Anda di halaman 1dari 13

Laporan Kasus

Astigmatisme

Oleh

M. Mahliyan Furqani
I1A009099

Pembimbing

dr. Agus Razaak, Sp.M

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT MATA


FK UNLAM – RSUD ULIN
BANJARMASIN
November, 2014

0
DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................

Daftar Isi.................................................................................................................. 1

Bab I Pendahuluan .................................................................................................. 2

Bab II Laporan Kasus.............................................................................................. 4

Bab III Pembahasan ................................................................................................ 7

Bab IV Penutup ..................................................................................................... 11

Daftar Pustaka

1
BAB I

PENDAHULUAN

Kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta

mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea.

Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata

terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.1,2

Di dalam kelopak mata terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat

dengan kelenjar Meibom di dalamnya yang bermuara pada margo palpebra.1,2

Berbagai kelainan atau penyakit dapat terjadi pada palpebra seperti peradangan

oleh karena berbagai sebab, deformitas anatomi sampai tumor (baik yang jinak

maupun yang ganas). Hordeolum merupakan salah satu kelainan atau penyakit

yang terjadi pada organ ini.2

Hordeolum merupakan suatu peradangan supuratif kelenjar pada kelopak

mata (Meibom, Zeis, dan Moll). Biasanya merupakan infeksi staphylococcus.

Dikenal bentuk hordeolum eksternum dan hordeolum internum. Hordeolum

eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeis dan Moll. Hordeolum internum

merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terlatak dalam tarsus. Hordeolum ini

dapat muncul baik pada palpebra superior maupun pada palpebra inferior. 1,2,3

Horedeolum biasanya menyerang dewasa muda, namun dapat juga terjadi

pada semua umur, terutama orang-orang yang taraf kesehatan yang kurang.

Penatalaksaan dengan kompres hangat dan pemberian antibiotik topikal, jika tidak

terjadi perbaikan dalam 48 jam atau telah terjadi abses maka perlu dilakukan

2
insisi. Hordeolum pada permukaan konjungtiva dilakukan insisi vertikal dan bila

hordeolum mengarah ke kulit dilakukan insisi horizontal. 1,2,3

Berikut akan dilaporkan sebuah kasus hordeolum interna pada perempuan

berusia 40 tahun yang berobat di Poliklinik Penyakit Mata RSUD Ulin

Banjarmasin.

3
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. Norjaman

Umur : 44 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Dharma Budi I, Banjarmasin

POLI : 10-11-2014

RMK : 37-96-58

II. ANAMNESIS

Hari/tanggal : Senin, 10 September 2014

Keluhan Utama : Mata kabur

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan mata kabur yang dirasakan sejak 3 tahun yang

lalu.pasien merasakan kedua matanya kabur ketika membaca buku dalam jarak ±

30 cm, semakin dekat jarak mata dengan buku semakin berat keluhan yang

dirasakan, pasien mengaku munculnya keluhan tidak disertai mata berair, nyeri,

mata merah, pusing ataupun sakit kepala, pasien mengaku keluhan juga terjadi

ketika bangun tidur, pasien merasakan mata kabur setelah bangun tidur dan

keluhan terjadi selama ±15 menit dan menghilang dengan sendirinya.

4
Pasien mengaku saat berumur 16 tahun, mengalami penglihatan yang kabur bila

melihat benda yang jauh, pasien mengaku keluhan terjadi dikedua matanya,

keluhan tidak disertai dengan sakit kepala, mata berair, nyeri pada mata. Pasien

mengaku mengobati keluhan tersebut ke rumah sakit dan mendapatkan kacamata,

menurut pasien keluhan berkurang dan akhirnya tdak ada keluhan lagi setelah 1,5

tahun memakai kacamata

Riwayat penyakit : pasien tidak memiliki hipertensi, kencing manis (-)

trauma pada mata (-), keluhan serupa sebelumnya (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Komposmentis

Status Generalis : TD : 110/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 18 x/menit

T: 36,5 C

Status Lokalis :

OD OS
5/5 Visus 5/5
Sentral Kedudukan Sentral
Ke segala arah Pergerakan Ke segala arah
Hiperemi (-), Odem (-) Palpebra sup Hiperemi (-), Odem (-)
Bentuk normal, Odem (-) Palpebra inf Bentuk normal, Odem (-)
Hiperemi (-), Odem (-) Konjungtiva Hiperemi (-), Odem (-)
tarsal
Hiperemi (-) Konjungtiva Hiperemi (-)
bulbi
Jernih Kornea Jernih
Putih Sklera Putih

5
Normal COA Normal
Reguler(normal) Iris Reguler (normal)
Sentral, regular,  3 mm, Pupil Sentral, regular,  3 mm,
reflek cahaya (+), reflek cahaya (+),
Jernih Lensa Jernih
Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tonometri Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Tes Fluorescen Tidak dilakukan
Normal Palpasi Normal

Gambar1. Pasien dengan pembengkakan pada palpebra superior dan inferior

IV. DIAGNOSIS BANDING

 Presbiopi

V. DIAGNOSA KERJA

Astigmatisme ODS

VI. PENATALAKSANAAN

- Kacamata

- Rawat jalan

6
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien pada kasus ini datang dengan keluhan timbulnya benjolan pada

kelopak mata kanan bawah. Benjolan tersebut mulai timbul sejak kira-kira 3 bulan

yang lalu, dan mengalami pembesaran seiring dengan berjalannya waktu. Pasien

tidak mengeluhkan adanya pandangan mata kabur maupun sering berair. Hanya

saja pasien merasa ada yang mengganjal dan nyeri sejak benjolan tersebut

semakin membesar ukurannya. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan

benjolan pada kelopak mata bawah, berwarna merah dan sakit bila ditekan.

Hordeolum merupakan suatu peradangan supuratif kelenjar pada kelopak

mata (Meibom, Zeis, dan Moll). Dikenal bentuk hordeolum eksternum dan

hordeolum internum. Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar

Zeis dan Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang

terletak dalam tarsus. Hordeolum internum biasanya lebih besar dari hordeolum

eksternum. Hordeolum interna dapat memecah kea rah kulit atau ke permukaan

konjungtiva. Hordeolum eksternum selalu pecah ke arah kulit.1,2,4

Gambar 2. Hordeolum eksternum dan hordeolum internum

7
Kebanyakan hordeolum disebabkan infeksi stafilokok, biasanya

Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar oleh

infeksi Staphylococcus aureus. Biasa mengenai kelenjar Meibom, Zeis dan Moll.

Diawali dengan pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan

mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan

nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran abses,

dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik. Infeksi ini mudah menyebar,

sehingga diperlukan pencegahan terutama mengenai kebersihan individual. Yaitu

dengan tidak menyentuh mata yang terinfeksi, pemakaian kosmetik bersama-

sama, pemakaian handuk bersama-sama.1,2,4,5

Diagnosis Hordeolum ditegakkan atas adanya tanda-tanda klinik subyektif

dan obyektif.3

Tanda subyektif antara lain berupa gejala-gejala peradangan ringan,

perasaan mengganjal pada kelopak mata dan nyeri bila ditekan.3

Pada pemeriksaan obyektif antara lain tampak suatu benjolan pada

kelopak mata bawah/atas yang berwarna merah dan sakit bila ditekan di dekat

pangkal bulu mata.3

Pada penderita berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik didiagnosis

dengan Hordeolum. Dari anamnesa yang dilakukan terhadap penderita, penderita

mengeluhkan adanya benjolan pada kelopak mata bawah kanan yang sudah 3

bulan. Benjolan tersebut terus membesar, merah dan nyeri jika di tekan. Benjolan

tersebut tidak mengganggu penglihatan penderita. Selain itu dari pemeriksaan

fisik yang dilakukan, pada konjugtiva tarsal palpebrasuperior pada mata kanan

8
dan palpebra superior dan inferior pada mata kiri didapatkan benjolan dengan  1

cm, merah dan nyeri ketika ditekan.

Diagnosis banding dari hordeolum adalah kalazion, di mana pada kalazion

tidak ditemukan tanda-tanda radang akut. Hal ini membedakan kalazion dengan

hordeolum.1

Pengobatan hordeolum adalah kompres panas, 3-4 kali sehari selama 10-

15 menit. Apabila diperlukan dapat diberikan antibiotik lokal atau oral serta

analgetik untuk mengurangi nyeri. Pada hordeolum eksternum, pasien sering tidak

menghiraukannya karena hordeolum dapat pecah sendiri, sehingga tidak

memerlukan tindakan insisi. Apabila terdapat nanah yang berhubungan dengan

akar bulu mata, dapat dikeluarkan dengan mencabut bulu mata. Jika keadaan tidak

membaik dalam 48 jam, dilakukan insisi dan drainase bahan purulen.1-6

Hendaknya dilakukan insisi vertikal pada permukaan konjungtiva untuk

menghindari terpotongnya kelenjar meibom. Sayatan ini dipencet untuk

mengeluarkan sisa nanah. Jika hordeolum mengarah ke luar, dibuat sayatan

horizontal pada kulit untuk mengurangi luka parut. Diberikan anestesi setempat

dengan tetes mata pantokain. Untuk lokal anestesi bisa dipakai lidokain atau

prokain 2%. Kalau perlu diberikan anestesi umum, umpamanya pada anak-anak,

atau orang-orang yang takut. Pada hordeolum internum insisi sebaiknya dilakukan

pada konjungtiva tarsal, tegak lurus margo palpebra untuk menghindari

banyaknya kelenjar-kelenjar yang tersayat. Pada hordeolum eksternum dimana

didapatkan fluktuasi yang menandakan adanya abses, insisi dilakukan dari arah

9
luar. Dalam hal ini insisi dibuat horizontal sejajar dengan margo palpebra.

Kemudian diberi salep mata dan bebat mata.1,2,3

Pada kasus dilakukan insisi dan diberikan obat Cendo Xytrol 3x1 tetes

mata kanan dan kiri, Amoxicillin 3x1 tab, Asam mefenamat 3x1 tab, dan pasien

dipersilakan untuk rawat jalan.

Komplikasi tersering dari hordeolum adalah berkembang menjadi kalazion

yang dapat menyebabkan deformitas kosmetik, iritasi kornea, dan sering

memerlukan tindakan insisi. Suatu hordeolum internum yang besar dapat

menimbulkan selulitis kelopak mata dan abses palpebra, selain itu hordeolum

internum yang pecah dan tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat akan

menyebabkan terbentuknya jaringan granulasi.6

Pada kasus ini tidak didapatkan adanya komplikasi dari hordeoum

internum.

10
BAB IV

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus Hordeolum internum pada penderita perempuan

usia 40 tahun. Dari anamnesa yang dilakukan terhadap penderita, penderita

mengeluhkan adanya benjolan pada kelopak mata atas sebelah kanan dan kelopak

mata atas dan bawah sebelah kiri yang sudah 3 bulan. Benjolan tersebut terus

membesar, merah dan nyeri. Benjolan tersebut tidak mengganggu penglihatan

penderita. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada konjugtiva tarsal palpebra

sebelah kanan dan kiri didapatkan benjolan dengan  1 cm kemerahan dan nyeri

ketika ditekan. Penatalaksanaan untuk penyakit os adalah dilakukan insisi dan

diberikan obat Cendo Xytrol 3x1 tetes mata kanan, Amoxicillin 3x 1 tab, Asam

mefenamat 3x1 tab, dan pasien dipersilakan untuk rawat jalan.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Voughan, Daniel G, Asbury, Taylor. Riordan-Eva, Paul. Oftalmologi Umum.


Ed. 17. Jakarta : EGC, 2009.
2. Ilyas S, Mailangkay, Hilaman T dkk. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga.
Jakarta : Sangung Seto, 2009.
3. Sjukur BA, Yogiantoro M. Lensa. Dalam: Pedoman Diagnosis dan Terapi
Lab/UPF Ilmu Penyakit Mata. Surabaya, RSUD Dokter Soetomo: 1994; 83
4. Ehranheus, Michael P. Hordeolum. Diakses dari : http://www.emedicine.com .
2010
5. Hordeololum. 2010 diakses dari htttp:// www.google.com
6. Hordeolum. 2010 diakses dari http://www.wikipedia.com

12

Anda mungkin juga menyukai

  • PDF Apkxls DL
    PDF Apkxls DL
    Dokumen76 halaman
    PDF Apkxls DL
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • BAB Iok
    BAB Iok
    Dokumen24 halaman
    BAB Iok
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Pokja 2. EP ARK
    Pokja 2. EP ARK
    Dokumen23 halaman
    Pokja 2. EP ARK
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • FORM Penundaan Pelayanan Pengobatan (1215ki)
    FORM Penundaan Pelayanan Pengobatan (1215ki)
    Dokumen1 halaman
    FORM Penundaan Pelayanan Pengobatan (1215ki)
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Asasa
    Asasa
    Dokumen1 halaman
    Asasa
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • ASASA
    ASASA
    Dokumen13 halaman
    ASASA
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Xasasas
    Xasasas
    Dokumen4 halaman
    Xasasas
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Uuuu
    Uuuu
    Dokumen33 halaman
    Uuuu
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Xasasas
    Xasasas
    Dokumen4 halaman
    Xasasas
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Mengobati Hordeolum Eksternum
    Mengobati Hordeolum Eksternum
    Dokumen17 halaman
    Mengobati Hordeolum Eksternum
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • HHHH
    HHHH
    Dokumen2 halaman
    HHHH
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Peserta Yudisium
    Daftar Peserta Yudisium
    Dokumen2 halaman
    Daftar Peserta Yudisium
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • ASASA
    ASASA
    Dokumen13 halaman
    ASASA
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Paru
    Paru
    Dokumen32 halaman
    Paru
    tesan123
    Belum ada peringkat
  • Aasasa
    Aasasa
    Dokumen50 halaman
    Aasasa
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Paru-Protap Tindakan
    Paru-Protap Tindakan
    Dokumen27 halaman
    Paru-Protap Tindakan
    Ramza Shiddiq Deprianita As'Ary
    Belum ada peringkat
  • Sasasas
    Sasasas
    Dokumen5 halaman
    Sasasas
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Nama Daftar SPP Koas GHI
    Nama Daftar SPP Koas GHI
    Dokumen1 halaman
    Nama Daftar SPP Koas GHI
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Abses Paru
    Abses Paru
    Dokumen24 halaman
    Abses Paru
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • B A B I V
    B A B I V
    Dokumen19 halaman
    B A B I V
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • PENELITIAN
    PENELITIAN
    Dokumen1 halaman
    PENELITIAN
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • BAB I Pendahulu AN
    BAB I Pendahulu AN
    Dokumen8 halaman
    BAB I Pendahulu AN
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Adsd
    Adsd
    Dokumen1 halaman
    Adsd
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Kelainan Haid
    Kelainan Haid
    Dokumen2 halaman
    Kelainan Haid
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Mahliyanfurqani
    Belum ada peringkat