Tinjauan Pustaka
Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perawatan
Menurut Higgis (2002), perawatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara berulang-ulang dengan tujuan agar peralatan selalu memiliki kondisi yang
sama dengan keadaan awalnya. Perawatan juga dilakukan untuk menjaga agar
peralatan tetap berada dalam kondisi yang dapat diterima oleh penggunannya.
Perawatan yang efektif akan mengarah pada hal-hal sebagai berikut :
a. Kapasitas pekerjaan terpenuhi secara maksimal.
b. Kemampuan untuk menghasilkan hasil kerja dengan toleransi khusus atau
level kualitas tertentu.
c. Dapat meminimalkan biaya per unit kerja.
d. Dapat mengurangi resiko kegagalan dalam memenuhi keinginan pelanggan
yang berkaitan dengan kapasitas kerja dan kualitas hasil kerja.
e. Dapat menjaga keselamatan pegawai, lingkungan kerja dan masyarakat
sekitar dari bahaya yang mungkin muncul dengan adanya proses kerja.
f. Dapat memastikan sekecil mungkin resiko yang dapat membahayakan
lingkungan di sekitar bengkel kerja atau pabrik.
5
penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari
kerusakan.
Semua pekerjaan yang masuk dalam lingkup perawatan pencegahan
dilakukan secara rutin dengan berdasarkan pada hasil kinerja alat yang diperoleh
dari pekerjaan perawatan pencegahan atau adanya anjuran dari pabrik pembuatan
alat tersebut. Apabila perawatan pencegahan dikelola dengan baik maka akan
dapat memberikan informasi tentang kapan mesin atau alat akan diganti sebagian
komponennya.
Dalam prakteknya perawatan pencegahan yang dilakukan oleh suatu
bengkel kerja atau perusahaan dapat dibedakan lagi sebagai berikut:
1. Perawatan rutin, yaitu aktivitas perawataan yang dilakukan secara rutin
(setiap hari). Misalnya pembersihan peralatan, pelumasan oli dan pengecekan
air baterai.
2. Perawatan periodik, yaitu aktivitas pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap
100 jam kerja mesin, lalu meningkat setiap 500 jam sekali, dan seterusnya.
Misalnya pembongkaran silinder, penyetelan katup–katup, pemasukan dan
pembuangan silinder mesin dan sebagainya.
Perawatan pencegahan akan menguntungkan atau tidak tergantung pada :
1. Distribusi dari kerusakan. Pada penjadwalan dan pelaksanaan perawatan
pencegahan harus memperlihatkan jenis distribusi dari kerusakan yang ada,
karena dengan mengetahui jenis distribusi kerusakan dapat disusun suatu
rencana perawatan yang benar–benar tepat sesuai dengan latar belakang
mesin tersebut.
2. Hubungan antara waktu perawatan pencegahan terhadap waktu perbaikan.
Hendaknya diantara kedua waktu ini diadakan keseimbangan dan diusahakan
dapat dicapai titik maksimal. Jika ternyata jumlah waktu untuk perawatan
pencegahan lebih lama dari waktu menyelesaikan kerusakan tiba–tiba, maka
tidak ada manfaatnya yang nyata untuk mengadakan perawatan pencegahan,
lebih baik ditunggu saja sampai terjadi kerusakan.
6
3. Daftar pekerjaan rutin. Perawatan pencegahan memerlukan suatu daftar
seperti halnya pekerjaan rutin, mencakup: jadwal pemeliharaan peralatan,
data hasil pengetesan, peralatan khusus (apabila diperlukan), keterangan
pengisian, pelumas, buku petunjuk pemeliharaan, tingkat pengetahuan
pekerja terhadap pekerjaan tersebut.
Jadwal pemeliharaan. Untuk memberikan informasi kepada bagian perawatan,
maka tiap jadwal perawatan dibuat pada kartu control atau formulir yang dapat
memberi informasi dengan jelas. Pada setiap jadwal perawatan dituliskan
identifikasi alat dengan nomor sandi, nama alat, nomor pengganti, dan tanggal
pemasangan pertama serta pengerjaan perawatan yang telah dilakukan (Muchlas,
2013).
b. Perawatan Perbaikan
Perbaikan merupakan perawatan alat, barang atau benda sistem yang rusak.
Pada dasarnya aktivitas yang dilakukan adalah perawatan yang dilakukan setelah
terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan. Kegiatan
perbaikan sering disebut sebagai kegiatan reparasi. Perawatan perbaikan dapat
juga didefinisikan sebagai perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan
yang dapat terjadi akibat tidak dilakukanya perawatan pencegahan maupun telah
dilakukan perawatan pencegahan. Akan tetapi apabila sampai pada suatu waktu
tertentu fasilitas dan peralatan tersebut tetap juga rusak, jadi dalam hal ini
kegiatan perawatan sifatnya hanya menunggu sampai terjadi kerusakan baru
kemudian diperbaiki atau dibetulkan.
7
produksi atau dijadwalkan sebelum kerusakan mesin terjadi sehingga tidak
menganggu produktivitas mesin (Hasriyono, 2009).
Adanya berbagai jenis perawatan diatas diharapkan dapat menjadi
alternatif untuk melakukan perawatan sesuai dengan kondisi yang dialami di
perusahaan. Sebaiknya perawatan yang baik adalah perawatan yang tidak
menganggu jadwal produksi atau dijadwalkan sebelum kerusakan mesin terjadi
sehingga tidak mengganggu produktivitas mesin.
Perawatan
Memeriksa
melihat Perbaikan saat Perbaikan
menyetel Mengalami Setelah Terjadi
melumasi kerusakan Kerusakan
8
2.3 Sarana Dan Prasarana Kereta Api
Sarana angkutan kereta api merupakan rangkaian yang terdiri dari lokomotif
dan sejumlah rangkaian gerbong atau kereta untuk mengangkut orang dan atau
barang. Kereta api adalah kendaraan yang dapat bergerak di jalan rel. (Undang-
Undang tentangPerkeretaapian No.23, 2007)
Pengertian dari kereta sendiri adalah kendaraan yang sebagian atau
seluruhnya dipergunakan untuk mengangkut penumpang, bagasi, dan kiriman pos.
Sedangkan gerbong adalah kendaraan yang khusus dipergunakan untuk
mengangkut barang dan hasil bumi.
9
ekonomi.
10 KM3 Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang, ruang
makan dan dapur kelas ekonomi.
11 KP3 Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang, kelas
ekonomi serta ruang pembangkit listrik.
12 KMP Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang, ruang
3 makan dan dapur kelas ekonomi serta ruang ruang pembangkit.
13 B Kereta bagasi.
14 P Kereta Pembangkit
15 BP Kereta yang dilengkapi dengan failitas ruang bagasi dan ruang
pembangkit.
10
Gambar 2,3 Gerbong Datar
d. Gerbong Tangki/ketel (GK)
11
terhadap pembebanan tanpa terjadi deformasi tetap. Bodi kereta bagian luar terdiri
dari komponen utama, rangka dasar, lantai, dinding samping, dinding ujung dan
atap. Berikut gambar spesifikasi kereta dadat dilihat pada gambar 2.5.
2.5.2 Lantai
Lantai ruang penumpang dan lantai ruang antara pintu masuk, pintu
penghubung, pintu penumpang (bordes) terbuat dari bahan pelat baja setara baja
gelombang corten atau superior atmospheric corrosion (SPAC) dengan tebal 1,2
mm. Lantai pada ruang penumpang dilengkapi dengan lubang pembuangan air
(drain holes) diameter 60mm sebanyak 60 set, lantai ruang penumpang dan lantai
12
antara pintu masuk – pintu penghubung – pintu penumpang (bordes) ditutup
dengan unitex, lantai ruang makan, dapur, ruang kru, operator, lantai lorong
(gang) ditutup dengan unitex (standar diameter agregeat 1-2,25mm).
Rangka daasar dan bodi kereta bagian eksterior dirakit dengan lengkungan
positif agar ketika dimuati bodi kereta tidak melengkung ke bawah. Bodi kereta
dirancang agar bisa di angkat dengan dongrak dan crane tanpa terjadi perubahan
bentuk tetap pada konstruksi. Lantai bagian luar di cat bitominous yang berfungsi
sebagai anti korosi,
13
Gambar 2.7 dinding ujung
2.5.4 Atap
Atap kereta merupakan konstruksi yang di las terdiri dari: rangka lengkug
melintang (carlineI) dan memanjang (purline) serta panel lengkung. Beberapa
desain kereta pada atap dilengkapi dengan konstruksi untuk penempatan:
pendingin udara (AC) dan tangki air. Panel dinding ujung dan atap terbuat dari
pelat baja setara corten steel atau superior atmospheric corrosion (SPA-C) dengan
tebal minimum 2 mm.
14
2.5.6 Pintu Penghubung Antar Kereta
Pintu penghubung antar kereta merupakan pintu geser manual dengan satu
daun pintu. Terbuat dari kontruksi rangka baja, pelat baja galvanis tebal 1 mm
untuk bagian dalam dan bagian luar yang dicat polyurethan yang dilengakapi
dengan kaca pengaman tebal 5 mm dan kunci kickers (K1 dan K2) atau hand grip
(K3) serta dilengkapi tempat kunci gembok.
15
Pintu toilet merupakan pintu ayun yang dibuka secara manual dan tutup
dengan mengguanakan door closer. Pintu tersebut terbuat dari bahan kontruksi
rangka baja, pelat baja setainless steel tebal 1 mm, untuk bagian dalam dan pelat
alumunium tebal 1,6 mm untuk bagian luar yang dicat polyurethan.
2.5.9 Jendela
Jendela ruang penumpang dirancang dengan ukuran yang dapat berikan
kenyamanan pandangan, keamanan dengan kontruksi dari rangka alumunium
yang di buffing anodized, kaca pengaman, acrilyk dan lis karet. Jendela ruang
penumpang dilengkapi diantaranya:
a. dengan jendela tetap (fixed).
b. jendela darurat dengan kaca darurat fixed dilengkapi dengan palu
pemecah kaca.
c. jendela darurat yang dirancang 2 bagian, bagian atas jendela dapat
dibuka ke dalam sedangkan bagian bawah fixed. Jendela ini
ditempatkan pada setiap ujung ruang penumpang.
Jendela darurat dengan kaca darurat dirancang fixed, dilengkapi palu pemecah
kaca disamping dinding dalam kereta disediakanuntuk keperluan evakuasi
penumpang dan lain-lain, pada kodisi darurat kaca jendela dapat dipecahkan
dengan palu pemecah kaca.
Jendela ruang toilet dirancang kontruksi dari rangka alumunium yang di
buffing anodized, kaca laminasi putih susu / acrilyc dan lis karet yang dapat
dibuka ke dalam dilengkapi pengunci dari dalam. Jendela ruang toilet berfungsi
untuk ventilasi udara di dalam ruang toilet.
2.5.10 Rubber Bellow / Karet Penghubung
Karet penghubung yang dirancang dengan ukuran yang dapat berikan
kenyamanan pandangan, keamanan yang berfungsi sebagai penghubung kereta,
pada saat kereta manjadi satu kesatuan dan memberikan keaaman pada ujung bodi
kereta pada saat menikung. Sehingga bodi ujung tidak mengalimi kontak secara
langsung.
16
Gambar 2.11 rabber bellow
2.5.11 Alat perangkai.
Alat perangkai dirancang untuk meghubungkan sarana kereta agar menjadi
satu kesatuan rangkaian kereta api.
17