Anda di halaman 1dari 6

I.

SKENARIO KASUS

Tn. X merupakan pasien rujukan dari Rumah Sakit A dengan CKD stage 5
dan DM tipe 2. Pasien dirujuk ke RS Zainoel Abidin dengan keluhan sesak nafas
yang bertambah berat sejak 2 hari SMRS. Sesak bertambah jika beraktivitas dan
berkurang ketika istirahat. Pasien tidak pernah terbangun dimalam hari karena
sesak. Pasien tidur dengan 3 bantal. Pasien juga mengeluh tangan dan kaki bengkak
sejak 3 minggu SMRS. Nyeri dada tidak dirasakan. Batuk sejak 2 hari SMRS, tidak
berdahak. Pasien saat ini merasa lemas dan tidak dapat beraktivitas. Mual tidak ada,
muntah ± 4-5x, nafsu makan menurun. Demam tidak ada. BAK berkurang, hari ini
menurut keluarga sebanyak ± ½ aqua gelas berwarna kuning pekat. BAB tidak ada
keluhan. Pasien juga mengeluhknan dirinya semakin pucat, lemas dan sering
merasakan pusing tanpa sebab.
Menurut keluarganya, pasien pernah di diagnosis oleh dokter ahli penyakit
dalam di daerah dengan GGK ± 4 bulan yang lalu namun jarang kontrol dan minum
obat tidak teratur. 10 tahun yang lalu pasien diketahui terdiagnosa DM tipe 2. Obat-
obatan yang diminum yaitu Metformin (± 7 tahun). Pasien lupa dosis obatnya dan
pasien tidak kontrol ke dokter. Obat gula yang selama ini diminum diperoleh dari
apotik terdekat dengan rumahnya yang dibeli bebas tanpa resep dokter.
Pada tanda vital dijumpai TD 130/ 90mmHg, nadi 80x/ menit, t/v cukup,
pernapasan 25x/ menit, dan suhu 36,9. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sklera
anemis, retraksi intercostae, kaki udem.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Satuan

Hemoglobin 8,1 12-15 g/dl


Hematokrit 23 37-47 %
Eritrosit 3,0 4,2-5,4 106/mm3
Leukosit 10 4,5-10,5 103/mm3
Trombosit 211 150-450 103/mm3
Diftell 0/1/0/93/2/4
MCH 27 27-31 Pg
MCV 81 80-100 fL
MCHC 35 32-36 %
Ureum 313 13-43 mg/dl

Kreatinin/ CCT 5,92 / 14,79 0,51-0,95 mg/dl


Natrium 143 132-146 mmol/L
Kalium 4,8 3,7-5,4 mmol/L
Klorida 104 98-106 mmol/L

GDS 157 <200 mg/dl


HBsAg negatif negatif
Anti HCV negatif negatif

II. PENDAHULUAN
A. Ginjal Normal
a) Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada
dinding abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12
hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus
hepar. Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah
kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar
adalah fascia renal. Ketiga lapis jaringan inimberfungsi sebagai pelindung dari
trauma dan memfiksasi ginjal. 1
Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang
dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap. Korteks ginjal
mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron. Setiap nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus. Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa
triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian
apeks yang menonjol ke medial. Piramida ginjal berguna untuk mengumpulkan
hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis
ginjal.1

Gambar: Anatomi
Ginjal
b. Fisiologi
Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan
komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan
mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal
dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi
sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang
tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh
dalam urin melalui sistem pengumpulan urin.2
Menurut Sherwood (2012), ginjal memiliki fungsi yaitu:1
a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan
dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh.
d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh.
e. Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.

Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian
akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari
darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke
ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila
orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan memungkinkan, maka
urin yang ditampung dikandung kemih akan di keluarkan lewat uretra1.
Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu
filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi
sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula
Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas
sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir
sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler
glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap
dan kemudian akan dieksresi.1

III. PENATALAKSANAAN
A. Gagal Ginjal Akut
Ada dua jenis pengobatan dalam pengelolaan terhadap komplikasi gangguan
ginjal, yaitu:3
1.Terapi konservatif (Suportif)
Yang dimaksud dengan terapi konservatif adalah penggunaan obat- obatan
atau cairan dengan tujuan untuk mencegah atau mengurangi progresifitas,
morbiditas dan mortalitas penyakit akibat komplikasi gangguan ginjal.
Tujuan terapi konservatif pada gangguan ginjal adalah sebagai berikut:
a. Mencegah progresifitas penurunan fungsi ginjal
b. Meringankan keluhan- keluhan akibat akumulasi toksin azotemia
c. Mempertahankan dan memperbaiki metabolism secara optimal
d. Memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
Pada dasarnya terapi konservatif adalah untuk menjaga hemeostasis tubuh
dengan mengurangi efek buruk akibat komplikasi gangguan ginjal. Beberapa
terapi suportif beserta dosis obat yang dianjurkan dapat terlihat dibawah ini:3
Komplikasi Pengobatan
Kelebihan volume intravaskular Batas garam (1-2 g/hari) dan air
(< 1 L/hari), Furosemid,
ultrafiltrasi atau dialysis

Hipobatremia Batas asupan air (< 1L/hari):


hindari infus larutan hipotonik

Hiperkalemia Batasi asupan diet K (< 40


mmol/hari) ; hindari diuretik
hemat K, Potassium-binding ion
exchange resins, Glukosa (50
ml dextrosa 50%) dan insulin
(10 unit), Natrium bikarbonat
(50- 100 mmol), Agonis [2
(salbutamol, 10- 20 mdg di
inhalasi atau 0.5 mg IV),
kalsium glukonat (10 ml larutan
10% dalam 2 -5 menit)
Asidosis metabolic Natrium bikarbonat (upayakan
bikarbonat serum > 15 mmol/L, pH
> 7.2)
Hiperfosfatemia Batasi asupan diet fosfat (800
mg/hari), obat pengikat fosfat
(kalsium asetat; kalsium karbonat)
Hipokalemia Kalsium karbonat ; kalsium glukonat
(10 - 20 ml larutan 10%)
B
Nutrisi Batasi asupan protein diet (0,8- 1
g/kgbb/ hari) jika tidak dalam kondisi
katabolikkarbohidrat (100g/ hari)
nutrisi enternal atau parenteral jika
perjalanan klinik lama atau katabolik

B. Gagal Ginjal Kronik3


Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi: terapi spesifik terhadap
penyakit dasarnya pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid (comorbid
condition) memperlambat pemburukan (progression) fungsi ginjal pencegahan
dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular pencegahan dan terapi terhadap
komplikasi terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal.
Perencanaan tatalaksana (action plan) Penyakit ginjal kronik sesuai dengan
derajatnya, dapat dilihat pada tabel

Rencana Tatalaksana Penyakit Ginjal Kronik Sesuai dengan Derajatnya


Derajat LFG Rencana tatalaksana
(mlmnt/1,73m)
1 >90 Terapi peyakit dasar, kondisi
komorbid, evaluasi pemburukan
(progression) fungsi ginjal
memperkecil risiko kardiovaskular
2 60- 89 menghambat pemburukan
(progression) fungsi ginjal
3 30- 59 Evaluasi dan terapi komplikasi
4 15- 29 Persiapan untuk terapi pengganti
ginjal
5 < 15 Terapi penganti ginjal

Anda mungkin juga menyukai