Anda di halaman 1dari 5

“Tak pernah sekali pun saya

berusaha untuk dikenang


dunia, hidupku ini kubaktikan
pada peristiwa-peristiwa di
sekitar, bagi generasi dan
jamanku, semata-mata agar
diriku terjalin dengan sesuatu
yang penting bagi sesamaku“.
Itulah kata-kata Abraham
Lincoln saat ia berusia 32 tahun.
Kekecewaan yang datang
beruntun membawanya ke suatu
titik dimana ia ingin mengakhiri
hidupnya.
Lincoln menulis kata-kata di atas
saat ia memutuskan untuk
memulai lembaran baru dalam
hidupnya. Di kemudian hari, ia
menjadi salah satu Presiden Amerika yang paling dikenal dan dicintai
masyarakat. Namanya terkenal ke seluruh dunia sebagai seorang yang
mengakhiri Perbudakan dan menjunjung tinggi persamaan derajat di
Amerika.

Biografi dan Profil Abraham Lincoln


Ia dikenal sebagai Mantan Presiden Amerika Serikat yang ke-16 yang
menghapus perbudakan di Amerika. Ia menjabat sejak 4 Maret 1861
hingga ia dibunuh, namun ia sangat dicintai oleh rakyatnya karena
mempertahankan persatuan bangsa, dan menghapuskan perbudakan.
Abraham Lincoln lahir di Kentucky, AS, di mana ayahnya bekerja
sebagai tukang kayu. Ia telah kehilangan ibunya sejak usia dini,
kemudian ayahnya menikah lagi.
Namun Lincoln dan saudara perempuannya sangat mencintai ibu tirinya
itu. Lincoln cilik tumbuh menjadi pemuda jangkung dan tegap.
Pakaiannya selalu tak pernah tampak pas. Lengan bajunya selalu terasa
pendek dan celananya selalu menggantung diatas mata kaki. Bila
diamati, sepertinya ia tak pantas menjadi orang besar di kemudian hari,
yang ternyata terwujud.
Pertama kali Lincoln menyaksikan Perbudakan, adalah ketika ia
menyewa kapal angkut untuk membawa muatan menuju New Orleans di
tahun 1828. Kemudian, ketika ia mengunjungi kota itu untuk ke dua
kalinya, ia berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia harus menghapus
praktik perbudakan ini.
Lincoln tidak mengikuti pendidikan seperti pada umumnya, namun ia
giat belajar membaca dan menulis sampai berhasil menjadi seorang
pengacara. Meskipun kadang-kadang dia dianggap sebagai seorang
‘homo’ oleh para tetangga karena tingkah dan cara berpakaiannya,
namun ia cukup supel kepada warga sekitar.
Ini semata-mata karena ia memiliki rasa humor yang menonjol dan
selalu membuat orang lain gembira. Cinta pertamanya jatuh pada
seorang wanita bernama Anne Rutledge, anak tetangga pemilik losmen
di mana ia tinggal. Ayah Anne-lah yang menyarankan agar Lincoln
terjun ke dunia politik.
Di awal karir, Lincoln terpilih menjadi anggota DPRD untuk wilayah
Illinois pada tahun 1834. Kemudian terpilih kembali pada tahun 1838
dan tahun 1840. Ketika itu, ia bertemu seorang bernama Stephen
Douglas, yang kemudian menjadi saingan baik dalam soal cinta maupun
urusan politik. Mary Todd, perempuan yang mereka perebutkan, berasal
dari Kentucky, lebih memilih Lincoln sebagai suami, namun pernikahn
mereka tidak bahagia.
Pada tahun 1842, setelah setahun pernikahan mereka, Lincoln membuka
biro hukum dengan seorang teman bernama William H. Herndon.
Persahabatan kedua orang ini ternyata terus bertahan hingga akhir hayat
Lincoln. Di kemudian hari, Herndon-lah yang menulis biografi
Abraham Lincoln.
Pada tahun 1846, Lincoln terpilih menjadi anggota Kongres. Namun
keanggotaannya tidak diperpanjang karena ia mengusulkan undang-
undang untuk meng-akhiri perbudakan di distrik Columbia. Karena
kecewa, ia kembali mengaktifkan biro hukumnya. Ia menghentikan
kegiatan politiknya untuk beberapa waktu, namun kemudian ia lebih
dikenal oleh masyarakat sebagai pengacara yang jujur.

Jalan Menuju Kursi Presiden Amerika Serikat


Nyatanya, Lincoln tak bisa berhenti terlalu lama dari dunia politik. Pada
tahun 1854, isu perbudakan membuatnya terjun kembali ke dunia
politik. Taampaknya ia harus bersaing dengan Stephen Douglas, yang
mencoba menundukkan wilayah Selatan Amerika yang mendukung
perbudakan, sementara wilayah Utara menentangnya.
Lincoln tak menyangka bahwa setengah dari negeri ini mempertahankan
praktek perbudakan ketika separuh saudara sebangsanya menentang. Ia
berfikir, tak mungkin bangsanya terdiri dari separuh budak separuh
bukan. Bagaimanapun, ternyata Lincoln terpukul pada putaran pertama
melawan Douglas, dalam memperebutkan kursi Senat AS.
Meski kali ini ia kalah, pada bulan Mei 1860, Lincoln terpilih sebagai
calon presiden dari Partai Republik. Sementara itu, Partai Demokrat
menyerangnya habis-habisan, dan mereka menyebutnya sebagai
‘pengacara kacangan’, ‘tak becus berbahasa Inggris’ dan sebagainya.
Namun akhirnya, ia ternyata terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.
Empat hari setelah ia menjadi Presiden, negara bagian Selatan itu keluar
dari Federasi Amerika Serikat.
Negara-negara Selatan itu kemudian membentuk sebuah Konfederasi
sendiri. Lincoln merasa sedih karenanya, dan berusaha mengupayakan
diakhirinya pemisahan tersebut. Tetapi, konflik antara Utara dan Selatan
itu malah semakin memuncak dan menjadi Perang Sipil. Lincoln terus
berusaha menghentikan konflik tersebut sekuat tenaga meskipun tak
berhasil. Untuk memahami latar belakang politik terjadinya Perang Sipil
Amerika, perlu dijelaskan bagaimana asal mula Amerika terbentuk.
Pada abad ke 17, para pendatang dari Inggris, Perancis, Spanyol,
Belanda dan Jerman dating ke Amerika Utara, yang mereka anggap
sebagai negeri tak berpenghuni yang baru mereka temukan.
Mereka datang demi mencari kemakmuran, mendapatkan kebebasan
beragama, serta untuk memperluas kekuasaan negeri asal mereka dan
membangun imperium baru. Kerajaan Inggris kemudian menerapkan
Undang-Undangnya di situ, sehingga negeri yang baru itu mereka sebut
sebagai New England.
Seusai perang kemerdekaan Amerika, wilayah-wilayah bebas itu
kemudian membentuk federasi yang kemudian mereka sebut Amerika
Serikat. Masing-masing Federasi baru ini sepakat untuk tetap mengurusi
pemerintahannya sendiri-sendiri, meskipun mereka juga harus
mengurusi kepentingan bersama. Karena, hal-hal seperti Pertahanan
tetap menjadi urusan bersama.

Penghapusan Perbudakan
Bagian selatan Amerika yang bergabung dalam federasi,
mengembangkan pertaniannya yang bergantung pada tenaga
perbudakan. Bagian utara lebih banyak bergantung pada perdagangan
dan industri, meskipun tetap menganggap penting pertanian. Karena itu
tak ada perbudakan di utara. Sementara, soal perbudakan menjadi isu
panas bagi wilayah yang baru bergabung ke dalam Perserikatan,
sedangkan rakyat di negara-negara bagian ini belum betul-betul siap
dengan soal perbudakan itu.
Sementara undang-undang Amerika menyatakan semua manusia sama-
sama berhak atas ‘kehidupan dan kebebasan untuk memperoleh
kebahagiaan’, namun juga melindungi hak milik pribadi. Budak adalah
milik pribadi. Pendapat bahwa budak merupakan milik pribadi sangat
bertentangan dengan pendapat lain bahwa para budak adalah menusia
yang juga memiliki hak atas kemerdekaannya. Inilah yang menjadi
dasar persoalan bagi orang-orang di seluruh wilayah AS itu.
Sebenarnya banyak segi yang bisa dilihat dari isu ini. Pertama, apakah
memperbudak manusia juga adalah sebuah hak? Saat ini, perbudakan
sudah tidak dibenarkan di banyak negeri lain di seluruh dunia. Semua
orang setuju bahwa jelas tidak dibenarkan mengekang kebebasan orang
lain.
Namun orang-orang Selatan telah mengeluarkan banyak uang untuk
membeli budak-budak. Kehidupan social, ekonomi, dan politik mereka
berjalan di atas dasar kepemilikan budak-budak. Jadi, sesungguhnya tak
sulit memahami betapa pentingnya praktik perbudakan bagi mereka.
Ada pula sisi politisnya dalam problem kepemilikan budak bagi negeri-
negeri Selatan. Bagaimana menjalankan sebuah ‘Union States’ bila
beberapa wilayah terdiri dari ‘orang-bebas’ sementara lainnya adalah
‘budak’? Meski, memang ini yang diinginkan pesaing Lincoln, Douglas.
Jelas negeri-negeri Selatan khawatir bila semakin banyak wilayah
Federasi yang ‘jadi-bebas’, maka perbudakan akan jadi benar-benar
dihapuskan. Mereka pikir bila ini terjadi, mereka akan bangkrut, baik
secara sosial maupun politik. Jalan satu-satunya mungkin harus
membentuk dua federal yang terpisah. Tetapi ini pun ternyata tak
mungkin.
Segera setelah Lincoln terpilih sebagai Presiden, wilayah Selatan
mundur dari federasi. Pada 12 April 1861, wilayah Selatan menyerang
wilayah Utara di kota Fort Sunter. Perang Sipil atau ‘Perang antara
negara-negara bagian federasi’ telah dimulai.
Ada perbedaan-perbedaan yang besar antara Utara dan Selatan. Di
wilayah Utara lebih banyak populasi kulit putihnya. Mereka lebih maju
dalam bidang produksi barang sementara Selatan lebih baik dalam
pertanian. Dalam banyak hal, Utara melebihi Selatan, meski militer
wilayah Selatan amat terampil, nyatanya perang lebih banyak terjadi di
Selatan.
Meski mereka lebih baik dalam hal bertempur. Peperangan tidak mudah
mereka menangkan. Seperti kita ketahui, setelah beberapa penyerangan,
wilayah Utara memenangkan peperangan. Ketika perang berlangsung,
Lincoln, tetap mendesak diadakannya pemilihan lagi di akhir masa ia
menjabat sebagai Presiden, dan ternyata ia terpilih kembali untuk
periode berikutnya.
Pada bulan November 1863, dalam pertempuran Gettysburg, Lincoln
menyampaikan pidato, yang dikenang sepanjang sejarah. Ia mengatakan
Lahir sebuah bangsa baru, yang didirikan berdasarkan kebebasan
yang menjunjung tinggi pengakuan bahwa semua manusia diciptakan
sederajat.
Kata-kata Lincoln di Gettysburg ini memberi dua prinsip kebebasan dan
kesamaan – yang menjadi dasar didirikannya negara Amerika.
Lincoln meninggal dengan cara yang tak disangka-sangka. Saat sedang
menyaksikan teater bersama istrinya, ia ditembak oleh seorang bernama
John Wilkes Booth. Kematian menjemputnya tatkala perdamaian telah
sampai bagi Amerika. Mungkin itu merupakan puncak peristiwa yang
harus terjadi sebagai tumbal berakhirnya perbudakan di Amerika.
Setelah kematiannya, Lincoln dikenal sebagai orang besar, dan cita-cita
yang telah ditegakkannya terus dipertahankan oleh seluruh warga
Amerika.

Anda mungkin juga menyukai