Kelompok 1
I. Deskripsi
B. Wirausaha
C. Pengertian Wirausahawan
E. Tujuan Berwirausaha
a. Laba
Laba berarti dapat menentukan laba
yang dikehendaki atau keuntungan yang
diterima, serta berapa yang akan
dibayarkan kepada pegawai atau pihak
lain.
b. Kebebasan
Kebebasan yaitu bebas mengatur waktu,
bebas dari supervisi dan intervensi, serta
bebas dari budaya dan organisasi
perusahaan.
c. Impian personal
Impian personal merupakan hak
menentukan visi dan misi sendiri, bebas
mencapai standar hidup yang
diharapkan, lepas dari rutinitas yang
membosankan.
d. Kemandirian
Kemandirian adalah mengatur
segalanya, seperti permodalan,
pengelolaan, pengawasan secara
mandiri atau menjadi manajer bagi
dirinya sendiri.
F. Manfaat Kewirausahaan
Kewirausahaan memiliki 4 manfaat
sosial, yaitu:
1. Memperkuat pertumbuhan ekonomi :
menyediakan pekerjaan baru dalam
ekonomi. Ekonomi saat ini adalah tanah
yang subur bagi wirausahawan misalnya :
permintaan pelayanan sektor jasa meledak
G. Unsur-Unsur Kewirausahaan:
1. Pengetahuan,
Pengetahuan dibutuhkan oleh para
usahawan/calon - calon usahawan karena
dengan pengetahuan kita akan bisa
memprediksi apa yang sebenarnya
dibutuhkan oleh pasar pada saat ini. Jika kita
membuka sebuah usaha, tanpa tahu apa -
apa yang dibutuhkan oleh pasar atau yang
merupakan trend dari pasar, maka usaha
/bisnis yang kita jalankan akan tertinggal
jauh oleh para pesaing kita.
Seperti layaknya sebuah hutan belantara
dengan mottonya "Siapa yang kuat dialah
yang menang", Pasar juga merupakan ajang
persaingan. Usaha yang tidak didasari oleh
pengetahuan yang cukup, baik pengetahuan
tentang cara menghadapi costumer atau
konsumen, hingga pengetahuan tentang tata
cara mengolah sistem keuangan ditentukan
oleh kemampuan pengetahuan kita.
2. Keterampilan,
keterampilan berasal dari kata terampil yang
artinya cakap dalam menyelesaikan tugas,
mampu dan cekatan. Dengan adanya
keterampilan kita mampu membangun bisnis
kita dengan baik, dan akan dinikmati oleh
banyak konsumen atau penikmat jasa.
Keterampilan bisa kita dapatkan dengan
melakukan ujicoba secara simultan,
praktikum, dan kemudian pengalaman.
3. Sikap Mental
sikap mental disini yaitu bersifat tanggung
jawab, kejujuran, ketegasan, keberanian,
dan inisiatif. Seorang wirausahawan harus
memiliki sikap - sikap tersebut jika ingin
mendapatkan kesuksesan. Seorang
wirausahawan yang tegas, jujur dan memiliki
inisiatif harus dibarengi oleh sikap yang
berani untuk bertanggung jawab. sikap
demikian bisa didapat apabila wirausahawan
mau menerima tugas dan menyelesaikannya
dengan baik, melatih diri menjadi pemimpin,
menolak ketidakjujuran, mengoreksi
kesalahan, melatih diri untuk menegur
kesalahan, memberi penghargaan dan
penghormatan atas kesuksesan orang lain,
kemudian mau mencoba mengemukakan ide
dan kreatifitas serta berani mencoba.
4. Kewaspadaan,
unsur kewaspadaan disini yaitu sikap reflek.
dan untuk melatihnya kita harus
membiasakan untuk tanggap terhadap
lingkungan, terus mencoba untuk
menganalisa pesaing kita, bekerja untuk
hasil yang memuaskan, membuat rencana
untuk setiap kegiatan, kemudian melakukan
evaluasi diri dan evaluasi kerja.
H. Tantangan Berwirausaha
Menurut Zimmerer dan Scarbough (2005)
ada 4 tantangan berwirausaha yaitu:
1. Pendapatan yang tidak menentu,
Seperti yang kita tahu, dalam
berwirausaha pendapatan tidak bisa
dipastikan meskipun pada tahap awal
maupun tahap pertumbuhan.
Terkadang bisa rugi terkadang bisa
untung. Kondisi yang tidak menentu
ini dapat membuat wirausahawan
maju mundur dari berwirausaha.
2. Kerugian akibat hilangnya modal
investasi, Dalam berwirausaha pastinya
kita akan mengeluarkan modal untuk
berinvestasi dan dalam berinvestasi juga
tidak jarang bisa mengalami kerugian.
Kegagalan dalam berwirausaha ini bisa
mengakibatkan seseorang mundur dari
wirausaha.
1. Bidang Jasaboga
Berbagai perubahan dalam
gaya hidup individu di masyarakat,
mengakibatkan makin banyaknya
orang yang tidak dapat berada di
rumah pada waktu jam makan. Hal ini
berdampak pada meningkatnya
usaha jasa boga baik yang melayani
makan karyawan pabrik dan
perkantoran, makan rantang untuk
perumahan baik rantangan diet
ataupun makanan biasa, juga
makanan untuk acara khusus seperti
pesta, selamatan dan darmawisata.
Dalam bidang ini profesi pangan dan
gizi dapat berperan sebagai pemilik,
konsultan ataupun sebagai karyawan
usaha jasa boga. Sebagai pemilik
atau konsultan, seorang profesi
pangan dan gizi telah dibekali
kemampuan manajemen dalam
mengelola suatu usaha secara
mandiri dan juga telah mempunyai
pengetahuan kuliner, gizi dan pangan
yang cukup untuk menangani bidang
jasa boga.
Sebagai karyawan usaha jasa
boga, seorang profesi pangan dan
gizi mempunyai kemampuan untuk
menjadi pengelola/ penyelia dari
kegiatan harian usaha jasa boga,
seperti di bidang perencanaan,
pengadaan, pruduksi, distribusi
ataupun dibidang pengawasan mutu.
Perlu diingat bahwa bagaimanapun
jasaboga adalah usaha komersial
yang mencari keuntungan.Pemilik
senantiasa akan memperhitungkan
keuntungan dan kerugian apabila
mempekerjakan profesi pangan dan
gizi dalam hal ini ahli gizi. Masuknya
profesi ahli gizi dalam bidang ini relatif
masih baru. Oleh karena itu harus
benar-banar mampu menunjukkan
perannya yang spesifik dalam
menunjang kemampuan perusahaan.
Wira usaha yang bisa
dikembangkan di bidang ini
adalah:
a) Katering konvensional
Penyelenggaraan
penyediaan makanan / catering
konvensional sangat tepat
untuk pengembangan wira
usaha saat ini. Catering untuk
kegiatan hajat baik keluarga,
maupun instansi swasta
maupun pemerintah mutlak
diperlukan. Dengan
perencanaan dan perhitungan
yang telah diajarkan di
perguruan tinggi, maka
tentunya akan membuat wira
usaha ini makin professional,
dengan berkolaborasi dengan
tenaga pemasak yang
handal.Sudah banyak contoh
yang bisa dijadikan acuan.
Banyak catering-katering
besar.
b) Katering diet
Sedangkan katering diet
ada dua jenis, yaitu yang
merupakan salah satu
pengembangan dari catering
konvensional, atau merupakan
usaha utama. Intinya di era
yang saat ini catering diet
dengan model pemasaran
yang baik sangat ditunggu dan
dapat menjadi pilihan yang
tepat untuk profesi pangan dan
gizi.
Ahli gizi dapat berperan
sebagai pemilik, konsultan
ataupun sebagai karyawan
usaha jasa boga.
Sebagai pemilik atau konsultan, seorang ahli
gizi telah dibekali kemampuan manajemen
dalam mengelola suatu usaha secara
mandiri dan juga telah mempunyai
pengetahuan kuliner, gizi dan pangan yang
cukup untuk menangani bidang jasa boga.
Sebagai karyawan usaha jasa boga,
seorang ahli gizi mempunyai kemampuan
untuk menjadi pengelola/penyelia dari
kegiatan harian usaha jasa boga, seperti di
bidang perencanaan, pengadaan, pruduksi,
distribusi ataupun dibidang pengawasan
mutu.