ABSTRAK
Usaha pengolahan hasil produk pertanian skala rumah tangga oleh wanita tani
memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan nilai tambah suatu produk primer.
Usaha pengolahan hasil yang dilakukan oleh wanita tani juga berpengaruh positif terhadap
penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan waktu luang, dan peningkatan pendapatan wanita
tani dan keluarganya. Salah satu produk tanaman yang banyak ditemui baik di lahan
pekarangan atau kebun petani adalah ubi kayu. Di Bengkulu, tanaman ini relatif memiliki
nilai yang rendah. Oleh karena itu berbagai produk pengolahan hasil pertanian yang
berbahan baku ubi kayu telah banyak dilakukan oleh masyarakat sehingga mudah ditemui
di pasaran. Upaya pengolahan hasil tersebut dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah
produk ubi kayu. Salah satu produk olahan ubi kayu skala rumah tangga yang telah
diusahakan oleh wanita tani di Kota Bengkulu adalah rengginang ubi kayu (renggining).
Produk renggining mirip dengan rengginang namun bila rengginang berbahan dasar beras
ketan, maka renggining berbahan dasar ubi kayu. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui nilai tambah, tingkat keuntungan, dan titik impas dalam pengolahan
renggining skala rumah tangga. Lokasi penelitian pada Kelompok Wanita Tani Melati Jaya
I di Kelurahan Sawah Lebar Lama, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu pada bulan
September 2012. Data yang dikumpulkan adalah input dan output pengolahan produk
renggining melalui pengamatan proses produksi renggining dan wawancara dengan wanita
tani pengolah renggining. Data dianalisis menggunakan analisis nilai tambah mengikuti
Metode Hayami, analisis R/C ratio, dan analisis titik impas. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai tambah produk renggining sebesar Rp. 9.335/kg dengan rasio nilai tambah
59,74% atau Rp. 7.085/kg yang diperoleh Kelompok Wanita Tani. Marjin yang didapatkan
dalam pengolahan renggining adalah Rp. 12.625/kg, dengan R-C ratio sebesar 2,14. Titik
impas (BEP) pengolahan produk renggining bila dilihat dari nilai produksi sebesar 204,55
kg, sedangkan BEP biaya adalah Rp. 5.113.636,36.
Kata kunci: ubi kayu, nilai tambah, renggining, wanita tani, Kota Bengkulu.
PENDAHULUAN
Peran kaum wanita di bidang pertanian dalam mendukung perekonomian
keluarga merupakan sesuatu yang nyata dan tidak terbantahkan, khususnya dalam
usaha pengolahan hasil produk pertanian skala rumah tangga untuk meningkatkan
nilai tambah. Usaha pengolahan hasil yang dilakukan oleh wanita tani juga
berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan waktu luang,
dan peningkatan pendapatan wanita tani dan keluarganya.
Suprapto (1999) menyatakan bahwa nilai tambah adalah pertambahan nilai
suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan, atau
penyimpanan dalam suatu produksi. Reni Kustiari (2011) menambahkan bahwa
nilai tambah dalam proses pengolahan dapat didefinisikan sebagai selisih antara
nilai produk dengan biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga
kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dan harga bahan
bakunya saja. Dalam marjin tercakup komponen faktor produksi yang digunakan
yaitu tenaga kerja, input lainnya, dan balas jasa pengusaha pengolahan.
Usaha pengolahan produk pertanian skala rumah tangga yang relatif banyak
ditemui adalah pengolahan produk ubi kayu. Potensi ubi kayu untuk dijadikan
produk olahan sangat besar karena berbagai macam industri memanfaatkan ubi
kayu sebagai bahan baku. Menurut Haryati La Kamisi (2011), ubi kayu dapat
dijadikan bahan baku industri makanan, tekstil, bahan bangunan, kertas, pakan
ternak, farmasi, lem, dan biofuel untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun
ekspor.
Pengolahan hasil ubi kayu dalam skala kecil atau rumah tangga juga ditemui
di Kota Bengkulu dalam berbagai produk makanan seperti tape, keripik pedas,
getuk, kue, dan rengginang. Selain bahan bakunya mudah diperoleh di pasaran,
juga harga ubi kayu relatif murah di Bengkulu yaitu sekitar Rp. 3.000/kg. BPS
Provinsi Bengkulu (2011) melaporkan bahwa produksi ubi kayu di Kota Bengkulu
pada tahun 2010 mencapai 4.302 ton atau 9,8% dari total produksi ubi kayu
Provinsi Bengkulu.
Rengginang yang terbuat dari ubi kayu oleh masyarakat di Bengkulu disebut
renggining. Kegiatan produktif pengolahan renggining memerlukan berbagai input
produksi seperti ubi kayu, bahan penunjang dan tenaga kerja. Kegiatan ini akan
meningkatkan daya guna dari faktor produksi sehingga meningkatkan nilai tambah
produk ubi kayu. Oleh karena itu yang menarik untuk diketahui dalam penelitian ini
adalah berapa besarnya nilai tambah, tingkat keuntungan, dan titik impas dalam
pengolahan renggining skala rumah tangga di Kota Bengkulu.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei melalui wawancara dengan
kelompok wanita tani pengolah renggining dan pengamatan proses pengolahannya.
Survei dilakukan pada Kelompok Wanita Tani Melati Jaya I di Kelurahan Sawah
Lebar Lama, Kecamatan Ratu Agung, Kota Bengkulu pada bulan September 2012.
Lokasi dipilih secara sengaja yang merupakan sentra pengolah renggining di Kota
Bengkulu.
Data yang dikumpulkan yaitu data usaha pengolahan renggining meliputi
biaya produksi, jumlah produksi, harga produk, dan keuntungan. Data dianalisis
untuk memperoleh nilai tambah produk renggining, keuntungan atau efisiensi dan
titik impas (Break Even Point / BEP) usaha pengolahan renggining. Besarnya nilai
tambah dihitung dengan Metode Hayami sehingga diperoleh nilai tambah produk
ubi kayu segar menjadi renggining dalam setiap kali proses produksi. Keuntungan
dianalisis dengan R-C ratio, sedangkan analisis titik impas (BEP) dihitung untuk
mengetahui BEP Produksi dan BEP Biaya.
Pedoman Penulisan Full Paper – Hermawan dkk (2012)
Analisis titik impas merupakan suatu cara untuk mengetahui berapa volume
atau penjualan minimum produk agar perusahaan tidak mengalami kerugian atau
tidak memperoleh keuntungan. Titik impas dihitung berdasarkan analisis biaya dan
pendapatan. Biaya total diperoleh dari penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya
variabel. Persamaannya total biaya, pendapatan dan penerimaan adalah sebagai
berikut:
TC = TFC + TVC
π = TR – TC
TR = P x Q
Dimana:
TC = biaya total; TFC = total biaya tetap;
TVC = total biaya variabel (tidak tetap); π = pendapatan bersih;
TR = penerimaan; Q = jumlah produk yang dihasilkan;
P = harga produk per satuan.
Titik impas produksi (BEP-produksi) dihitung dengan rumus:
TFC
BEP-produksi =
P - TVC
produksi rata-rata dihasilkan 25 kg renggining dengan bahan baku utama yaitu ubi
kayu sebanyak 40 kg.
Proses pembuatan renggining dimulai dengan pengupasan ubi kayu. Setelah
dikupas, ubi kayu dicuci sebanyak 2 kali agar bersih dari sisa-sisa kotoran.
Selanjutnya diparut dengan menggunakan mesin pemarut ubi. Hasil parutan
direndam dalam air sekitar 30 menit untuk menghilangkan rasa pahit ubi kayu.
Setelah direndam, hasil parutan diperas dan dicampur dengan tepung sagu dan
bumbu. Adonan kemudian dicetak dan dikukus sekitar 15 menit, kemudian dijemur
sekitar 6-8 jam (1 hari) di bawah sinar matahari sampai kering sebelum dikemas
dalam plastik. Proses pembuatan renggining ditampilkan pada Gambar 1.
sebesar 1 rupiah akan diperoleh penerimaan sebesar 2,14 rupiah. Dengan demikian
maka dapat dikatakan bahwa usaha pengolahan renggining efisien (R-C ratio > 1)
sehingga layak untuk dikembangkan. Tabel 3 menunjukkan perhitungan R-C ratio
dalam pengolahan renggining.
Tabel 3. Perhitungan efisiensi usaha pengolahan renggining.
Uraian Jumlah Harga Satuan (Rp.) Jumlah harga (Rp.)
Biaya produksi (biaya variabel)
• Ubi kayu 40 kg 3.000 120.000
• Tepung sagu 1 kg 5.000 5.000
• Bawang merah 0,75 kg 15.000 11.250
• Bawang putih 0,75 kg 20.000 15.000
• Masako 8 bks 500 4.000
• Garam 0,5 kg 4.000 2.000
• Kayu bakar 10 ikat 3.000 30.000
• Plastik kemasan 1 kg 15.000 15.000
• Tenaga kerja 3 HOK 30.000 90.000
Jumlah biaya produksi - - 292.250
Hasil renggining 25 kg 25.000 625.000
Keuntungan - - 332.750
R-C ratio - - 2,14
Sumber: data primer diolah (2012).
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tambah produk renggining di Kota
Bengkulu sebesar Rp. 9.335/kg dengan rasio nilai tambah 59,74% atau Rp.
7.085/kg yang diperoleh Kelompok Wanita Tani. Marjin yang didapatkan dalam
pengolahan renggining adalah Rp. 12.625/kg, dengan R-C ratio sebesar 2,14. Titik
impas (BEP) pengolahan produk renggining bila dilihat dari nilai produksi sebesar
204,55 kg, sedangkan BEP biaya adalah Rp. 5.113.636,36.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Provinsi Bengkulu. 2011. Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2011. BPS
Provinsi Bengkulu. Bengkulu.
Haryati La Kamisi. 2011. Analisis Usaha dan Nilai Tambah Agroindustri
Kerupuk Singkong. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan
UMMU-Ternate) 4(2):82-87.
Hernanto, F. 2003. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Reni Kustiari. 2011. Analisis Nilai Tambah dan Balas Jasa Faktor Produksi
Pengolahan Hasil Pertanian. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional
Petani dan Pembangunan Pertanian di Bogor, 12 Oktober 2011.
Slamet, U.U. 2005. Nilai Tambah dan Balas Jasa Faktor Produksi Pengolahan
Hasil-hasil Pertanian. Bulletin Penelitian Nomor 8:1-8.
Suprapto, A. 1999. Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan dalam
memasuki Pasar Global. Makalah disampaikan dalam Lokakarya Nasional
Musyawarah Nasional V POPMASEPI d Medan, 16 Maret 1999.