Cici Cahya Wijayanti 201810401011077 Terapi
Cici Cahya Wijayanti 201810401011077 Terapi
Pembimbing
dr. Arief Basuki, Sp.An
Disusun Oleh :
Cici Cahya Wijayanti 201810401011077
SMF ANESTESIOLOGI
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN REFERAT
TERAPI CAIRAN PERIOPERATIF
Referat dengan judul “Terapi Cairan Perioperatif” telah diperiksa dan disetujui
sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepanitraan klinik
Dokter Muda di BagianAnestesiologi Rumah Sakit Umum Haji Surabaya.
Surabaya,Januari 2019
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
periode sekitar operasi, meliputi cairan saat pre-operatif, durante operatif, dan
aliran darah yang adekuat ke organ-organ vital dan ke jaringan yang mengalami
trauma dan efektif untuk penyembuhan luka.Volume plasma yang adekuat penting
cairan (air dan elektrolit) sebanyak 500 - 1000 mililiter pada pasien orang dewasa.
Gejala dari defisit cairan ini belum dapat dideskripsikan, tetapi termasuk
didalamnya adalah rasa haus, mengantuk, dan pusing.Gejala dehidrasi ringan ini
sakit yang terlihat dari penelitian 17.638 pasien dengan hasil bahwa rasa kantuk
dan pusing kepala pasca bedah merupakan faktor predikator yang berdiri sendiri
bedah, selama pembedahan dan pasca bedah dimana saluran pencernaan belum
atau tanda- tanda kelebihan cairan berupa edema paru dan gagal nafas.Sampai saat
ini terapi cairan perioperatif masih merupakan topik yang menarik untuk
dibicarakan, karena dalam praktiknya, banyak hal yang sulit diukur atau dinilai
secara obyektif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
berubah tergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas seseorang.
Pada bayi usia <1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 60-85% berat badan dan pada
bayi usia >1 tahun mengandung air sebanyak 60-70%. Seiring dengan
angsur turun yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada
wanita dewasa 50% berat badan. Hal ini terlihat pada tabel berikut :
Bayi prematur 80
3 bulan 70
6 bulan 60
1-2 tahun 59
11-16 tahun 58
Dewasa 58 – 60
Dewasa kurus 70 – 75
Garner MW : Physiology and pathophysiology of the body fluid, St. Louis, 2015, Mosby.
Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada
perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun
maka resiko penderita menjadi lebih besar. Terdapat beberapa cairan dalam tubuh
manusia, diantaranya :
1. Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di dalam sel disebut cairan intraseluler. Pada orang
(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70
2. Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir,
volume total. Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan
a. Cairan Interstisial
sekitar 11-12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam
sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.
b. Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah
c. Cairan Transeluler
Body
100%
Water Tissue
Intracellular Extracellular
space 40 % (60) space20% (40)
40% (60)
Intracellular Intravascular
space 15% (30) space5% (10)
15% (30)
Proses Pergerakan Cairan Tubuh
a. Osmosis
b. Difusi
memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat
bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa
sel.
Air melintasi membran sel dengan mudah, tetapi zat-zat lain sulit atau
partikel yang larut dam suatu larutan. Dengan kata lain, makin banyak
yang larut bukan tergantung pada besar molekul yang terlarut. Perbedaan
Hukum Poiseuille
Laju aliran darah melalui tubuh secara umum berbentuk laminar dari pada
turbulen. Oleh karena itu kita dapat memperlakukan aliran darah di dalam arteri
identik ketika suatu cairan bergerak secara laminar dalam suatu pipa kecil. Karena
gaya molekular yang atraktif antara darah dengan dinding dalam dari arteri maka
tidak ada aliran darah yang berkontak langsung dengan dinding arteri. (hal ini juga
untuk aliran fluid di dalam pipa). Cairan viskous yang mengalir melalui pipa halus
arteri disertai dengan variasi yang menekan sel darah ke arah tengah dari arteri
Akibatnya kecepatan aliran darah adalah nol pada dinding arteri dan aliran lebih
kecepatan aliran fluida (menggunakan metode kalkulus) sebagai fungsi dari jarak
r dari tengah pipa. Seperti yang ditunjukkan dari gambar 4a., kita berasumsi
bahwa radius dalam a dan panjang l dimana perbedaan kecepatan P1-P2. Jika
kecepatan bervariasi terhadap diameter pipa Perhatikan bahwa bentuk dari kurva
kecepatan adalah parabolik. Karena aliran kecepatan berubah dengan jarak radial
tabung dari arteri maka dari persamaan Poiseuille menunjukkan bahwa harus
terdapat perubahan tekanan dalam tabung. Kecepatan yang rendah dekat dengan
dinding menunjukkan adanya tekanan yang lebih tinggi. Pada tengah tabung
dimana kecepatan lebih besar, tekanan relative lebih kecil. Maka tekanan
meningkat ketika jarak radial meningkat. Berbagai objek kecil seperti sel darah
sel darah kearah tengah pada tabung. Seperti yang ditunjukan pada gambar 4.b.
Kita mengetahui dari bukti lain bahwa sel darah terkonsentrasi di tengah tabung
arteri. Kita dapat menggunakan persaman di atas untuk kecepatan (dengan metode
kalkulus) untuk menghitung laju aliran darah fluida melalui pipa. Laju aliran
(flow rate) Q (F) diukur dalam m3/s diberikan : Persamaan di atas dikenal sebagai
persamaan Poiseuille’s, setelah Fisiologis francis Jean Marie Poiseuille (1799-
pangkat 16. Demikian juga ketika a dibuat lebih kecil, kecepatan aliran
menurun secara drastis. Jika dalam beberapa kondisi sebagai akibat dari adanya
penebalan dinding arteri (yang memberi efek menjadi semakin lebih kecil),
dengan rasa sakit dada ketika aktivitas fisik. Penyebab tersering terjadinya angina
melemaskan otot dinding arteri dan jari-jari a menjadi lebih besar, sehingga terjadi
1. Volume,
2. Konsentrasi, dan
3. Komposisi.
Ketiga macam gangguan tersebut mempunyai hubungan yang erat satu dengan
yang lainnya sehingga dapat terjadi bersamaan. Namun demikian, dapat juga
terjadi secara terpisah atau sendiri yang dapat member gejala-gejala tersendiri
pula. Yang paling sering dijumpai dalam klinik adalah gangguan volume.
1. Perubahan Volume
Defisit Volume
Pada keadaan akut, kehilangan cairan yang cepat akan menimbulkan tanda
gangguan pada susunan saraf pusat dan jantung. Pada kehilangan cairan yang
lambat, lebih dapat ditoleransi sampai defisit volume cairan ekstraseluler yang
berat.
Dehidrasi
ekstravaskular.3
Ditinjau dari segi banyaknya defisit cairan dan elektrolit yang hilang, maka
defisit) untuk 24 jam pertama. Berikan separuhnya dalam 8 jam pertama dan
(pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan air dan
air) ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan GFR), sirosis,
2. Perubahan Konsentrasi
o Defisit natrium (mEq total) = (Na serum yang diinginkan – Na serum sekarang)
x 0,6 x BB (kg)
3. Perubahan komposisi
ekstraseluler tetapi sudah cukup mengganggu otot jantung. Demikian pula halnya
kurang dari 8 mEq, sudah akan timbul kelainan klinik tetapi belum banyak
Dehidrasi Dehidrasi
Dehidrasi Berat
Gejala Defisit Ringan Sedang
(>10%BB)
(3-5%BB) (6-8%BB)
teraba
Muntah-muntah 1
Suara sesak 2
Apatis 1
TD Sistole ≤ 90 mmHg* 1
TD Sistole ≤ 80 mmHg* 1
Nadi ≥ 120x/menit 1
Extremitas dingin 1
Sianosis 2
Usia 50 – 60 tahun -1
Jumlah 15
Ket. : *) diisi salah satu
15
A. Dehidrasi Ringan
Maintenance Replacement
8 jam I = 16 jam II =
50 % + maintenance 50 % + maintenance
B. Dehidrasi Berat
Maintenance Replacement
20 – 40 ml/kgBB
dalam 1 – 2 jam
8 jam I = 16 jam II =
50 % + maintenance 50 % + maintenance
umum terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor pre-operatif,
A. Faktor-faktor pre-operatif
2. Prosedur diagnostik
dapat menyebabkan ekskresi cairan dan elektrolit urin yang tidak normal
3. Pemberian obat
Pemberian obat seperti steroid dan diuretik dapat mempengaruhi ekskresi air
dan elektrolit.
4. Preparasi bedah
Selama periode 6 jam restriksi cairan, pasien dewasa yang sehat kehilangan
cairan sekitar 300-500 mL. Kehilangan cairan dapat meningkat jika pasien
4. Kehilangan cairan akibat evaporasi dari luka operasi (biasanya pada luka
C. Faktor-faktor postoperatif :
Terapi Cairan
Resusitasi cairan
Terapi rumatan
Mengganti kehilangan air dan elektrolit yang normal melaui urine, IWL, dan
feses
Pada penggantian cairan, maka jenis cairan yang digunakan didasarkan pada :
o Pengganti cairan yang hilang melalui fistel, maag slang dan drainase
Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dapat dilakukan penghitungan untuk
Refraktometer
Dari Hct
Pemilihan Cairan
merupakan larutan dimana molekul organik kecil dan inorganik dilarutkan dalam
air. Larutan ini ada yang bersifat isotonik, hipotonik, maupun hipertonik. Cairan
kristaloid memiliki keuntungan antara lain : aman, nontoksik, bebas reaksi, dan
murah. Adapun kerugian dari cairan kristaloid yang hipotonik dan isotonik adalah
Kristaloid
Cairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal saline dan ringer
Karena perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid, dimana kristaloid akan lebih
Penggunaan cairan normal salin dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan
Larutan dekstrose 5% sering digunakan jika pasien memiliki gula darah yang
rendah atau memiliki kadar natrium yang tinggi. Namun penggunaannya untuk
Koloid
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut
berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini
dengan lebih sedikit cairan dari pada larutan kristaloid. Sedangkan larutan
kristaloid akan keluar dari pembuluh darah dan hanya 1/4 bagian tetap tinggal
dalam plasma pada akhir infus. Koloid adalah cairan yang mengandung partikel
namun koloid yang mempunyai tekanan onkotik lebih besar daripada plasma akan
menarik pula cairan ke dalam ruang intravaskular. Ini dikenal sebagai ekspander
plasma, sebab mengekspansikan volume plasma lebih dari pada volume yang
diberikan.
Albumin
Albumin merupakan larutan koloid murni yang berasal dari plasma manusia.
Albumin dibuat dengan pasteurisasi pada suhu 600C dalam 10 jam untuk
dengan sekitar 90% tetap bertahan dalam intravascular 2 jam setelah pemberian.
Dekstran
dan dekstran 40 (BM 40.000) dicampur dengan garam faal, dekstrosa atau Ringer
laktat.
dibatasi sampai 1 liter (1,5 gr/kgBB) karena risiko terjadi perdarahan abnormal.
Sekitar 70% dosis dekstran 40 yang diberikan akan dieksresikan ke dalam urine
dalam 24 jam. Molekul- molekul yang lebih besar dieksresikan lewat usus atau
mungkin kurang dari 0,02 %. Dekstran 40 hendaknya jangan dipakai pada syok
ginjal akut.
Gelatin
Gelatin dibuat dengan jalan hidrolisis kolagen sapi. Preparat yang umum
pelarut NaCL isotonik dengan Kalium 5,1 mmol/l dan Ca 6,25 mmol/ L.
koloid yang lain. Berkisar dari kemerahan kulit dan pireksia sampai anafilaksis
yang mengancam nyawa. Reaksi-reaksi tersebut berkaitan dengan pelepasan
histamine yang mungkin sebagai akibat efek langsung gelatin pada sel mast.
Gelatin tidak menarik air dari ruang ekstravaskular sehingga bukan termasuk
ginjal dalam urin, sementara itu gelatin dapat menghasilkan diuresis yang bagus.
sistem koagulasi, maka tidak ada pembatasan dosis. Namun, bila terlalu banyak
infus, pertimbangkan adanya efek dilusi. Gelatin dapat diberikan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal bahkan pada pasien yang menjalani hemodialisis.
kanji hidroksi (HES ) untuk pengantian volume paling mungkin akibat laporan-
laporan adanya koagulasi abnormal yang menyertai subtitusi plasma ini. Laporan
laporan tentang HES yang memperlihatkan koagulasi darah yang terganggu dan
pemakaian preparat HES berat molekul tinggi ( HMW-HES ). Waktu paruh dari
Seperti semua koloid lainnya, kanji hidroksietil juga berkaitan dengan reaksi
HES adalah :Terapi dan profilaksis defisiensi volume (hipovolemia) dan syok
(terapi penggantian volume) berkaitan dengan pembedahan (syok hemoragik),
Sedangkan kontra indikasi adalah : Gagal jantung kongestif berat, Gagal ginjal
ml/kgBB/hari.
Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan dalam
urine, sekresi gastrointestinal, keringan (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru
Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada penderita
bedah elektif (sekitar 6-12 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali
Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah ini harus segera diganti sebelum dilakukan
pembedahan.
a. Perdarahan
Secara otoritas perdarahan dapat diukur dari :
- Botol penampung darah yang disambung dengan pipa penghisap darah (suction
pump).
darah, sedangkan tampon besar (laparatomy pads) dapat menyerap darah + 100
– 10 ml.
luka operasi digunakan cairan pembilas (irigasi) dan banyaknya darah yang
Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih menonjol
banyak pada pembedahan dengan luka pembedahan yang luas dan lama.
ketiga atau sequestrasi secara masif dapat berakibat terjadi defisit cairan
intravaskuler.
Jaringan yang mengalami trauma, inflamasi atau infeksi dapat mengakibatkan
serosa (ascites) atau ke lumen usus. Akibatnya jumlah cairan ion fungsional
dapat dicegah dengan cara membatasi cairan dan dapat merugikan secara
lavement) harus diperhitungkan dan sedapat mungkin segera diganti pada masa
pra-bedah sebelum induksi. Setelah dari sisa defisit yang masih ada diberikan
pada jam pertama pembedahan, sedangkan sisanya diberikan pada jam kedua
berikutnya. Kehilangan cairan di ruang ECF ini cukup diganti dengan cairan
hipotonis seperti garam fisiologis, Ringer Laktat dan Dextrose. Pada penderita
yang karena penyakitnya tidak mendapat nutrisi yang cukup maka sebaiknya
diberikan nutrisi enteral atau parenteral lebih dini lagi. Penderita dewasa yang
hilang.
Tympanoplasty
Neonatus
* Prematur 90 ml/kg BB
Bayi 80 ml/kg BB
Dewasa
* Laki-laki 75 ml/kg/BB
* Wanita 65 ml/kg/BB
pertimbangan berdasarkan :
pembedahan
hematokrit
- 1 unit sel darah merah (PRC = Packed Red Cell) dapat menaikkan
- Maintenance 50ml/kgBB/hari
1. Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma
molekul tinggi dengan aktivitas osmotuik yang menyebabkan cairan ini cenderung
bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler. Oleh karena
itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada
Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal dibawah ini:
Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi.
Kebutuhan air untuk penderita dalam keadaan basal sekitar + 50 ml/kgBB/24 jam.
Pada hari pertama pasca bedah tidak dianjurkan pemberian kalium karena adanya
pelepasan kalium dari sel/jaringan yang rusak, proses katabolisme dan transfusi
darah. Akibat stress pembedahan, akan dilepaskan aldosteron dan ADH yang
cenderung menimbulkan retensi air dan natrium. Oleh sebab itu, pada 2-3 hari
pasca bedah tidak perlu pemberian natrium. Penderita dengan keadaan umum baik
cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan
protein sampai 50% kadar albumin harus dipertahankan melebihi 3,5 gr%.
Penggantian cairan pasca bedah cukup dengan cairan hipotonis dan bila perlu
larutan garam isotonis. Terapi cairan ini berlangsung sampai penderita dapat
pembedahan yang belum selesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr%,
cairan tersebut.
Kalori 20-30/kgBB/24jam
Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama, meliputi tekanan
darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil, jalan napas,
1. Pre-Operatif
a. Puasa
- Manajemen :
Pemberian
ml/kgBB) x Jam
Puasa
ml/kgBB) x Jam
Puasa + (3-5%XTBW
dibagi 8 jam
kedua ½)
ml/kgBB) x Jam
Puasa + (6-8%XTBW
dibagi 8 jam
kedua ½)
) + 10%XTBW
- Evaluasi
Output Urin
- Contoh :
2. Durante Operasi
a. Stres Pembedahan
- Manajemen :
Tympanoplasty
Inguinal hernia
Total hip
replacement
with peritonitis
- Evaluasi :
Hemodinamik
b. Perdarahan
Pemberian
ml) Menit
Menit
- Evaluasi
Kadar Hb
Urine Output
akibat apendisitis perforasi, estimasi darah yang hilang adalah 35% berapa
= 4200 ml)
3. Post Operasi
a. Puasa
- Manajemen
- Evaluasi
Tanda-tanda dehidrasi
- Contoh
terapi cairannya?
Cairan : Maintenance + Elektrolit
BAB 3
KESIMPULAN
perfusi jaringan yang adekuat, mencegah, dan mengoreksi adanya defisit cairan.
maupun darah, adalah jenis cairan yang digunakan dalam pemberian terapi
1. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J. 2016. Tersedia dari: URL:
http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.
2. Graber MA. Terapi cairan, elektrolit dan metabolik. Edisi 2. farmedia; 2013:17-
40.
3. Guyton AC, Hall JE, 2014, Textbook of medical physiology. Twelve edition.
46:1089-93.
5. Keane PW, Murray PF. Intravenous Fluids in Minor Surgery. Their effect in
2002.
8. Lyon Lee. Fluid and Electrolyte Therapy. Oklahoma State University – Center
http://member.tripod.com/lyser/ivfs.htm
11. Pandey CK, Singh RB. Fluid and electrolyte disorders. Indian J. Anaesh.
2012;47(5):380-387.
2010:122 – 3.