CEDERA KEPALA
ANGGIT
KURNIASIH
ICU
RSUP
DR.
Sardjito
Yogyakarta
2016
PENDAHULUAN
EHologi
cedera
kepala
:
1. Trauma
benda
tajam
2. Trauma
benda
tumpul
Klasifikasi
cedera
kepalaberdasar
berat
ringannya
:
1. Cedera
kepala
RINGAN
(GCS
13-‐15,
amnesia
<30’)
2. Cedera
kepala
SEDANG
(GCS
9-‐12,
amnesia
30’-‐kurang
24
jam,
ada
#
tengkorak)
3. Cedera
kepala
BERAT
(GCS
3-‐8,
amnesia
>24
jam,
ada
kerusakan
intrakranial)
Klasifikasi
cedera
kepala
berdasar
morfologi
A. Cedera
kepala
TERBUKA
(#
tengkorak
&
laserasi
durameter,
dapat
terjadi
kerusakan
otak
bila
tertusuk
tengkorak)
HUKUM MONRO-KELLIE
0
Pengkajian
l
PRIMER
:
A
B
C
D
E
l SEKUNDER :
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
PENINGKATAN
PERFUSI
CEREBRAL
:
n Pertahankan hemodinamik dalam rentang normal
n Hindari peningkatan tekanan intrakranial, cegah batuk, valsava
manuver, muntah
n Jika ventilasi dikontrol oleh ventilator mekanik awasi settingnya,
monitor oksigenasi
n Lakukan head up 30 derajat dan monitor respon pasien
n Beri terapi kortikosteroid sesuai order dan monitor efek pemberiannya
n Beri diuretik sesuai order
n Monitor status neurologi
n Pertahankan intake dan out put, anisipasi adanya dehidrasi
n Monitor respon pasien terhadap aktifitas perawatan
n Monitor MAP, CVC
n Monitor nilai lab terutama untuk keseimbangan asam basa
n Kontrol gula darah
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
DX. 2 : Kerusakan ventilasi spontan b/d kelemahan otot
pernapasan
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
VENTILASI MEKANIK
n Set dan aplikasikan ventilator
n Pilih mode ventilasi yang sesuai
n Jelaskan pada pasien / keluarga alasan penggunaan
ventilator
n Monitor setting ventilator secara kontinue
n Pastikan sistem alarm dalam kondisi “on”
n Cek sambungan ventilator secara kontinue, cegah
adanya kebocoran pada ventilator
n Pastikan kesesuaian antara ventilator dan pasien
n Awasi pemberian obat depresan dan sedative
n Awasi saturasi oksigen
n Perhatikan kemungkinan efek penggunaan ventilator
seperti infeksi, barotrauma, pneumonia, penurunan
kardiac out put
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
DX. 3 :
Bersihan jalan napas tidak efektif b/d akumulasi sekresi,
obstruksi jalan napas
CHEST
PHYSIOTHERAPI
l Kaji
adanya
kontraindikasi
fisioterapi
dada
l Posisikan dengan segmen paru yang didrainage pada posisi atas
l Monitor saturasi oksigen, RR, HR, kesadaran, dan Jngkat kenyamana
pasien
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
DX. 4
Hidrasi, keseimbangan cairan adekuat selama
dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam dengan
indikator :
n Urine out put ½ - 1 cc / kg / jam
n Tanda vital dbn
n Turgor kulit baik, membran mukosa lembab, urine jernih
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
MANAJEMEN
CAIRAN
n Hitung
kebutuhan
cairan
harian
pasien
n Pertahankan
intake
dan
out
put
adekuat
n Monitor
status
hidrasi
n Monitor
tanda
vital
n Kelola
pemberian
cairan
sesuai
kebutuhan
n Tingkatkan
masukan
peroral
n Monitor
membran
mukosa,
turgor
dan
rasa
haus
n Monitor
pemberian
cairan
lewat
iv
line
n Monitor
lab
elektrolit
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
DX. 5
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
1.
PERAWATAN
PROSEDUR
INVASIF
(INCISION
SITE
CARE)
n AmaH
luka
dari
tanda
infeksi
n Lakukan
perawatan
area
insersi
dengan
tehnik
asepHk
n Kelola
terapi
anHbioHka
sesuai
progam
2.
PROTEKSI
INFEKSI
n Monitor
tanda
dan
gejala
infeksi
n Pantau
hasi
laboratorium
n Monitor
tanda
vital
n AmaH
faktor
yang
meningkatkan
infeksi
3.
KONTROL
INFEKSI
n Batasi
pengunjung
n Cuci
tang
sebelum
dan
sesudah
merawat
pasien
n Tingkatkan
masukan
gizi
sesuai
kebutuhan
n PasHkan
penanganan
asepHk
daerah
insersi
n Berikan
PEN
KES
tentang
risk
infeksi
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
DX.
6
Perawat
akan
meminimalkan
komplikasi
PTIK
1.
PANTAU
PENINGKATAN
TIK
n Monitor
status
neurologis
dengan
GCS
n Monitor
tanda
vital
n Monitor
intake
dan
out
put
n Monitor
respon
pupil
n Berikan
elevasi
kepala
30
derajat
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
Hindari
hal-‐hal
berikut
n Massage
caroHs
n Fleksi
/
rotasi
leher
>
45
derajat
n Rangsangan
anal
dengan
jari
n Menahan
napas
n Mengedan
(valsava
manuver),
fleksi
ekstremitas
panggul
dan
lutut
n Kelola
pemberian
pelunak
faeces
sesuai
program
n Pertahankan
lingkungan
2.
KOLABORASI
n Kelola
pemberian
cairan
sesuai
program
n Kelola
terapi
oksigen
n Kelola
pemberian
terapi
diureHk,
korHkosteroid,
anHkonvulsan,
analgeHk,
sedaHv,
anHpireHk
sesuai
program
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
DX. 7
Setelah dilakukan perawatan selama 6x24 jam
pasien terpenuhi dalam self care ADL dengan
indikator :
n Makan
n Berpakaian
n Toileting
n Mandi
n Oral hygiene
n Ambulatoin : walking
n Ambulation : wheelchair
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
SELF
CARE
ASSISTANCE
n Monitor
kemampuan
self
care
pasien
n Monitor
kebutuhan
pasien
untuk
alat-‐alat
bantu
n Mandikan
pasien
n Bantu
pasien
sampai
mampu
mandiri
n Lakukan
oral
care
n Bantu
pasien
berpakaian
n Berikan
nutrisi
sesuai
kebutuhan
n Bantu
pasien
merubah
posisi
n Awasi
tanda
vital
selama
melakukan
kegiatan
self
care
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
DX. 8
Kontrol nyeri, setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam nyeri pasien berkurang dengan indikator :
n Pasien menyatakan nyeri berkurang
n Pasien mampu istirahat / tidur
n Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat
nyeri
n Melakukan tindakan pertolongan non analgetik
n Menggunakan analgetik
n Tanda vital dbn
TUJUAN
&
INTERVENSI
KEP
Ø Managemen
nyeri
1. Kaji
nyeri
secara
komprehensif
2. Gunakan
komunikasi
terapeHk,
ajarkan
teknik
pereda
nyeri
nonfarmakologi
3. Beri
dukungan
pasien
dan
keluarga
Ø Pengelolaan
analgeJk
1. Monitor
TTV
2. Cek
riwayat
alergi
3. Pilih
analgeHk
yg
tepat
sesuai
program
4. Kelola
analgeHk
dg
prinsip
6
benar
5. Monitor
reaksi
dan
efek
samping
6. Dokumentasikan
respon
pemberian
analgeHk
Ø Manajemen
lingkungan
1. Ciptakan
lingkungan
tenang
2. Batasi
pengunjung
3. PerhaHkan
higiene
ps
utk
menjaga
kenyamanan
4. Atur
posisi
ps
nyaman
sesuai
toleransi
CEDERA MEDULA SPINALIS
Anggit Kurniasih
ICU RSUP DR. Sardjito Yogyakarta
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Ø Di dunia 250-500 rb menderita SCI setiap tahun
Ø Penyebab utama karena KLL, jatuh, kekerasan
Ø Kejadian tahunan 40-80 kasus tiap satu jt penduduk
dan 90% karena trauma
Ø Penderita SCI beresiko 2-5x lebih tinggi mengalami
kematian prematur, terutama org dg ketahanan
hidup rendah di negara2 berkembang ( WHO, 2013)
Ø Paling banyak dialami usia 16-30 tahun
Ø Rasio kejadian dialami laki2 : wanita sebanyak 2 : 1
tetapi bisa lebih
Ø SCI merup salahsatu penyebab utama disabilitas
neurologis akibat trauma
PENGERTIAN
Ø Cidera medula spinalis (SCI) adalah suatu kerusakan fungsi
neurologis yang disebabkan oleh benturan pada daerah
medulla spinalis (Brunner & Suddarth 2008).
ETIOLOGI
CEDERA KEPALA
Sering menyertai cedera
medula servical à 25% -
65% pasien
PATOFISIOLOGI
Akibat suatu cedera mengenai tlng belakang
Terjatuh, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga, luka tembak dan tusuk
Mengakibatkan cedera tlng belakang, terbanyak cervikalis dan lumbalis
Cedera dpt berupa patah tlng sederhana, kompresi dan dislokasi, sedangkan
pada sumsum tlng belakang dpt berupa comutio, kontusio, laserasio dengan
atau tanpa gangguan peredaran darah
PROGNOSA TERGANTUNG
ü Lokasi lesi (lesi cervikal atas lebih buruk)
ü Luas lesi (komplit/inkomplit)
ü Tindakan dini (prehospital dan hospital)
ü Trauma multipel
ü Faktor penyulit (komorbiditas)
REHABILITASI
TUJUAN
n Memberikan penerangan dan pendidikan kepada pasien
& keluarga
n Memaksimalkan kemampuan mobilisasi & self-care
n Mencegah komorditi (kontraktur, dekubitus, infeksi paru)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler
2. Pola napas tidak efektif b/d kelemahan otot-otot pernapasan
3. Kerusakan ventilasi spontan berhubungan dengan paralisis
otot interkostal dan abdominal
4. Nyeri akut berhubungan dengan agent injuri fisik
5. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d akumulasi sekresi
akibat terpasang alat intubasi
6. Perubahan pola eliminasi b/d ketidakmampuan
berkemih
spontan
7. Kerusakan komunikasi verbal b/d terpasang alat intubas
8. Risiko kerusakan integritas kulit b/d kerusakan
neuromuskuler, imobilitas
9. Konstipasi b/d gangguan autonomik kolon
10. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
11. Sindroma defisit perawatan diri b/d kerusakan neuromuskuler
DIAGNOSA I
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular
TUJUAN / NOC :
Setelah intervensi keperawatan perubahan posisi
pasien terkontrol dengan kriteria hasil :
ü Meningkatkan kekuatan bagian tubuh yg sakit / kompensasi
ü Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya
kontraktur
ü Mendemonstrasikan teknik/ perilaku
yang memungkinkan
melakukan kembali aktivitas
INTERVENSI :
Ø Exercise therapi : ambulation (terapi aktifitas : ambulasi)
Ø Perawatan bedrest
DIAGNOSA II
Pola napas tidak efektif b/d kelemahan otot-otot pernapasan
TUJUAN / NOC :
Setelah intervensi keperawatan pola napas menjadi efektif dengan kriteria
hasil :
Ø Mempertahankan ventilasi adekuat, tidak ada distres pernapasan
Ø Hasil AGD dalam rentang normal
Ø Dalam bernapas tidak menggunakan otot-otot cadangan
Ø Saturasi oksigen dalam rentang normal
Ø Respirasi rate dalam rentang normal.
Ø Labuan observasi terhadap kapasitas vital, volume tidal dan kekuatan
pernapasan
Ø Lakukan pemeriksaan AGD arteri
Ø Pantau keberadaan oksimetri
Ø Berikan oksigen sesuai kondisi pasien dengan kanul oksigen, masker, atau
intubasi dan alat ventilator mekanik
Ø Lakukan fisioterapi dada sesuai toleransi pasien
DIAGNOSA III
Kerusakan ventilasi spontan berhubungan dengan paralisis otot intercostal
dan abdominal
TUJUAN / NOC :
Setelah intervensi keperawatan pasien memiliki stabilisasi pernapasan, pertukaran
gas dengan kriteria hasil :
ü Pasien kooperatif dengan bantuan mesin
ü Tidak ada dyspnea, tidak sianotik
ü Tidal volume dan AGD dbn
INTERVENSI :
VENTILASI MEKANIK
o Monitor kelelahan otot-otot pernapasan
o Set dan aplikasikan mesin ventilator
o Jelaskan pada pasien / keluarga alasan penggunaan mesin ventilator
o Monitor setting ventilator secara kontinue
o Pastikan sistem alarm dalam kondisi “on”
o Cek keberadaan konektor-konektor
o Jaga humidifikasi
o Monitor saturasi oksigen
o Monitor tanda-tanda sianotik
o Monitor AGD
o Observasi efek penggunaan mesin ventilator.
DIAGNOSA IV
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
INTERVENSI :
MANAJEMEN NYERI
v Kaji adanya nyeri, bantu pasien mengidentifikasi tingkat nyeri
v Evaluasi peningkatan iritabilitas, tegangan otot, gelisah dan pantau
perubahan tanda - tanda vital
v Berikan tindakan peningkatan rasa nyaman dengan perubahan posisi,
massage, kompres hangat/dingin sesuai toleransi pasien
v Dorong penggunaan teknik relaksasi atau latihan napas dalam bila mungkin
v Kolaborasi pemberian analgetik
DIAGNOSA V
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
akumulasi sekresi akibat terpasang alat intubasi
TUJUAN / NOC
Setelah intervensi keperawatan jalan napas
menjadi efektif dengan kriteria hasil :
o Tidak ada penumpukan sekresi
o Tidak ada kelainan suara paru
o Tidak ada tanda sianotik
o Tanda vital dbn
INTERVENSI
AIRWAY MANAJEMEN
o Buka jalan napas
o Posisikan pasien untuk ventilasi maksimal
o Latih batuk dan napas dalam bila mungkin
o Berikan bronchodilator bila diperlukan
o Amati keadaan hipoksia
o Kelola terapi oksigen
AIRWAY SUCTION
o Auskultasi suara paru
o Lakukan isap lendir dengan tehnik aseptik
o Monitor saturasi oksigen
o Monitor tanda vital sebelum dan sesudah melakukan tindakan
o Pertahankan humidifikasi
Wassalamu
‘alaikum
Wr.wb