BAB IV
A. Jalannya Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2018 di Puskesmas Padang Serai
hubungan usia ibu dan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Padang Serai tahun 2018. Data sekunder diperoleh
dengan melihat catatan buku laporan ibu hamil (register) untuk memperoleh
data status anemia ibu, usia ibu dan jumlah paritas ibu. serta peneliti
pengumpulan data (checklist). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil
yang anemia tercatat di buku register Puskesmas Padang Serai pada tahun
2017 yang memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah 143 orang. Sampel
sampel diberikan kesempatan yang sama dan diambil secara langsung dari
B. Hasil penelitian
31
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi
ibu (64,3%) anemia, sebagian ibu (47,6%) berusia berisiko (<21 atau >35)
Tabel 4.2 Hubungan usia ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas Padang serai tahun 2018
Anemia Nilai OR
Usia Ibu Anemia Tidak Jumlah p CI
Anemia 95%
n % n % n % 0,000 10,078
Berisiko (4,230-
(<21 atau >35 60 88,2 8 11,8 68 100,0 24,010)
tahun)
32
Tidak
berisiko 32 42,7 43 57,3 75 100,0
(21-35 tahun)
Puskesmas Padang Serai dengan nilai p = 0,000 dan OR= 10,078. Hal ini
berarti ibu berusia berisiko (<21 atau >35 tahun) berpeluang 10,078 kali
tahun).
Tabel 4.3 Hubungan paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil
di wilayah kerja Puskesmas Padang Serai tahun 2018
Anemia Nilai OR
Paritas Anemia Tidak Jumlah p CI
Anemia 95%
n % n % n %
Berisiko 100,0
63 76,8 19 23,2 82 3,659
(≥4 kali)
0,000 (1,784-
Tidak 100,0
7,502)
berisiko 29 47,5 32 52,2 61
(<4 kali)
kali) hampir sebagian besar tidak mengalami anemia (52,2%). Dari hasil
Kerja Puskesmas Padang Serai dengan nilai p = 0,000 dan OR= 3,659. Hal
33
ini berarti ibu yang memiliki paritas berisiko (≥4 kali) berpeluang 3,659
C. Pembahasan
1. Hubungan usia ibu dengan kejadian anemia pada ibu hamil di
(47,6%) ibu berusia berisiko (<21 atau >35 tahun) dan dari hasil analisis
bivariat didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara usia ibu
dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan nilai p=0,000 dan OR=
10,078. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang berusia <21 atau > 35 tahun
Hal ini dikarenakan usia ibu yang kurang dari 21 tahun masih terlalu
dan persalinan sedangkan ibu yang berusia lebih dari 35 tahun kinerja
masa kehamilan.
Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa umur ibu sangat
persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu yang
berumur kurang dari 21 tahun masih belum matang dan belum siap dalam
34
Sedangkan ibu yang berumur 21-35 tahun, disebut sebagai “masa dewasa”
dan disebut juga masa reproduksi, dimana pada masa ini diharapkan
(Prawiroharjo, 2007).
anemia pada ibu hamil dengan nilai p=0,01 <0,05. Peneliti mengatakan
bahwa umur ibu hamil <21 tahun dan lebih 35 tahun akan menimbulkan
anemia pada ibu hamil 1,51 kali dibandingkan ibu hamil usia 21-35 tahun.
yang mengatakan bahwa hamil diumur yang sangat muda 35 tahun akan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang
dengan hasil bahwa ada hubungan antara anemia pada ibu dengan usia ibu
mengatakan bahwa ada korelasi antara usia ibu dengan kejadian anemia
pada ibu hamil dengan nilai p=0,028. Umur beresiko lebih banyak
tidak beresiko. Hal ini dikarenakan kehamilan diusia < 21 tahun dan >35
zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia >35 tahun terkait
ibu yang berusia berisiko (<21 atau >35 tahun) tidak mengalami anemia.
Hal ini dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor
dan juga pola konsumsi makanan terutama makanan yang mengandung zat
besi, karena apabila kekurangan zat besi pada masa kehamilan dalam
(Notoatmodjo, 2012).
yang berusia 21-35 tahun ada yang mengalami anemia. Hal ini
buruknya status gizi, kurang gizi akan mengurangi daya tahan tubuh dan
(57,3%) ibu memiliki paritas berisiko (≥4 kali) dan dari hasil analisi
dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan nilai p=0,000 dan OR =
37
3,659. Hal ini berarti bahwa ibu yang memiliki paritas berisiko (≥4 kali)
(76,8%) yang memiliki paritas berisiko (≥4 kali) mengalami anemia. Hal
ini dikarenakan pada ibu yang sering melahirkan terjadi kehilangan zat
besi yang banyak sehingga semakin menyebabkan anemia, selain itu juga
ibu hamil (p=0,002) dengan nilai PR= 1,561 yang artinya paritas berisiko
menimbulkan kejadian anemia pada ibu hamil 1,561 kali lebih tinggi
kejadian anemia pada ibu hamil. Responden dengan paritas berisiko lebih
paritas tidak berisiko. Hal ini dikarenakan paritas merupakan salah satu
faktor penting dalam kejadian anemia zat besi pada ibu hamil.
Hal tersebut sesuai juga dengan teori yang dikemukakan oleh Labib
kehamilan dan melahirkan akan semakin banyak kehilangan zat besi dan
akan menjadi semakin anemia. Jika persediaan cadangan zat besi minimal
masih belum optimal. Pengaturan jarak kelahiran yang baik minimal dua
tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk
(Labib, 2012).
kadar Hb. Pada ibu yang melahirkan lebih dari 4 kali terjadi penurunan
pada fungsi organ maupun organ reproduksinya sudah tidak bagus dan ibu
yang memiliki paritas berisiko (>4 kali) tidak mengalami anemia. Hal ini
terjadinya anemia dan juga kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe.
yang tidak patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe, hal ini dikarenakan
semakin rendah. Ibu hamil sangat memerlukan konsumsi tablet Fe, karena
besi yang diberikan kepada ibu hamil. Di samping zat besi tidak hanya
dibutuhkan oleh ibu saja tetapi juga untuk janin yang ada di dalam
kandungannya.
(47,5%) yang memiliki paritas tidak berisiko (<4 kali) mengalami anemia.
kunjungan ANC.
melainkan ada faktor lain yaitu faktor dasar (social ekonomi, pengetahuan,
pendidikan dan budaya) dan faktor langsung (pola konsumsi tablet Fe,