Proposal
Proposal
Salah satu dari usaha sejenis koperasi yang bisa bertahan di tengah
krisis adalah Baitul Mal Wattamwil (BMT). Baitul Mal Wattamwil adalah
miskin, yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam yang tata
unsur aktivitas atau transaksi yang mengandung Mysir (judi), Gharar (tidak
jelas), Risywah (suap) dan Riba (bunga) atau yang biasa disingkat
1
2
(Antonio, 2010).
secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang
kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Untuk
menjamin operasi bank Islam tidak menyimpang dari tuntunan syari’ah, maka
pada setiap bank Islam hanya diangkat manager dan pimpinan bank yang
Tamwil atau dapat juga ditulis dengan baitul maal wa baitul tamwil. Dalam
dana/harta dan baitul tamwil diartikan sebagai rumah usaha atau rumah
bisnis yang bermotif laba. Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) terdiri dari dua
istilah, yaitu baitul mal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada
usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat,
BMT singkatan dari Baitul Maal wat Tamwil, namun ada juga yang
tentang BMT di lapangan. Dari perkataan Baitul Maal wat Tamwil ini, maka
Baitul Maal, dan visi/misi bisnis yang diwujudkan melalui Baitut Tamwil.
adalah dengan memadukan visi/misi sosial dan bisnis (Anwari & Djazuli,
2002).
Dalam segi operasi, BMT tidak lebih dari sebuah koperasi, karena ia
pembiayaan/kredit. Oleh karena itu, legalitas BMT pada saat ini yang paling
infak, dan shodaqoh (ZIS) dan disalurkan kembali kepada yang berhak
wajib, sukarela dan simpanan berjangka serta penyertaan pihak lain, yang
yaitu, Baitul Maal, Baitut Tamwil, dan sektor riil BMT. Untuk yang ketiga ini,
itu di bank ini di bentuk dewan pengawas syari’ah yang bertugas mengawasi
operasional bank dari sudut syari’ahnya. Baitul Mal berasal dari bahasa Arab
bait yang berarti rumah, dan al-mal yang berarti harta. Jadi secara etimologis
Di dalam sebuah koperasi ada sejumlah unit usaha, antara lain unit
usaha jasa, unit usaha riil, dan unit usaha simpan pinjam. Pada BMT usaha
simpan pinjam (USP) tersebut menekankan pada prinsip bagi hasil, pada saat
sebagaimana uraian Abdul Qadim Zallum (dalam Yadi Anwari dan H.A.
Djazuli, 2002), Baitul Mal adalah suatu lembaga atau pihak (Arab: al jihat)
yang mempunyai tugas khusus menangani segala harta umat baik berupa
pendapatan maupun pengeluaran negara. Jadi setiap harta baik berupa tanah,
syara' dan tidak ditentukan individu pemiliknya walaupun telah tertentu pihak
yang berhak menerimanya maka harta tersebut menjadi hak Baitul Mal
Wattamwil. Secara hukum, harta-harta itu adalah hak Baitul Mal Wattamwil,
Mal Wattamwil maupun yang belum. Demikian pula setiap harta yang wajib
dakwah, adalah harta yang dicatat sebagai pengeluaran Baitul Mal, baik telah
lembaga atau pihak (al-jihat) yang menangani harta Negara, baik pendapatan
diartikan secara fisik sebagai tempat untuk menyimpan dan mengelola segala
Istilah Baitul Mal atau Baitul Mal Wattamwil belakangan ini populer
Istilah itu biasanya dipakai oleh sebuah lembaga khusus (dalam perusahaan
atau instansi) yang bertugas menghimpun dan menyalurkan ZIS (zakat, infaq,
shadaqah) dari para pegawai atau karyawannya. Kadang dipakai pula untuk
berbagai lini kegiatan ekonomi umat, yakni dalam kegiatan sosial, keuangan
maka pengukuran kinerja keuangan perlu dilakukan pada tiap akhir periode
tertentu. Hal ini merupakan salah satu tindakan penting yang harus dilakukan
Koperasi.
B. Rumusan Masalah
berikut.
2011-2015?
2015?
2011-2015?
C. Tujuan Penelitian
2015.
2015.
D. Manfaat Penelitian
keuangan.
syariah.
3. Bagi Pemerintah
4. Bagi Penulis
E. Kerangka Teori
1. Pengertian Koperasi
secara sukarela dan atas dasar persamaan hak dan kewajiban melakukan suatu
Istilah koperasi berasal dari kata co dan operation yang berarti pekerjaan
modal penyertaan dari luar anggota yang akan dijadikan instrumen oleh
pemerintah dan atau pemilik modal besar untuk diinvestasikan pada koperasi.
Hal itu merupakan bentuk pengrusakan kemandirian koperasi. Karena itu, para
Februari 2016). Oleh karena itu, yang dijadikan acuan dalam tulisan ini adalah
koperasi adalah:
bahwa koperasi merupakan suatu badan hukum yang bergerak dalam bidang
yang bergabung secara sukarela atas dasar persamaan hak dan azas
ekonomi yang dijamin kepemilikannya oleh anggota sendiri dan diatur sesuai
yang cukup kuat karena memiliki dasar yuridis yang kuat, yaitu berpegang
usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan itu adalah koperasi.
Tafsiran itu sering pula dikemukakan oleh Mohammad Hatta, yang sering
produksi dilakukan oleh semua dan untuk semua yang wujudnya dapat
disebut juga sebagai the third way, atau "jalan ketiga", istilah yang akhir-akhir
ini dipopulerkan oleh sosiolog Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai "jalan
sokogurunya;
hidup masyarakat.
13
pembangunan.”
b. Tujuan Koperasi
yang lain sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan koperasi. Menurut
Suwandi (2008) apapun tujuan koperasi itu yang pasti mempunyai 5 sifat,
yaitu:
a. Merupakan rumusan arah gerak usaha atau arah yang harus diambil
oleh koperasi.
koperasi.
partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tapi, ini tidak berarti, bahwa
koperasi itu identik dengan usaha skala kecil. Di lain pihak Undang-
didalamnya.
pemerintah.
segi, yaitu yang bersifat material dan tujuan yang bersifat non material.
di bidang ekonomi.
karyawan, harus bersatu dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan
dan tujuan itu dicapai berdasarkan karya dan jasa yang disumbangkan
oleh anggota.
c. Jenis Koperasi
beranggotakan Koperasi.
kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna memenuhi
anggotanya.
istilah Qardh yang artinya kepercayaan yang kemudian dikenal menjadi credo
istilah kredit. Qardh (pinjaman) adalah pemberian harta kepada orang lain
yang dapat ditagih atau diminta kembali tanpa mengharapkan imbalan atau
tambahan pada saat pengembalian pinjaman. Dalam literatur fiqh klasik, qardh
berbeda dengan jual-beli atau bagi hasil yang merupakan transaksi komersial.
dan faktor waktu yang berjalan selama proses peminjaman. Hal yang dinilai
tidak adil adalah si penerima pinjaman diwajibkan selalu, tidak boleh tidak,
harus, dan mutlak, serta pasti untung dalam setiap penggunaan kesempatan
bunga, maka pada tahun 1968 para pakar syariah Islam mengadakan
a. Riba hukumnya haram dengan dalil shohih dari Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul.
b. Bank dengan sistem riba, hukumnya adalah haram dan Bank tanpa riba
bank tersebut. Konferensi Islam se-dunia pada tahun 1969 di Kuala lumpur
Malaysia antara lain memutuskan bahwa riba itu sedikit banyak hukumnya
tetap haram. Sebagai konsekuensi dari pendirian tersebut konferensi Islam se-
dunia tahun 1970 dicarilah bentuk lembaga keuangan yang sesuai dengan
konsep dasar aqad. Kelima konsep dasar aqad (ikatan dalam bermuamalat)
Pengikisan aqidah ini bukan hanya dipengaruhi dari aspek syiar Islam tetapi
Koperasi adalah:
e. Kemandirian.
Koperasi tersebut tidak jauh berbeda dengan tujuan yang ada pada Sistem
2007). Hal tersebut mengandung implikasi bahwa pembagian laba atau sisa
oleh anggota bukan hanya sekedar modal (financial) tetapi juga berupa modal
Kerugian usaha juga harus dirasakan bersama sesuai proporsi modal dan
melalui dana mutual, ekonomi penjualan dan pembelian dalam jumlah besar,
dalam berbagai macam jenis dan jauh lebih lengkap dibandingkan dengan
Sistem Ekonomi Konvensional yang dikenal saat ini. Satu hal lagi yang perlu
diingat, bahwa Sistem Ekonomi Syariah sudah ada terlebih dahulu daripada
3. Memberikan zakat.
ini didasarkan pada Al-Quran dan Al-Hadits. Menurut ajaran Islam bunga
adalah riba, sedangkan riba dalam Islam adalah haram (Kasmir, 2010). Oleh
karena itu, dalam operasinya koperasi syariah menerapkan sistem bagi hasil
dan melarang sistem bunga dalam berbagai transaksi, karena dalam Syariat
Islam bunga adalah riba, dan riba adalah haram hukumnya. Larangan supaya
umat Islam tidak melibatkan diri dengan riba bersumber dari berbagai surat
Islam antara koperasi dengan pihak anggota untuk menyimpan dana atau
bunga yang dibayar anggota peminjam. Di lain pihak pada koperasi dengan
koperasi bersumber dari bagi hasil antara koperasi dengan anggota peminjam.
konvensional dan koperasi berdasar syariah dapat dilihat dalam tabel berikut.
24
Tabel 1.1
Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil
pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan kembali itu bergantung pada
hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan koperasi sebagai mudharib
Apa yang dikemukakan di atas juga dapat ditemukan dalam buku Antonio
(2010) yang berjudul Bank Syariah, dari Teori ke Praktek yang membahas
ternyata perbeadaan itu juga cocok diterapkan pada koperasi, sehingga dengan
Tabel 1.2
Perbedaan antara Koperasi Syariah dan Koperasi Konvensional
Istilah bank tidak dikenal dalam literatur Islam. Suatu lembaga yang
kepada masyarakat dalam literatur Islam dikenal sebagai Baitul Tamwil atau
Baitul Maal.
merupakan bentuk dari koperasi syariah. Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Islam. Badan Hukum dari BMT dapat berupa Koperasi jika telah mempunyai
kekayaan lebih dari Rp 40 juta dan telah siap secara administrasi untuk
menjadi koperasi yang sehat dilihat dari segi pengelolaan koperasi dan baik
(thayyibah) dianalisa dari segi ibadah, amalan shalihan para pengurus yang
konsep perbankan murni, dan di sisi lain kemitraan ini juga akan
dengungkan selama ini dalam mencapai visi mencapai kesejahteraan lahir dan
bathin, harus dipahami bahwa makna kesejahteraan yang ingin dicapai bukan
hanya dari sisi materi semata, tetapi lebih dari itu yakni mempunyai hubungan
Ada tiga jenis aktivitas yang dijalankan BMT yaitu jasa keuangan, jasa
sosial atau pengelolaan zakat, infak, shodaqoh (ZIS) dan sektor riil.
merupakan suatu entitas (badan) yang terpisah, artinya pengelolaan dana ZIS,
jasa keuangan dan sektor riil tidak bercampur satu sama lain. Selain itu yang
a. Jasa Keuangan
dari dan untuk anggota atau non anggota. Kegiatan ini dapat disamakan
ini juga terlihat dari produk-produk jasanya yang kurang lebih sama
b. Sektor riil
pada sektor riil bersifat permanen atau jangka panjang dan terdapat unsur
usaha baru atau dengan masuk ke usaha yang sudah ada dengan cara
membeli saham.
c. Jasa Sosial
shodaqoh baik yang berasal dari Dompet Dhuafa maupun yang berhasil
dihimpun sendiri oleh BMT. Sektor ini merupakan salah satu kekuatan
BMT karena juga berperan dalam pembinaan agama bagi para nasabah
dilakukan BMT tidak terbatas pada sisi ekonomi, tetapi juga dalam hal
BMT.
kemampuan kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan koperasi harus
selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para anggotanya.
Tabel 1.3
Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi
Skor Predikat
3,50 – 4,00 Sehat
2,50 – 3,49 Cukup Sehat
1,50 – 2,49 Kurang Sehat
< 1,50 Tidak Sehat
Adapun cara dalam penilaian untuk memperoleh angka skor dari aspek
a. Penilaian Permodalan
dana yang harus siap untuk dikeluarkan apabila ada penarikan dana secara
tiba-tiba.
(Kasmir, 2010):
Modal Sendiri
Permodalan = x 100%
Total Modal
Cadangan Risiko
= x 100%
Risiko Pinjaman Bermasalah
c. Penilaian Likuiditas
Total Pembiayaan
Likuiditas = x 100%
Dana yang Diterima
33
sebagai berikut.
d. Penilaian Efisiensi
semakin baiklah koperasi. Cara perhitungan efisiensi ada dua cara, yaitu:
Biaya Operasional
1) Efisiensi 1 = x 100%
Jumlah Pendapatan Operasional
Inventaris
2) Efisiensi 2 = x 100%
Total Modal
e. Penilaian Rentabilitas
yaitu:
Laba
1) Rentabilitas 1 = x 100%
Total Asset
Laba
2) Rentabilitas 2 = x 100%
Total Modal
F. Metode Penelitian
1. Obyek Penelitian
1. Data umum
Syariah.
2. Data Khusus
3. Jenis Data
2. Data sekunder, yaitu data yang diambil dari data yang telah
dan brosur-brosur.
koperasi.
sebagai berikut.
a. Penilaian Permodalan
dana yang harus siap untuk dikeluarkan apabila ada penarikan dana secara
tiba-tiba.
(Kasmir, 2010):
Modal Sendiri
Permodalan = x 100%
Total Aktiva
Cadangan Risiko
= x 100%
Risiko Pinjaman Bermasalah
c. Penilaian Likuiditas
Total Pembiayaan
Likuiditas = x 100%
Dana yang Diterima
sebagai berikut.
d. Penilaian Efisiensi
semakin baiklah koperasi. Cara perhitungan efisiensi ada dua cara, yaitu:
40
Biaya Operasional
1) Efisiensi 1 = x 100%
Jumlah Pendapatan Operacional
Inventaris
2) Efisiensi 2 = x 100%
Total Modal
e. Penilaian Rentabilitas
yaitu:
Laba
41
1) Rentabilitas 1 = x 100%
Total Asset
Laba
2) Rentabilitas 2 = x 100%
Total Modal
keuangan koperasi, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak
42
berikut:
Tabel 1.4
Penilaian Tingkat Kesehatan Koperasi
Skor Predikat
3,50 – 4,00 Sehat
2,50 – 3,49 Cukup Sehat
1,50 – 2,49 Kurang Sehat
< 1,50 Tidak Sehat