menyusui
Semakin sering kita menyusui maka akan semakin banyak pula asi diproduksi base
on the mand. Proses produksi asi itu berdasarkan seberapa kosongnya gudang asi. Jadi
kalau gudang asinya kosong maka asi akan segera di isi lagi.

4
c. Cari dukungan / support

Dukungan atau sopport dari orang lain apalai orang terdekat sangat berperan dalam
sukses tidaknya menyusui. Semakin besar dukungan yang kita dapat untuk terus
menyusui semakin besar pula kemampuan kita untuk dapat bertahan terus menyusui.
Biasanya dalam hal ini dukungan suami maupun keluarga sangat besar pengaruhnya.
Seorang ibu menyusui yang kurang di dukung oleh suaminya, ibunya, mertuanya, adik-
adiknya bahkan mungkin ditakut-takuti atau dipengaruhi untuk beralih ke susu formula
mungkin lama-kelamaan akan berkurang kadar kepercayaan dirinya. Jika ia tidak cepat-
cepat mencari dukungan dari luar misalnya dari teman-teman, dari support grup, dan
lain-lain. Jadi, jika kita merasa kurang yakin carilah bantuan dukungan ini akan sangat
membantu untuk membangkitkan kepercayaan diri dengan demikian keberhasilannya
menyusui terutama asi ekslusif 6 bulan

d. Makan dan minum sehat


Makan makanan dan minum minuman yang sehat yang sesuai dengan kebutuhan
ibu menyusui sangat penting bagi ibu yang sedang menyusui.
Kebutuhan gizi ibu menyusui bahkan lebih besar dari kebutuhan gizi ibu hamil.
Jadi, jangan karena sudah melahirkan dan menyusui, maka ibu lantas mengurangi porsi
atau berdiet.
Jika ingin tetap menyusui dan tidak ingin kekurangan gizi maka asupan makanan dan
minuman yang dulu waktu hamil rajin dikonsumsi tetaplah dikonsumsi jika perlu
suplemen vitamin yang dulu semasa hamil dikonsumsi, tetap harus dikonsumsi. Asi
akan mengambil zat-zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi melalui tubuh ibu
secara keseluruhan pada dasarnya bayi tidak akan kekurangan gizi karena keperluan
gizinya diambil dari ibunya tapi jika asupan makanan ibu kurang maka ibunyalah yang
akan kekurangan gizi.

5
C. Proses perubahan psikologi pada masa lansia dini

a. Gangguan psikologis pada wanita menopause


menurut kartini 1992 beberapa gangguan yang terjadi adalah
1. Depresi menstrual
Keadaan ini pernah timbul pada masa adolesens yang kemudia hilang dengan
sedirinya selama periode prudiktif ( menjadi ibu ) dan timbul lagi pada usia
klimakteris. Pada saat ini sekalipun wanita tidak haid lagi, namun rasa depresif itu
selalu saja timbul dengan interval waktu tidak tetap dan selalu tiba bersamaan
dengan datangnya siklus haid. Dampaknya depresi tadi merupalan manifestasi dari
kepedihan hati dan kekecewaan, bahwa wanita yang bersangkutan menjadi kurang
lengkap dan sempurna disebabkan oleh berhentinya fungsi reproduksi dan haid.
Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan depresi menstrual
yaitu :
a. Dukungan informatif
Memberikan konseling bahwa berhentinya haid adalah hal yang fisiologis dan
akan di alami oleh semua wanita. Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau
dan bisa menerima status. Memberi nasehat agar dapat menerima keadaannya
dengan lapang dada. Memberikan informasi agar selalu mengkomunikasikan
setiap masalah atau perubahan yang terjadi kepada suaminya.
b. Dukungan emosional
Mempunyai rasa empati terhadap hal yang di alami oleh wanita menopause,
melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam memahami kondisi istrinya,
memberikan perhatian dan kepedulian terhadap wanita tersebut, dan menciptakan
lingkungan keluarga yang nyaman, tenang, harmonis dan saling pengertian.
c. Dukungan penghargaan
Memberi penghormatan sehingga wanita tersebut merasa di hargai, memberi
dorongan atau support sehingga wanita tersebut bisa percaya diri.
d. Dukungan instrumental
Memberi bantuan tenaga terhadap apa yang dibutuhkan oleh wanita
menopause dan memberi bantuan materi ( yang dilakukan keluarga )

6
D. Proses perubahan psikologi masa lansia lanjut

Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting peranan
dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan
dengan pensiun; hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi
kebanggaan sang lansia tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam pendekatan
eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ-biologis, psikologis,
sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan lansia.

Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah


tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan
depresi. Ada juga lansia yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan
seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa
kehilangan femininitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan psikologis
yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu:

a. Ingatan Menurun

Gelaja ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah,
namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering
lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat.

b. Kecemasan

Banyak ibu-ibu yang mengeluh bahwa setelah menopause dan lansia merasa menjadi
pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya kalau dulu biasa
pergi sendirian ke luar kota sendiri, namun sekarang merasa cemas dan khawatir, hal itu
sering juga diperkuat oleh larangan dari ana-anaknya. Kecemasan pada Ibu-ibu lansia yang
telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang yang cemas dan dapat tenang
kembali, setelah mendapatkan semangat/dukungan dari ornag di sekitarnya; namun ada juga
yang terus-menerus cemas, meskipun orang-orang disekitarnya telah memberi dukungan.
Akan tetapi banyak juga ibu-ibu yang mengalami menopause namun tidak mengalami
perubahan yang berarti dalam kehidupannya. Menopause rupanya mirip atau sama juga
dengan masa pubertas yang dialami seorang remaja sebagai awal berfungsinya alat-alat
reproduksi, dimana ada remaja yang cemas, ada yang khawatir namun ada juga yang biasa-
biasa sehingga tidak menimbulkan gejolak.

7
Adapun simtom-simtom psikologis adanya kecemasan bila ditinjau dari beberapa
aspek, menurut Blackburn and Davidson (1990 :9) adalah sebagai berikut :

1. Suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis, seperti: mudah
marah, perasaan sangat tegang.
2. Pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti: khawatir, sukar
konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai
sangat sensitif, merasa tidak berdaya.
3. Motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti : menghindari situasi,
ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan.
4. Perilaku gelisah yaitu keadaan diri yang tidak terkendali seperti : gugup, kewaspadaan
yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi.
5. Reaksi-reaksi biologis yang tidak terkendali, seperti : berkeringat, gemetar, pusing,
berdebar-debar, mual, mulut kering.

Gangguan kecemasan dianggap berasal dari suatu mekanisme pertahanann diri yang
dipilih secara alamiah oleh makhluk hidup bila menghadapi sesuatu yang mengancam dan
berbahaya. Kecemasan yang dialami dalam situasi semacam itu memberi isyarat kepada
makhluk hidup agar melakukan tindakan mempertahankan diri untuk menghindari atau
mengurangi bahaya atau ancaman.

Menjadi cemas pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari respon
normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Bagaimana juga, bila kecemasan ini berlebihan
dan tidak sebanding dengan suatu situasi, hal itu dianggap sebagai hambatan dan dikenal
sebagai masalah klinis.

c. Mudah Tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah
tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak menggangu. Ini
mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari
proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. Perasaannya menjadi sangat sensitif
terhadap sikap dan perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama jika sikap dan perilaku
tersebut dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam
dirinya.

8
d. Stress

Tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk
para lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan
pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur.
Kalau tidak ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan
menurunkan kekebalan terhadap penyakit, artinya kalau dibiarkan dapat menggerogoti tubuh
secara diam-diam.

Namun demikian stress tidak hanya memberikan dampak negatif, tapi bisa juga
memberikan dampak positif. Apakah kemudian dampak itu positif atau negatif, tergantung
pada bagaimana individu memandang dan mengendalikannya. Stress adalah suatu keadaan
atau tantangan yang kapasitasnya diluar kemampuan seseorang oleh karena itu, stress sangat
individual sifatnya.

Respon orang terhadap sumber stress sangat beragam, suatu rentang waktu bisa tiba-
tiba jadi pencetus stress yang temporer. Stress dapat juga bersifat kronis misalnya konflik
keluarga. Reaksi kita terhadap pencetus stress dapat digolongkan dalam dua kategori
psikologis dan fisiologis.

Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan,
sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi kita dapat menimbulkan beragam reaksi,
mulai dari hanya ekspresi marah sampai akhirnya ke hal-hal lain yang lebih sulit untuk
dikendalikan. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress ini tergantung pada
beberapa faktor, termasuk keadaan emosi pada saat itu dan sikap orang itu dalam menanggapi
stress tersebut.

e. Depresi

Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan


9% s/d 26% wanita dan 5% s/d 12% pria pernah menderita penyakit depresi yang gawat di
dalam kehidupan mereka. Setiap saat, diperkirakan bahwa 4,5% s/d 9,3% wanita dan 2,3%
s/d 3,2% pria akan menderita karena gangguan ini. Dengan demikian secara kasar dapat
dikatakan bahwa wanita dua kali lebih besar kemungkinan akan menderita depresi daripada
pria.

9
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan
untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena
kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai
wanita dan harus menghadapi masa tuanya.

Depresi dapat menyerang wanita untuk satu kali, kadang-kadang depresi merupakan
respon terhadap perubahan sosial dan fisik yang sering kali dialami dalam fase kehidupan
tertentu, akan tetapi beberapa wanita mungkin mengembangkan rasa depresi yang dalam
yang tidak sesuai atau proporsional dengan lingkungan pribadi mereka dan mungkin sulit
dihindarkan.

Simton-simton psikologis adanya depresi bila ditinjau dari beberapa aspek, menurut
Marie Blakburn dan Kate Davidson (1990:5) adalah sebagai berikut :

1. Suasana hati, ditandai dengan kesedihan, kecemasan, mudah marah.


2. Berpikir, ditandai dengan mudah hilang konsentrasi, lambat dan kacau dalam
berpikir,menyalahkan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah.
3. Motivasi, ditandai dengan kurang minat bekerja dan menekuni hobi, menghindari
kegiatan kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi pada orang lain.
4. Perilaku gelisah terlihat dari gerakan yang lamban, sering mondar-mandir, menangis,
mengeluh.
5. Sintom biologis, ditandai dengan hilang nafsu makan atau nafsu makan bertambah,
hilang hasrat sesksual, tidur terganggu, gelisah

Gejala-gejala tersebut diatas sangat perlu dipahami supaya tidak terjadi


kesalahpahaman dalam memperlakukan para lansia. Dengan memahami gejala tersebut
diharapkan lansia dapat mengerti apa yang sedang terjadi dalam diri mereka. Selain itu pihak
keluarga pun diharapkan dapat merespon secara tepat sehingga tidak membuat lansia merasa
dikucilkan atau disia-siakan. Mari kita bantu para lansia kita dengan memahami berbagai
gejala fisik maupun psikologis sehingga tahu bagaimana cara terbaik untuk membantu
mereka.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibu berusaha untuk menjadi orang tua yang terbaik bagi anaknya, agar anaknya bisa
terbimbing dan terarah pergaulannya. Ibu akan berusaha menghilangkan sifat-sifat atau
perilaku dalam dirinya yang buruk agar anaknya bisa memandang sesosok ibunya sebagai
orang tua yang paling sempurna. proses lansia menua adalah prosesn alami yang disertai
adanya penurunan kondisi fisik, psikolog maupun sosial yan saling berinteraksi satu sama
lain.
Aspek psikologis yang terjadi pada lansia atau wanita menopause amat penting
peranan dalam kehidupan sosial lansia terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang
berkaitan dengan pensiun; hilangnya jabatan atau pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi
kebanggaan sang lansia tersebut. Berbicara tentang aspek psikologis lansia dalam pendekatan
eklektik holistik, sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara aspek organ-biologis, psikologis,
sosial, budaya dan spiritual dalam kehidupan lansia.

B. Saran
Untuk dapat memahami tentang masa nifas, menyusia, lansia dini dan lansia lanjut.
selain membaca dan memahami materi-materi dari sumber keilmuan yang ada (buku,
internet, dan lain-lain) kita harus dapat mengkaitkan materi-materi tersebut dengan
kehidupan kita sehari-hari, agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat. Selain
itu, dengan adanya makalah ini diharapkan untuk kedepan agar bisa bermanfaat untuk
referensi pelajaran dan bisa lebih menyempurnakan makalah ini. Dengan adanya makalah
ini diharapkan dapat memahami makna yang terkandung didalamnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Eko Suryani dan Hesti Widyasih. 2019. Psikologi ibu dan anak. Yokyakarta : Fitramaya
Mansyur, Nurliana; Dahlan, A. Kasrida: 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang :
selakssa media
Marmi dan Margiyati.2013. Pengantar Psiklogi Kebidanan. Yokyakarta : Pustaka Pelajar
Pitriani, Risa : Andriyani, Rika : 2014. Ibu Nifas Normal. Yokyakarta : Budi Utama
Purwati, Yuni dan Kustiningsih.2017. masa Nifas. Yokyakarta : Deepublish.
Safitri, G. 2011, Agustus 19. Wanita sebagai lansia. Jakarta : Agromedia Pustaka.

12

Anda mungkin juga menyukai