Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH KETEBALAN FILTRASI TERHADAP PENURUNAN

KADAR Biochemical Oxygen Demand (BOD) DALAM LIMBAH CAIR


TAHU

Udin Fahrudin, Bambang Surendro, Muhammad Amin

Fakultas Teknik Universitas Tidar

INTISARI
Saluran pembuangan limbah cair Industri tahu di Desa Mejing masih
belum mempunyai alat pengolah limbah untuk mengurangi kandungan bahan
organik dalam limbah cair tahu. Limbah cair tahu yang dihasilkan dari kegiatan
produksi tahu diperkirakan mengandung kadar Biochemical Oxygen Demand
(BOD) yang tinggi. Di lihat dari peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah bagi usaha
dan/atau kegiatan pengolahan kedelai, kadar BOD yang diperbolehkan yaitu 150
mg/L. Kadar BOD yang dihasilkan dari kegiatan industri tahu di Desa Mejing
diperkirakan masih melebihi ambang batas baku mutu air limbah yang
diperbolehkan. Sehingga perlu dilakukan pengolahan untuk mengurangi kadar
BOD yang tinggi.
Metode yang digunakan untuk mengolah limbah cair tahu agar
menurunkan kadar BOD yaitu dengan metode filtrasi. Pada penelitian ini
menggunakan 2 macam filtrasi yaitu filtrasi single media dan multi media. Filtrasi
single media menggunakan variabel bebas ketebalan media filter 30 cm, 60 cm
dan 90 cm, pada filtrasi multi media menggunakan variabel bebas kombinasi
media filter dengan ketebalan 30 cm. Pengambilan sampel air berasal dari saluran
pembuangan air industri tahu di Desa Mejing, Kecamatan Candimulyo,
Kabupaten Magelang.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pada filtrasi single
media dengan media filter pasir setebal 90 cm dengan kadar Biochemical Oxygen
Demand (BOD) setelah filtrasi sebesar 64 ppm, penurunan kadar Biochemical
Oxygen Demand (BOD) tertinggi dengan media filter pasir yaitu 1052 ppm,
semakin tebal lapisan filter pasir maka kadar Biochemical Oxygen Demand
(BOD) semakin kecil. Dengan hasil penelitian menggunakan filtrasi Single media
filter pasir, disimpulkan bahwa ketebalan media filter pada filtrasi single media
pasir memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar Biochemical Oxygen
Demand (BOD) di dalam air limbah.

Kata kunci: filtrasi, ketebalan filter, Biochemical Oxygen Demand (BOD)

1
2
A. PENDAHULUAN senyawa-senyawa organik tersebut
menyebabkan limbah cair tahu
Tahu merupakan salah satu
mengandung Biochemical Oxygen
bentuk lauk yang banyak dikonsumsi
Demand (BOD), Chemical Oxygen
oleh sebagian besar masyarakat
Demand (COD), Total Suspended
Indonesia, harganya yang murah
Solid (TSS), nitrogen, dan fosfor
serta mudah di dapat menjadikan
yang tinggi.
tahu banyak dicari. Saat ini industri
Di Desa Mejing, Kecamatan
pembuatan tahu sudah menjamur di
Candimulyo, Kabupaten Magelang
berbagai kawasan perkotaan sampai
merupakan kawasan industri pabrik
pedesaan. Industri pembuatan tahu di
tahu yang bersifat home industry.
Indonesia masih dalam katagori
Industri tahu di Desa Mejing masih
golongan industri kecil, bahkan
belum mempunyai alat pengolah
sampai saat ini masih banyak yang
limbah untuk mengurangi kandungan
berbentuk home industry.
bahan organik dalam limbah cair
Industri tahu merupakan salah
tahu. Limbah cair tahu di Desa
satu industri yang menghasilkan
Mejing diperkirakan mengandung
limbah organik. Limbah industri tahu
kadar Biochemical Oxygen Demand
yang dihasilkan berupa limbah padat
(BOD) yang tinggi. Apabila di lihat
dan limbah cair. Limbah padat (
dari peraturan Menteri Lingkungan
ampas tahu ) umumnya
Hidup Republik Indonesia Nomor 5
dimanfaatkan sebagai makanan
Tahun 2014 tentang baku mutu air
ternak. Namun lain halnya dengan
limbah bagi usaha dan/atau kegiatan
limbah cair tahu, limbah cair
pengolahan kedelai, kadar BOD yang
buangan yang dihasilkan oleh
diperbolehkan yaitu 150 mg/L.
industri tahu memiliki tingkat
Dengan demikian kadar BOD yang
pencemaran lebih besar
dihasilkan dalam kegiatan
dibandingkan limbah padat. Limbah
pembuatan tahu pada industri tahu di
padat dihasilkan dari proses
Desa Mejing, Kecamatan
penyaringan dan penggumpalan.
Candimulyo, Kabupaten Magelang
Sedangkan limbah cairnya dihasilkan
perlu diketahui, diharapkan
dari proses pencucian, perebusan,
kandungan BODnya tidak melebihi
pengepresan dan pencetakan tahu,
ambang batas baku mutu air limbah
sehingga limbah cair yang dihasilkan
yang diperbolehkan. Dengan
sangat tinggi (Kaswinarni, 2007).
demikian, harus ada sistem
Limbah cair industri tahu
pengolahan limbah cair tahu agar
mengandung bahan-bahan organik
kadar BOD yang ada lebih kecil dari
yang tinggi berupa protein,
baku mutu air limbah yang
karbohidrat, lemak, minyak, dan
disyaratkan.
asam-asam amino (Nurhasan dan
Pramudyanto, 1997). Adanya

3
Pada umumnya limbah cair berasal dari rumah tangga, industri
industri tahu mengandung kadar maupun tempat-tempat umum
BOD yang tinggi, karena belum lainnya dan pada umumnya
adanya pengolahan atau penyaringan mengandung bahan-bahan atau zat-
limbah cair, dengan demikian limbah zat yang dapat membahayakan bagi
cair industri tahu diperkirakan kesehatan manusia serta
mengandung kadar BOD yang mengganggu lingkungan hidup.
melebihi baku mutu yang telah Batasan lain mengatakan bahwa air
diisyaratkan akan menimbulkan limbah adalah kombinasi dari cairan
permasalahan yaitu akan dan sampah cair yang berasal dari
menciptakan media untuk daerah pemukiman, perdagangan,
tumbuhnya kuman-kuman. Selain itu perkantoran, dan industri, bersama-
juga akan menyebabkan bau busuk sama dengan air tanah, air
yang menyengat apabila dibiarkan permukaan dan air hujan yang
dibuang kelingkungan dalam waktu mungkin ada.
yang lama (nurhasan, 1991). Oleh Dari beberapa definisi limbah
karena itu perlu diketahui cair tersebut dapat disimpulkan
kandungan BOD yang ada pada bahwa limbah cair merupakan
setiap limbah tahu yang dihasilkan gabungan atau campuran dari air dan
oleh setiap pabrik tahu. bahan-bahan pencemar yang terbawa
Berdasarkan pemikiran tersebut oleh air, baik dalam keadaan terlarut
penulis memandang untuk maupun tersuspensi yang terbuang
melakukan penelitian berkaitan dari sumber domestik (perkantoran,
kadar BOD yang ada pada saluran perumahan, perdagangan), sumber
limbah pada pabrik tersebut dengan industri, dan pada saat tertentu
judul “Pengaruh Ketebalan Filtrasi tercampur dengan air tanah, air
Terhadap Penurunan Kadar permukaan, dan air hujan.
Biochemical Oxygen Demand Dalam menurunkan kadar
(BOD) Dalam Limbah Cair Tahu”. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
di dalam air ada beberapa teknik
B. TINJAUAN PUSTAKA yang dapat digunakan. Pemilihan
Air limbah ( wastewater ) penggunaan teknik dapat disesuaikan
adalah kotoran dari masyarakat dan dengan keadaan dan kondisi yang
rumah tangga dan juga yang berasal ada.
dari industri, air tanah, air 1. Sedimentasi
permukaan serta buangan lainnya. Sedimentasi adalah proses
Dengan demikian air buangan ini pengendapan partikel-partikel
merupakan hal yang bersifat kotoran padat yang tersuspensif dalam
umum. Air limbah atau air buangan cairan/zat cair karena pengaruh
adalah sisa air yang dibuang yang gravitasi. Proses sedimentasi

4
terjadi apabila partikel tersebut penyerapan gas (absorbs) dan
mempunyai berat jenis yang pelepasan gas (desorbsi).
lebih besar dari air sehingga Media filter merupakan alat
secara gravitasi partikel filtrasi yang digunakan untuk
tersebut tenggelam. memisahkan campuran dengan
2. Koagulasi/Flokulasi media porous atau material porous
Proses pengumpulan lainnya guna memisahkan sebanyak
partikel-partikel halus yang mungkin padatan tersuspensi yang
tidak dapat diendapkan secara paling halus. Penyaringan ini
gravitasi menjadi partikel yang merupakan proses pemisahan antara
lebih besar sehingga bisa padatan atau koloid dengan cairan,
diendapkan dengan dimana prosesnya bisa dijadikan
menambahkan bahan koagulan. sebagai proses awal (primary
Partikel-partikel tersebut treatment).
kemudian dihilangkan melalui Air olahan yang akan disaring
proses sedimentasi dan filtrasi. berupa cairan yang mengandung
3. Filtrasi butiran halus atau bahan-bahan yang
Proses penyaringan larut dan menghasilkan endapan,
dilakukan untuk maka bahan-bahan tersebut dapat
menghilangkan zat padat dipisahkan dari cairan melalui
tersuspensif (yang diukur filtrasi. Apabila air olahan
dengan kekeruhan) dari air mempunyai padatan dengan ukuran
melalui media berpori. seragam, maka saringan yang
Penyaringan melalui media digunakan adalah single medium.
berpori terjadi dengan cara Sebaliknya, apabila ukuran beragam
membawa dan menjebak maka digunakan saringan dual
pertikel-partikel kedalam ruang medium atau three medium.
pori sehingga terjadi (Sanropie,1984).
pengumpulan dan tumpukan Pada penelitian ini penulis
partikel-partikel pada menggunakan 2 macam tipe saringan
permukaan butiran dari yaitu saringan single media dan multi
medium filter. media, media filter yang digunakan
4. Aerasi adalah karbon aktif, batu apung, dan
Proses pengolahan air yang pasir (merapi), dikombinasi dengan
dilakukan dengan cara ketebalan media filter bervariasi.
mengontakkan air dengan
udara (oksigenasi). Prinsip 1. Karbon Aktif
yang terjadi pada saat aerasi Karbon aktif atau sering
sebenarnya adalah proses disebut juga sebagai arang aktif
adalah karbon yang telah mengalami
proses aktivasi yang menyebabkan

5
pori-porinya menjadi lebih terbuka mengandung macam- macam
serta menaikkan luas permukaan partikel.).
yang ada sehingga mempunyai daya
serap yang tinggi. Keaktifan daya 2. Batu Apung
serap karbon aktif ini tergantung dari Batu apung (pumice) adalah
jumlah senyawa karbonnya yaitu jenis batuan yang berwarna abu-abu
berkisar antara 85 % sampai 95% terang hingga putih, mempunyai
karbon bebas. Luas permukaan yang struktur berpori, ringan dan
luas menyebabkan karbon aktif mengandung buih yang terbuat dari
mempunyai kemampuan menyerap gelembung berdinding gelas, dan
gas, uap atau zat yang berada di biasanya disebut juga sebagai batuan
dalam suatu larutan. Pada proses gelas volkanik silikat. Batuan ini
filtrasi, karbon aktif mempunyai terbentuk dari magma asam oleh aksi
peran untuk menahan bahan organik letusan gunung api yang
terlarut, menghilangkan bau dan rasa mengeluarkan materialnya ke udara,
di dalam air serta mengabsorbsi ion- kemudian mengalami transportasi
ion logam berat (Sutrisno,1987). secara horizontal dan terakumulasi
Besar kecilnya ukuran pori sebagai batuan piroklastik. Batu
dari kristalit-kristalit arang aktif apung mempunyai sifat yang porous,
selain tergantung pada suhu mempunyai permukaan yang luas
karbonisasi juga bahan baku yang dan banyak mengandung silica dan
digunakan. Ukuran porinya dapat alumunium, sehingga batu apung
berkisar antara 10 - > 250 A°. mempunyai kemampuan yang baik
Beukens et al. (1985). dalam menyerap ion-ion logam berat
Distribusi ukuran pori baik belum diaktifkan maupun yang
merupakan parameter yang penting telah mengalami proses Aktifasi.
dalam hal kemampuan daya serap Ukuran (diameter) butiran media
arang aktif terhadap molekul yang berpengaruh pada porositas, rate
ukurannya bervariasi. Disamping filtrasi dan daya saring. Tebal
distribusi pori, bentuk pori tidaknya media akan
merupakan parameter yang khusus mempengaruhi lama pengaliran
untuk daya serap arang aktif yang dan besar daya saring (Edahwati,dkk,
terjadi. Pori-pori dengan bentuk 2009).
silinder lebih mudah tertutup yang Pengujian dengan
menyebabkan tidak aktifnya bagian menggunakan ukuran partikel batu
permukaan dari arang aktif tersebut. apung yang kecil menyebabkan
Bila arang aktif digunakan untuk tingginya bahan terlarut pada sampel
penjernihan air, lebih banyak air limbah, hal tersebut terjadi karena
dibutuhkan pori-pori yang terbuka semakin kecil ukuran partikel batu
karena air sebagian besar apung semakin banyak bahan terlarut
di dalam air limbah yang tersaring,

6
sehingga kandungan anion maupun C. METODOLOGI
kation semakin cepat bereaksi PENELITIAN
dengan logam-logam yang Metodologi penelitian yang
terkandung di dalam air limbah. digunakan meliputi tata cara serta
Semakin banyak ion- ion terlarut di alat dan bahan yang digunakan
dalam air limbah yang diserap batu dalam penelitian. Alat dan bahan
apung, nilai konduktivitas yang yang digunakan merupakan
dihasilkan akan semakin besar keseluruhan alat dan bahan yang ada
(Nurhayati, 2011). serta pendukungnya yang digunakan
Menurut Luluk Edahwati dan dalam penelitian.
Suprihatin (dalam penelitian Penelitian ini dilaksanakan
Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi, dengan pengambilan sampel air dari
Dan Filtrasi Pada Pengolahan Air kampung Mejing Kecamatan
Limbah Industri Perikanan, UPN Candimulyo, Kabupaten Magelang.
“Veteran” Jawa Timur) mengatakan Pemeriksaaan dilakukan dengan cara
bahwa Dari penelitian ini diketahui pengambilan sampel air sebelum
efisiensi batu apung terhadap melalui proses filtrasi dan sesudah
penurunan kadar COD untuk melalui proses filtrasi, dengan waktu
masing-masing ketinggian batu pengambilan pagi hari, siang hari,
apung dan laju alir masuk yang telah dan sore hari.
ditetapkan. Semakin besar laju alir Secara keseluruhan tebal media
air limbah penurunan kadar COD filter yang digunakan dalam saringan
semakin kecil. Hal ini dengan pembagian ketebalan
disebabkan karena dengan semakin bervariasi. Adapun untuk lebih
besar tinggi batu apung maka proses jelasnya gambar penampang filter
penurunan proses penyerapan atau dengan media filter batu apung –
pemisahan tidak efisien. karbon – pasir (BKP)
3. Pasir
Pasir merupakan media
penyaring yang berupa butiran bebas
yang porous dan berdegradasi yang
biasa digunakan dalam proses
penjernihan air. Butiran pasir
memiliki pori-pori dan celah yang
mampu menyerap dan menahan
Batu
partikel dalam air. Selain itu butiran
Apung
pasir juga mempunyai keuntungan
dalam pengadaan yang mudah dan
Tebal Filter 30cm
harganya yang relatif rendah
(Kusnaedi, 1995).

7
Karbon
Batu Aktif
Apung

Tebal Filter 60 cm
Tebal Filter 90 cm

Batu
Apung

Pasir
Tebal Filter 90 cm
Tebal Filter 30 cm

Pasi
Karbon
Aktif
Tebal Filter 30 cm Tebal Filter 60 cm

Karbon Pasir
Aktif

Tebal Filter 60 cm Tebal Filter 90 cm

8
1) Data Hasil Uji Kadar BOD
filtrasi Single Media Filter

30 cm 30 cm 30 cm
Batu Pasir.
Apung Hasil pengujian kadar BOD di
Pasir K BOD
T K BOD
No. Rata2
(cm) (ppm)
Karbon (ppm)
Aktif 462,00
Tebal Filter 90 cm 1 30 432,00 424,67

D. HASIL PENELITIAN DAN 380,00


PEMBAHASAN 555,00
1. Hasil 290,50
2 60 172,50
a. Uji Laboratorium Sebelum
Filtrasi 144,00
Pemeriksaaan dilakukan 114,00
dengan cara pengambilan sampel air 3 90 66,00 64,00
sebelum proses filtrasi, dengan
12,00
pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil
analisa kimia air limbah tahu laboratorium pada filtrasi single
sebelum filtrasi seperti ditunjukkan media menggunakan filter Pasir
pada Tabel 4.1. ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Filtrasi Single
Tabel 4.1 Hasil Uji Laboratorium Air Media Filter Pasir
Asli * T = Tebal bahan filtrasi (cm)
K BOD K = Kadar BOD (ppm)
No K BOD
Sampel Rata2
. (ppm)
(ppm) 2) Data Hasil Uji Kadar BOD
S1 2190.0 filtrasi Single Filter Batu
1 S2 438.0 1116.0 Apung
S3 720.0 Hasil pengujian kadar BOD di
* T = Tebal bahan filtrasi (cm) laboratorium pada filtrasi single
K = Kadar BOD (ppm) media menggunakan filter batu
apung ditunjukkan pada Tabel 4.3.
b. Hasil Uji Laboratorium Sesudah
Filtrasi Tabel 4.3 Hasil Filtrasi Single
Media Filter Batu Apung

9
K BOD
No T K BOD
Rata2 * T = Tebal bahan filtrasi (cm)
. (cm) (ppm)
(ppm) K = Kadar BOD (ppm)
438,00
4) Data Hasil Analisis Kimia
1 30 462,00 405,00 Kadar BOD Filtrasi Multi
315,00 Media.
674,80 Pengujian ini digunakan
metode filtrasi multi media dengan
2 60 568,80 602,03
filter 3 tingkat masing-masing
562,50 tingkat setebal 30 cm serta ketebalan
760,00 total filter 90 cm. Media filter yang
digunakan dalam penelitian ini
3 90 562,00 588,67
adalah batu apung, pasir dan karbon
444,00 aktif (BPK). Pengujian kadar BOD
* T = Tebal bahan filtrasi (cm) di laboratorium dengan
K = Kadar BOD (ppm) menggunakan filter multi media
ditunjukkan pada Tabel 4.5.
3) Data Hasil Uji Kadar BOD
filtrasi Single Filter Karbon Tabel 4.5 Hasil Filtrasi Multi Media
Aktif.
Pengujian kadar BOD di K
T K
No BOD
laboratorium dengan menggunakan (cm J Filter BOD
. Rata2
filter karbon aktif ditunjukkan pada ) (ppm)
(ppm)
Tabel 4.4. Batu
apung-
294,0
Tabel 4.4. Hasil Filtrasi Single 1 90 Pasir -
0
Media Filter Karbon Aktif Karbon
aktif
K BOD Batu
No T K BOD
Rata2 apung-
264,0 260,0
. (cm) (ppm) 2 90 Pasir-
(ppm) 0 0
450,00 Karbon
1 30 420,00 416,40 aktif
379,20 Batu
apung-
444,00 222,0
3 90 Pasir-
2 60 412,50 422,43 0
Karbon
410,80 aktif
363,40 * T = Tebal bahan filtrasi (cm)
3 90 135,00 206,13 J = Jenis penyusun bahan filter
120,00 K = Kadar BOD (ppm)

10
600,00 500
pagi
K = -6,0111x + 620,39
500,00 R² = 0,6226 450
400 siang
400,00 sore
350
K = -0,0513x2 + 0,1444x +
K (ppm)

466,5
300,00 300 K = -1,4433x + 505,73

K (ppm)
R² = 0,6362
250
R² = 0,8017
200,00 K = -313,8ln(x) + 1514,4
200
K = -0,15x2 + 13,25x +
R² = 0,5818
100,00
157,5
K = 345479x-1,911 150 R² = 1
- R² = 0,5628 100 K = -0,1791x2 + 17,173x +
0 20 40 T (cm)
60 80 100 50 25,2
0
R² = 1
0 20 40 60 80 100
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara
tebal filter dan kadar BOD pada T (cm)
filtrasi single media. Gambar 4.4 Grafik hubungan antara
tebal filter dan kadar BOD pada
700,00 filtrasi single media Karbon aktif.
pagi K = -0,2967x2 + 29,8x -
600,00 siang 165
sore 400
500,00 R² = 1
294
400,00 300 264
K (ppm)

K= 0,085x2 - 16,3x + 222


300,00 844,5 200
200,00
R² = 1
100
100,00
K = 0,0578x2 - 13,067x + 720 0
- R² = 1
0 20 40 60 80 100
T (cm)
Gambar 4.5 Grafik penurunan kadar
Gambar 4.2 Grafik hubungan antara BOD filtrasi Multi media Batu
tebal filter (T) dan kadar BOD (K) apung, Pasir dan Karbon aktif.
pada filtrasi single media Pasir.
2. Pembahasan
800
pagi
Berdasarkan Gambar 4.2
700
siang hubungan antara tebal filter pasir dan
600
sore kadar BOD menunjukkan bahwa
500
K (ppm)

semakin tebal lapisan pasir, maka


400 K = -0,0709x 2 + 11,24x +
2 + 13,473x
K = -0,0764x +
300
kadar BOD nya semakin kecil, hal
121,6 169,6
200 R² = 1 R² = 1 ini adalah sesuai dengan teori yang
100
K = -0,2033x2 + 26,55x - menyebutkan bahwa butiran pasir
298,5
0 R² = 1 memiliki pori-pori dan celah yang
0 20 40 60 80 100 mampu menyerap dan menahan
T (cm)
partikel dalam air, ukuran butiran
Gambar 4.3 Grafik hubungan antara mempengaruhi persen reduksi
tebal filter dan kadar BOD pada amonik, BOD dan COD karena
filtrasi single media Batu apung. ukuran butiran berpengaruh pada

11
luas spesifik area. Semakin kecil untuk dicuci lebih dulu, sehingga ada
ukuran butiran maka luas permukaan kemungkinan di dalam rongga batu
spesifik akan semakin besar. apung terdapat partikel lain yang bisa
Semakin besar luas permukaan memicu bertambahnya kotoran,
spesifik maka jumlah mikroba yang sehingga air limbah yang mengalir
menempel akan semakin banyak dan melewati rongga-rongga batu apung
akan membentuk biofilm. Hal ini tidak semakin jernih akan tetapi
sesuai dengan kesimpulan dari Nam menjadi lebih kotor.
(2000) bahwa pengurangan BOD Pada hasil penelitian
yang terjadi akan lebih tinggi karena menggunakan media karbon aktif
semakin kecilnya celah antar pasir, sesuai gambar 4.3 dengan variasi
seiring dengan semakin besarnya ketebalan yang sama dengan lapisan
luas permukaan spesifik pada pasir pasir terjadi keadaan yang hampir
dengan ukuran yang lebih kecil, serupa dengan hasil penelitian
sehingga lebih banyak yang terserap, menggunakan media pasir. Semakin
hal ini sesuai dengan hasil penelitian tebal media penyaring karbon aktif,
yang menunjukkan bahwa setiap maka kadar BOD nya semakin kecil.
penambahan tebal pasir sebesar 30 Hal ini adalah sesuai dengan teori
cm terjadi penurunan BOD sebesar yang menyebutkan bahwa karbon
134,17 ppm. Akan tetapi ketika aktif adalah karbon/arang yang
peneliti melakukan penelitian dengan sudah diaktifkan, sehingga pori-
menggunakan media batu apung porinya terbuka dan permukaannya
dengan variasi ketebalan yang sama bertambah luas sekitar 300 sampai
dengan lapisan pasir terjadi keadaan 2000 m2 /g. Permukaan arang aktif
yang sebaliknya, yaitu apabila tebal yang semakin meluas ini
lapisan batu apung semakin besar menyebabkan daya adsorpsinya
hasil penyaringannya semakin besar, (gaya tarik-menarik antara molekul)
sesuai teori yang ada dinyatakan terhadap gas atau cairan makin
apabila lapisan batu apung semakin tinggi (Kirk dan Othmer, 1964).
besar, maka proses penyaringan Daya adsorpsi karbon/arang aktif
terhadap kadar BOD kurang efektif, yang tinggi disebabkan jumlah pori-
sehingga dari hasil penelitian tampak pori yang besar (Lenntech, 2004).
terjadi keadaan yang berbeda, yaitu Berdasarkan penelitian yang
ketika lapisan batu apung semakin dilakukan sehingga memenuhi syarat
besar maka kondisi BOD tersaring baku mutu air limbah bagi usaha
juga semakin besar, hal ini juga dan/atau kegiatan pengolahan
dimungkinkan karena ketika kedelai, adalah dengan menggunakan
pelaksaan penelitian dilalkukan bahan pasir dengan ketebalan 90 cm.
dengan menggunakan batu apung
tersebut, batu apung tidak disarankan

12
E. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Penggunaan media filter karbon
Kesimpulan : aktif dapat dipertimbangkan
1. Proses filtrasi dengan Batu Apung dalam penelitian lebih lanjut,
dengan variasi ketebalan 30 cm, dengan variasi ketebalan filter
60 cm, 90 cm semakin tebal dimulai dari 90 cm.
bahan filtrasi Batu apung, maka
akan semakin menambah kadar
BOD dalam limbah cair tahu.
Sehingga tidak memenuhi untuk
bahan filtrasi limbah cair tahu.
2. Tebal filter Pasir 90 cm mampu
menurunkan kadar BOD,
ketebalan 90 cm yang sudah
memenuhi ambang batas
persyaratan baku mutu menurut
Kementerian Lingkungan Hidup
tahun 2014.
3. Tebal filtrasi dengan bahan
karbon aktif dengan variasi
ketebalan media filter 30 cm, 60
cm, 90 cm, menunjukkan keadaan
bila filter semakin tebal maka
kadar BOD tersaring semakin
besar. Namun sampai ketebalan
filtrasi karbon aktif 90 cm kadar
BOD yang tersaring belum
memenuhi ambang batas
persyaratan baku mutu menurut
Kementerian Lingkungan Hidup
tahun 2014

Saran :
1. Penelitian dapat dilanjutkan
dengan menggunakan bahan batu
apung namun sebelum digunakan
sebagai bahan filtrasi, terelebih
dulu bahan batu apung dicuci
terlebih dahulu, sehingga
kemungkinan adanya zat lain
yang bersifat menambah kadar
BOD dapat diperkecil.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, Petunjuk Penulisan Usulan dan Laporan Tugas Akhir, Fakultas
Teknik, UTM, Magelang.

Anonim, 2014, Batu Apung, http://sain-kifamona.blogspot.com/2011/06/batu-


apung.html, diakses 02/05/2016.

Astari, S., dan Iqbal, R., 2009, Kehandalan Saringan Pasir Lambat dalam
Pengolahan Air, ITB, Bandung.

Pohan, N, 2008, Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu Dengan Proses Biofilter
Aerobik, Medan.

Nuraini, Y, 2012, Penurunan Senyawa Organik Limbah Cair Industri Tahu


Dengan Proses Biofilter Aerob, Surabaya.

Nasik, 2015, Penelitian Pengolahan Limbah Cair Tahu Dengan Menggunakan


Koagulan Pac (Poly Aluminium Chloride) Dan Flokulan Organoclay
(Bentonit-Polydadmac), Jakarta.

Anonim, 2009, Skema Pengelompokkan Bahan Yang Terkandung Di Dalam Air


Limbah,
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahrs/limbahrs.html, di
akses, 03/05/2016.

Anonim, 2014, Batu Apung, http://sain-kifamona.blogspot.com/2011/06/batu-


apung.html, diakses 27/05/2016.

Munir Rinaldi, 2010, Metode Numerik, Informatika : Bandung,


Http///www.Regresi Polinomial-Titik Widiharih-wordpress-Pdf.com, di
akses, 03/05/2017.

Susetyo, B, Penurunan Kadar Mangan (Mn) Di Dalam Air Menggunakan Metode


Filtrasi Tanpa Pengaruh Aerasi, UNTIDAR, Magelang.

Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup


Tentang Baku Mutu Air Limbah, Jakarta, Sekretariat Negara.

UU Republik Indonesia No. 32, 2009, Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup, Kementeri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
Jakarta.

14
Sembiring, R.K. 1995. Analisis Regresi. ITB, Bandung.

Ubaidillah, M., I., Malik, M., Suyudi, M., M., Saputra, F., A., Fitria, I., dan
Cholisnah, S., 2010, Korelasi Dan Regresi Pada Penelitian Kuatitatif,
Universitas Islam Negeri Maulana Maliki Ibrahim, Malang.

Humaedi, A., 2012, Pemanfaatan Batu Apung (Pumice) sebagai Media Absorpsi
Limbah Cair, Universitas Mathla’ul Anwar Banten, Banten.

Suprapti, M.L., 2005. Pembuatan Tahu. 1st ed. Yogyakarta: Kanisius.

Alaerts, G. & Santika, S.S., 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha
Nasional.

Edahwati, L. & Suprihatin, Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi, Dan Filtrasi


Pada Pengolahan Air Limbah Industri Perikanan, Program Studi Teknik
Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran, Surabaya.

Rishalehesty, P., Efek Jenis Pasir & Ukuran Butiran Pada Saringan Pasir Lambat
Untuk Mengolah Black Water Sebagai Air Irigasi, Tekno Limbah Vol.
2, Yogyakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai