Anda di halaman 1dari 2

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPTD RSUD KOTA PONTIANAK

Nomor : 421/UPTD RSUD-PTK/SK/2019


Tanggal : 09 Januari 2019
Tentang : Program Manajemen Risiko Fasilitas dan Lingkungan

BAB II
LATAR BELAKANG

Tuntutan terhadap kelalaian kepada institusi kesehatan


di dunia semakin meningkat jumlahnya sejak tahun 1980-an.
Hal ini mendesak departemen kesehatan berbagai negara, seperti
Inggris dan negara-negara persemakmurannya untuk berpikir
ekstra. Sampai awal tahun 1990-an tuntutan hukum yang
diterima institusi kesehatan seperti rumah sakit mencapai 75
milyar ponsterling. Jumlah yang sangat besar ini memaksa
departemen kesehatan Inggris merombak keseluruhan sistem
pelayanan kesehatan, utamanya budaya kerja para pemberi
layanan kesehatan.
Maka mulai diperkenalkan dan dibuat manajemen risiko
dalam kerangka kerja departemen kesehatan di Inggris,
diberlakukan untuk seluruh trust dan board yang menjadi
afiliasinya. Kita menyadari bahwa tidak hanya penanggulangan
risiko saja yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan masyarakatnya.
Perlunya evaluasi berkelanjutan, fokus pada kepentingan
pasien, dan komponen-komponen lain membentuk sebuah
kerangka kerja baru yang disebut clinical governance. Manajemen
risiko merupakan salah satu pilar penerapan clinical governance
dalam institusi pelayanan kesehatan.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses
berkelanjutan dari identifikasi risiko secara sistemik, evaluasi dan
penatalaksanaan risiko dengan tujuan mengurangi dampak
buruk bagi organisasi maupun individu, dengan penekanan pada
perubahan budaya kerja dari yang reaksioner dan
penanggulangan menjadi pencegahan dan pengelolaan.

2
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UPTD RSUD KOTA PONTIANAK
Nomor : 421/UPTD RSUD-PTK/SK/2019
Tanggal : 09 Januari 2019
Tentang : Program Manajemen Risiko Fasilitas dan Lingkungan

Risiko yang dicegah dalam pengelolaan manajemen risiko


berupa risiko klinis dan non klinis.

Anda mungkin juga menyukai