Anda di halaman 1dari 14

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Pebris


2.1.1 Definisi
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus
(Elizabeth J. Corwin, 2010). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari
37,5 ºC (E. Oswari, 2011). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam
leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat
berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang
tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2011).
Menurut Suriadi (2009), demam adalah meningkatnya temperatur suhu tubuh
secara abnormal. Febris/demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi
sirkardian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi
yang terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher, 2011).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh
kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton,
2011). Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38⁰C atau
lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8⁰C.Sedangkan bila
suhu tubuh lebih dari 40⁰C disebut demam tinggi (hiperpireksia) (Julia, 2009).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi
hipotalamus. Seseorang mengalami demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8ºC
(suhu oral atau aksila) atau suhu rektal (Suyudi, 2010). Tipe demam yang
mungkin kita jumpai antara lain:

Jenis Demam Ciri-ciri


Demam septik Malam hari suhu naik sekali, pagi hari turun
hingga diatas normal, sering disertai
menggigil dan berkeringat
Demam remitten Suhu badan dapat turun setiap hari tapi
tidak pernah mencapai normal. Perbedaan
suhu mungkin mencapai 2 derajat namun
perbedaannya tidak sebesar demam septik.
Demam intermiten Suhu badan turun menjadi normal selama
beberapa jam dalam satu hari. Bila demam
terjadi dua hari sekali disebut tertiana dan
apabila terjadi 2 hari bebas demam diantara
5

2 serangan demam disebut kuartana.


Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda
lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
yang terus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia

2.1.2 Etiologi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain), demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Sjaifoellah Noer, 2011).
Penyebab demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan
pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan otak, koma). Pada dasarnya
untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain:
ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik,
observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium serta
penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan
pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta
keluhan dan gejala yang menyertai demam.
Sedangkan menurut Soegijanto (2002) bahwa etiologi febris,diantaranya
1. Suhu lingkungan
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia
4. Malaria
5. Otitis media
6. Imunisasi

2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :
Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses
patologis
Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada
makhluk hidup sebagian atau secara keseluruhan tubuh,
seringnya karena induksi dari radiasi (gelombang panas,
infrared), ultrasound atau obat – obatan
Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang
6

Hyperthermia menyertai kekakuan otot karena anestesi total

2.1.4 Tanda Dan Gejala


Terjadinya febris yaitu:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
Saat demam anak bisanya rewel karena pada suhu tinggi atau demam tinggi,
anak akan tidak merasa nyaman sehingga pada kasus anak dengan pebris
biasanya rewel (Jefferson, 2010).
2. Kulit kemerahan
Pada anak dengan demam tinggi ciri-ciri fisik pada anak tubuh nya
menunjukan kemerahan sebagai tanda dari demam tinggi pada anak
3. Hangat pada sentuhan
Bila kita raba pada bagian tubuh pada anak yang memiliki diagnosa pebris
akan kita rasakan suhu hangat, bahkan panas bila di sentuh.
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
Anak dengan kasus pebris lebih cendrung mengalami peningkatan frekuensi
nafas.
5. Menggigil
Anak dengan pebris cendrung demam disertai menggigil
6. Dehidrasi
Anak dengan pebris juga akan kehilangan cairan tubuh akibat demam yang
tinggi sehingga anak akan cendrung mengalami dehidrasi.
7. Kehilangan nafsu makan
Akibat pebris juga berpengaruh terhadap nutrisi anak, anak akan mengalami
penurunan nafsu makan,bahkan tidak mau makan sama sekali.
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor
yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik
atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat.

2.1.5 Patofisiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa
berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
7

terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan
protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama
keadaan sakit
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis
oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar.
Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan
menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh
darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas
menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh (Guyton, 2011).

WOC FEBRIS

Infeksius agents toxius Monocytes macropages Pyrogenic cytokines IL I,


mediator of inflamasi endothel cell other cell types TNF, IL-6, IFNs

Elevated thermo- PGE2 Anterior Hypothalamus


regulatory set point

Metabolism basal
Heat corservation heat Fever Hipertermi meningkat
production

Defisiensi Pengetahuan
8

Ketidakefektifan O2 ke otak menurun Ketidakseimbangan


termoregulasi nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
TIK meningkat
Kejang demam

Ketidakefektifan perfusi
Risiko cidera Risiko keterlambatan jaringan perifer
perkembangan

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Sebelum meningkat ke pemeriksaan-pemeriksaan yang mutakhir, yang siap
tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih
dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi
permukaan atau sinar tembus rutin (Elizabeth J. Corwin, 2010).
1. Uji coba darah,
Contoh pada Demam Dengue terdapat leucopenia pada hari ke-2 atau hari ke-
3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan
masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan
factor II,V,VII,IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak
hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamit
piruvat(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse
alkali menurun.
2. Pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus rutin.
Contoh pada DBD air seni mungkin ditemukan albuminuria ringan.
3. Dalam tahap melalui biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai. Juga dapat
dilakukan pemeriksaan seperti anginografi, aortografi atau limfangiografi.
4. Ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih dapat diperiksa.

2.1.7Penatalaksanaan
1. Secara Fisik
9

Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau. Perhatikan
pula apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami
kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya
bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak.
Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam
keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi
intelektual tertentu.
a) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c) Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
d) Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknyaMinuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah
atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap akibat
naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
e) Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f) Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena justru
akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar.
Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi (keracunan).
g) Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup panas.
Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak
supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu
lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh
(Elizabeth J. Corwin, 2010).
2. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
10

dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus


direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
a) Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
b) Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup
parasetamol
c) Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan
air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari. Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya. Pemberian obat antipiretik
merupakan pilihan pertama dalam menurunkan demam dan sangat berguna
khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal
kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko
kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari
golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya
tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase.
Asetaminofen merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja menekan
pembentukan prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis
terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis
maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan
baik.Dosis besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan
hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat
seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini
bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa
mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.
Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia
aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila
dikombinasikan dengan asetaminopen).Dosis terapeutik yaitu 5-10 mgr/kgBB/kali
tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan pembentukkan
11

prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n antiinflamasi. Efek


samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast ik dan perdara han
saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam dan tidak
dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per oral,
intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan
fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek
sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik.Dosis pemberiannya 20
mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh
diberikan anak usia kurang dari 6 bulan (Elizabeth J. Corwin, 2010).

2.1.8 Komplikasi
1. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjadi
pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama
demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak
membahayakan otak
3. Menurut Corwin (2011),komplikasi febris diantaranya:
a) Takikardi
Peningkatan irama jatung melebihi batas normal 60-100 kali/menit
b) Insufisiensi jantung
kondisi di mana katup aorta tidak menutup secara efisien sehingga
memungkinkan darah bocor kembali ke ruang jantung ventrikel kiri.
c) Insufisiensi pulmonal
Insufisiensi katup trikuspidalis merupakan gangguan fungsi katup trikuspid,
berupa penutupan katup tidak sempurna sehingga menyebabkan darah
mengalir kembali ke dalam atrium kanan; biasanya akibat dari tekanan yang
berlebihan pada jantung bagian kanan.
d) Kejang demam
kejadian kejang pada bayi dan anak yang biasanya terjadi antara umur 3
bulan sampai 5 tahun, berkaitan dengan demam tanpa adanya bukti-bukti
infeksi atau sebab intracranial.
2.2 Manajemen Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a) Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b) Riwayat kesehatan
c) Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) : panas.
12

d) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang
menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot
dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien).Riwayat kesehatan keluarga (riwayat
penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota
keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak).

2.2.2 Pemeriksaan Fisik


1. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
a) Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali.
b) Adakah dispersi bentuk kepala.
c) Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu ubun-ubun besar
cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun besar menutup atau belum.
b. Rambut
a) Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien
dengan malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan
seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada
pasien.
c. Muka/wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah, sisi yang paresis tertinggal bila
anak menangis atau tertawa sehingga wajah tertarik ke sisi sehat.
a) Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus.
b) Apakah ada gangguan nervus cranial.
d. Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan
ketajaman penglihatan.
e. Apakah keadaan sklera, konjungtiva.
f. Telinga
13

a) Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi


seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari
telinga, berkurangnya pendengaran.
g. Hidung
a) Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas.
b) Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya.
h. Mulut
a) Adakah tanda-tanda sardonicus.
b) Adakah cynosis.
c) Bagaimana keadaan lidah.
d) Adakah stomatitis.
e) Tenggorokan
f) Adakah tanda-tanda peradangan tonsil.
g) Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat.
i. Leher
a) Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid.
b) Adakah pembesaran vena jugulans
c) Thorax
d) Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan,
frekwensinya, irama, kedalaman, adakah retraksi Intercostale.
e) Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan.
i. Jantung
a) Bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya.
b) Adakah bunyi tambahan.
c) Adakah bradicardi atau tachycardia.
d) Abdomen
e) Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen.
f) Bagaimana turgor kulit dan peristaltik usus.
g) Adakah tanda meteorismus.
h) Adakah pembesaran lien dan hepar.

j Kulit
14

a) Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya.


b) Apakah terdapat oedema, hemangioma.
c) Bagaimana keadaan turgor kulit.
k. Ekstremitas
a) Apakah terdapat oedema atau paralise terutama setelah terjadi kejang.
b) Bagaimana suhunya pada daerah akral.
l. genetalia
a) Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda
infeksi.

2.2.3 Pemeriksaan Penunjang


1. Anamnesis: riwayat penyakit keluarga, penyakit ibu dan obat yang dipakai
selama kehamilan, problem persalinan (asfiksia, trauma, infeksi
persalinan).
2. Pemeriksaan fisik: bentuk kejang, iritabel, hipotoni, gangguan pola nafas,
perdarahan kulit, sianosis, ikterus, ubun-ubun besar cembung.
3. Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, gula darah, elektrolit, analisa gas
darah, punksi lumbal, kultur darah, bilirubin, pemeriksaan urine.
4. Pemeriksaan radiologi: USG dan CT Scan kepala
5. Pemeriksaan EEG

2.2.4 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Defisiensi pengetahuan

2.2.5 Intervensi Keperawatan


1. Diagnosa 1 : Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses
penyakit.

Intervensi Rasional
1. Observasi peningkatan suhu Sebagai dasar dalam menentukan
tubuh yang dialami oleh klien intervensi selanutnya
15

2. Observasi tanda-tanda vital Pemantauan tanda vital yang teratur


dapat menentukan perkembangan
perawatan selanjutnya.
3. Berikan dan anjurkan keluarga Dengan memberikan kompres maka
untuk memberikan kompres akan terjadi proses konduksi /
dengan air pada daerah dahi dan perpindahan panas dengan bahan
ketiak perantara .

4. Anjurkan keluarga untuk Kebutuhan cairan meningkat karena


mempertahankan pemberian penguapan tubuh meningkat
cairan melalui rute oral sesuai
indikasi

5. Anjurkan keluarga untuk Proses hilangnya panas akan


menghindari pakaian yang tebal terhalangi untuk pakaian yang tebal
dan menyerap keringat dan tidak akan menyerap keringat.

6. Kolaborasi dengan dokter dalam Untuk mengontrol panas


pemberian obat antipiuretik

2. Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Intervensi Rasional
1. Observasi status nutrisi klien Sebagai indikator dalam menentukan
intervensi selanjutnya
2. Timbang berat badan setiap hari Mengetahui perkembangan terapi
3. Berikan diet dalam porsi kecil untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
tapi sering klien

4. Anjurkan keluarga untuk Meningkatkan nafsu makan


menyajikan makanan dalam
keadaan hangat
5. Jelaskan kepada keluarga Peningkatan pengetahuan
pentingnya nutrisi yang adekuat mengembangkan kooperatif keluarga
16

dalam proses kesembuhan dalam pemberian tindakan


6. Kolaborasi dengan bagian gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
klien sesuai kebutuhan

3.Diagnosa 3 : Defisiensi pengetahuan


Intervensi Rasional
1. Identifikasi tingkat pengetahuan Sebagai dasar dalam menetukan
orang tua klien tentang proses tindakan selanjutnya
penyakit anaknya
2. Jelaskan pada keluarga klien Meningkatkan pengetahuan dan
tentang Pengertian, penyebab, pemahaman keluarga
tanda dan gejala, pengobatan,
pencegahan dan komplikasi
dengan memberikan penkes.
3. Bantu orang tua klien untuk Melibatkan keluarga dalam
mengembangkan rencana perencanaan dapat meningkatkan
asuhan keperawatan dirumah pemahaman keluarga
sakit seperti : diet, istirahat dan
aktivitas yang sesuai
4. Beri kesempatan pada orang tua Menghindari melewatkan hal yang
klien untuk bertanya tentang hal tidak dijelaskan dan belum dimengerti
yang belum dimengertinya oleh keluarga

2.2.6 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh
perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan
implementasi adalah intervensi yang dilaksanaakan sesuai dengan recana setelah
validasi, penggunaan keterampilan, interpersonal, intelektual, dan teknikal,
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik dan psikologi di lindungi dan dokumentasi keperawatan berupa
pencatatan dan pelaporan. Kegiatan implementasi harus memperhatikan jenis alat
yang tersedia, kelengkapan alat, langkah-langkah tindakan, prinsip tindakan
keperawatan, efisiensi tindakan dan efektifitas tindakan.
17

2.2.7 Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan hasil:
1. Tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh ditandai dengan suhu tubuh dalam batan norma,
keluarga melaporkan anaknya tidak demam
2. Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu
makan klien meningkat, porsi makan yang diberikan nampak dihabiska, tidak
terjadi penurunan berat badan 15-20%
3. Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan orang tua mengerti
tentang penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam
proses perawatan

Anda mungkin juga menyukai