858 1863 3 PB PDF
858 1863 3 PB PDF
2 September 2016
ABSTRAK
Jumlah penderita gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 2,5 juta jiwa. Di RSJ Jawa
barat yang paling banyak adalah penderita halusinasi yaitu 1.535 pasien. Acceptance dan
Commitment Theraphy (ACT) merupakan salah satu terapi yang digunakan untuk
mengatasi halusinasi karena ACT membuat seseorang mampu menerima setiap
pengalaman dan peristiwa yang telah terjadi dan kembali berfungsi dengan normal dalam
menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan tujuan hidupnya. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah quasy experimental dan sampel yang didapatkan adalah 26 pasien
halusinasi. Hasilnya pada postest intervensi ditambah dengan ACT rata-rata hasil Pre test
BPRS adalah 81.115 dan setelah 1 minggu diberikan intervensi dengan tambahan ACT
rata-rata hasil Post test 78.3. Dari hasil ini menunjukan adanya perubahan kearah yang
lebih baik sebanyak 34%. Simpulannya intervensi ditambah ACT dapat mempercepat
penurunan nilai BPRS pasien halusinasi.
Kata Kunci: ACT, Gangguan Presepsi Halusinasi, BPRS
ABSTRACT
Number of people with severe mental disorders in Indonesia of 2.5 million. In RSJ Jawa
Barat most of the patients is hallucinations that are 1,535 patients. Acceptance and
Commitment Therapy (ACT) is one of the therapies used to treat hallucinations because
ACT makes a person able to accept any thoughts and events that have occurred and
returns to normal functioning in living daily life in accordance with his purpose in life.
Type of research is quasy experimental and samples obtained are 26 patients’
hallucinations. The result on the posttest intervention coupled with an average ACT test
results Pre SRB is 81 115 and after 1 week granted an additional intervention with an
average ACT test results Post 78.3. From these results indicate a change towards the
better as much as 34 %. Intervention and ACT may accelerate the decline in the value of
the patient SRB hallucinations.
Keywords: ACT, Hallucination, SRB
meningkat. Diperkirakan dari sekitar lebih dalam makna dari konsep yang
220 juta penduduk Indonesia, ada disampaikan oleh pemberi intervensi.
sekitar 50 juta atau 22 persennya, Tujuan Acceptance Commitment
mengidap gangguan kejiwaan. Data Theraphy adalah untuk menciptakan
yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan kehidupan yang berarti dan bermakna
Dunia (WHO) pada tahun 2006 sembari menerima rasa sakit yang tidak
menyebutkan bahwa diperkirakan 26 terelakan (Sanford & Hayes, 2010).
juta penduduk Indonesia mengalami ACT tidak bertujuan untuk mereduksi
gangguan kejiwaan, dari tingkat ringan symptom dari permasalahan akan tetapi
hingga berat. Sebaliknya, Departemen hal tersebut biasanya tereduksi dengan
Kesehatan menyebutkan jumlah sendiri ketika terapi sedang dijalankan
penderita gangguan jiwa berat sebesar (Christenseen, P & Kenney, J. 2011).
2,5 juta jiwa, yang diambil dari data Menurut Strosahl (2002) tujuan
RSJ se-Indonesia. Pada studi terbaru ACT adalah: (1) membantu klien untuk
WHO di 14 negara menunjukkan dapat menggunakan pengalaman
bahwa pada negara-negara berkembang, langsug untuk mendapatkan respon
sekitar 76-85% kasus gangguan jiwa yang lebih efektif untuk dapat tetap
parah tidak dapat pengobatan apapun bertahan dalam hidup, (2) mampu
pada tahun utama. Menurut data RS. mengontrol penderitaan yang
Jiwa Cisarua Provinsi Jawa Barat pada dialaminya, (3) menyadari bahwa
tahun 2009 menyatakan bahwa diagnosa penerimaan dan kesadaran merupakan
keperawatan gangguan sensori persepsi: upaya alternative untuk tetap bertahan
halusinasi merupakan kasus terbanyak dalam kondisi yang dihadapinya, (4)
di RSJ Cisarua dengan jumlah 1.535 menyadari bahwa penerimaan akan
pasien. Berdasarkan studi pendahuluan terbentuk oleh karena adanya pikiran
di ruangan Elang, Kasuari, Garuda, dan apa yang diucapkan, (5) menyadari
Perkutut dan Merak dengan jumlah bahwa diri sendiri sebagai tempat
sampel sebanyak 26 pasien mengalami penerimaan dan berkomitment
gangguan sensori persepsi: halusinasi. melakukan tindakan yang akan
Berdasarkan latar belakang sebelumnya dihadapi, (6) memahai bahwa tujuan
rumusan masalah yang didapatkan dari suatu perjalanan hidup adalah
adalah bagaimana pengaruh ACT dalam memilih nilai dalam mencapai hidup
menurunkan nilai BPRS pada pasien yang lebih berharga.
dengan gangguan sensori persepsi: Terapi ACT dapat digunakan
halusinasi. Tujuannya adalah dalam menangani masalah: (1)
Menganalisis pengaruh ACT dalam kecemasan (Forman, et al, 2007 dalam
menurunkan nilai BPRS pada pasien hayes, 2010) dan beberapa peneliti
dengan gangguan sensori persepsi : lainnya, (2) menangani masalah
halusinasi. penyakit kronik (McCracken,
MacKichan, dan Eccleston, 200 dalam
KAJIAN LITERATUR hayes 2010) dan beberapa peneliti
Acceptance Commitment untuk lainnya, (3) depresi (Lappalainent,
meningkatkan fleksibilitas psikologo 2007 dalam Hayes 2010) dalam
(Hayes, 2005). ACT merupakan salah beberapa penelitinya lainnya, (4)
satu bentuk pengembangan dari terapi gangguan pola kebiasaan (Wood,
kognitif, dimana keduanya melibatkan Waterneck, dan Flessner, 2006 dalam
strategi tingkah laku dan kognitif hayes, 2010) dan beberapa peneliti
(Harris, 2006). Di sisi lain, ACT lainnya, (5) masalah psikotik
melibatkan sedikit sekali penentangan (Gaudiano dan Herbert, 2006 dalam
dan restrukturitas pikiran, Terapi ini hayes 2010) dan beberapa peneliti
menggunakan gabungan antara lainnya.
metafora , keterampilan mindfulness, Pelaksanaan ACT terdiri dari 6 sesi
dengan latihan eksperiensial agar sesuai dengan prinsip ACT yang telah
individu mempu memahami secara dijelaskan sebelumnya. Namun,
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 2 September 2016