Anda di halaman 1dari 12

BAB VII

INDONESIA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pelajaran sejarah peminatan yang diampu oleh
Syarifani Herdianti, S.Hum

Disusun Oleh :
 Amelia Putri
 Silvi
 Muhamad Azil
 Gilang Ramdani

Kelompok 7
Kelas XI IPS 1

SMA AL-QONA’AH
JELEKONG
2019
DAFTAR ISI

BAB VII Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang


A. Kehidupan Bangsa Indonesia pada masa pendudukan Jepang
1. Kedatangan politik dan militer
2. Kehidupan ekonomi
3. Kehidupan sosial
4. Kehidupan budaya
5. Kehidupan pendidikan
B. Perlawanan Bangsa Indonesia terhadap pendudukan Jepang
1. Perlawanan rakyat Aceh
2. Perlawanan rakyat Singaparna
3. Perlawanan rakyat Indramayu
4. Perlawanan rakyat Kalimantan
5. Perlawanan rakyat Papua
6. Perlawanan rakyat di Blitar
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa atas selesainya penyusunan
makalah sejarah Indonesia Bab VII. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam penyelesaian buku ini.
Buku ini disusun untuk memperkuat kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap
secara utuh. Anda pun diajak memperdalam pengetahuan kesejarahan dan mengembangkan secara
konkret.dengan system pembelajaran ini, anda diharapkan memiliki kesedaran sejarah.
Kami menyadari buku ini tidak lepas dari kekurangan karena fakta-fakta baru dalam
sejarah terus ditemukan. Oleh karena itu, kami terbuka terhadap kritik, saran, dan masukan untuk
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Atas kontribusi tersebut, kami mengucapkan teirma
kasih. Semoga makalah ini dapat menjadi teman belajar anda dan dapat mengantarkan anda
menjadi generasi cerdas berprestasi selamat belajar.

Bandung, 05 Agustus 2019

Amelia Putri
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Kapitulasi kalijati pada tanggal 8 maret 1942 menandai berakhirnya kekuasan hindia
belanda di Indonesia. Tokoh-tokoh yang hadir dalam kapitulasi ini antara lain
Gubenur Jenderal Tjarda Van Starkenborgh dan letnan jenderal H. Ter poorten yang
mewakili pemerintah belanda serta letnan jenderal Imamura mewakili pemerintah
jepang.
2. Sejak menguasai Indonesia, jepang mengambil alih seluruh asset berharga yang
terdapat di Indonesia, tidak terkecuali asset-aset milik pemerintah colonial belanda.
3. Jepang membentuk organisasi sosial kemasyarakatan untuk mengakomodasi gerakan
kaum nasionalis jepang tidak ingin kaum nasionalis melakukan gerakan “bawah
tanah” setelah jepang membubarkan organisasi pergerakan pada masa colonial
belanda

B. Rumusan Masalah
A. Kehidupan Bangsa Indonesia pada masa pendudukan Jepang
1. Bagaimana kedatangan politik dan militer ?
2. Bagaimana kehidupan ekonomi ?
3. Bagaimana kehidupan sosial ?
4. Bagaimana kehidupan Budaya ?
5. Bagaimana kehidupan Pendidikan ?
B. Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Penduduk Jepang
1. Bagaimana perlawanan rakyat Aceh ?
2. Bagaimana perlawanan rakyat Singaparna ?
3. Bagaimana perlawanan rakyat Indramayu ?
4. Bagaimana perlawanan rakyat Kalimantan ?
5. Bagaimana perlawanan rakyat Papua ?
6. Bagaimana perlawanan peta di Blitar ?
C. Tujuan Makalah
A. Untuk mengetahui kehidupan bangsa Indonesia Pasca Masa Pendudukan Jepang
1. Untuk mengetahui kedatangan politik dan militer
2. Untuk mengetahui kehidupan ekonomi
3. Untuk mengetahui kehidupan sosial
4. Untuk mengetahui kehidupan budaya
5. Untuk mengetahui kehidupan pendidikan
B. Untuk mengetahui perlawanan bangsa Indonesia terhadap pendudukan jepang
1. Untuk mengetahui perlawanan rakyat aceh
2. Untuk mengetahui perlawanan rakyat Singaparna
3. Untuk mengetahui perlawanan rakyat Indramayu
4. Untuk mengetahui perlawanan rakyat Kalimantan
5. Untuk mengetahui perlawanan rakyat Papua
6. Untuk mengetahui perlawanan peta di blitar
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG


1. KEDATANGAN POLITIK dan MILITER
Pada masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang selalu mengajak bekerja sama
golongan-golongan nasionalis. Hal ini jelas berbeda dibandingkan pada masa
pemerintahan Hindia-Belanda. Saat itu golongan nasionalis selalu dicurigai. Golongan
nasionalis mau bekerja sama dengan pemerintahan Jepang karena Jepang banyak
membebaskan pemimpin nasional Indonesia dari penjara, seperti Soekarno, Hatta, dan juga
Sjahrir.
Kenapa Jepang mengajak kerja sama golongan nasionalis Indonesia? Karena
Jepang menganggap bahwa golongan nasionalis ini memiliki pengaruh besar terhadap
masyarakat Indonesia. Saat itu, Wakil Kepala Staf Tentara Keenam Belas, Jenderal Harada
Yosyikazu, bertemu dengan Hatta untuk menyatakan bahwa Jepang tidak ingin menjajah
Indonesia, melainkan ingin membebaskan bangsa Asia. Karena itulah Hatta mererima
ajakan kerja sama Jepang. Akan tetapi, Sjahrir dan dr. Tjipto Mangunkusumo tidak
mererima tawaran kerja sama Jepang.
Namun, kemudian Jepang mengeluarkan undang-undang yang terkait pada bidang
politik yang justru banyak merugikan bangsa Indonesia. Beberapa di antaranya:

2.
Jadi begitulah Squad gambaran bagaimana kondisi bangsa kita dulu saat berada di
bawah penjajahan Jepang. Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Jepang justru
menyengsarakan rakyat kita. Selain itu, Jepang juga memiliki cara-cara yang licik untuk
menguasai sumber daya alam serta sumber daya manusia bangsa kita.
2. KEHIDUPAN EKONOMI
Sewaktu Indonesia masih di bawah penjajahan Jepang, sistem ekonomi yang
diterapkan adalah sistem ekonomi perang. Saat itu Jepang merasa penting untuk menguasai
sumber-sumber bahan mentah dari berbagai wilayah Indonesia. Tujuan Jepang melakukan
itu, untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya, Squad. Nah, wilayah-wilayah ekonomi
yang sanggup memenuhi kebutuhannya sendiri atau yang diberi nama Lingkungan
Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya, merupakan wilayah yang masuk ke dalam struktur
ekonomi yang direncanakan oleh Jepang.
Kalau di bidang moneter, pemerintah Jepang berusaha untuk mempertahankan nilai
gulden Belanda. Hal itu dilakukan agar harga barang-barang dapat dipertahankan sebelum
perang.

3. KEHIDUPAN SOSIAL
Pemerintahan Jepang saat itu mencetuskan kebijakan tenaga kerja romusha. Mungkin
kamu sudah sering dengar kalau romusha adalah sistem kerja yang paling kejam
selama bangsa Indonesia ini dijajah. Tetapi, pada awalnya pembentukan romusha ini
mendapat sambutan baik lho dari rakyat Indonesia, justru banyak yang bersedia untuk jadi
sukarelawan. Namun semua itu berubah ketika kebutuhan Jepang untuk berperang
meningkat.
Pengerahan romusha menjadi sebuah keharusan, bahkan paksaan. Hal tersebut membuat
rakyat kita menjadi sengsara. Kamu bayangin aja, rakyat kita dipaksa membangun semua
sarana perang yang ada di Indonesia. Selain di Indonesia, rakyat kita juga dikerjapaksakan
sampai ke luar negeri. Ada yang dikirim ke Vietnam, Burma (sekarang Myanmar),
Muangthai (Thailand), dan Malaysia. Semua dipaksa bekerja sepanjang hari, tanpa
diimbangi upah dan fasilitas hidup yang layak. Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak
kembali lagi ke kampung halaman karena sudah meninggal dunia.

Kerja paksa Romusha di Indonesia (Sumber: www.omucu.com)


Selain romusha, Jepang juga membentuk Jugun Ianfu. Jugun Ianfu adalah tenaga kerja
perempuan yang direkrut dari berbagai Negara Asia seperti Indonesia, Cina, dan
korea. Perempuan-perempuan ini dijadikan perempuan penghibur bagi tentara Jepang.
Sekitar 200.000 perempuan Asia dipaksa menjadi Jugun Ianfu.

4. KEHIDUPAN BUDAYA
Pemerintahan Jepang pernah mencoba menerapkan kebudayaan memberi hormat ke arah
matahari terbit kepada rakyat Indonesia lho! Dalam masyarakat Jepang, kaisar memiliki
tempat tertinggi, karena diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Nah, Jepang berusaha
menerapkan nilai-nilai kebudayaannya kepada bangsa Indonesia. Tetapi langsung
mendapat pertentangan dan perlawanan dari masyarakat di Indonesia. Bangsa kita ini
hanya menyembah Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa mana mungkin setuju
memberi hormat dengan membungkukkan punggung dalam-dalam (seikerei) ke arah
matahari terbit.

Potongan gambar pada film Sang Kiyai, menggambarkan kondisi saat tentara Jepang menangkap
ulama-ulama yang menolak 'Seikerei' (Sumber: berdikarionline.com)

Dahulu, para seniman dan media pers kita tidak sebebas sekarang. Pemerintahan Jepang
mendirikan pusat kebudayaan yang diberi nama Keimin Bunkei Shidoso. Lembaga ini yang
kemudian digunakan Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan kegiatan para seniman
agar karya-karyanya tidak menyimpang dari kepentingan Jepang. Bahkan media pers pun
berada di bawah pengawasan pemerintahan Jepang.

5. KEHIDUPAN PENDIDIKAN
Sistem pendidikan Indonesia pada masa pendudukan Jepang berbeda dengan masa
pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, semua kalangan
dapat mengakses pendidikan, sedangkan masa Hindia-Belanda, hanya kalangan atas
(bangsawan) saja yang dapat mengakses. Akan tetapi, sistem pendidikan yang dibangun
oleh Jepang itu memfokuskan pada kebutuhan perang. Meskipun akhirnya pendidikan
dapat diakses oleh semua kalangan, tetapi secara jumlah sekolahnya menurun sangat
drastis, dari semulanya 21.500 menjadi 13.500.

B. PERLAWANAN BANGSA INDONESIA TERHADAP PENDUDUKAN JEPANG


1. Peristiwa Aceh
Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot
Plieng, Lhokseumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak berhasil,
sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang
melaksanakan salat Subuh. Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha
menahan serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke
Lhokseumawe. Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru
pada serangan terakhir (ketiga) Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin
pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri dari musuh, namun akhirnya
tertembak saat sedang salat.
2. Peristiwa Singaparna
Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya, Jawa
Barat di bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa, tahun 1943. Dia menolak dengan tegas
ajaran yang berbau Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi,
yaitu memberi penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan
ke arah matahari terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam
Indonesia karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu diapun tidak
tahan melihat penderitaan rakyat akibat tanam paksa.
Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah mempersiapkan para
santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk mengepung dan mengeroyok tentara
Jepang, yang akhirnya mundur ke Tasikmalaya.
Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk mengakhiri
pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari 1944, terjadilah pertempuran
sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang setelah salat Jumat. Meskipun berbagai upaya
perlawanan telah dilakukan, namun KH. Zainal Mustafa berhasil juga ditangkap dan
dibawa ke Tasikmalaya kemudian dibawa ke Jakarta untuk menerima hukuman mati dan
dimakamkan di Ancol.
3. Peristiwa Indramayu
Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban
menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang
telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan. Pemberontakan ini
dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa Karang Ampel, Sindang,
Kabupaten Indramayu. Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat di kedua
wilayah (Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah
mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Pada masa kolonial Belanda wilayah Indonesia berada dibawah satu pemerintahan sipil
sentralistik yang berpusat di Batavia. System ini mengalami perubahan pada masa
pendudukan Jepang. Setelah menduduki Indonesia, Jepang mengubah sistem
pemerintahan secara radikal dengan sistem militer

Anda mungkin juga menyukai