Refkas Fraktur
Refkas Fraktur
Disusun oleh :
Edric Yopallas
406152031
Gabriela Ellenzy
406152052
Pembimbing :
dr. Widi A. SpB. MKes
RESUME
Pasien laki-laki usia 70 tahun datang ke RSUD RAA Soewondo Pati dengan keluhan nyeri
kepala dan pinggul kiri yang nyeri ketika digerakan post kecelakaan 3 jam yang lalu dengan
mekanisme trauma tidak jelas. Pasien naik sepeda tanpa pelindung kepala dan ditabrak oleh
motor. Saat kejadian pasien pingsan (+), mual (-), muntah (-). Pasien sebelumnya telah
dibawa ke Puskesmas dan telah dilakukan penjahitan pada luka di dahinya sebelum ke IGD
RSUD RAA Soewondo Pati. Pasien masuk dengan kondisi jalan nafas paten tanpa ada nyeri
pada leher saat kepala digerakan, pernafasan spontan, dan haemodinamik stabil. Kondisi
pasien sadar penuh, tidak ditemukan tanda-tanda fraktur basis cranii, tidak tampak jejas pada
thoraks dan abdomen, dan tidak ada kelemahan ekstremitas. Kemudian pasien dirawat di
bangsal Bougenville dengan DPJP Sp.B. Pada hasil pemeriksaan foto polos Cranium tidak
didapatkan kelainan dan foto polos Pelvis didapatkan fraktur pada spina iliaca anterior
inferior sinistra. Pasien dikonsultasikan ke bagian Sp. OT setelah 2 hari perawatan di bangsal.
Selama 3 hari perawatan, pasien tidak dapat BAB, tetapi pasien masih dapat kentut. BAK
terpasang DC. Dari hasil pemeriksaan USG Abdomen tidak terdapat kelainan pada organ-
organ intra abdomen. Saat perawatan di bangsal, dilakukan observasi keluhan utama,
kesadaran dan TTV pada pasien. Pasien diberikan terapi cairan RL 20 tpm, injeksi
Ceftriaxone 1 gr / 12 jam, injeksi Ketorolac 30 mg / 8 jam, dan infus Paracetamol 500 mg / 8
jam. Pasien dirawat selama 8 hari di RSUD RAA Soewondo Pati dengan pembayaran umum,
tanpa jaminan BPJS. Namun, selama perawatan di bangsal, pasien tidak pernah dirawat oleh
dokter bagian Sp. OT hingga pasien dipulangkan. Riwayat penyakit dahulu pasien menderita
TB paru 20 tahun yang lalu, pengobatan 9 bulan sampai tuntas.
REFLEKSI KASUS
Aspek medikolegal
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih saying
(compassion) dan penghormatan atas martabat manusia.
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.