Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus Ujian

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

Oleh :
Taufik Novri Effendi 1730912310131

Penguji
dr. Sherly Limantara, Sp.KJ

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
RSJ SAMBANG LIHUM BANJARMASIN
NOVEMBER, 2018
1

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. D

Tempat, Tanggal lahir : Mantaas, 01 Juli 1967

Usia : 51 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Asam-asam, jorong, Tanah Laut, Kalsel

Pendidikan : SD/SR

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Agama : Islam

Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia

Status Perkawinan : Cerai Hidup

Tanggal Masuk : 22 November 2018

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

Diperoleh dari autoanamnesis dan heteroanamnesis pada hari Kamis tanggal

22 Nopember 2018 pukul 15.30 WITA di IGD RSJ Sambang Lihum dengan Ny.H

(anak pasien).

A. ALASAN UTAMA

Mengamuk

1
2

B. KELUHAN TAMBAHAN

Tidak ada keluhan tambahan dari pasien.

C. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

Heteroanamnesis ( Anak pasien, Ny. H)

Fase Prodromal (2015): berteriak-teriak, berbicara sendiri, dan suka

melempar barang-barang.

Pasien mulai mengalami perubahan tingkah laku sejak 3 tahun yang lalu

yaitu mulai teriak-teriak, berbicara sendiri, mengamuk, melempar barang-barang

marah sama orang-orang.

Fase Aktif (1minggu) : susah tidur , mengamuk, sering curiga dengan anggota

keluarga, keluyuran.

Satu minggu terakhir ini, pasien mulai sering susah tidur , bisa mengamuk

dan marah kepada anggota keluarga yang lain dengan alasan yang tidak jelas, sering

mencurigai anggota keluarga pasien membicarakn pasien dan memfitnah pasien. 1

minggu SMRS pasien didapatkan keluyuran keluar, sempat dicari keluarga dan

ditemukan di jalanan dan di bawa pulang ke rumah. 4 hari SMRS pasien mengamuk

dan berteriak sambil mengacungkan parang kepada keluarga yaitu sepupu pasien

dan mengancam akan membunuh sepupu pasien, pasien sempat mencekik leher

sepupu pasien namun di tahan oleh keponakan pasien, karena keluarga pasien

ketakutan lalu melaporkan pasien ke pihak kepolisian setempat pasien lalu di

jemput paksa di rumahnya dan di bawa ke polsek, saat berada di polsek pasien

terlihat berdiam diri di dalam sel dan kadang berbicara sendiri sewaktu-waktu

pasien di kelurkan dari sel dan pasien ikut petugas kepolisian mengatur lalulintas

2
3

terkadang pasien mencucikan mobil patroli polisi setelah di amankan di polsek ± 4

hari di polsek pasien kemudian di antar ke RSJ Sambang lihum karena polisi

mencurigai pasien mengidap gangguan jiwa, saat tiba di IGD RSJ Sambang lihum

pasien terlihat gelisah dan berbicara sendiri menggunakan bahasa dayak, pasien

sempat ingin merokok dan pasien keluyuran kemudian pasien di tangkap oleh

perawat kemudian pasien di fiksasi, saat di fiksasi pasien terlihat mengamuk dan

berteriak kalau pasien tidak sakit jiwa dan berusaha ingin melawan serta

melepaskan ikatan pasien berteriak-berteriak mengancam akan membunuh semua

orang yg ada di igd pasien berulang kali mengucapkan mantra agar para iblis datang

dan membunuh semua orang yang ada di igd.

Autoanamnesis

Pasien datang bersama keluarganya dengan keluhan sering mengamuk. Saat

ditanya mengenai identitas pasien menjawab pasien bernama daliah , pasien

mengatakan bersama sama jannah saat di mekah, pasien mengaku jannah

membunuh suami pasien,.

Hendaya/disabilitas

Saat ini pasien sudah tidak bekerja, sebelumnya pasien merupakan petani

karet namun sekarang pasien cenderung menyendiri, mengurung diri di kamar, dan

menutup diri dari lingkungannya semenjak tahun 2016, Pasien hanya mandi jika

pasien mau.

Faktor stress psikososial

Keluarga mengaku sejak 3 tahun yang lalu setelah pasien bercerai pasien

menjadi berubah.

3
4

Hubungan gangguan sekarang dengan gangguan sebelumnya

Pasien menjadi sering kumat seperti mengamuk dan meresahkan anggota

keluarga. Pasien juga sering keluyuran.

RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

Pasien pernah di rawat di RSJ Samarinda ± 10 tahun yg lalu (2008) karena

mengamuk dan berbicara sendiri, namun di tengah perawatan pasien melarikan diri.

D. RIWAYAT PENGGUNAAN NAPZA

Pasien tidak pernah mengkonsumsi zat napza.

E. RIWAYAT PENYAKIT MEDIS

Pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit akibat suatu penyakit medis dan

menurut keluarga pasien tidak pernah/sedang mengidap penyakit medis kronis.

F. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

a) Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien dan keluarga tidak mengetahui.

b) Riwayat Infanticy/Masa Bayi (0-1 tahun) Basic Trust vs Mistrust

Pasien berkata tidak memiliki gangguan perkembangan. Keluarga tidak

mengetahui.

c) Riwayat Early Childhood/ Masa kanak (1-3 tahun) Autonomy vs shame

and doubt

4
5

Menurut pasien, dirinya tidak mengalami gangguan perkembangan. Keluarga

tidak mengetahui

d) Riwayat Pre School Age/ Masa Prasekolah (3-6 Tahun) Initiative Vs Guilt

Menurut pasien, dirinya tidak mengalami gangguan perkembangan. Keluarga

tidak mengetahui

e) Riwayat School Age/masa sekolah (6-11 tahun) Industry vs Inferiority

Menurut pasien, dirinya tidak mengalami gangguan pada masa ini. Keluarga

tidak mengetahui

f) Riwayat Adolescence (11-20 tahun) Identity vs Role diffusion/Identity

Confusion

Menurut anak pasien, anak pasien sering mendengar cerita bahwa pasien

adalah anak yang cerdas dan memiliki banyak teman. Pasien juga jago main

gitar

g) Riwayat Young Adulthood (20-40 tahun) Intimacy vs Isolation

Suami pasien menceraikan pasien saat tingkah laku pasien mulai berubah

sekitar tahun 2016. Menurut keponakannya pasien merupakan pribadi yang

bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya dan mengatakan hubungan

keluarga pasien baik-baik saja sebelum pasien mengalami gangguan.

G. RIWAYAT MASA DEWASA

1. Riwayat pendidikan : Pasien bersekolah hingga SD.

2. Riwayat pekerjaan : Pasien tidak bekerja.

3. Riwayat perkawinan : Pasien sudah pernah menikah 1 kali namun bercerai

dan memiliki 7 orang anak

5
6

4. Riwayat keagamaan : Pasien beragama Islam namun tidak terlalu taat.

5. Riwayat psikoseksual : Pasien tidak ada keluhan mengenai psikoseksual

6. Riwayat aktivitas sosial : Pasien jarang bersosialisasi dengan tetangga atau

warga sekitar

7. Riwayat hukum : Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran

hukum dan terlibat masalah hukum.

8. Riwayat penggunaan waktu luang : Pasien sering menyendiri

9. Riwayat keluarga : Tidak ada penyakit serupa dalam keluarga

Genogram

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: gangguan kejiwaan (laki-laki)

: gangguan kejiwaan (perempuan)

: pasien

6
7

: meninggal (laki-laki)

: meninggal (perempuan)

H. RIWAYAT SITUASI SEKARANG

Pasien merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara, tinggal sendiri tanpa

ditemani keluarga. Pasien merasa tidak dalam keadaan sakit dan baik-baik saja.

I. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA

Pasien tidak merasa dirinya sakit namun menganggap bahwa dirinya memiliki

kekuatan untuk membunuh orang lain dengan cara memanggil iblis miliknya.

III. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT

1. Status Interna :

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Nadi : 86 kali /menit, reguler, kuat angkat

Respirasi : 22 kali/menit

Suhu (aksila) : 36,5oC

SpO2 : 98%

 Kulit

Inspeksi : tidak terdapat anemis, purpura, ikterik, hiperpigmentasi

Palpasi : nodul (-), sclerosis (-), atrofi (-)

 Kepala dan leher

Inspeksi : normosefali

Palpasi :tidak terdapat pembesaran KGB, tidak ada peningkatan

JVP

7
8

Auskultasi : tidak ada bruit.

 Mata

Inspeksi : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan

(-/-), mata berair (-/-), ptosis(-/-), pandangan kabur (-/-

), pupil isokor kiri dan kanan.

Funduskopi : tidak dilakukan

 Telinga

Inspeksi : serumen minimal, sekret (-/-)

Palpasi : nyeri mastoid (-/-)

 Hidung

Inspeksi : epistaksis (-/-)

Palpasi : nyeri (-/-)

 Mulut

Inspeksi : hipersalivasi (-), perdarahan gusi (-), pucat (-), sianosis,

stomatitis (-), leukoplakia (-)

 Toraks

Inspeksi : gerak dada simetris antara kanan dan kiri

Palpasi : fremitus vokal simetris

Perkusi : sonor

Auskultasi : suara napas vesikuler, wheezing (-/-), ronki (-/-)

 Jantung

Inspeksi : iktus tidak tampak

Palpasi : iktus teraba pada ICS V midclavicula sinistra

8
9

Perkusi : batas kanan: ICS IV linea sternalis dekstra batas kiri: ICS

V linea midklavikula sinistra

Auskultasi : S1>S2 tunggal, irama regular, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen

Inspeksi : bentuk permukaan abdomen cembung

Auskultasi : peristaltik usus (+) normal 5x/menit

Perkusi : timpani

Palpasi : shifting dullness (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)

massa (-), nyeri tekan (-)

 Punggung

Inspeksi : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : nyeri (-), nyeri ketok ginjal (-)

 Ekstremitas

Inspeksi : gerak sendi normal, deformitas (-), kemerahan (-),

varises (-), kelemahan (-)

Palpasi : panas (-), nyeri (-), massa (-), edema (-)

2. Status Neurologis

Nervus I-XII : dalam batas normal

Rangsang Meningeal : tidak ada

Gejala peningkatan TIK : tidak ada

Refleks fisiologis : dalam batas normal

Refleks patologis : tidak ada

9
10

IV. STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien perempuan berumur 51 tahun pasien memakai baju gamis orange dan

sendal hitam, pasien juga mengenakan kerudung hitam. Pasien memiliki perawakan

tinggi sedang, berbadan kurus , berkulit sawo matang, pasien nampak cukup terawat

dan penampilan sesuai usia.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotorik : hiperaktif

3. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

B. Keadaan afektif, perasaan, ekspresi

1. Mood : hiperthym

2. Afek : sempit

3. Keserasian : serasi

C. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi A/V/H/G/T/O : +/+/-/-/-/-

2. Ilusi A/V/G/T/O : -/-/-/-/-

3. Depersonalisasi : tidak ada

10
11

4. Derealisasi : tidak ada

D. Pembicaraan

1. Pembicaraan : koheren, relevan, bericara sendiri tidak

jelas. kontak verbal (+), spontan, volume

suara keras, artikulasi jelas

E. Proses pikir

1. Bentuk pikir : non-realistik

2. Arus pikir : koheren

3. Isi pikir :Waham kebesaran

F. Sensorium dan kognitif

1. Kesadaran : jernih

2. Daya konsentrasi : kurang

3. Orientasi :

Waktu/Tempat/Orang/Situasi : baik/tidak baik/baik/tidak baik

4. Daya ingat

Segera : baik

Jangka pendek : baik

Jangka menengah : baik

Jangka panjang : baik

5. Intelegensia : sesuai dengan tingkat pendidikan.

G. Kemampuan pengendalian impuls : tidak baik

11
12

H. Daya Nilai

Norma sosial : Pasien mengetahui norma-norma yang

berlaku

Uji daya nilai : baik

Tilikan : tilikan 1

Pasien menyangkal memiliki penyakit.

J. Taraf Dapat Dipercaya : tidak dapat dipercaya

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Anamnesis :

 Sejak 4 hari SMRS pasien menunjukkan gejala-gejala dari fase prodromal

dari skizofrenia, yaitu: pendiam, gangguan fungsi sosial, gangguan

psikomotor.

 Sejak awal Mei 2018 pasien menunjukkan gejala-gejala dari fase aktif yaitu:

gangguan proses berpikir (hendaya bahasa), gangguan kemauan, gangguan

psikomotor.

 Pada pasien tidak didapatkan adanya gangguan persepsi seperti halusinasi,

baik halusinasi auditorik maupun visual. Pada pasien juga didapatkan

gangguan pikiran berupa waham sehingga dapat memenuhi kriteria

skizofrenia paranoid.

 Pada pasien didapatkan gangguan proses berpikir dan gangguan kemauan,

Namun tidak didapatkan adanya depersonalisasi ataupun double personality

12
13

yang merupakan gejala yang menonjol pada skizofrenia hebefrenik.

Sehingga pasien tidak memenuhi kriteria skizofrenia hebefrenik.

 Pada pasien tidak didapatkan adanya gangguan perilaku dominan seperti

stupor, mutisme, gaduh-gelisah, menampilkan posisi tubuh tertentu,

negativisme, ataupun rigiditas sehingga tidak memenuhi kriteria skizofrenia

katatonik.

 Pasien tidak pernah mengalami hal yang serupa dan belum pernah di

diagnosis skizofrenia sebelumnya sehingga tidak memenuhi kriteria depresi

pasca-skizofrenia.

 Pada pasien didapatkan beberapa gejala negatif seperti afek yang menumpul

dan komunikasi non-verbal yang buruk pada ekspresi muka. Tidak terdapat

demensia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronis atau

institusionalisasi yang menyebabkan timbulnya gejala negatif tersebut.

Namun tidak didapatkan adanya riwayat satu episode psikotik yang jelas di

masa lampau yang memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia yang setidaknya

sudah melampaui kurun waktu satu tahun. Sehingga tidak memenuhi semua

kriteria dari skizofrenia residual.

Pemeriksaan Psikiatri :

 Perilaku dan aktifitas psikomotor : hiperaktif

 Mood : hiperthym

 Afek : sempit

 Keserasian : serasi

 Kontak psikis : ada, dapat dipertahankan

13
14

 Pembicaraan : kontak verbal (+), spontan.

artikulasi jelas

 Proses Berpikir

1. Bentuk Pikir : Non-realistik

2. Arus pikir : Inkoheren

3. Isi pikir : waham (+), fobia (-)

 Halusinasi : visual (+), auditorik (+)

 Fungsi kognitif

1. Daya Konsentrasi : baik

2. Daya Ingat : baik

3. Intelegensia : sesuai dengan tingkat pendidikan

 Tilikan : tilikan 1

Realitas terganggu dalam hal : Perilaku dan aktivitas motorik, mood dan

afek, kontak verbal, bentuk pikir dan tilikan 1.

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

1. Aksis 1 : F 20.0 Skizofrenia Paranoid

2. Aksis II : None

3. Aksis III : None

4. Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga

5. Aksis V : GAF Scale 40-311 gejala berat (serius), disabilitas

berat

1. Hendaya fungsi sosial : Berat

14
15

Pasien cenderung menyendiri, mengurung diri di kamar, dan menutup diri dari

lingkungannya semenjak tahun 2016

2. Hendaya fungsi peran : Berat

Pasien sulit diperintah dan sulit bekerja dengan baik, waktu tidur pasien

berkurang.

3. Hendaya perawatan diri : Sedang

Pasien jarang mandi, hanya saat pasien mau.

4. Hendaya penggunaan waktu luang: Berat

Pasien hanya mengurung diri di rumah, bermain gitar kadang berbicara sendiri

VII. DAFTAR MASALAH

1. Masalah terkait fisik

Hasil pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan maupun keluhan.

2. Masalah terkait psikologis

Adanya gangguan perilaku dan psikomotor berupa hiperaktif, gangguan

bentuk pikir yang non realistik serta gangguan mood, afek dan verbal.

VIII. PROGNOSIS

Diagnosis penyakit : dubia ad malam

Fase prodormal : dubia ad malam

Diagnosis stressor : dubia ad malam

Gangguan sistemik : dubia ad bonam

Perjalanan penyakit : dubia ad malam

Usia saat menderita : dubia ad malam

15
16

Pendidikan : dubia ad malam

Lingkungan sosial : dubia ad malam

Pengobatan psikiatri : dubia ad malam

Ekonomi : dubia ad bonam

Pernikahan : dubia ad malam

Kesimpulan : dubia ad malam

IX. RENCANA TERAPI

Psikofarmaka

- PO Haloperidol 5 mg 2 x 1

-PO Lorazepam 2mg 0-0-1

-Inj Lodomer 1 amp k/p

Edukasi

a. Memberikan edukasi pada keluarga tentang pentingnya kontrol rutin ke poli

psikiatrik jika bisa 1 minggu sekali untuk mengevaluasi kondisi pasien apabila

pasien sudah rawat jalan.

b. Memberikan edukasi tentang pentingnya minum obat secara rutin, dan

memberitahu kepada keluarga agar selalu memperhatikan pasien dalam

melakukan kegiatan sehari-harinya agar terkontrol.

X. DISKUSI

1. Definisi

16
17

Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh

ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi dan perilaku

pasien yang terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala

fundamental (atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan

gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnya

adalah gangguan afektif, autisme, dan ambivalensi. Sedangkan gejala sekundernya

adalah waham dan halusinasi.1

Berdasarkan DSM-IV, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi dalam

durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala (atau lebih)

yang diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisir, dan

adanya perilaku yang katatonik serta adanya gejala negatif.1

Skozofrenia paranoid adalah salah satu sub tipe skizofrenia, dimana dalam

DSM IV disebutkan bahwa tipe ini ditandai oleh preokupasi (keasyikan) pada satu

atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering dan tidak ada prilaku lain yang

mengarahkan kepada terdisorganisasi ataupun katatonik.1

2. Epidemiologi

Skizofrenia terjadi pada 15-20/100.000 individu per tahun, dengan risiko

morbiditas dan selama hidup 0,8% (pria/wanita) dan kejadian puncak pada akhir

masa remaja atau awal dewasa.2 Awitan skizofrenia di bawah usia 10 tahun atau di

atas usia 60 tahun sangat jarang. Laki-laki memiliki onset skizofrenia yang lebih

awal daripada wanita. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun,

dan untuk wanita usia puncak onsetnya adalah 25 sampai 35 tahun.7,10

17
18

Sejumlah studi mengindikasikan bahwa pria lebih cenderung mengalami

hendaya akibat gejala negatif daripada wanita dan bahwa wanita lebih cenderung

memiliki kemampuan fungsi sosial yang lebih baik daripada pria sebelum awitan

penyakit. Secara umum, hasil akhir pasin skizofrenia wanita lebih baik

dibandingkan hasil akhir pasien skizofrenia pria.11

3. Etiologi dan Faktor Risiko

Sampai saat ini, belum ditemukan etiologi pasti penyebab skizofrenia. 7,8

Namun, skizofrenia tidak hanya disebabkan oleh satu etiologi, melainkan gabungan

antara berbagai faktor yang dapat mendorong munculnya gejala mulai dari faktor

neurobiogis maupun faktor psikososial, diantaranya sebagai berikut:

Faktor neurobiologis

•faktor genetika

Sesuai dengan penelitian hubungan darah (konsanguinitas)skizofrenia adalah

gangguan yang bersifat keluarga.7 Penelitian tentang adanya pengaruh genetika

atau keturunan terhadap terjadinya skizofrenia tersebut telah membuktikan bahwa

terjadinya peningkatan risiko terjadinya skizofrenia bila terdapat anggota keluarga

lainnya yang menderita skizofrenia, terutama bila hubungan keluarga tersebut dekat

(semakin dekat hubungan kekerabatan, semakin tinggi risikonya).7 Diperkirakan

bahwa sejumlah gen yang mempengaruhi perkembangan otak memperbesar

kerentanan menderita skizofrenia.9 Pada penelitian anak kembar, terjadi

peningkatan resiko seseorang menderita skizofrenia akan lebih tinggi pada kembar

identik atau monozigotik (mempunyai risiko 4-6 kali lebih sering dibandingkan

kembar dizigotik).7 Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk

18
19

mendapatkan skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri) melalui gen resesif. Potensi

ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada

lingkungan individu itu apakah akan terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak.

•faktor neuroanatomi struktural

Sistem limbik, korteks frontalis, dan ganglia basalis merupakan tiga daerah

yang saling berhubungan, sehingga disfungsi pada salah satu daerah mungkin

melibatkan patologi primer di daerah lainnya.10 Gangguan pada sistem limbik akan

mengakibatkan gangguan pengendalian emosi. Gangguan pada ganglia basalis,

akan mengakibatkan gangguan atau keanehan pada pergerakan (motorik) termasuk

gaya berjalan, ekspresi wajah facial grimacing. Pada pasien skizofrenia dapat

ditemukan gangguan organik berupa pelebaran ventrikel tiga dan lateral, atrofi

bilateral lobus temporomedial dan girus parahipokampus, hipokampus, dan

amigdala.7,8

•faktor neurokimia

Ketidakseimbangan yang terjadi pada neurotransmitter juga diidentifikasi sebagai

etiologi pada pasien skizofrenia. Hipotesis yang paling banyak yaitu gejala psikotik

pada pasien skizofrenia timbul diperkirakan karena adanya gangguan

neurotransmitter sentral, yaitu terjadinya peningkatan aktivitas dopaminergik atau

dopamin sentral (hipotesis domopamin). 7,10 Peningkatan ini merupakan akibat dari

meningkatnya pelepasan dopamin, terlalu banyak reseptor dopamin, atau

hipersensitivitas reseptor dopamin.

19
20

Faktor psikososial

•faktor keluarga dan lingkungan

Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan penting dalam

menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi.7 Pasien skizofrenia sering

tidak “dibebaskan” oleh keluarganya. Beberapa peneliti mengidentifikasi suatu cara

komunikasi yang patologi dan aneh pada keluarga-keluarga skizofrenia.

Komunikasi sering samar-samar atau tidak jelas dan sedikit tak logis.7 Penderita

skizofrenia pada keluarga dengan ekspresi emosi tinggi (expressed emotion [EE],

keluarga yang berkomentar kasar dan mengkritik secara berlebihan) memiliki

peluang yang lebih besar untuk kambuh.7,8

•faktor steressor

Skizofrenia juga berhubungan dengan penurunan sosioekonomi dan kejadian

hidup yang berlebihan pada tiga minggu sebelum onset gejala akut.8

4. Perjalanan Penyakit

Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap orang. Perjalanan

klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang

dimulai dari keadaan premorbid, prodormal, fase aktif dan keadaan residual. Pola

gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala

yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala skizofrenia yang

dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan

perkembangan gejala prodormal skizofrenia dapat berupa cemas, gelisah, merasa

diteror atau depresi.12

20
21

Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara

klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Fase residual

ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal

hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis seperti menarik

diri dan perilaku aneh.1

5. Manifestasi Klinis

Pada DSM-IV (Diagnostic and statistical manual) menyebutkan bahwa tipe

paranoid ditandai oleh keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau

halusinasi dengar yang sering, dan tidak ada perilaku spesifik lain yang

mengarahkan pada tipe terdisorganisasi atau katatonik.10 Skizofrenia paranoid

secara klasik ditandai oleh adanya waham persekutorik (waham kejar) atau waham

kebesaran.

Pada pasien skizofrenia tipe paranoid, menunjukkan regresi kemampuan

mental, respons emosional, dan perilaku yang lebih ringan dibandingkan pasien

skizofrenia tipe lain.10 Pasien skizofrenia paranoid kadang-kadang dapat

menempatkan diri mereka sendiri secara adekuat di dalam situasi sosial.

Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan

tetap intak.

Pada IDC-10, gambaran klinis pada pasien skizofrenia paranoid (F20.0)

didominasi

Oleh adanya gejala-gejala paranoid, seperti:11

21
22

• waham kejar (presecution),seperti mempercai bahwa orang lain bersekutu

melawan dia

• waham rujukan (reference),seperti bahwa orang asing atau televisi, radio atau

koran terutama mengarah kepada pasien; bila tidak mencapai intensitas waham, isi

pikiran tersebut dikenal sebagai ideas of reference

• waham merasa dirinya tinggi/istimewa (exalted birth), atau mempunyai misi

khusus; misalnya, keyakinan bahwa dirinya dilahirkan sebagai Mesias

• waham perubahan tubuh

• waham cemburu

• suara-suara halusinasi yang bersifat mengancam atau memerintahkan pasien

• halusinasi pendengaran non-verbal, seperti tertawa, bersiul, dan bergumam

• halusinasi bentuk lainnya, seperti penghiduan, pengecapan, penglihatan, sensasi

somatik seksual atau sensasi somatik lainnya

6. Pedoman diagnostik

Skizofrenia adalah gangguan psikotik dan paling sering ditemukan. Hampir

1% penduduk didunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala

skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Gejala

skizofrenia yang paling menonjol adalah waham dan halusinasi. Skizofrenia terbagi

menjadi beberapa subtype berdasarkan variabel kliniknya yaitu skizofrenia

paranoid, skizofrenia disorganisasi, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci,

skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, depresi pasca skizofrenia, skizofrenia

22
23

yang tak tergolongkan, dan depresi pasca skizofrenia.1,2 Berdasarkan DSM V,

kriteria diagnosis skizofrenia:

a. 2 atau lebih gejala di bawah ini, setiap gejala spesifik dialami selama kurang

lebih 1 bulan. Di antaranya:

 Waham

 Halusinasi

 Inkohorensia

 Tingkah laku katatonik

 Gejala-gejala negative seperti emosi, dll.

b. Untuk hasil yang lebih signifikan onset masalah tersebut, akan mengganggu

fungsi level satu atau dua lebih area seperti pekerjaan, hubungan dengan relasi

atau diri sendiri.

c. Tanda yang berulang selama kira-kira 6 bulan

d. Gangguan skizoaktif dan depresi atau gangguan bipolar, tetapi tidak sering.

e. Masalah yang menyangkut penggunaan zat ataupun obat-obatan.3

Pada laporan kasus ini, pasien didiagnosis (F20.0) Skizofrenia Paranoid

Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksan status

mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang mengarah dengan diagnosis

Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia paranoid adalah tipe paling stabil dan paling

sering. Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis skizofrenia paranoid:

1. Halusinasi yang harus menonjol yaitu suara-suara halusinasi yang

mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk

verbal berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi tawa. Halusinasi pembauan

23
24

atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan tubuh,

halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

2. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan atau

“passivity” dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling

khas.

3. Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak

bertindak sesuai dengan wahamnya.4

7. Penatalaksanaan

Terapi farmakologi masih merupakan pilihan utama pada skizofrenia. Pilihan

terapi pada skizofrenia dipilih berdasarkan target gejala pada pasien skizofrenia.

Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah bahaya pada pasien, mengontrol

perilaku pasien dan untuk mengurangai gejala psikotik pada pasien.

Terapi yang diberikan yaitu injeksi lodomer 1 ampul (k/p), Haloperidol 5

mg (2x1), Lorazepam 2 mg 0-0-1 (k/p)

Haloperidol merupakan obat antipsikotik generasi pertama yang bekerja

dengan cara memblokade reseptor dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron di

otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamin D2 reseptor

antagonists). Haloperidol sangat efektif dalam mengobati gejala positif pada pasien

skizofrenia, seperti mendengar suara, melihat hal-hal yang sebenarnya tidak ada

dan memiliki keyakinan yang aneh.5 Haloperidol berguna untuk menenangkan

keadaan mania pada pasien psikosis, sehingga sangat efektif diberikan pada pasien

24
25

dengan gejala dominan gaduh, gelisah, hiperaktif dan sulit tidur yang dikarenakan

halusinasi.

Lodomer 5 mg Injeksi merupakan obat untuk mengatasi gejala psikosis

Obat ini mengandung Haloperidol, bekerja dengan cara mengembalikan

kesiembangan pada neurotrasmitter, sehingga bisa menciptakan perasaan tenang,

meredakan gelisah, serta mengurangi perilaku agresif dan keinginan untuk

menyakiti diri sendiri maupun orang lain. Kerja lodomer adalah short acting

sehingga pada kasus ini hanya diberikan jika perlu.

Lorazepam yang merupakan obat golongan antianxietas benzodiazepin. Selain

memiliki efek antianxietas, obat golongan benzodiazepin juga memiliki efek anti-

insomnia. Pemberian obat ini dapat diberikan pada pasien apabila insomnia atau

sulit untuk tidur, sehingga merlopam pada kasus ini hanya diberikan jika perlu.

 Psikoterapi suportif, untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan) pasien

terhadap stress

 Psikoterapi reedukatif, untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap

penyakitnya, meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung

kesembuhan pasien, dan mengembangkan kemampuan pasien untuk menunjang

kesembuhan

 Psikoterapi rekonstruktif, untuk dicapainya tilikan akan konflik-konflik nirsadar

dengan usaha untuk mencapai perubahan struktur luas kepribadian.

8. Prognosis

Penegakan prognosis dapat menghasilkan dua kemungkinan, yaitu

25
26

a. prognosis positif, apabila didukung oleh beberapa aspek berikut, seperti:

onset terjadi pada usia yang lebih lanjut, faktor pencetusnya jelas, adanya

kehidupan yang relatif baik sebelum terjadinya gangguan dalam bidang sosial,

pekerjaan, dan seksual, fase prodromal terjadi secara singkat, munculnya gejala

gangguan mood, adanya gejala positif, sudah menikah, dan adanya sistem

pendukung yang baik.

b. prognosis negatif, dapat ditegakkan apabila muncul beberapa keadaan

seperti berikut: onset gangguan lebih awal, factor pencetus tidak jelas, riwayat

kehidupan sebelum terjadinya gangguan kurang baik, fase prodromal terjadi cukup

lama, adanya perilaku yang autistik, melakukan penarikan diri, statusnya lajang,

bercerai, atau pasangannya telah meninggal, adanya riwayat keluarga yang

mengidap skizofrenia, munculnya gejala negatif, sering kambuh secara berulang,

dan tidak adanya sistem pendukung yang baik.6

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H, Sadock B, Grebb JSinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku


Psikiatri Klinis Jilid I. . 2010. Binarupa Aksara Publisher.

2. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. Jakarta.

3. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical


Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric
Publishing; Washington DC. 2013.

4. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa. Pedoman Penggolongan dan


Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. Edisi III. Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; 2001. Jakarta.

5. Maslim. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: PT.


Nuh Jaya. 2014.

6. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia. Jakarta: 2001.170-196.

7. Psikiatri: Skizofrenia (F2). Editor: Chris Tanto, Frans Liwang, dkk. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. 2014:910-
3.

8. Skizofrenia. Editor: Sylvia D. Elvira dan Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar


Psikiatri. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. 2013:173-98.

9. Gangguan jiwa: Skizofrenia-Fenomena, Etiologi, Penangan dan Prognosis.


Editor

10. Skizofrenia. Editor : I Made Wiguna S. Kaplan - Sadock. Sinopsis Psikiatri-


Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid 2. Tanggerang. Binarupa
Aksara Publisher. 2010:699-744.

11. Skizofrenia dan Gangguan Waham (Paranoid). Editor: Husny Muttaqin dan
Frans Dany. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 2. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
2013:147-50.

12. Maramis WF. Catatan Kuliah Kedokteran Jiwa, Cetakan Ketujuh. Penerbit
Airlangga University Press, Surabaya, 1998.

Anda mungkin juga menyukai