Anda di halaman 1dari 5

SINAR X

Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio,
panas, cahaya, dan sinar ultraviolet, Tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar X
bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan antara sinar X
dengan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang gelombang, dimana panjang
gelombang sinar X sangat pendek, yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang kelihatan.
Karena panjang gelombang yang pendek itu, maka sinar X dapat menembus benda-benda. (Sjahrial
Rasad, 2005).

Sinar X merupakan gelombang elektromagnetik atau sering juga disebut sebagai foton, yang
didefenisikan sebagai suatu gelombang yang terdiri atas gelombang listrik dan gelombang magnit.
Gambar berikut menunjukkan keluarga gelombang radio, cahaya, tampak, sinar X, hingga sinar
kosmetik. Pengelompokan tersebut dibedakan atas tingkat energy atau panjang gelombang

Catatan : semakin tinggi energy suatu gelombang elektromagnetik, semakin pendek panjang
gelombang (ƛ) nya.

Gambar 1. Tingkat energi gelombang elektromagnetik

Gambar 2. Tabung Sinar X


SIFAT-SIFAT SINAR X

Sifat-sifat sinar X (Sjahrial Rasad, 2005)

Sinar X mempunyai beberapa sifat fisik, yaitu : daya tembus, pertebaran, penyerapan, efek fotografik,
pendar fluor (fluoresensi), ionosasi, dan efek biologic.

1. Daya tembus
Sinar X dapat menembus bahan, dengan daya sangat besar dan digunakan dalam
radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya
tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembus
sinarnya. Sifat ini dimanfaatkan untuk kepentingan diagnostik dan terapi.

Daya tembus sinar-x tidak dipengaruhi oleh bukan sifat fisis objek akan tetapi dipengaruhi
oleh beberap faktor :

a. Energi sinar-x
b. Kosentrasi atau densitas dari objek yang ditembus
Makin banyak sinar-x yang menembus objek maka makin banyak sinar-x sampai ke film maka
makin hitam film.
c. Nomer Atom bahan
d. Tebal bahan yang dilalui

2. Pertebaran (hamburan)
Apabila berkas sinar X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan
bertebarab ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekender (radiasi hambur) pada bahan/zat
yang dilaluinya.
Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar radiograf dan pada film akan tampak
pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini, maka di
antara subjek dengan film rontgen diletakkan grid.
Grid terdiri atas potongan-potongan timah tipis yang letaknya sejajar, masing-masing
dipisahkan oleh oleh bahan tembus sinar.

3. Penyerapan
Sinar X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau
kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya, makin besar
penyerapannya.

4. Efek fotografik
Sinar X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah diproses
secara kimiawi (dibangkitkan) dikamar gelap.

5. Pendar fluor (fluoresensi)


Sinar X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau zink-sulfid)
memendarkan cahaya (iluminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi snar X. Luminisensi
ada 2 jenis yaitu:
a. Fluoresensi
Yaitu akan memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar X saja.
b. Fosforisensi
Pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar
x sudah dimatikan (after-glow).

6. Ionisasi
Efek primer sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan ionisasi
partikel-partikel bahan atau zat tersebut.

7. Efek biologic
Sinar X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada jaringan. Efek biologik
ini dipergunakan dalam pengobatan radioterapi (Sjahrial Rasad, 2005).

Sifat-sifat sinar X (dr.J.F.Gabriel:1988)

1. Menghitamkan plat potret (film)


2. Mengionisasi gas
3. Menembus beberapa zat
4. Menimbulkan flurosensi
5. Merusak jaringan.

Sifat-sifat sinar X (Kardiawarman, Ph. D:1996)

1. tidak dapat dilihat oleh mata, bergerak dalam lintasan lurus, dan dapat mempengaruhi film
fotografi sama seperti cahaya tampak.
2. daya tembusnya lebih tinggi dari pada cahaya tampak, dan dapat menembus tubuh
manusia,kayu, beberapa lapis logam tebal.
3. dapat digunakan untuk membuat gambar bayangan sebuah objek pada film fotografi
(radiograf).
4. sinar-x merupakan gelombang elektromagnetik dengan energi E = hf.
5. orde panjang gelombang sinar-x adalah 0,5-2,5Ǻ. (sedangkan orede panjang gelombanguntuk
cahaya tampak = 6000 Ǻ). Jadi letak sinar-x dalam diagram spektrum gelombang
elektromagnet adalah antara sinar ultra violet dan sinar gama.
6. satuan panjang gelombang sinar-x sering dinyatakan dalam dua jenis satuan yaitu angstroom
(Ǻ) dan satuan sinar-x (X Unit = XU). 1 kXU = 1000 XU = 1,00202 Ǻ.
7. Persamaan gelombang untuk medan listrik sinar-x yang terpolarisasi bidang adalah Ë= A sin
2𝜋(x/ƛ-ft) = A sin (kx-ωt). Intensitas sinar-x adalah dE/dt (rata-rata aliran energi persatuan
waktu) per satu satuan luas yang tegak lurus arah rambat. Nilai rata-rata intensitas sinar-x ini
𝑒𝑟𝑔𝑠
adalah berbanding lurus dengan A2. Satuan intensitas adalah 𝑑𝑒𝑡.𝑐𝑚2

PROSES TERBENTUKNYA SINAR X

Dalam urutan prosesnya adalah sebagai berikut:

1. dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron akan dipercepat


gerakannya menuju anoda dan dipusatkan kealat pemusat (focusing cup)
2. Filamen dibuat relatif negative terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi.
3. Awan-awan katoda (filament) dipanaskan (lebih dari 20.000°c) sampai menyala dengan
mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.
4. Karena panas, electron-elektron dari katode (filament) terlepas.
5. Sewaktu electron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas
(>99%) dan sinar X (<1%).
6. Pelindung (perisai) timah akan memecah keluarnya sinar X dari tabung. Sehingga sinar X yang
terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
7. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan electron ditiadakan oleh radiator
oendingin (Sjahrial Rasad, 2005).

Proses terbentuknya sinar X (Hoxster:1982)

Gambar 2 Skema tabung sinar-X (Hoxster:1982)

Keterangan gambar:

1. Katoda 4. Keping wolfarm 7. Anoda

2. Filamen 5. Ruang hampa 8. Diapragma

3. Bidangfokus 6. Selubung 9. Berkas sinar guna

Prinsip kerja dari pembangkit sinar-X dapat dijelaskan sebagai berikut, beda potensial yang
diberikan antara katoda dan anoda menggunakan sumber yang bertegangan tinggi. Produksi sinar-X
dihasilkan dalam suatu tabung berisi suatu perlengkapan yang diperlukan untuk menghasilkan sinar-
X yaitu bahan penghenti atau sasaran dan ruang hampa.

Elektron bebas terjadi karena emisi dari filamen yang dipanaskan. Dengan sistem fokus,
elektron bebas yang dipancarkan terpusat menuju anoda. Gerakan elektron ini akan dipercepat dari
katoda menuju anoda bila antara katoda dan anoda diberi beda potensial yang cukup besar.

Gerakan elektron yang berkecepatan tinggi dihentikan oleh suatu bahan yang ditempatkan
pada anoda. Tumbukan antara elektron dengan anoda ini menghasilkan sinar-X, pada tumbukan
antara elektron dengan sasaran akan ada energi yang hilang. Energi ini akan diserap oleh sasaran dan
berubah menjadi panas sehingga bahan sasaran akan mudah memuai. Untuk menghindarinya bahan
sasaran dipilih yang berbentuk padat. Bahan yang biasa digunakan sebagai anoda adalah platina,
wolfram, atau tungsten.
Untuk menghasilkan energi sinar-X yang lebih besar, tegangan yang diberikan ditingkatkan
sehingga menghasilkan elektron dengan kecepatan yang lebih tinggi. Dengan demikian energi kinetik
yang dapat diubah menjadi sinar-X juga lebih besar.

Proteksi radiasi

Kadang muncul pertanyaan di masyarakat, mengapa nilai batas dosis tahunan dibedakan
antara dosis untuk pekerja nuklir dan dosis untuk publik. Ada tiga prinsip dasar dalam proteksi
terhadap radiasi untuk melindungi manusia baik itu pekerja nuklir maupun publik:

1. Justifikasi: Justifikasi menyatakan bahwa TIDAK BOLEH ada paparan radiasi kepada manusia
kecuali jika ada alasan yang membenarkannya. Atau dengan kata yang lebih mudah dicerna,
“manfaat radiasi nuklir harus lebih besar daripada mudharat yang ditimbulkannya”.
2. Optimasi: Optimasi terkait dengan kegiatan, proses atau metode yang digunakan agar sistem
proteksi mereduksi resiko radiasi SEMINIMAL mungkin baik itu terhadap publik maupun
pekerja dengan memperhitungkan faktor teknis, ekonomis dan sosial. Terkait dengan prinsip
optimasi ini, dalam kegiatan terkait nuklir sering dikenal istilah ALARA atau As Low As
Reasonably Achievable. Secara ideal, tidak boleh ada paparan radiasi (lihat prinsip justifikasi
di atas), tetapi seandainya mau tidak mau ada paparan radiasi, maka jumlahnya harus
seminimal mungkin.
3. Limitasi: Dari prinsip optimasi, paparan radiasi harus seminimal mungkin. Secara kuantitatif
berapa? Nah, ini yang menjadi prinsip yang ketiga. Limitasi menyatakan bahwa dosis efektif
terhadap individu harus DIBATASI sesuai dengan ambang dosis yang direkomendasikan,
sehingga paparan radiasi yang mengenai manusia tidak memberikan efek apapun baik itu yang
bersifat deterministik (seperti rusaknya sel darah merah, gonad) maupun yang bersifat
probabilistik (misal resiko timbulnya kanker).

Anda mungkin juga menyukai