Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 12

 Andini
 Halimatussadiah
 Nur Anisa

Apa yang dimaksud dengan obat tokolitik ?

Jawab :

Tokolitik merupaka obat yang digunakan untuk menekan kontraksi uterus sehingga dapat menunda
persalianan. Obat obatan jenis ini banyak diguanakan untuk mencegah kelahiran prematur atau bayi
tidak cukup bulan. Dibeberapa negara maju persalinan prematur menjadi penyeban tertinggi angka
morbilitas dan mortalitas perinatal, dengan ditemukannya obar obatan tokolitik diharapakan dapat
menjadi solusi terhadap kelahian prematur tersebut. Tujuan akhir tokolitik adalah menurunkan
angka kematian dan kesakitan janin akibat prematuritas (ICSI, 2009). Tokolitik adalah penghambatan
kontraksi miometrium, sedangkan obat yang digunakan disebut agent tokolitik.

Penggunaan tokolitik harus berdasarkan indikasi sebagai berikut

1. Janin harus normal dan sehat


2. Tidak boleh ada kontraindikasi maternal atauletal untuk memperpanjang umur kehamilan
3. Derajat prematuritas harus sedemikian rupa sehingga tindakan intervensi bisa di benarkan.
Untuk ini bergantung kepada kemampuan bangsal bayi dalam merawat bayi bayi yang kecil
sebagai kaidah umur batasnya adalah kehamilan 35 minggu dan berat 2500g
4. Dilatasi serviks kurang dari 5 cm
5. Ketuban masih utuh
6. Tidak ada pendarahan

Kontaksi uterus, termasuk didalamnya :

 Beta agonis
 Calsium chanel blockers
 Prostaglandin syhthetase inhibitor
 Magnesium sufat
 Antagonis reseptor exytocin

Peningkatan kalsium intra seluler dari berbagai macam mekanisme yang berbeda dan berikatan
dengan calmodulin dan memulai aktivasi dari calcium dependent myosin light chain kinase ( CDMLK )

Sub dari obat obat tokolitik bekerja dengan cara yang berbeda beda untuk menghambat terjadinya
kontraksi uterus, ini terjadi melauli mekanisme persalinana yang spesifik ( antagonis oksitosin ,
penghambat prostagladi) atau melalui asi nonspesifik pada kontraktilitas sel ( beta agonis,
magnesium sulfat dan penghambat calsium ).
Menurut Health Care Guideline Management of Labor dan Guideline Preterm Labor terapi
farmakologi sebagai agen tokolitik yang dapat digunakan sebagai penghambatan persalinan preterm
adalah sebagai berikut:

1) Agonis reseptor β

Menurut Canadian Preterm Labor Group (1992) agonis β parenteral yang diberikan untuk mencegah
kelahiran preterm secara konsisten mengkonfirmasi bahwa agen-agen ini menunda kelahiran selama
tidak lebih dari 48 jam. Beta agonis reseptor merupakan senyawa dengan reseptor β adrenergik
dengan mereduksi ion kalsium intraseluler dan mencegah aktivasi pada myometrial kontraktil
protein (Cunningham dkk, 2005). Agonis reseptor β seperti salbutamol, ritodrin, dan terbutalin yang
paling umum digunakan sebagai agen tokolitik untuk menekan kontraksi uterin yang diberikan pada
usia gestasi 20 sampai 36 minggu, ini sangat bermanfaat untuk preterm labour (MCPG, 2001).
Terbutalin merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan untuk preterm labor karena
lebih efektif untuk memperpanjang kehamilan (ICSI, 2009). Dosis terbutalin yang diberikan secara
oral 2,5 mg sampai 10 mg setiap 4 jam sampai 6 jam, sedangkan jika diberikan secara intravena dosis
yang diberikan 1,5 mg sampai 2,5 mg dalam 500 ml glukosa 5% atau sodium clorida 0,9% (AHFS,
2006).Untuk mengurangi resiko edema paru beta agonis diberikan secara intravena dengan dosis
minimum. Kontraindikasi untuk obat golongan tokolitik agonis β yaitu takikardi, penyakit
kardiovaskuler, pengontrolan diabetes yang tidak baik (MCPG, 2001). Efek samping ritodrin mual,
muntah, takikardia, sakit kepala, gemetar, jantung berdebar, dan hipokalemia (BNF, 2009).

2) Magnesium Sulfat

Penggunaan magnesium sulfat telah terbukti dapat mengurangi resiko mortalitas pada bayi preterm
labor yang dilahirkan (ICSI, 2009). Magnesium sulfat dapat menghambat respon kontraktil dan
mengurangi konsentrasi kalsium intraselluler dalam myometrial yang diperoleh dari wanita hamil
yang konsisten dengan ektraselluler dan intraselluler pada mekanisme aksinya (Simhan dan Caritis,
2007). Dosis MgSO4 diberikan secara injeksi intravena 4 gram setiap 6 jam, jika seizure dapat diikuti
pemberian infus intavena (AHFS, menghambat sintesis prostaglandin atau menghalangi kerja
prostaglandin pada organ target (Cunningham dkk, 2005). Salah satu obat golongan ini yang dapat
dipakai tokolitik adalah Indometasin, dengan dosis pemberian 50-200mg secara oral (AHFS, 2006).
Indometasin dikontraindikasikan untuk ibu yang menderita kerusakan ginjal, hati, asma, alergi obat,
jantung, ulkus peptikum, dan trombositopenia (Renzo dkk, 2007)).

3) Antagonis oksitosin

Ini merupakan antagonis kompetitif untuk reseptor oxytocin, yang mengikat reseptor di dalam
myometrium dan decidua, dengan begitu mencegah peningkatan kalsium bebas intraseluler dengan
mengikat reseptor.Jika persalinan maju atau timbul efek samping yang tidak bisa ditoleransi pada
ibu terapi dihentikan, dan tokolitik lain bisa digunakan (MCPG, 2001).Golongan obat ini yang
digunakan adalah atosiban dengan dosis pemberian injeksi intravena 6,75 mg kemudian infus
intravena 18 mg per jam selama 3 jam dengan maksimal pemberian 48 jam (AHFS, 2006).

A. satu contoh obat tokolitik :


• Nifedipine

•Magnesium Sulfat

• Atosiban

• salbutamol, ritodrin, dan terbutalin

B. Kontraindikasi dan Penggunaan Klinik

Obat tokolitik dari golongan ß Agonis ini dapat diberikan melalui parenteral atau oral. Terapi
pertama kali harus melalui intra vena yang didasarkan pada puls ibu, tekanan darah dan aktivitas
uterus. Berikut adalah kontraindikasi penggunaan tokolitik golongan ß Adrenergik:6,10,11,15,17,18

Maternal :

• Penyakit jantung

• Diabetes melitus yang tidak terkontrol

• PEB dan eklampsia

• Hipertiroid

• Perdarahan ante partum

Fetal :

• Gawat janin

• Korioamnionitis

• Janin mati

• IUGR

Pemberian dosis obat haruslah mulai dari dosis terkecil dengan peningkatan setiap15-30 menit
sesuai dengan keperluan untuk menghambat kontraksi uterus. Denyut nadi ibu tidak boleh lebih dari
130 x/m dan kita harus menyesuaikan dosis tokolitik jika efek samping timbul.

Ritodrin biasanya diberikan intravena dengan dosis awal 50-100μg/m dan ditingkatkan 50μg/m
setiap 15-20 menit sampai kontraksi uterus berhenti, dengan dosis maksimum 350μg/m. Beberapa
peneliti telah menggunakan Ritodrin intra muskuler dengan dosis 5-10 mg setiap 2-4 jam. Terapi oral
yang dianjurkan adalah 10 mg setiap 2 jam atau 20 mg setiap 4 jam selama 24-48 jam dengan dosis
tidak boleh melebihi 120 mg/hari.8,15 Dosis Terbutalin dianjurkan 2,5μg/m setiap 20 menit sampai
kontraksi uterus berhenti atau dosis maximum sebanyak 20 μg/m tercapai. Terbutalin dapat
diberikan subkutan dengan dosis 250 μg setiap 3 jam. Terapi oral sudah harus diberikan sebanyak
2,5-5mg setiap 2-4 jam paling lambat dalam 24-48 jam.

Setelah ancaman persalinan prematur dapat dihentikan sekurang-kurangnya 1 jam, tokolitik dapat
diturunkan pada interval 20 menit sampai dosis efektif terendah yang dicapai dan dipelihara selama
12 jam. 30 menit sebelum pemberian terapi intra vena terapi oral sudah harus diberikan dan diulang
setiap 2-4 jam salama 24-48 jam.8,15

C. Efek-efek Terhadap Ibu

Efek-efek terhadap ibu dan komplikasi-komplikasi penggunaan terapi ß – adrenergik agonis banyak
ditemukan dan lebih sering terjadi daripada efek-efek terhadap fetus maupun neonatus. Terdapat
informasi yang bertentangan apakah efek- efek ini lebih sering terjadi pada penggunaan ritodrin
atau terbutalin. Secara umum, tidak ada perbedaan efek samping antara Ritodrin dengan terbutalin,
kecuali bahwa terbutalin oral menyebabkan perubahan signifikan pada toleransi glukosa ibu,
sedangkan ritodrin oral tidak menimbulkan efek demikian.15

Berikut adalah efek-efek maternal akibat terapi tokolitik dengan golongan ß-Adrenergik agonis :1,8-
11,15,16,19

Fisiologi :

• Agitasi

• Sakit kepala

• Mual

• Muntah

• Demam

• Halusinasi

Metabolik :

• Hiperglisemia

• Diabetik ketoasidosis

• Hiperinsulinemia

• Hiperlaktasidemia

• Hipokalemia

• Hipokalsemia

Jantung :

• Edema pulmonum

• Takikardi

• Palpitasi

• Hipotensi
• Gagal jantung

• Aritmia, dll

D. Efek Terhadap Janin dan Neonatus

Efek fetal ß-adrenergik agonis lebih kecil dibanding efek maternalnya. Walaupun terjadi perpindahan
obat ini secara cepat melalui plasenta yang menyebabkan timbulnya efek fetal dan neonatal,
kebanyakan fetus dapat mentoleransinya tanpa timbul masalah maupun komplikasi.15

Jarang dilaporkan adanya efek signifikan dan komplikasi ß-adrenergik agonis terhadap fetus dan
neonatus. Efek samping terhadap neonatus paling sering ditemukan bila ibu mendapat terapi ß-
adrenergik agonis intravena yang lama dan melahirkan sebelum kadar obat dalam darahnya turun.
Walaupun hal ini dulu sering terjadi, namun saat ini sudah jarang ditemukan.15

Berikut adalah efek-efek Terhadap Fetus dan Neonetus akibat terapi tokolitik dengan golongan ß-
Adrenergik agonis :1,8,9,11,15,16

Fetal :

• Takikardi

• Aritmia

• Iskemik otot jantung

• Hipertropi otot jantung

• Gagal jantung

• Hiperglisemia

• Hiperinsulinemia

Neonatal :

• Takikardi

• Hipokalsemia

• Hiperbilirubinemia

• Hipoglikemi

• Hipotensi

• Aritmia

Belum ada laporan mengenai efek terhadap APGAR skor. Hal yang paling penting, follow up jangka
panjang pada anak-anak yang terpapar ritodrin tidak menunjukkan efek buruk terhadap
pertumbuhan.15
Penggunaan klinis beta-adrenergik secara luas selama 45 tahun belum memastikan adanya efek-efek
signifikan terhadap fetus dan neonatus.15

Anda mungkin juga menyukai