Anda di halaman 1dari 10

Borang Portofolio

No ID dan Nama Peserta : 2010.02.01.18 / dr. Fadil Hidayat


No ID dan Nama Wahana : RSUD Lubuk Basung
Topik : Kejang Demam Kompleks
Tanggal (Kasus) : 16 Oktober 2010
Nama Pasien : F, laki-laki
Tanggal Presentasi : Oktober 2010
No ID dan Nama Pendamping : dr. H. Hendri Rusdian, M. Kes
Tempat Presentasi : Aula Komite Medik RSUD Lubuk Basung
Objektif Presentasi : - Keilmuan
- Diagnostik dan manajemen
Tujuan : Mendiagnosis dan menatalaksana pasien
kejang demam kompleks
Bahan Bahasan : Kasus
Cara Membahas : Presentasi dan diskusi
Data Pasien
Nama / Umur : F / 1 tahun 11 bulan

Data Utama Untuk Bahan Diskusi

1. Diagnosis :
Gambaran Klinis
- Kejang sejak 5 menit sebelum masuk rumah sakit, kejang seluruh tubuh,
mata mendelik keatas, saat tiba di IGD pasien masih kejang diberi
stesolid supp 10 mg, kejang berhenti setelah ± 5 menit dan pasien
menangis. Kejang berulang di IGD 10 menit setelah kejang pertama
berhenti lalu diberi stesolid supp 10 mg dan kejang berhenti setelah ± 5
menit.

1
- Demam sejak ± 10 jam sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi, terus
menerus, berkeringat, tidak menggigil
- Batuk (-), pilek (-)
- Buang air besar biasa
- Buang air kecil biasa

2. Riwayat Pengobatan :
Tidak ada

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :


Tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya

4. Riwayat Keluarga :
Ibu pasien pernah menderita penyakit yang sama waktu kecil.

5. Riwayat Kelahiran
Lahir spontan ditolong oleh bidan, cukup bulan, saat lahir langsung
menagis kuat, berat badan lahir 3800 gr, panjang badan 50 cm

6. Riwayat Tumbuh Kembang


Tumbuh kembang dalam batas normal

Pemeriksaan fisik :
 Keadaan umum : berat
 Kesadaran : sadar
 Nadi : 124 kali/menit
 Nafas : 32 kali/menit
 Suhu : 40,2 0 C
 Berat badan : 11,5 kg
 Kepala : simetris

2
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
diameter 2mm/2mm, refleks cahaya +/+ normal
 Tenggorokan : tonsil T1-T1, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
 Leher : KGB tidak membesar
 Thorak :
Paru : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : irama teratur, bising (-)
 Abdomen
 Inspeksi : distensi (-)
 Palpasi : supel, nyeri tekan(-), hepar teraba 1/3-1/3, lien S0
 Perkusi : tympani
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Ekstremitas : Akral hangat, refilling kapiler baik, oedem (-)

Pemeriksaan Laboratorium :
Darah :
Hb : 10,1 gr/dl
Hematokrit : 31 %
Eritrosit : 3.970.000/mm3
Leukosit : 13.600 /mm3
Trombosit : 226.000 /mm3
GDR : 270 mg/dl

Diagnosis :
WD/ Kejang demam kompleks + obs febris ec ?

Penatalaksanaan :
O2 2 L/ menit
Stesolid supp 10 mg  kejang berhenti

3
Propiretik 120 mg
10 menit setelah kejang pertama pasien kejang lagi
Stesolid supp 10 mg
Luminal 75 mg (IM)
Advise Residen Anak :
IVFD RL 40 tetes/menit (mikro)
Puasa
Luminal 2 x 50 mg (pulv) 2 hari pertama
Paracetamol sirup 4 x 120 mg
Amoxicillin 3 x 200 mg (pulv)
Diazepam 1 ml ( IV ) jika kejang
Kompres intensif

Follow Up
17 Oktober 2010
S/ demam (+)
Kejang tidak ada
O/ KU Sedang, Kes CMC, Nd 102x/mnt, Nfs 25x/mnt, T 39,2 0C
A/ obs febris
P/ terapi lanjut
Cek GDR
GDR 65

18 Oktober 2010
S/ demam (+)
Kejang tidak ada
Makan mau
O/KU Sdg, Kes CMC, Nd 102x/mnt, Nfs 28x/mnt, T 38,50C
A/ febris

4
P/ IVFD KAEN IB 10 tetes/menit (mikro)
Paracetamol 3 x 125 mg
Amoxicillin 3 x 200 mg (pulv)
Luminal 2 x 25 mg (pulv) mulai sore

19 Oktober 2010
S/ demam (-) keluhan lain tidak ada
O/KU Sdg, Kes CMC, Nd 90x/mnt, Nfs 122x/mnt, T 36,90C
A/ kondisi membaik
P/ IVFD KAEN IB 10 tetes/menit
Paracetamol 3 x 125 mg
Amoxicillin 3 x 200 mg (pulv)
Luminal 2 x 25 mg (pulv)
Keluarga minta pulang
Terapi pulang:
Paracetamol 3 x 125 mg
Amoxicillin 3 x 200 mg
Luminal 2 x 25 mg

5
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

1. Subjektif :
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien kejang sejak 5 menit sebelum
masuk rumah sakit, saat di IGD pasien masih kejang, kejang seluruh tubuh,
mata mendelik ke atas. Kejang ini merupakan kejang pertama kali. Pasien
demam sejak siang hari sebelum masuk rumah sakit, tinggi, terus menerus.
Setelah kejang berhenti, dan pasien sadar 10 menit berikutnya pasien kejang
lagi lamanya lebih kurang 5 menit. Dari kondisi teresebut yaitu kejang yang
didahului demam, usia pasien 1 th 11 bln, kejung berulang dalam 24 jam di
diagnosis pasien sebagai kejang demam komplek dan observasi febris.

2. Objektif :
Dari pemeriksaan fisik pada awal pasien masuk didapatkan pemeriksaan ,
0
kejang tonik, seluruh tubuh, suhu 40,2 C, dari pemeriksaan fisik lainnya
dalam batas normal. Pemeriksaan labor darah didapatkan leukosit
13.600/mm3 dan GDR 275.

3. Assesment :
Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang pada kenaikan suhu tubuh (suhu
rectal > 38 ° C ), akibat proses ekstrakranium dimana kelainan neurologis
paling sering ditemukan pada anak usia 3 bulan - 5 tahun.
Klasifikasi
1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure)
2. Kejang demam kompleks (Complex Febrile Seizure)

Kejang Demam Sederhana

6
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, umum, tonik
dan atau klonik, umumnya akan berhenti sendiri, tanpa gerakan fokal atau
berulang dalam waktu 24 jam
Kejang Demam Komplek
Kejang demam dengan ciri (salah satu dibawah ini):
1. Kejang Lama >15 menit
2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang parsial
3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
Etiologi
Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang
menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang
paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan
atas, otitis media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, exantema subitum,
bronchitis, dan infeksi saluran kemih (Goodridge, 1987; Soetomenggolo,
1989). Selain itu juga infeksi diluar susunan syaraf pusat seperti tonsillitis,
faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan campak
(morbili) dapat menyebabkan kejang demam.
Faktor lain yang mungkin berperan terhadap terjadinya kejang demam
adalah :
- Produk toksik mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)
- Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi.
- Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.
- Gabungan dari faktor-faktor diatas.

Faktor resiko
Riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung
Perkembangan terlambat
Problem pada masa neonatus
Anak dalam perawatan khusus

7
Kadar natrium rendah
Lainnya berupa Demam, Umur, Genetik, Prenatal, Perinatal
Faktor resiko terjadinya epilepsy

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yg jelas sebelum kejang demam


pertama
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada org tua atau saudara kandung

Masing-masing faktor resiko meningkatkan kemungkinan epilepsi 4-6 %,


Kombinasi faktor tersebut meningkatkan resiko 10-49 %
Kemungkinan menjadi epilepsi tidak bisa dicegah dengan pemberian obat
rumat pada kejang demam
Penatalaksanaan
Pengobatan fase akut
Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah
dan muntah. Jalan nafas harus bebas agar oksigen terjamin. Pehatikan
keadaaan vital seperti kesadaran , tekanan darah, suhu, pernafasan dan
fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres hangat
dan pemberian antipiretik.
Adapun tatalaksana kejang adalah :
Berikan diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kg BB atau diazepam rectal. Bila
kejang tidak berhenti, tunggu 15 menit dan ulangi pemberian diazepam
dengan dosis yang sama.
Bila kejang belum juga berhenti setelah 15 menit, dapat diberikan
diazepam dengan dosis yang sama tapi lewat intra muscular.
Bila kejang berhenti lanjutkan pemberian fenobarbital intra muscular
dengan dosis 30 mg pada neonatus, bayi 1 buan – 1 tahun 50 mg dan lebih
dari 1 tahun 75 mg. Setelah 4 jam kemudian dilanjutkan dengan pengobatan
fenobarbital oral dengan dosis 8-10 mg / kg BB dibagi dalam 2 dosis selama 2
hari.

8
Hari selanjutnya berikan dosis 4 – 5 mg/ kg BB. Bila diazepam tidak
tersedia dapat langsung menggunakan fenobarbital dengan dosis awal dan
selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumatan.
Mencari dan mengobati penyebab
Mencari sumber infeksi pada organ lain dan melakukan lumbal pungsi untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang
demam pertama
Pengobatan profilaksis
Pengobatan profilaksis intermiten dan terus – menerus :
Profiaksis intermiten diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5
mg/ kg BB / hari dibagi dalam 3 dosis saat pasien demam.
Profilaksis terus – menerus diberikan fenobarbital 4 – 5 mg/kg BB/hari dalam
2 dosis setiap hari selama 1 tahun, berguna untuk mencegah terjadinya
kerusakan otak pada pasien dengan :

- Sebelum kejang demam sudah ada kelainan neurologis


- Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal diikuti kelainan neurologis
- Ada riwayat kejang demam pada keluarga
- Kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan.

Prognosis

 Dengan penanggulangan yang cepat dan tepat


 Prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian.
 Angka kematian berkisar 0,46 – 0,74 %
 Frekuensi kejang berulang 25 – 50 %
 umumnya 6 bulan pertama.

4. Plan

Diagnosis : Kejang demam kompleks + obs febris ec ?

9
Pengobatan : Pasien di IGD masih kejang, di pasang O2 2 L/menit , diberikan
Stesolid supp 10 mg karena berat badan pasien > 10 kg, suhu 40,2 0C
diberikan Propiretik supp 120 mg, kejang berhenti. Setelah 10 menit pasien
kejang lagi diberi stesolid supp 10 mg dan injeksi luminal 75 mg ( IM) dan
kejang berhenti setelah 5 menit. Konsul Residen Anak dan diberi advise IVFD
RL 40 tetes/menit (mikro), puasa, luminal 2 x 50 mg (pulv), paracetamol sirup
4 x 120 mg, amoxicillin 3 x 200 mg (pulv), diazepam 1 ml ( IV ) jika kejang ,
Kompres intensif.

10

Anda mungkin juga menyukai