Anda di halaman 1dari 10

ALIH FUNGSI LAHAN TANAMAN DI DELI SERDANG, LANGKAT

DAN LABURA

TUGAS

DASAR AGRONOMI

Oleh

AZWAR ANAS
1304290088
AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PENDAHULUAN

Latar belakang

Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi Lahan adalah perubahan fungsi

sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi

fungsi lain yang menjadi dampak negative (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu

sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan,

disebabkan oleh faktor- faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk

memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya

jumlah kebutuhan pangan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui laju alih fungsi lahan yang terjadi didaerah penelitian, untuk mengetahui

proyeksi luas lahan sawah dan produksi padi di daerah penelitian, untuk mengetahui dampak alih

fungsi lahan terhadap produksi dan kecukupan pangan di daerah penelitian. Metode penelitian

yang digunakan yaitu secara purposive , metode analisis data menggunakan

analisis deskriptif, metode proyeksi(tren)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :laju alih fungsi lahan yang terjadi di Kabupaten

Deli Serdang adalah alih fungsi dari pertanian ke non pertanian yaitu dari komoditi padi sawah

banyak beralih fungsi menjadi pemukiman ,laju alihfungsi lahan sawah di Kabupaten deli

serdang laju alih fungsi tertinggi terjadi pada tahun 2004. Dampak dari pengalih fungsian lahan

sawah ini adalah menurunnya produksi padi yang akan bedampak pada tingkat kecukupan

pangan akibat dari semakin bertambahnya jumlah penduduk yang juga berdampak pada semakin

tingginya tingkat kebutuhan pangan.

Konversi lahan atau alih fungsi lahan menurut (Sihaloho, 2004) terbagi kedalam tujuh

pola atau tipologi, antara lain:


1. Konversi gradual berpola sporadis; dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu lahan

yang kurang/tidak produktif dan keterdesakan ekonomi pelaku konversi.

2. Konversi sistematik berpola „enclave‟; dikarenakan lahan kurang produktif,

sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk meningkatkan nilai tambah.

3. Konversi lahan sebagai respon atas pertumbuhan penduduk (population growth

driven land conversion); lebih lanjut disebut konversi adaptasi 8 demografi, dimana dengan

meningkatnya pertumbuhan penduduk, lahan terkonversi untuk memenuhi kebutuhan tempat

tinggal.

4. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial (social problem driven land

conversion); disebabkan oleh dua faktor yakni keterdesakan ekonomi dan perubahan

kesejahteraan.

5. Konversi tanpa beban; dipengaruhi oleh faktor keinginan untuk mengubah hidup

yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin keluar dari kampung.

6. Konversi adaptasi agraris; disebabkan karena keterdesakan ekonomi dan keinginan

untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan meningkatkan hasil pertanian.

7. Konversi multi bentuk atau tanpa bentuk; konversi dipengaruhi oleh berbagai

faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran, sekolah, koperasi, perdagangan,

termasuk sistem waris yang tidak dijelaskan dalam konversi demografi. terutama terkait

dengan masalah kekuatan hukum, sanksi pelanggaran, dan akurasi objek lahan yang dilarang

dikonversi.
PEMBAHASAN

Pemanfaatan Lahan Pertanian Padi Beralih Ke Kelapa Sawit Di Kabupaten Deli

Serdang

Pemanfaatan Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Belum ada Perda RTRW di

Kabupaten Deli Serdang dan pada bulan Juni 2011 Rancangan RTRW masih dibahas di

Kementerian Pekerjaan Umum Jakarta. Total luas sawah di kabupaten ini (teknis, semi

teknis, sederhana) adalah 43.000 ha dengan hasil gabah sebanyak 326.000 ton GKG. Luas

sawah irigasi potensial untuk LP2B adalah 21.883 ha (50%). Konversi lahan lebih banyak

dari sawah yang ditanami padi berubah ke kelapa sawit. Lahan ditanami padi pada MT I,

mulai MT II ditanami padi dan sawit, secara bertahap akhirnya semua ditanami sawit.

Konversi juga terjadi dari sawah ke non-pertanian (bangunan). Lahan sawah ditimbun dulu

sampai 6 tahun, lalu diajukan izin penggunaan non-pertanian. Di samping itu, harga lahan

sawah (Rp20.000/m2 ) lebih murah dari harga lahan darat (Rp45.000–Rp50.000/m2 ). Untuk

itu lahan sawah ditimbun lebih dulu sebelum dikonversi agar lebih mahal. Sudah ada

pembukaan lahan hutan untuk pertanian, tetapi masih relatif kecil (80 ha). Target Dinas PU

Kabupaten Deli Serdang adalah membuka lahan pertanian periode 2011–2014 seluas 5.000

ha (Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang 2007), walaupun demikian sulit untuk

membuka lahan pertanian karena tidak ada lahan lagi. Alih fungsi lahan pertanian banyak

dijumpai di sekitar perbatasan Medan-Deli Serdang Upaya Mendukung Kemandirian Pangan

244 dan Jalur Lintas Sumatra (Tanjung Morawa-perbatasan Serdang Bedagai). Rencana alih

fungsi lahan meliputi pembangunan Bandara Kualanamu (1.365 ha) yang semuanya berasal

dari lahan perkebunan dan jalan tol Tanjung Morawa-Kualanamu-Lubuk PakamTebing


Tinggi (80 km). Penggantian lahan pertanian untuk penggunaan non-pertanian tidak bisa

dilaksanakan. Di kabupaten ini secara alami proses alih fungsi lahan tidak ada yang

mengawasi.
Pemanfaatan Lahan Pertanian Padi Berali Fungsi Ke Kolam Ikan Di Kabupaten

Langkat

Bupati Langkat Terbit Rencana PA melakukan panen raya bersama para petani

pada pesta panen (Kerja Rani), di Balai Seni Dusun III Batu Minjah, Desa Namu Ukur

Utara, Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat, Minggu (24/2). Terbit atas nama

pribadi dan pemerintah, mengucapkan terimakasih kepada seluruh masyarakat, khususnya

para petani di Kabupaten Langkat yang turut membantu program pemerintah dalam

menguatkan ketahanan pangan. Melalui semangat dan kerja keras petani maupun kelom-

pok tani serta pihak terkait, Langkat menjadi salah satu lumbung pangan di Provinsi Su-

mut. Jadi untuk menjaga lumbung pangan itu, Bupati Langkat menekankan, agar praktik

alih fungsi lahan pertanian menjadi perkebunan ataupun pemukiman, sedapat mungkin

dihindarkan.

Sebab, jika dibiarkan, akan membuat lahan pertanian di Langkat semakin sempit,

yang berdampak pada berkurangnya pasokan beras dan jika hal ini terjadi, dapat me-

mungkinkan mengundang bahaya kelaparan, untuk itu mari kita bersama menjaganya,

tegasnya. Terbit Rencana menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari budaya para

leluhur terdahulu, yang harus terus dilestarikan, sebab kegiatan ini, selain wujud rasa

syukur kepada Allah SWT atas keberhasilan yang dicapai, juga merupakan kesempatan

untuk saling mengenal dan menguatkan hubungan sosial. Dia mengharapkan, kegiatan ini

benar-benar dapat membangun suasana keakraban, kekeluargaan dan kekompakan di

antara sesama masyarakat, maupun jalinan silaturahmi dengan para pemimpin di masing-

masing tingkatkan yang ada di Kabupaten Langkat.


Benih ikan

Bupati memberikan bantuan benih ikan sebanyak 40.000 ekor kepada para petani

Dusun III Batu Minjah, Desa Namu Ukur Utara, Kecamatan Sei Bingai. Kepala Dinas

Pertanian dan Ketahanan Pangan Langkat, Nasiruddin mengucapkan selamat kepada ma-

syarakat Dusun III Batu Menjah Desa Namu Ukur Utara, khususnya kepada kelompok

tani, atas pesta dan syukuran panen raya (kerja rani) pada musim tanam ini. Diharapkan

pada musim tanam berikutnya produksi panen lebih meningkat dan Kabupaten Langkat

dalam meningkatkan ketahanan pangan bagi masyarakat, melaksanakan berbagai upaya,

dengan membangun infrastuktur bidang pertanian, menerapkan teknologi usaha tani,

mengembangkan usaha agribisnis, serta meningkatkan sumber daya manusia baik petani

dan petugas melalui pelatihan dan penyuluhan.

Dengan upaya itu, Langkat berhasil mempertahankan swasembada beras, kondisi

ini dapat dilihat berdasarkan data statistik pertanian 2018, produksi beras mencapai

359.804 ton dan surplus beras sebesar 224.947 ton (167persen). “Semoga prestasi ini lebih

memotivasi kita semua untuk mengembangkan ketahanan pangan pada musim-musim

tanam berikutnya,” ujarnya. Nasiruddin menjelaskan, pada 2018 Kementrian Pertanian RI

mencanangkan program Luas Tambah Tanan (LTT), sebagai salah satu strategi

pembangunan dalam peningkatan produksi bahan pangan khususnya padi, dengan

melakukan aplikasi teknologi, standing crop, yaitu memaksimalkan lahan sawah dengan

tiga kali bertanam dalam satu tahun juga dikenal dengan istilah Instensitas Pertanaman

(IP=3).Kemudian untuk realisasi pertanian padi di Langkat 2018, ditarget seluas 80.796

hektare terealisasi seluas 101.394 hektare atau 125 persen, jelasnya. Ketua Panitia acara,

B. Ginting, mengucapkan terimakasih kepada Bupati Langkat serta rombongan yang hadir,
pada acara tahunan ini. Semoga hal ini dapat menjadikan semangat dan motivasi untuk

kelompok tani, lebih gigi dalam bercocok tanam.


Pemanfaatan Lahan Padi Berali Fungsi Menjadi Lahan Perkebunan Sawit Di

Kabupaten Labuhan Batu Utara

Aek Kanopan. Ribuan hektare lahan sawah di Kabupaten Labuhanbatu Utara

(Labura) telah beralih fungsi menjadi tanaman kelapa sawit. Kabid Tanaman Pangan dan

Holtikultura Distan Labura Kamal mengatakan, sesuai data Dinas Pertanian Kabupaten

Labura tahun 2017, luas baku lahan sawah di Labura 22.831 hektare yang sebagian besar

berada di Kecamatan Kualuh Hilir seluas 13.471 hektare dan di Kualuh Leidong seluas 7.045

hektare. "Luas 22.031 hektare sawah di Labura merupakan sawah tadah hujan dan 800

hektare setengah teknis irigasi," kata Kamal di ruang kerjanya, Rabu (8/11/2017) Kualuh

Selatan. Ia menyebutkan lahan sawah saat ini jika dibandingkan dengan data Dinas Pertanian

Labura tahun 2010 lalu, luas sawah di Labura 29.000 hektare dimana di Kualuh Hilir seluas

15.000 hektare dan di Kualuh Leidong seluas 8.000 hektare.

"Dengan demikian dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, diperkirakan 6.000 hektare lebih

telah beralih fungsi tanaman kelapa sawit," terangnya.

Demikian juga disampaikan Koordinator PPL Kecamatan Kualuh Hilir Gempar. Ia

mengatakan, sebagian besar sawah di Labura berada di Kecamatan Kualuh Hilir. Namun

menurutnya, hampir 200 hektare sawah di Kualuh Hilir setiap tahunnya beralih fungsi

menjadi tanaman kelapa sawit.

Menurur Gempar, masyarakat lebih memilih menanam kelapa sawit karena infrastruktur

terutama irigasi sawah tidak tersedia. Sehingga musim tanam hanya satu kali dalam setahun

akibat hanya mengandalkan tadah hujan. Demikian juga infrastruktur jalan sangat

memprihatinkan dan harga padi yang selalu rendah saat musim panen. Dan tidak jarang

petani lebih sering merugi setaiap tahunnya.


"Seandainya didukung infrastruktur irigasi dan jalan yang bagus, tentunya petani akan dapat

melakukan dua kali musim tanam. Masyarakat akan memilih tetap mempertahankan tanaman

padi karena dinilai lebih menguntungkan," terang Gempar.

Menurut M Tamba Ketua Gapoktan Desa Sei Apung mengatakan, ada beberapa faktor yang

mendorong para petani lebih tertarik menanam kelapa sawit ketimbang padi.

Pertama, tahun demi tahun produksi padi petani semakin berkurang. Bahkan bila dihitung

biaya produksinya tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Ini tidak terlepas akibat dari

minimnya infrastruktur pertanian seperti irigasi, jalur transportasi, pupuk mahal dan langka

serta harga yang selalu rendah setiap musim panen tiba. Sehingga membuat petani selalu

merugi.

Kedua, lanjutnya, melihat perkembangan perekonomian dari sektor kelapa sawit terlebih

harga untuk beberapa tahun ini lumayan menjanjikan mendorong masyarakat untuk menanam

kelapa sawit.

Sekalipun pemerintah telah membuat undang-undang maupun peraturan, seperti UU No 41

Tahun 2010 tentang perlindungan lahan pertanian yang di dalamnya terdapat sanksi bagi

petani yang melakukan alih fungsi. Menurutnya undang-undang tersebut tidaklah sepenuhnya

menjadi jaminan untuk menghempang animo masyarakat untuk tidak melakukan konversi

lahan pertaniannya.

Anda mungkin juga menyukai