Anda di halaman 1dari 4

MANAJEMEN DISASTER KELAUTAN II

KONSEP DASAR KOMUNIKASI KELAUTAN

Nama : Alexandra Pattiruhu

Charmen Rijoly

Esin Luwudara

Gerald Weflaar

Kelas : C

Prodi : Ilmu Keperawatan

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON
KONSEP DASAR KOMUNIKASI KELAUTAN

Komunikasi atau dalam bahasa inggrisnya communication, menurut asal katanya


berasal dari bahasa latin yaitu communicatio.

Komunikasi adalah suatu proses ketika seseorang atau kelompok masyarakat


menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungannya. Pada umumnya,
komunikasi terjadi secara lisan atau verbal. Komunikasi dapat terjadi jika ada
persamaan antara penyampaian pesan dengan orang yang menerima pesan.

Menurut ahli bahasa Hafield Cangara yang merupakan penulis buku Pengantar
Ilmu Komunikasi.

Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih melakukan
pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada
saling pengertian.

Dalam dunia kelautan, komunikasi memegang peranan yang sangat penting.


Banyak terjadi musibah kecelakaan kapal karena Miscommunication, dan
miscommunication menyebabkan misunderstanding, dan kita tahu bahwa
misunderstanding faktor utama penyebab terjadinya musibah, kecelakaan dan
perpecahan.

Indonesian Seafarers Communication Forum menyoroti bahwa saat ini banyak


hal-hal yang membebankan pelaut terjadi karena adanya Miscommunication antara
unsur-unsur yang berhubungan dengan dunia kepelautan di Indonesia.

Banyak pelaut mengeluh karena banyaknya peraturan baru yang diterapkan oleh
instansi pemerintah yang menangani bidang kepelautan, sementara dari sisi instansi
pemerintah itu sudah merupakan tuntutan dari convensi dan regulasi yang ditetapkan
oleh lembaga Internasional (IMO) dan wajib dijalankan karena sudah merupakan
kesepakatan internasional dibidang kelautan. Jika tidak disikapi secara dewasa dan
professional maka Miscommunication bisa mengakibatkan konflik yang berkepanjangan
karena semua pihak merasa benar dan saling menyalahkan pihak lainnya.

Solusi untuk mengatasi miscommunication ini adalah mediator yang harus


bersikap netral dan berpegang teguh pada prinsip win-win solution.

ISCF terbentuk dan di deklarasikan dengan fungsi utama sebagai penyambung


lidah pelaut untuk bisa menyampaikan hal-hal yang menjadi pertanyaan dan hal-hal
yang terasa membebani profesi yang merupakan pahlawan devisa yang tak terekspos
ini.

Disisi lain, ISCF juga akan member pengertian, sosialisasi dan informasi tentang
dasar-dasar instasi pemerintah bidang kepelautan dalam menetapkan dan memutuskan
regulasi dan peraturan kelautan yang kadang memang sulit diterima dan memberatkan
pada sisi pelaut itu sendiri. Jika terjadi komuikasi yang harmonis, ISCF optimis bahwa
reformasi kearah yang lebih baik akan terjadi yang akhirnya menciptakan kondisi saling
menguntungkan dan win-win solution bagi semua pihak.

Cara dan sistem kerja organisasi yang dirancang dalam AD/ART ISCF berpola
pada azas profesionalisme dan bijaksana dalam mencari solusi setiap permasalahan
yang timbul. ISCF siap menyambung komunikasi yang terputus antar pelaut, pemilik
kapal dan juga Instansi pemerintah bidang kepelautan agar tercipta atmosfir kerja yang
menguntungkan bagi semua pihak.

Potensi perikanan kelautan wilayah perairan Indonesia juga sangat besar


terutama bagi usaha penangkapan ikan yang diharapkan mampu menyediakan banyak
lapangan pekerjaan, peningkatan ekonomi dan stabilitas perairan Negara.

Ketersediaan metode dan teknologi untuk mencari daerah potensi penangkapan ikan
melalui berbagai media informasi yang sudah tersedia saat ini seperti layanan internet,
faksimili, radio dan GPS ternyata masih memiliki keterbatasan akses teknologi, biaya
yang cukup tinggi serta kerumitan penggunaan layanan tersebut, sehingga nelayan
jarang menggunakannya. Selain itu data yang di dapat kurang actual karena selang
waktu nelayan memperoleh data dan saat menjaring ikan cukup lama sehingga
memungkinkan kumpulan ikan sudah berpindah tempat.

Indonesia melalui peraturan menteri kelautan dan perikanan mengadopsi


ketentuan Food and Agriculture Organization (FAO) yang mengharuskan penggunaan
sistem monitoring posisi kapal vessel Monitoring System (vMS) untuk melakukan
pengawasan terhadap kapal-kapal penangkapan ikan dan untuk mencegah penangkapa
ikan secara illegal. Namun, vMS ternyata tidak dapat di terapkan untuk kapal berukuran
di bawah 100 GT, karena biaya operasionalnya cukup mahal sehingga nelayan
tradisonal yang sebagian besar memiliki kapal di bawah 30 GT tidak mampu
mendapatkan fasilitas ini.

Atas dasar inilah kemudian dikembangkan suatu sistem komunikasi data


alternatif yang disebut vessel Messaging system (vMeS). vMeS merupakan
implementasi sistem komunikasi untuk kapal laut berbasis data yang dikirim melalui
kanal radio vHF.
vMeS adalah sistem yang terdiri dari jaringan sentral pusat control pesan
elektronik (base station), modem radio untuk transmisi data di kanal HF/vHF dan
terminal pesan elektronik (mobile station) yang tersebar pada kapal-kapal nelayan.

Sistem ini memiliki kelebihan tidak hanya melaporkan informasi posisi kapal,
tetapi juga berbagai informasi penting yang dikirim dari dan pusat kendali sehingga
membantu nelayan memperoleh informasi seperti informasi posisi, lokasi penagkapan
ikan, kondisi bahan bakar, suhu air laut, kadar garam laut, sinyal SOS peringatan atau
pengarahan kepada nelayan yang melanggar batas penangkapan ikan atau wilayah
Negara ataupun pesan tekstual elektronik, dengan biaya terjangkau dan sistem yang
lebih sederhana.

Anda mungkin juga menyukai