Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.

2, September 2014 (92-102) ISSN: 2087-9334

ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN PENGARUHNYA


DALAM MENINGKATKAN KINERJA OPERASIONAL BANGUNAN
GEDUNG TINGGI PERKANTORAN DI JAKARTA PUSAT
Manlian Ronald A. Simanjuntak, Skarlet Sinta Suawa
Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Pelita Harapan

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek-aspek dari Sistem Manajemen Mutu serta
pengaruh penerapannya terhadap kinerja operasional bangunan gedung tinggi perkantoran di
Jakarta Pusat. Dalam penelitian ini, kerangka Sistem Manajemen Mutu dikembangkan sesuai dengan
studi literatur yang komprehensif. Kerangka kerja ini menunjukkan hubungan antara Sistem
Manajemen Mutu dan kinerja operasional bangunan gedung tinggi perkantoran di Jakarta Pusat.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang bertujuan untuk mendapatkan data yang
diperlukan bagi penelitian ini. Variabel-variabel penelitian didefinisikan melalui studi literatur,
kemudian disusun menjadi daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner. Penyebaran kuesioner
dilakukan kepada 70 responden terpilih yang bertanggung jawab langsung terhadap kegiatan
building management (35 kuesioner dijawab dan dikembalikan).
Analisis data menggunakan program statistik SPSS (Statistical Product and Service Solutions).
Analisis yang dilakukan adalah uji validitas, uji reliabilitas, analisis korelasi, analisis faktor, analisis
regresi, dan uji model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara Sistem
Manajemen Mutu dan kinerja operasional bangunan gedung tinggi perkantoran di Jakarta Pusat. Hal
itu dapat dibuktikan melalui hasil analisis yang diperoleh bahwa hubungan yang terjadi di antara
keduanya adalah hubungan yang bersifat linear dengan menghasilkan dua variabel penentu. Kedua
variabel tersebut yang merupakan aspek-aspek dari Sistem Manajemen Mutu adalah: a) mengetahui
dan memahami kebutuhan dan harapan pemilik gedung dan b) mengambil tindakan perbaikan tepat
terhadap hasil kerja yang tidak sesuai standar. Dengan demikian, Sistem Manajemen Mutu
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja operasional bangunan gedung tinggi perkantoran di
Jakarta Pusat.
Kata Kunci: Bangunan Gedung Tinggi, Perkantoran, Kinerja, Tahap Operasional, sistem
manajemen mutu

PENDAHULUAN mengendalikan kegiatan-kegiatan dalam peng-


operasian bangunan gedung tersebut.
Latar Belakang Pada bangunan gedung tinggi perkantoran,
Pesatnya pertumbuhan ekonomi di DKI terdapat tiga pihak yang berkepentingan dalam
Jakarta memerlukan berbagai fasilitas yang menentukan kinerja bangunan gedung, yaitu
mampu mewadahinya, diantaranya adalah pemilik gedung, penyewa, dan pengelola gedung.
bangunan gedung perkantoran. Jakarta Pusat Masing-masing pihak memiliki tuntutan kinerja
yang merupakan daerah teritorial DKI Jakarta, bangunan gedung yang berbeda. Hal ini bisa
berdiri bangunan-bangunan gedung tinggi menyulitkan untuk menentukan standar sejauh
perkantoran, dan telah memperlihatkan bahwa apa kegiatan pemeliharaan bangunan gedung
terjadi peningkatan pembangunan gedung per- perlu dilakukan. Mengingat kompleksitas
kantoran hampir setiap tahunnya. pekerjaan yang sangat besar, manajemen
Pembangunan gedung perkantoran di pengoperasian dan pemeliharaan dalam
Jakarta Pusat yang semakin meningkat tersebut bangunan gedung tinggi perkantoran dilakukan
mengakibatkan persaingan dalam dunia oleh sebuah organisasi yang disebut building
bisnispun semakin kompetitif. Dalam kondisi management.
semacam ini, pemilik gedung berorientasi pada Salah satu program yang dapat diterapkan
kinerja dan bagaimana jangka masa depan dari oleh organisasi building management untuk
bangunan gedung itu sendiri. Oleh karena itu, mengendalikan aktivitas dalam tahap operasional
diperlukan sebuah sistem manajemen untuk bangunan gedung adalah Sistem Manajemen

92
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 (92-102) ISSN: 2087-9334

Mutu. Sistem Manajemen Mutu merupakan (continuous performance improvement) pada


sekumpulan prosedur terdokumentasi dan setiap level operasi atau proses dalam setiap area
praktek-praktek standar untuk manajemen sistem fungsional dari suatu organisasi dengan
yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu menggunakan semua sumber daya manusia dan
proses dan produk terhadap kebutuhan atau modal yang tersedia. (Vincent Gaspersz, 2001).
persyaratan tertentu. Kebutuhan atau persyaratan Sistem mutu merupakan bagian dari praktek,
itu ditentukan atau dispesifikasikan oleh tanggung jawab, kebijakan, dan prosedur yang
pelanggan dan organisasi. Sistem Manajemen digunakan sebuah organisasi untuk melak-
Mutu mendefinisikan bagaimana organisasi sanakan dan mempertahankan tingkatan mutu
menerapkan praktek-praktek manajemen mutu dalam produk, proses, dan jasa.
secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan Vincent Gaspersz (2001) mendefinisikan
pelanggan dan pasar. Sistem Manajemen Mutu sebagai sekumpulan
Keberhasilan implementasi manajemen prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek
mutu dalam proses operasional bangunan gedung standar untuk manajemen sistem yang bertujuan
dapat diketahui dengan mengukur kinerja secara menjamin kesesuaian dari suatu proses dan
menyeluruh. Penilaian kinerja dimaksudkan produk terhadap kebutuhan atau persyaratan
untuk mengetahui apakah manajemen telah tertentu. Kebutuhan atau persyaratan itu
bekerja sesuai dengan rencana atau standar yang ditentukan atau dispesifikasikan oleh pelanggan
telah ditetapkan. Kinerja operasional bangunan dan organisasi. Sistem Manajemen Mutu
gedung dapat diukur dari indikator kinerja biaya, mendefinisikan bagaimana organisasi menerap-
mutu, dan waktu dengan merencanakan secara kan praktek-praktek manajemen mutu secara
cermat, teliti, dan terpadu seluruh alokasi sumber konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
daya manusia, peralatan, material, dan biaya dan pasar.
sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari
Semua ini diselaraskan dengan sasaran dan penerapan Sistem Manajemen Mutu, khususnya
tujuan organisasi. bagi pelanggan, perusahaan, maupun bagi staf
dan karyawan. Manfaat tersebut didasarkan pada
Rumusan Masalah sistem kerja dari Manajemen Mutu yang
Permasalahan penelitian dapat dirumuskan, berlandaskan pada kepuasan pelanggan dan
yaitu untuk mengidentifikasi aspek-aspek dari perbaikan berkesinambungan (continuous
Sistem Manajemen Mutu dalam proses improvement). Hal ini akan mengurangi berbagai
operasional bangunan gedung tinggi perkantoran bentuk pemborosan dan meningkatkan kepuasan
di Jakarta Pusat dan menganalisis bagaimana pelanggan. Kedua faktor tersebut pada akhirnya
pengaruh penerapan Sistem Manajemen Mutu akan meningkatkan keuntungan.
tersebut terhadap kinerja operasional bangunan Manfaat Sistem Manajemen Mutu bagi
gedung tinggi perkantoran di Jakarta Pusat. pelanggan, antara lain sedikit atau bahkan tidak
memiliki masalah dengan produk atau jasa,
kepedulian terhadap pelanggan menjadi lebih
STUDI PUSTAKA baik atau pelanggan lebih diperhatikan, dan
kepuasan pelanggan terjamin atau terpenuhi.
Sistem Manajemen Mutu Sedangkan manfaat Sistem Manajemen Mutu
Mutu atau kualitas (quality) memiliki bagi perusahaan, antara lain terdapat perubahan
definisi yang bervariasi dari yang konvensional kualitas produk dan jasa, staf lebih termotivasi,
sampai yang lebih strategis. Definisi konven- produktivitas meningkat, biaya turun, produk
sional dari kualitas biasanya menggambarkan cacat berkurang, dan permasalahan dapat
karakteristik langsung dari suatu produk, seperti diselesaikan dengan cepat.
performa (performance), keandalan (reliability),
mudah dalam menggunakan, estetika (esthetics), Bangunan Gedung Tinggi Perkantoran
dan sebagainya. Definisi strategis dari kualitas Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI
adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi Jakarta No. 7 Tahun 2010 tentang Bangunan
keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the Gedung, definisi bangunan gedung adalah wujud
needs of customers). (Vincent Gaspersz, 2001) fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
Pada dasarnya manajemen mutu (quality dengan tempat kedudukannya, sebagian atau
management) didefinisikan sebagai suatu cara seluruhnya berada di atas dan di dalam tanah
meningkatkan performa secara terus-menerus atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia

93
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 (92-102) ISSN: 2087-9334

melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau Proses Operasional Bangunan Gedung
tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan Operasional merupakan hasil dari proses
usaha, kegiatan sosial dan budaya, dan lainnya. kerja dan digunakan untuk menggambarkan atau
Bangunan gedung perkantoran memiliki menetapkan variabel, syarat, atau sasaran dalam
beberapa perbedaan pokok dengan fungsi terminologi proses yang dibutuhkan untuk
bangunan gedung lainnya yaitu: menentukan keberadaan, durasi, dan jumlahnya.
a. Bangunan gedung perkantoran memiliki Kegiatan operasional didasarkan pada suatu
kesan dan sifat yang formal, sedangkan pada konsep mendaya-gunakan sistem yang telah ada,
bangunan lain adalah sebaliknya. apakah berbentuk gedung, pabrik, atau fasilitas
b. Bangunan gedung perkantoran harus yang lain secara terus-menerus dan berulang-
menempati lokasi tertentu yang ulang. Dengan demikian, sebuah gedung
diperuntukkan bagi bangunan perkantoran dibangun lebih dahulu melalui proyek
(daerah perkantoran) dan tidak dapat konstruksi, kemudian dioperasikan sebagai
diletakkan pada daerah-daerah pemukiman kegiatan rutin dan berlangsung dalam jangka
padat penduduk, kecuali jenis kantor panjang (tahap operasional).
pemerintahan, organisasi sosial, dan jenis Kegiatan utama dalam tahap operasional
tertentu. bangunan gedung adalah pemeliharaan dan
perawatan/ perbaikan bangunan gedung. Menurut
Kinerja (Performance) White (1969), pemeliharaan (maintenance)
Pengertian kinerja sering diartikan sebagai bersinonim dengan pengendalian syarat suatu
hasil atau prestasi kerja. Kinerja mempunyai bangunan sehingga polanya berada di dalam
makna yang lebih luas, bukan hanya menyatakan daerah yang ditetapkan, artinya bahwa pemeli-
sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses haraan merupakan aktivitas pengendalian suatu
pekerjaan berlangsung. Kinerja adalah tentang bangunan untuk mendapatkan bangunan dengan
apa yang dikerjakan dan bagaimana cara kondisi sesuai dengan standar atau pedoman
mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil yang telah ditetapkan.
pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat Manajemen pemeliharaan bangunan gedung
dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan bertujuan untuk mempelajari, mengidentifikasi,
pelanggan, dan memberikan kontribusi pada mengukur, dan mengana-lisis serta memperbaiki
ekonomi. kerusakan fungsi operasional suatu bangunan
Menurut Dipohusodo (1996), proses gedung dengan meningkatkan umur pakainya,
pengendalian kinerja secara umum terdiri dari mengurangi probabilitas kerusakan, dan
tiga langkah pokok, yaitu sebagai berikut: mengurangi down time yang pada akhirnya akan
a. Menetapkan standar kinerja. Standar ini dapat meningkatkan ketersediaan bangunan gedung
berupa biaya yang dianggarkan dan jadwal. tersebut untuk beroperasi.
b. Mengukur kinerja terhadap standar dengan Tahap operasional bangunan gedung terdiri
jalan membandingkan antara kinerja aktual dari tindakan teknis dan administratif yang
dengan standar kinerja. Hasil pekerjaan dan bertujuan untuk mempertahankan dan
pengeluaran yang telah terjadi dibandingkan memulihkan fungsi bangunan sebagaimana yang
dengan jadwal dan biaya yang telah telah direncanakan sebelumnya. Tindakan teknis
direncanakan. yang dimaksud adalah arsitektural, struktural,
c. Melakukan tindakan koreksi apabila terjadi mekanikal, elektrikal, tata ruang luar, dan tata
penyimpangan terhadap standar yang grha (house keeping). Sedangkan tindakan
ditetapkan. administratif meliputi pemasaran (marketing),
Kinerja erat hubungannya dengan pen- keuangan (finance), dan administrasi (general
capaian tujuan dan sasaran organisasi. Kinerja affair).
bangunan gedung dapat diukur dari indikator
kinerja biaya, mutu, dan waktu dengan
merencanakan secara cermat, teliti, dan terpadu METODOLOGI PENELITIAN
seluruh alokasi sumber daya manusia, peralatan,
material, dan biaya yang sesuai dengan Proses Penelitian
kebutuhan yang diperlukan. Semua ini Proses penelitian dapat digambarkan
diselaraskan dengan sasaran dan tujuan melalui diagram alir berikut ini (Gambar 1).
organisasi.

94
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 (92-102) ISSN: 2087-9334

Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan Penelitian

Studi Pustaka

Penentuan Faktor dan Variabel Penelitian

Pengumpulan Data

Data Primer: Data Sekunder:


Hasil kuesioner Hasil studi pustaka

Pengolahan dan Analisis Data Menggunakan Program Statistik SPSS

Pembahasan Hasil Penelitian

Penarikan Kesimpulan dan Saran

Gambar 1. Proses Penelitian

Instrumen Penelitian Penelitian ini mengukur nilai persepsi responden


Data Primer terhadap pengaruh variabel bebas atau disebut
Data primer adalah data yang diperoleh sebagai variabel X, yaitu aspek-aspek dari Sistem
langsung dari responden atau objek penelitian. Manajemen Mutu, dengan variabel terikat atau
Data primer dalam penelitian ini diperoleh disebut sebagai variabel Y, yaitu kinerja
melalui hasil penyebaran kuesioner. Daftar operasional bangunan gedung (Gambar 2).
pertanyaan dalam kuesioner disusun berdasarkan Penjabaran faktor dan variabel penelitian
studi pustaka untuk mendapatkan faktor-faktor untuk indikator “X”, yaitu aspek-aspek dari
dan variabel-variabel penelitian. Sistem Manajemen Mutu (SMM) diperlihatkan
Variabel yang digunakan dalam penelitian pada Tabel 1. Penjabaran untuk variabel terikat
ini adalah variabel bebas (independent variable) Y, yaitu kinerja operasional bangunan gedung,
dan variabel terikat (dependent variable). ditunjukkan pada Tabel 2.

Gambar 2. Model Hubungan Variabel X dan Y

95
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 (92-102) ISSN: 2087-9334

Tabel 1. Faktor dan Variabel Bebas “X”


Aspek-aspek SMM
No. Variabel Dalam Proses Operasional
Bangunan Gedung
A. Fokus Pada Pelanggan
1. X1 Mengetahui dan memahami kebutuhan dan harapan pemilik gedung
2. X2 Memastikan bahwa sasaran organisasi berhubungan dengan kebutuhan
dan harapan pemilik gedung
3. X3 Mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan pemilik gedung dengan
organisasi secara keseluruhan
4. X4 Penggunaan sumber daya organisasi yang efektif sehingga mempertinggi
kepuasan pemilik gedung
B. Kepemimpinan
5. X5 Menetapkan target, tujuan, dan sasaran organisasi
6. X6 Menjadikan seluruh anggota tim building management paham dan
termotivasi atas pentingnya tujuan dan sasaran organisasi
7. X7 Kebebasan untuk bertindak dengan tanggung-jawab dan akuntabilitas
oleh seluruh anggota tim building management
8. X8 Meningkatkan kinerja keandalan seluruh anggota tim building
management melalui pelatihan
9. X9 Pimpinan organisasi building management menjadi contoh dalam hal
kejujuran, moral, dan penciptaan budaya
C. Keterlibatan Personil
10. X10 Memberikan kesempatan kepada seluruh anggota tim building
management untuk merencanakan, menerapkan rencana, dan
mengendalikan rencana pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya atau
timnya
11. X11 Kebebasan dan pemberian wewenang kepada seluruh anggota tim
building management dalam melakukan pekerjaan dengan baik
D. Pendekatan Proses
12. X12 Mendefinisikan aktivitas yang diperlukan dan diterapkan pada organisasi
secara sistematis
13. X12 Menentukan kriteria dan metode yang disyaratkan untuk memastikan
operasi dan pengendalian proses ini agar efektif
14. X14 Mengukur, memantau, dan menganalisis proses operasional
15. X15 Menerapkan tindakan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
direncanakan dan meningkatkan proses ini secara berkelanjutan
E. Pendekatan Sistem Terhadap Manajemen
16. X16 Menstrukturkan sistem menuju pencapaian sasaran dengan lebih efisien
dan efektif
17. X17 Memahami kapabilitas organisasi dan terlebih dahulu membuat sumber
daya terbatas untuk ditindak-lanjuti
18. X18 Menargetkan dan mendefinisikan bagaimana aktivitas yang sesuai
dengan sistem yang harus dioperasikan
19. X19 Peningkatan berkelanjutan secara terus-menerus melalui pengukuran dan
evaluasi
F. Pendekatan Fakta Dalam Pembuatan Keputusan
20. X20 Memastikan data dan informasi yang akurat, dapat dipercaya, dan mudah
diakses
21. X21 Membuat keputusan dan menindak-lanjutinya berdasarkan hasil analisis
dan pengalaman
G. Hubungan Saling Menguntungkan Dengan Supplier
22. X22 Mengidentifikasi dan menyeleksi supplier yang berkompeten
23. X23 Membina hubungan dengan supplier dan memperlakukan supplier
sebagai mitra kerja
24. X24 Berkomunikasi dan berbagi informasi dengan supplier
25. X25 Memastikan bahwa output dari supplier sesuai dengan persyaratan
perusahaan

96
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 (92-102) ISSN: 2087-9334

Tabel 1. Faktor dan Variabel Bebas “X” (Lanjutan)


Aspek-aspek SMM
No. Variabel Dalam Proses Operasional
Bangunan Gedung
H. Peningkatan Berkesinambungan Berdasarkan Siklus PDCA
26. X26 Membuat perencanaan, yaitu menentukan tujuan, sasaran, dan metode
27. X27 Pelatihan dan pendidikan dalam metode dan alat yang digunakan
28. X28 Melaksanakan pekerjaan berdasarkan perencanaan
29. X29 Memeriksa hasil pekerjaan apakah terdapat penyimpangan atau tidak
30. X30 Mengambil tindakan perbaikan tepat terhadap hasil kerja yang tidak
sesuai standar

Tabel 2. Indikator Variabel Terikat “Y”

No. Variabel Indikator

1. Y Kinerja operasional bangunan gedung tinggi perkantoran di Jakarta Pusat

Tabel 3. Rentang Skala Likert


Pernyataan Sangat Tidak Sangat Tidak
Setuju Netral
Sikap Setuju Setuju Setuju
Positif 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5
(Sumber: Syaodih, 2007)

Data Sekunder Manajemen Mutu terhadap peningkatan kinerja


Data sekunder adalah data yang diperoleh operasional bangunan gedung tinggi perkantoran
melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan di Jakarta Pusat.
oleh pihak lain yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Perolehan data
sekunder berasal dari studi pustaka melalui ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
literatur-literatur yang berkaitan dengan
pengaruh Sistem Manajemen Mutu terhadap Dalam proses penelitian ini, dilakukan suatu
peningkatan kinerja operasional bangunan pendekatan atas teori-teori yang berlaku maupun
gedung. hasil penelitian yang relevan untuk
Skala yang digunakan dalam kuesioner mengidentifikasi aspek-aspek dari Sistem
adalah skala Likert. Skala Likert memiliki dua Manajemen Mutu dalam proses operasional
bentuk pernyataan, yaitu pernyataan positif dan bangunan gedung sehingga ditemukan faktor-
pernyataan negatif (Tabel 3). faktor dan variabel-variabel yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Proses pengolahan dan
Metode Penelitian analisis data menggunakan bantuan program
Metode yang digunakan dalam penelitian ini statistik, yaitu SPSS (Statistical Product and
adalah metode deskriptif korelasional dengan Service Solutions). Tahap-tahap analisis yang
menggunakan pende-katan kuantitatif, yakni dilakukan adalah uji validitas, uji reliabilitas,
mendeskripsikan tentang hubungan Sistem analisis korelasi, analisis interkorelasi, analisis
Manajemen Mutu dan kinerja operasional faktor, analisis regresi linear berganda, dan uji
bangunan gedung. Penelitian dilakukan secara model (nilai adjusted R2, t, F, dan Durbin
kuantitatif untuk menghimpun data yang Watson).
diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kepada
responden terkait. Melalui hasil pengumpulan Pengumpulan Data
data tersebut, diharapkan akan diperoleh data Pengumpulan data melalui penyebaran
yang akurat mengenai pengaruh Sistem kuesioner, dilakukan kepada 70 responden yang

97
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 (92-102) ISSN: 2087-9334

bertanggung jawab langsung terhadap kegiatan Analisis Regresi Linear Berganda


building management yang tersebar pada Analisis regresi berganda adalah analisis
beberapa perusahaan pengelola bangunan gedung yang menjelaskan hubungan atau pengaruh
tinggi perkantoran di Jakarta Pusat. Dari antara variabel terikat dengan beberapa variabel
penyebaran kuesioner kepada 70 responden, bebas. Dengan korelasi berganda, kekuatan
sampel yang dijawab dan dikembalikan adalah hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat
sebanyak 35 kuesioner. diketahui. Dari data hasil analisis regresi linear
berganda dengan menggunakan program statistik
Pentabulasian Data SPSS metode Stepwise, diperoleh dua variabel
Data hasil kuesioner merupakan data primer bebas yang teridentifikasi sebagai variabel
yang akan diolah dan dianalisis dalam penelitian penentu, yaitu sebagai berikut:
ini. Sebelum diolah dan dianalisis, data tersebut X1 Mengetahui dan memahami kebutuhan dan
diinput dan ditabulasi ke dalam file excel. harapan pemilik gedung
Analisis data dilakukan dengan menggunakan X30 Mengambil tindakan perbaikan tepat
program statistik SPSS (Statistical Product and terhadap hasil kerja yang tidak sesuai
Service Solutions) untuk mendapatkan nilai standar
korelasi, interkorelasi, regresi linear, adjusted R2,
t, F, dan Durbin Watson. Uji Determinasi Berganda (Adjusted R2 Test)
Analisis determinasi regresi linear berganda
Analisis Data digunakan untuk mengetahui presentase sum-
Uji Validitas bangan pengaruh variabel bebas (X1, X2, ..... Xn)
Uji validitas berkaitan dengan ketepatan secara serentak terhadap variabel terikat (Y).
atau kesesuaian alat ukur terhadap konsep yang Koefisien ini menunjukkan seberapa besar
akan diukur sehingga alat ukur benar-benar dapat presentase variasi variabel bebas yang digunakan
mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk dalam model mampu menjelaskan variasi
jumlah responden atau sampel n = 35, diperoleh variabel terikat. Berdasarkan hasil analisis
rtabel = 0,334. Berdasarkan data hasil uji validitas regresi dengan menggunakan program statistik
terhadap 30 variabel bebas dan 1 variabel terikat, SPSS (Statistical Product and Service Solutions),
dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan diperoleh nilai adjusted R Square yang juga
(variabel) adalah valid karena nilai rhitung > rtabel. menunjukkan kontribusi variable di dalam model
seperti yang diperlihatkan pada Tabel 5.
Uji Reliabilitas
Kriteria suatu instrumen penelitian Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama
dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik (F - Test)
Alpha Cronbach bila koefisien reliabilitas r > Uji F digunakan untuk mengetahui apakah
0,6. Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa variabel bebas (X1, X2, ..... Xn) secara bersama-
nilai Cronbach’s Alpha untuk 30 variabel bebas sama berpengaruh secara signifikan terhadap
dan 1 variabel terikat yang digunakan dalam variabel terikat (Y) atau untuk mengetahui
penelitian ini adalah sebesar 0,952. Dengan apakah model regresi dapat digunakan untuk
demikian, instrumen penelitian dinyatakan memprediksi nilai variabel terikat atau tidak.
reliabel karena nilai r = 0,952 > 0,6. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa
nilai F sebesar 44,343 dengan tingkat
Analisis Korelasi signifikansi 0,00 < 0,05. Dengan demikian,
Teknik analisis korelasi yang digunakan terdapat pengaruh yang signifikan secara
dalam penelitian ini adalah korelasi Product bersama-sama antara variabel mengambil
Moment Pearson. Kegunaannya adalah untuk tindakan perbaikan tepat terhadap hasil kerja
mengetahui derajat hubungan dan kontribusi yang tidak sesuai standar (X30) dan variabel
variabel bebas (independent variable) dengan mengetahui dan memahami kebutuhan dan
variabel terikat (dependent variable). Untuk harapan pemilik gedung (X1) terhadap kinerja
variabel bebas yang memiliki korelasi signifikan operasional bangunan gedung tinggi perkantoran
terhadap kinerja operasional bangunan gedung di Jakarta Pusat (Y).
tinggi perkantoran di Jakarta Pusat (Y) dapat
dijabarkan dalam Tabel 4.

98
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 (92-102) ISSN: 2087-9334

Tabel 4. Nilai Korelasi Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat


Variabel r
No.
1. X1 Mengetahui dan memahami kebutuhan dan harapan 0,697
pemilik gedung
2. X3 Mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan pemilik 0,603
gedung dengan organisasi secara keseluruhan
3. X4 Penggunaan sumber daya organisasi efektif sehingga 0,492
mempertinggi kepuasan pemilik gedung
4. X5 Menetapkan target, tujuan, dan sasaran organisasi 0,804
5. X6 Menjadikan seluruh anggota tim building management 0,804
paham dan termotivasi atas pentingnya tujuan dan
sasaran organisasi
6. X7 Kebebasan untuk bertindak dengan tanggung jawab dan 0,492
akuntabilitas oleh seluruh anggota tim building
management
7. X8 Meningkatkan kinerja keandalan seluruh anggota tim 0,685
building management melalui pelatihan
8. X9 Pimpinan organisasi building management menjadi 0,685
contoh dalam hal kejujuran, moral, dan penciptaan
budaya
9. X13 Menentukan kriteria dan metode yang disyaratkan untuk 0,418
memastikan operasi dan pengendalian proses ini agar
efektif
10. X14 Mengukur, memantau, dan menganalisis proses 0,418
11. X15 Menerapkan tindakan yang diperlukan untuk mencapai 0,804
hasil yang direncanakan dan meningkatkan proses ini
secara berkelanjutan
12. X16 Menstrukturkan sistem menuju pencapaian sasaran 0,418
dengan lebih efisien dan efektif
13. X19 Peningkatan berkelanjutan secara terus-menerus melalui 0,603
pengukuran dan evaluasi
14. X22 Mengidentifikasi dan menyeleksi supplier berkompeten 0,418
15. X25 Memastikan bahwa output dari supplier sesuai dengan 0,418
persyaratan perusahaan
16. X26 Membuat perencanaan, yaitu menentukan tujuan, sasaran, 0,685
dan metode
17. X27 Pelatihan dan pendidikan dalam metode dan alat yang 0,804
digunakan
18. X28 Melaksanakan pekerjaan berdasarkan perencanaan 0,804
19. X29 Memeriksa apakah hasil pekerjaan terdapat 0,804
penyimpangan/ kesalahan atau tidak
20. X30 Mengambil tindakan perbaikan tepat terhadap hasil kerja 0,804
yang tidak sesuai standar

Tabel 5. Nilai Adjusted R Square

Model Variables R Square Adjusted R Square

1 X30 0,646 0,636

2 X30, X1 0,735 0,718

99
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 (92-102) ISSN: 2087-9334

Tabel 6. Nilai Durbin-Watson

D dL Du 4 – dU

2,000 1,343 1,584 2,416

Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (t - Test) Berdasarkan hasil analisis regresi, diperoleh
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah model regresi: Y = 2,210E-16 + 0,5X1 + 0,5X30.
dalam model regresi variabel bebas (X1, X2, ..... Dari model regresi tersebut, dapat dijelaskan
Xn) secara parsial berpengaruh secara signifikan bahwa koefisien variabel bebas X1 dan X30
terhadap variabel terikat (Y). Uji t dilakukan bernilai positif masing-masing sebesar 0,50,
dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05 artinya bahwa jika nilai variabel mengetahui dan
(5%). memahami kebutuhan dan harapan pemilik
Berdasarkan hasil analisis regresi, terlihat gedung (X1) maupun variabel mengambil
bahwa: tindakan perbaikan tepat terhadap hasil kerja
1) Nilai t untuk variabel bebas X30 adalah 5,488 yang tidak sesuai standar (X30) semakin besar
dengan tingkat signifikansi 0,00 < 0,05. maka kinerja operasional bangunan gedung
Dengan demikian, terdapat pengaruh tinggi perkantoran di Jakarta Pusat (Y) akan
signifikan antara variabel mengambil semakin besar pula (meningkat).
tindakan perbaikan tepat terhadap hasil kerja
yang tidak sesuai standar (X30) terhadap
kinerja operasional bangunan gedung tinggi KESIMPULAN
perkantoran di Jakarta Pusat (Y).
2) Nilai t untuk variabel bebas X1 adalah 3,266 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
dengan tingkat signifikansi 0,03 < 0,05. terhadap 35 responden yang bertanggung-jawab
Dengan demikian, terdapat pengaruh langsung terhadap kegiatan building manage-
signifikan antara variabel mengetahui dan ment, dapat disimpulkan bahwa:
memahami kebutuhan dan harapan pemilik a. Sistem Manajemen Mutu memiliki korelasi
gedung (X1) terhadap kinerja operasional positif dengan kinerja operasional bangunan
bangunan gedung tinggi perkantoran di gedung tinggi perkantoran di Jakarta Pusat.
Jakarta Pusat (Y). Hal itu dapat dibuktikan melalui persamaan
regresi yang dihasilkan, yaitu:
Uji Autokorelasi (Durbin Watson Test) Y = 2,210E-16 + 0,5X1 + 0,5X30
Untuk mengukur ada tidaknya autokorelasi bahwa hubungan yang terjadi di antara
pada variabel dalam model yang diuji, digunakan keduanya adalah hubungan yang bersifat
batasan secara umum, yaitu jika nilai d terletak di linear dengan menghasilkan dua variabel
antara dU dan (4 – dU), berarti tidak ada penentu. Kedua variabel tersebut yang
autokorelasi.Nilai Durbin-Watson yang diperoleh merupakan aspek-aspek dari Sistem
berdasarkan hasil analisis terlihat pada Tabel 6. Manajemen Mutu adalah:
Dengan jumlah sampel n = 35 dan jumlah X1 Mengetahui dan memahami kebutuhan
variabel k = 2, diperoleh nilai dL = 1,343 dan dU dan harapan pemilik gedung
= 1,584. Berdasarkan Tabel 6 di atas, nilai d = X30 Mengambil tindakan perbaikan tepat
2,000 berada di antara nilai dU dan 4 – dU. terhadap hasil kerja yang tidak sesuai
Dengan demikian, model yang dihasilkan tidak standar
terdapat autokorelasi positif maupun negatif 2) Pemeriksaan atas hasil pekerjaan bertujuan
untuk tingkat signifikansi α = 0,05. untuk memastikan pekerjaan telah sesuai
dengan standar dan tidak terjadi penyim-
Penentuan Model Penelitian pangan. Apabila ditemukan penyimpangan
Dengan melihat pengujian terhadap nilai atau hasil kerja tidak sesuai standar, kegiatan
adjusted R2, F, t, dan Durbin-Watson yang telah mengambil tindakan perbaikan tepat terhadap
dilakukan, menunjukkan bahwa model regresi hasil kerja yang tidak sesuai standar berperan
yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan. dalam hal ini. Penyimpangan yang ditemukan

100
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 (92-102) ISSN: 2087-9334

segera ditindak-lanjuti, yaitu dengan mene- Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.


mukan penyebab timbulnya penyimpangan Jurnal Riptek Volume 3 Nomor 1.
tersebut sehingga dapat dilakukan tindakan Hradesky, John L., 1995. Total Quality
perbaikan yang tepat. Proses ini dilakukan Management Handbook. USA: McGraw-
secara terus-menerus (continuous improve- Hill.
ment) sehingga tujuan dan sasaran organisasi
dalam proses operasional bangunan gedung Joiner, Therese A., 2001. Total Quality
tercapai. Management and Performance (The Role
Penerapan Sistem Manajemen Mutu Of Organization Support and Co-Worker
dalam proses operasional bangunan gedung Support). International Journal of Quality
dapat mengendalikan seluruh kegiatan and Reliability Management Volume 24
pengoperasian dan pemeliharaan bangunan Nomor 6.
gedung serta kinerja seluruh anggota Juran, Joseph M dan A. B. Godfrey. 2000.
organisasi building management. Dengan Juran’s Quality Handbook. Singapore:
demikian, penerapan Sistem Manajemen Mc-Graw-Hill.
Mutu yang benar pada seluruh kegiatan
Kiswanto. 2007. Implementasi Manajemen
pengoperasian dan pemeliharaan bangunan
Kualitas dan Pengaruhnya Pada Kinerja
gedung dapat mengurangi kegiatan perbaikan
Ditinjau Dari Sudut Pandang Total
yang diakibatkan oleh hasil kerja yang tidak
Quality Management. Tesis Universitas
sesuai standar, atau bahkan dapat mencegah
Diponegoro.
terjadinya kerusakan sehingga menghasilkan
penurunan biaya operasional dan pemeli- Labombang, Mastura. 2008. Manajemen
haraan bangunan gedung serta terjadi Pemeliharaan Fasilitas Dalam
peningkatan profit perusahaan. Dengan Pengelolaan Gedung. Majalah Ilmiah
demikian, Sistem Manajemen Mutu Mektek Tahun X Nomor 1, Januari 2008.
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja Levy, Sydney M., 2007. Project Management in
operasional bangunan gedung tinggi Construction. USA: McGraw-Hill.
perkantoran di Jakarta Pusat.
Lewis, Angela, D. Riley, dan A. Elmualim. 2010.
Defining High Performance Buildings for
Operations and Maintenance.
DAFTAR PUSTAKA
International Journal of Facility
Management Volume 1 Nomor 2.
Dipohusodo, Istimawan, 1996. Manajemen
Proyek, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Nazir, Moh., 2014. Metode Penelitian. Bogor:
Utama. Ghalia Indonesia.
Evans, James dan W. M. Lindsay., 2008. The Oberlender, Garold D., 1993. Project
Management and Control of Quality. Management For Engineering and
Canada: South-Western. Construction. USA: McGraw-Hill.
Feigenbaum, Armand V., 1991. Total Quality Polat, G., A. Damci, dan Y. Tatar., 2011.
Control. Singapore: McGraw-Hill. Barriers and Benefits of Total Quality
Management in The Construction
Gaspersz, Vincent., 2006. Total Quality
Industry: Evidence From Turkish
Management. Jakarta: PT Gramedia
Contractors. 7th Research/ Expert
Pustaka Utama.
Conference with International Participants
Geotsch, David dan S. B. Davis., 2002. “Quality 2011” Neum, B&H June 01 – 04.
Understanding and Implementing ISO
Ritz, George J., 1994. Total Construction Project
9000: 2000. New Jersey: Prentice Hall
Management. Singapore: McGraw-Hill.
Pearson Education.
Santosa, Widhiawati, dan Diputra. 2013.
Gryna, Frank M., 2001. Quality Planning and
Penerapan Standar Sistem Manajemen
Analysis. Singapore: McGraw-Hill.
Mutu ISO 9001: 2008 Pada Kontraktor
Hartono. 2009. Penerapan Sistem Manajemen PT. Tunas Jaya Sanur. Jurnal Ilmiah
Mutu Berbasis ISO 9001: 2000 Pada Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil
Pembangunan Graving Dock di Volume 2 Nomor 1.

101
Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2, September 2014 (92-102) ISSN: 2087-9334

Stevenson, William dan S. C. Chuong, 2014. Usman, Kristianto dan R. Winandi., 2009. Kajian
Manajemen Operasi Perspektif Asia. Manajemen Pemeliharaan Gedung
Jakarta: Salemba Empat. (Building Maintenance) di Universitas
Suardi, Rudi., 2001. Sistem Manajemen Mutu Lampung. Rekayasa, Jurnal Sipil dan
ISO 9000: 2000 Penerapannya Untuk Perencanaan Volume 13 Nomor 2.
Mencapai TQM. Jakarta: PT PPM. Wijayanto, Dian. 2012. Pengantar Manajemen.
Soeharto, Imam., 1995. Manajemen Proyek Dari Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Konseptual Sampai Operasional. Jakarta: Yamit, Zulian. 2013. Manajemen Kualitas
Erlangga. Produk dan Jasa. Yogyakarta: Ekonisia.

102

Anda mungkin juga menyukai