Diskusi Pedagogik
Diskusi Pedagogik
1
Masing-masing peserta didik atau siswa sebagai individu dan subjek belajar memiliki
karakteristik atau ciri-ciri sendiri. Kondisi atau keadaan yang terdapat pada masing-masing
siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses belajar siswa tersebut. Dengan kondisi
peserta yang mendukung maka pembelajaran tentu dapat dilakukan dengan lebih baik,
sebaliknya pula dengan karakteristik yang lemah maka dapat menjadi hambatan dalam
proses belajar mengajar.
Lebih lanjut lagi bahwa keadaan peserta didik bukan hanya berpengaruh pada
bagaimana belajar masing-masing peserta didik, namun dari proses belajar masing-masing
siswa dapat mempengaruhi pembelajaran secara keseluruhan serta juga mempengaruhi
bagaimana proses belajar peserta didik lainnya. Jika pengaruh positif maka akan
memberikan efek yang baik bagi proses pembelajaran, namun tentu saja juga terdapat
karakteristik atau keadaan dari siswa yang buruk dan memberikan pengaruh negatif bagi
pembelajaran.
Oleh karena itu, guru yang memiliki peran sentral dalam pembelajaran secara
langsung sangat diharuskan untuk mengetahui karakteristik atau keadaan yang
sebenarnya terjadi pada siswa. Dengan demikian, guru dapat mengantisipasi juga
mengatasi adanya pengaruh buruk yang mungkin muncul dan berakibat negatif bagi
pembelajaran. Identifikasi terhadap keadaan dan kondisi siswa baik untuk masing-
masing individu maupun keseluruhan mutlak diperlukan yang digunakan untuk
pengambilan langkah dan perlakuan terutama pemilihan strategi, model, media, dan
komponen penyusun pembelajaran lainnya.
Dalam bukunya, Sardiman (2011: 120) menyebutkan bahwa terdapat 3
macam hal karakteristik atau keadaan yang ada pada siswa yang perlu diperhatikan
guru yaitu:
1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal siswa.
Misalnya adalah kemampuan intelektual, kemampuan berpikir, dan lain-lain.
2. Karakteristik atau keadaan siswa yang berkenaan dengan latar belakang dan
status sosial.
3. Karakteristik atau keadaan siswa yang berkenaan dengan perbedaan-
perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.
Dari macam-macam jenis dan sumber karakteristik atau keadaan yang ada
pada siswa ini guru dapat menentukan data-data apa saja yang perlu diketahui
informasinya dan digali dari peserta didik. Kondisi pada peserta didik juga
senantiasa dapat mengalami perubahan, guru hendaknya juga harus memantau
segala perubahan keadaan yang ada pada siswa baik sebelum pembelajaran
dimulai, saat pembelajaran, hingga paska pembelajaran dan evaluasi.
Butuh kesabaran dan kerjasama yang baik antara guru dan orang tua dalam
menyikapi keberagaman peserta didik dalam ruang-ruang belajar. Orang tua
seharusnya bersinergi dengan sekolah, dalam hal ini menyampaikan karakter dan
gaya belajar anaknya pada pihak sekolah. Hal tersebut tentunya sangat membantu
sekolah dalam menyiapkan bentuk dan strategi dalam kegiatan pembelajaran, serta
model pengelolaan kelas yang dibutuhkan untuk memuliakan setiap peserta didik.
Dalam mengajar kelas yang majemuk yang asaya lakukan adalah mengelompokkan
siswa merata sesuai dengan minat bakat dan tingkat kecerdasan yang dibagi merata pada
setiap kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang kurang memahami materi dapat
terbantu oleh temannya yang sudah memahami. Dengan meratanya distribusi siswa pada
masing – masing kelompok akan mempermudah siswa untuk menguasai materi
pembelajaran dan tujuan dar prosesi pembelajaran pembelajaran bisa tercapai.
Model pembelajaran
Pada kurikulum 2013 diharapkan dapat diimplementasikan pembelajaran abad 21. Hal ini
untuk menyikapi tuntutan zaman yang semakin kompetitif. Adapun pembelajaran abad
21 mencerminkan empat hal.
1. Critical Thinking and Problem Solving
2. Creativity and Innovation
3. Communication
4. Collaboration
1. Communication
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan
komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia.
Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan
ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika
menyelesaikan masalah dari pendidiknya.
Abad 21 adalah abad digital. Komunikasi dilakukan melewati batas wilayah negara dengan
menggunakan perangkat teknologi yang semakin canggih. Internet sangat membantu
manusia dalam berkomunikasi. Saat ini begitu banyak media sosial yang digunakan sebagai
sarana untuk berkomunikasi. Melalui smartphone yang dimilikinya, dalam hitungan detik,
manusia dapat dengan mudah terhubung ke seluruh dunia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komunikasi adalah pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita dari dua orang atau lebih agar pesan yang dimaksud dapat
dipahami. Sedangkan Wikipedia dinyatakan bahwa komunikasi adalah “suatu proses
dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat
menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang
lain”.
Komunikasi tidak lepas dari adanya interaksi antara dua pihak. Komunikasi memerlukan
seni, harus tahu dengan siapa berkomunikasi, kapan waktu yang tepat untuk berkomunikasi,
dan bagaimana cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi bisa dilakukan baik secara lisan,
tulisan, atau melalui simbol yang dipahami oleh pihak-pihak yang berkomunikasi.
Komunikasi dilakukan pada lingkungan yang beragam, mulai di rumah, sekolah, dan
masyarakat. Komunikasi bisa menjadi sarana untuk semakin merekatkan hubungan antar
manusia, tetapi sebaliknya bisa menjadi sumber masalah ketika terjadi miskomunikasi atau
komunikasi kurang berjalan dengan baik. Penguasaan bahasa menjadi sangat penting
dalam berkomunikasi. Komunikasi yang berjalan dengan baik tidak lepas dari adanya
penguasaan bahasa yang baik antara komunikator dan komunikan.
Kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang sangat strategis untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, baik komunikasi antara siswa dengan guru,
maupun komunikasi antarsesama siswa. Ketika siswa merespon penjelasan guru, bertanya,
menjawab pertanyaan, atau menyampaikan pendapat, hal tersebut adalah merupakan
sebuah komunikasi.
2. Collaboration
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama
berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab,
bekerja secara produktif dengan yang lain, menempatkan empati pada tempatnya,
menghormati perspektif berbeda. Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi
dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat, menetapkan
dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain, memaklumi
kerancuan.
Sukses bukan hanya dimaknai sebagai sukses individu, tetapi juga sukses bersama, karena
pada dasarnya manusia disamping sebagai seorang individu, juga makhluk sosial. Saat ini
banyak orang yang cerdas secara intelektual, tetapi kurang mampu bekerja dalam tim,
kurang mampu mengendalikan emosi, dan memiliki ego yang tinggi. Hal ini tentunya akan
menghambat jalan menuju kesuksesannya, karena menurut hasil penelitian Harvard
University, kesuksesan seseorang ditentukan oleh 20% hard skill dan 80% soft skiil.
Kolaborasi merupakan gambaran seseorang yang memiliki soft skill yang matang.
Guru jangan risih atau merasa terganggu ketika ada siswa yang kritis, banyak bertanya, dan
sering mengeluarkan pendapat. Hal tersebut sebagai wujud rasa ingin tahunya yang tinggi.
Hal yang perlu dilakukan guru adalah memberikan kesempatan secara bebas dan
bertanggung bertanggung jawab kepada setiap siswa untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan dan membuat refleksi bersama-sama.
Pertanyaan-pertanyaan pada level HOTS dan jawaban terbuka pun sebagai bentuk
mengakomodasi kemampuan berpikir kritis siswa.
Peran guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing setiap siswa dalam belajar, karena
pada dasarnya setiap siswa adalah unik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Howard Gardner bahwa manusia memiliki kecerdasan majemuk. Ada delapan jenis
kecerdasan majemuk, yaitu; (1) kecerdasan matematika-logika, (2) kecerdasan bahasa, (3)
kecerdasan musikal, (4) kecerdasan kinestetis, (5) kecerdasan visual-spasial, (6)
kecerdasan intrapersonal, (7) kecerdasan interpersonal, dan (8) kecerdasan naturalis.
Lalu bagaimana peran sekolah? Peranan sekolah dalam penerapan pembelajaran Abad 21
antara lain: a) Meningkatkan kebijakan & rencana sekolah untuk mengembangkan
keterampilan baru; b) Mengembangkan arahan baru kurikulum; c) Melaksanakan strategi
pengajaran yang baru dan relevan, dan d) Membentuk kemitraan sekolah di tingkat regional,
nasional dan internasional
Lalu bagaimana kompetensi siswa pada abad 21 ? Setidaknya ada empat yang harus
dimiliki oleh generasi abad 21, yaitu: ways of thingking, ways of working, tools for working
and skills for living in the word. Bagaimana seorang pendidik harus mendesain
pembelajaran yang akan menghantarkan peserta didik memenuhi kebutuhan abad 21.
Berikut kemampuan abad 21 yang harus dimiliki peserta didik, yaitu:
1. Way of thinking, cara berfikir yaitu beberapa kemampuan berfikir yang harus dikuasai
peserta didik untuk menghadapi dunia abad 21. Kemampuan berfikir tersebut diantaranya:
kreatif, berfikir kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan pembelajar.
2. Ways of working. kemampuan bagaimana mereka harus bekerja. dengan dunia yang
global dan dunia digital. beberapa kemampuan yang harus dikuasai peserta didik adalah
communication and collaboration. Generasi abad 21 harus mampu berkomunikasi dengan
baik, dengan menggunakan berbagai metode dan strategi komunikasi. Juga harus mampu
berkolaborasi dan bekerja sama dengan individu maupun komunitas dan jaringan. Jaringan
komunikasi dan kerjasama ini memamfaatkan berbagai cara, metode dan strategi berbasis
ICT. Bagaimana seseorang harus mampu bekerja secara bersama dengan kemampuan
yang berbeda-beda.
3. Tools for working. Seseorang harus memiliki dan menguasai alat untuk bekerja.
Penguasaan terhadap Information and communications technology (ICT) and information
literacy merupakan sebuah keharusan. Tanpa ICT dan sumber informasi yang berbasis
segala sumber akan sulit seseorang mengembangkan pekerjaannya.
4. Skills for living in the world. kemampuan untuk menjalani kehidupan di abad 21, yaitu:
Citizenship, life and career, and personal and social responsibility. Bagaimana peserta didik
harus hidup sebagai warga negara, kehidupan dan karir, dan tanggung jawab pribadi dan
sosial.
Melalui pembelajaran abad 21, setidanya ada dua keterampilan inti yang harus
dkembangkan oleh para para guru yakni: a) Kemampuan menggunakan pengetahuan
matematika, Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan, Kewarganegaraan dan lainnya untuk
menjawab tantangan dunia nyata; dan b) Berpikir kritis dan menyelesaikan masalah,
komunikasi dan kerjasama, kreatifitas, kemandirian, dan lainnya.
MENELAAH TES HASIL BELAJAR
Secara teoritis, kualitas soal tes bentuk objektif sanggup ditelaah dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1). Materi:
a) Butir harus sesuai dengan indicator yang ditetapkan
b) Hanya ada satu tanggapan yang benar
c) Pengecoh homogin, dan berfungsi.
2). Konstruksi
a) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas.
b) Rumusan pokok soal dan pilihan tanggapan harus merupakan pernyataan yang
dibutuhkan saja.
c) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah tanggapan benar.
d) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
e) Pilihan tanggapan harus homogen dan logis ditinjaudari segi materi.
f) Panjang rumusan pilihan tanggapan relatif sama.
g) Pilihan tanggapan yang berbentu angka atau waktu disusun menurut urutan besar
kecilnya 1 angka atau kronologis waktunya.
h) Gambar/grafik/tabel/diagaram dan sejenisnya harusn terang dan berfungsi.
i) Butir tes tidak tergantung pada tanggapan sebelumnya.
(3). Bahasa
1. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indoensia.
2. Menggunakan bahasa yang komunikatif dan gampang dimengerti.
3. Pilihan tanggapan jangan mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian.
4. Menggunakan istilah baku
4). Omit
Omit yaitu proporsi akseptor tes yang tidak menjawab pada semua alternatif jawaban.
Butir soal yang baik jikalau omit paling banyak 10% dari akseptor tes.
5). Validitas
Soal tes bentuk objektif dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes
tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memperlihatkan hasil ukur yang sempurna dan
akurat sesuai dengan maksud dikenakannya pengukuran tersebut. Konsep validitas juga
terkait dengan kecermatan pengukuran, yaitu kemampuan untuk mendeteksi perbedaan-
perbedaan kecil sekalipun yang ada dalam atribut yang diukurnya. Secara empiris, suatu
instrumen sanggup dikatakan valid apabila memenuhi dua criteria, yaitu: (a). instrumen
tersebut harus mengukur konsep atau variable yang diharapkan hendak diukur dan harus tidak
mengukur konsep atau variable lain yang tidak diharapkan untuk diukur, dan (b). instrumen
tersebut sanggup memprediksi sikap yang lain yang berhubugan dengan variabel yang diukur.
Analisis validitas sanggup dilakukan pada dua tempat yaitu analisis untuk keseluruhan isi
instrumen dan analisis untuk masing-masing butir soal atau tes.
6). Reliabilitas
Reliabilitas yaitu indeks yang menggambarkan sejauhmana suatu instrumen sanggup
diandalkan. Analisis reliabilitas selalu dikaitkan dengan konsistensi pengukuran, yaitu
bagaimana hasil pengukuran tetap (konstan) dari satu pengukuran kepengukuran yang lain.
Untuk lebih memahami makna reliabilitas sanggup didekati dengan memperhatikan tiga
aspek yang terkait dengan alat ukur, yaitu: kemantapan, ketepatan, dan homogenitas.
Kemantapan merujuk pada hasil pengukuran yang sama pada pengukuran berulang-ulang
dalam kondisi yang sama. Ketepatan merujuk pada istilah sempurna dan benar dalam
mengukur dari sesuatu yang diukur. Artinya, instrumen tersebut mempunyai pernyataan-
pernyataan yang jelas, gampang dimengerti, dan detail. Homogenitas merujuk pada tingkat
keterkaitan yang erat antar unsur-unsurnya.
Setelah data hasil tes diolah, langkah selanjutnya yaitu menafsirkan data sehingga
sanggup memperlihatkan makna. Interpretasi terhadap suatu hasil tesdidasarkan atas kriteria
tertentu yang disebut norma. Norma bisa ditetapkan terlebih dahulu secara rasional dan
sistematis sebelum acara tes dilaksanakan. Guru sanggup memakai kriteria yang bersumber
pada tujuan atau kompetensi setiap mata pelajaran, yang dijabarkan menjadi indikator yang
sanggup diukur dan diamati.
Untuk menafsirkan data, sanggup digunakan dua jenis penafsiran data, yaitu
penafsiran kelompok dan penafsiran individual. Penafsiran kelompok yaitu penafsiran yang
dilakukan untuk mengetahui karakteristik kelompok menurut data hasil tes, ibarat prestasi
kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok terhadap guru dan materi pelajaran yang
diberikan, dan distribusi nilai kelompok. Tujuan utamanya yaitu sebagai persiapan untuk
melaksanakan penafsiran kelompok, untuk mengetahui sifat-sifat tertentu pada suatu
kelompok, dan untuk mengadakan perbandingan antar kelompok. Penafsiran individual yaitu
penafsiran yang hanya tertuju pada individu saja.
Pada prinsipnya nilai simpulan suatu mata pelajaran yaitu campuran dari seluruh
pencapaian KD yang ditargetkan. Dengan demikian, pendidik harus menciptakan tabel
spesifikasi yang memuat macam KD dan pencapaian hasil setiap KD, termasuk aspek yang
dinilai dalam setiap KD. Pendidik juga harus menciptakan pembobotan atas dasar hasil yang
diperoleh sesuai dengan jenis evaluasi yang dilakukan. Perlu diperhatikan bahwa yang lebih
penting yaitu evaluasi harus terbuka dalam arti bahwa akseptor didik semenjak awal sudah
memahami bagaimana pendidik dalam menilai keberhasilan belajarnya.