Anda di halaman 1dari 19

Karakteristik Unjuk Kerja Panas pada Generator Termoelektrik dengan Pengaturan

Jarak Secara Centroid

Suliono1, Emin Haris2, Rachmatullah3, Siti Zulfa4


Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Indramayu
Alamat Jl. Lohbener Lama No. 08 Desa Lohbener, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu
(Sulionolee@gmail.com , Eminharis@gmail.com , Rachmatullah@polindra.ac.id ,
Szulfa215@gmail.com)

Abstrak:

Sumber energy alternatif biomassa di Indonesia memiliki potensi yang cukup besar, salah satunya
adalah pelet kayu, Selain bisa dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar gas/minyak untuk
keperluan memasak menggunakan kompor biomassa, panas yang dihasilkan dari hasil pembakaran
juga bisa dimanfaatkan sebagai penghasil listrik menggunakan generator termoelektrik. Generator
termoelektrik adalah perangkat yang bisa menghasilkan listrik dengan memanfaatkan berbedaan
suhu panas dan dingin kemudian dikonversi menjadi energy listrik. Suhu panas dihasilkan dari
hasil pembakaran dan suhu dingin dari 2 buah kipas yang dipasang disisi sebaliknya. Perangkat
generator ini dipasang pada kompor biomassa. Terdapat 3 variasi pemasangan generator
termoelektrik berdasarkan jarak terhadap permukaan bahan bakar, yaitu jarak 15 cm, 20cm dan
25cm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pellet kayu sebagai penghasil panas serta
mengetahui bagian mana yang menghasilkan output listrik terbesar dari ketiga variasi jarak
generator termoelektrik terhadap bahan bakar. Listrik yang dihasilkan berbanding lurus dengan
perbedaan suhu yang dihasilkan. Untuk menghasilkan perbedaan temperature yang besar posisi
peletakan perangkat generator termoelektrik harus dapat menghasilkan panas yang maksimal
namun di sisi dingin bisa mempertahankan suhu dinginnya atau tidak terlalu terpengaruh dengan
bagian panas. Pada penelitian ini posisi terbaik yaitu dengan jarak 20cm dari permukaan bahan
bakar, dengan perbedaan temperatur maksimal sebesar 110C dan listrik yang dihasilkan 2.983 V
serta lama penelitian selama 1 jam, ada kemungkinan listrik yang dihasilkan bisa lebih tinggi.

Kata kunci : biomassa pellet kayu, generator termoelektrik, pengaturan jarak, perbedaan suhu,
listrik
I. Pendahuluan:

Sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui di Indonesia cukup banyak, diantaranya
adalah biomassa atau bahan-bahan limbah organik. Beberapa biomassa memiliki potensi yang
cukup besar adalah limbah kayu, sekam padi, jerami, ampas tebu, tempurung kelapa, cangkang
sawit, kotoran ternak dan sampah kota.
Pellet kayu adalah serpihan kayu atau sisa-sisa hasil produksi kayu yang berdiameter 6-8
mm dan berukuran panjang 10-30 mm, dan sudah kering. Serpihan kayu ini kemudian mengalami
proses lanjut tanpa campuran kimia, ditekan dengan tekanan kuat menggunakan mesin khusus.
Pellet menghasilkan panas kurang lebih 4,9 kWh/kg karena memiliki kadar air yang rendah (8-
10%), kadar abu (0,5-1%) dengan kerapatan 650 kg/m³. Satu kilogram pellet kayu menghasilkan
panas yang sama dengan yang dihasilkan oleh setengah liter minyak (Leaver, 2008)
Kalor yang dihasilkan, selain untuk keperluan memasak juga bisa dimanfaatkan sebagai
penghasil listrik. Dengan memanfaatkan efek seebeck melalui generator termoelektik, atau juga
disebut seebeck generator yaitu perangkat generator listrik yang mengkonversikan panas
(perbedaan suhu) langsung menjadi energi listrik (Wikipedia). Prinsip kerja dari termoelektrik
adalah berdasarkan Efek Seebeck yaitu "jika 2 buah logam yang berbeda disambungkan salah satu
ujungnya, kemudian diberikan suhu yang berbeda pada sambungan, maka terjadi perbedaan
tegangan pada ujung yang satu dengan ujung yang lain" (Muhaimin, 1993). Semakin besar nilai
perbedaan suhu, maka listrik yang dihasilkan juga semakin besar.
Pemanfaatan generator termoelektrik sebagai pembangkit listrik juga merupakan salah satu
langkah untuk menanggulangi seputar masalah kelistrikan yang terjadi di masyarakat. Dewasa ini,
energi listrik merupakan hal yang tak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari. Namun, seiring
berjalan nya waktu terdapat beberapa permasalahan yang cukup krusial mengenai penggunaan
energi listrik, diantaranya harga listrik yang semakin tahun semakin meningkat dan kondisi
perekonomian masyarakat indonesia sebagian besar berada ditingkat menengah kebawah dirasa
sangat membebankan masyarakat.

Dari beberapa hal yang telah dikemukakan diatas, maka diciptakanlah suatu alat yang bisa
mengabungkan pemanfaatan potensi biomassa pelet kayu dan mengatasi masalah kelistrikan,
yakni kompor berbahan bakar briket biomassa dari pelet kayu, serta hasil pembakaran dari kompor
ini menghasilkan energi listrik. Selain briket biomassa yang bisa dimanfaatkan sebagai pengganti
bahan bakar, listrik yang dihasilkan bisa dimanfaatkan sebagai penerangan dan tenaga untuk
menghidupakan alat-alat elektronik.

Selain itu, untuk memaksimalkan output yang dihasilkan, dilakukan beberapa variasi
mengenai penempatan modul termoelektrik pada kompor. Variasi dilakukan untuk mengetahui
posisi penempatan modul termoelektrik yang dapat menghasilkan output berupa tegangan listrik
maksimal.

II. Metode Penelitian

Langkah pertama adalah membuat kompor generator termoelektrik, Sisi panas dihasilkan
dari hasil pembakaran biomassa pelet kayu dan sisi dingin dari kipas, selanjutnya adalah
pengambilan data terhadap masing-masing penempatan perangkat generator termoelektrik dan
membandingkan ketiganya.

Pembuatan kompor generator termoelektrik

Gambar 1. Desain Kompor Generator Termoelektrik


Kompor terbuat dari plat dengan ketebalan 1mm, bagian dalam kompor yang digunakan
untuk pembakaran dilapisi dengan semen tahan api agar plat tidak terkena panas langsung karena
dikhawatirkan tidak akan bertahan lama. Bagian bawah dari ruang pembakaran diberikan lubang
sebagai tempat masuknya udara untuk keperluan pembakaran, udara akan masuk dari plat bawah
bagian samping dan di teruskan ke lubang ruang pembakaran. Bagian lubang juga digunakan
sebagai tempat pembuangan hasil pembakaran. Lubang bisa dibuka dan ditutup sesuai kebutuhan
dengan menggeser plat dibawahnya.

Dibagian plat berbentuk corong diletakan 3 lubang di sekelilingnya untuk variasi peletakan
generator termoelektrik dengan variasi jarak 15cm, 20cm dan 25cm terhadap permukaan bahan
bakar. Plat berbentuk corong dimaksudkan agar ketika api menyala, tiupa angina dari sekitar bisa
dihalangi sehingga api tidak menyebar terlalu jauh.

Diatas semen tahan api diletakan tunggu sebagai dudukan alat masak. Peletakan alat masak
dimaksudkan agar api bisa bergerak secara centroid dan merata. Terdapat 2 gagang pada samping
kanan dan kiri kompor yang berfungsi sebagai pegangan ketika kompor akan diangkat. Desain
kompor terdapat pada Gambar 1

Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari masing-masing


penempatan generator termoelektrik dan membandingkan output yang dihasilkan dari ketiganya.
Proses pengambilan data ditunjukan oleh gambar 2.

Gambar 2. Proses Pengambilan data


III. Hasil dan pembahasan

Pengujian diawali dengan memasang generator termoelektrik pada lubang yang berjarak 15
cm dari permukaan bahan bakar. Generator termoelektrik terdiri dari peltier yang diapit oleh 2
heatsink dari sisi panas dan sisi dingin. Alat ukur yang diperlukan adalah thermocouple,
multimeter dan stopwatch. 2 termometer dipasang masing-masing pada heatsink sisi panas dan sisi
dingin, multimeter dipasang pada kabel thermocouple, dan stopwatch digunakan untuk
mengetahui waktu yang berjalan dengan awal penyalaan waktu saat api pertama menyala. 2 kipas
dipasang pada generator termoelektrik sisi dingin. Setelah semuanya terpasang bahan bakar
dibakar dengan sedikit bantuan spirtus/bensin, kemudian letakan wajan yang berisi air pada
tunggu. Pengambilan data pertama saat api sudah menyebar, dan dilakukan selama kurang lebih 1
jam dengan selisih waktu 2 menit. Setelah percobaan dengan jarak 15 cm selesai lakukan hal yang
sama pada lubang dengan jarak 20cm dan 25cm.

Hasil pengujian pada percobaan 1 (jarak 15cm dari bahan bakar)

Tabel 1. Hasil pengujian dengan jarak 15cm


TH
Waktu TC T Tegangan
(Celciu
(Menit) (Celcius) (°Celcius) (Volt)
s)
3 55 49 6 0.21
5 59.4 51.8 7.6 0.318
7 60.9 53.9 7 0.357
9 62.6 52.5 10.1 0.415
11 58.4 45.4 13 0.645
13 60 44.9 15.1 0.704
15 63.6 44.5 19.1 0.704
17 62.2 44.5 17.7 0.704
19 63.2 44.3 18.9 0.655
21 59.8 44.8 15 0.805
23 65.2 46.6 18.6 1.043
25 71.9 49.7 22.2 1.19
27 73.7 50.9 22.8 1.2
29 76.1 51.9 24.2 1.36
31 79.1 53 26.1 1.366
33 82.8 54.5 28.3 1.527
35 88 55.9 32.1 1.48
37 85.3 54.3 31 1.327
39 81.3 55 26.3 1.542
41 80.9 55.9 25 1.424
43 99.6 60.8 38.8 2.289
45 101 62.9 38.1 2.013
47 87.1 59.2 27.9 1.546
49 88.4 59.4 29 1.671
51 99.6 61.8 37.8 2.006
53 109 76.8 32.2 1.837

Rata-rata 75,9 53,2 22,7 1.17

Pengujian dimulai dari menit ke 3 sampai menit ke 53, karena api mati saat menit ke 54.

Hasil percobaan 2 (jarak 20cm dari permukaan bahan bakar)

Tabel 2. Hasil percobaan dengan jarak 20cm

Waktu TH TC T Tegangan


(Menit) (Celcius) (Celcius) (°Celcius) (Volt)
7 51 38 13 0.506
9 54.5 37 17.5 0.625
11 58.5 37.4 21.1 0.729
13 59.9 37.3 22.6 0.732
15 57.9 38.1 19.8 0.728
17 56.1 38.2 17.9 0.663
19 Api Mati
21 57 38.4 18.6 0.711
23 61.6 38.2 23.4 0.761
25 73.2 39.9 33.3 1.201
27 Api Mati
29 51.9 38.4 13.5 0.485
31 75.5 38.6 36.9 1.069
33 85 42.3 42.7 1.592
35 85 45.4 39.6 2.337
37 110 49.2 60.8 2.367
39 110 51.3 58.7 2.137
41 110 48.6 61.4 2.009
43 Api Mati
45 125 51 74 2.374
47 132 50.6 81.4 2.5
49 140 51.6 88.4 2.578
51 141 52 89 2.52
53 151 52.4 98.6 2.801
55 165 54.1 110.9 2.81
57 142 53.3 88.7 2.86
59 162 54.1 107.9 2.983
61 161 56.1 104.9 2.816
Rata-rata 99,04 45,26 53,8 1,7
Penyalaan dimulai dari menit ke 7 sampai menit ke 61, kondisi api mati sebanyak 3 kali pada menit
ke 19, 27 dan 43.

Hasil pengujian pada percobaan ke 3 (jarak 25cm dari permukaan bahan bakar)

Tabel 3. Hasil pengujian dengan jarak 25cm


TH
Waktu TC T Tegangan
(Celci
(Menit) (Celcius) (°Celcius) (Volt)
us)
7 49.91 41.7 8.21 0.394
9 48.67 40.6 8.07 0.363
11 49.60 41.5 8.10 0.413
13 Sumber pendingin diperbaiki
15 51.45 40.4 11.05 0.619
17 53.53 41.3 12.23 0.636
19 51.58 41.8 9.78 0.479
21 57.94 43.2 14.74 0.84
23 62.92 46 16.92 0.998
25 65.63 47.3 18.33 1.008
27 65.49 46.7 18.79 0.883
29 68.39 46.7 21.69 0.976
31 70.30 48.5 21.80 1.003
33 69.42 47.6 21.82 0.96
35 Termocouple diganti
38 69.99 47.8 22.19 0.954
40 71.35 47 24.35 0.974
42 72.11 47.5 24.61 0.935
44 74.08 51.9 22.18 0.998
46 Kipas tidak menyala
49 78.80 51.8 27 1.404
51 77.45 49.7 27.75 1.332
53 80.08 48.2 31.88 1.084
55 82 46 36 1.08
57 82.57 45.5 37.07 1.112
59 87.43 45.8 41.63 1.249
61 90.67 46.8 43.87 1.36
63 84.33 46.9 37.43 1.31
65 83.32 47.9 35.42 1.275
67 88.53 48.2 40.33 1.21
Rata-rata 69,6 46,1 23,8 0,96
Penyalaan dimulai dari menit ke 7 sampai menit ke 67, terdapat 3 data yang tidak dilengkapi karena
ada beberapa gangguan pada komponen alat ukur dan pendingin yaitu pada menit ke 13, 35 dan
46. Karakterisik percobaan 1 (Jarak 15 cm terhadap permukaan bahan bakar)

T (C) T terhadap waktu


45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53
Waktu (Menit) DT

Gambar 4 Grafik T terhadap Waktu Percobaan 1


Sisi panas mendapatkan pengaruh yang cukup besar karena generator berada dekat sumber
api, namun angka tertinggi kurang bisa dicapai karena semakin lama permukaan api semakin
meninggi, dan ketika bergerak2, api tidak lurus, namun miring dan membentuk sudut sehingga
api yg sejajar dengan generator menjadi berjarak. Berdasarkan Tabel 1 Suhu maksimal yang bisa
dicapai sebesar 110C, suhu minimal sebesar 55C, didapatkan rata-rata suhu sebesar 75,9C dan
rata-rata kenaikan suhunya 2,077.

Suhu dingin cukup mendapatkan pengaruh yang tinggi, walaupun tidak secara cepat,
namun kenaikan suhu cukup dirasakan, karena selain dekat dengan sumber api, kipas juga kurang
berfungsi secara maksimal. Berdasarkan Tabel 1 suhu sisi dingin maksimal sebesar 78,3C dan
suhu minimalnya 48,3C. Rata-rata suhu dingin 53,2C dan kenaikan suhu rata2 1,069C.
T mengalami kenaikan dari awal sampai akhir dengan rata-rata kenaikan sebesar
1,008C, namun kenaikan ini tidak secara konstan hal ini disebabkan karena suhu panas dan dingin
tidak mengalami perubahan suhu secara konstan dikarenakan posisi api yang bergerak-gerak. T
maksimal sebesar 38,8C dengan rata-ratanya sebesar 22,7C

Gambar 5. Grafik Tegangan terhadap Waktu Percobaan 1


Tegangan maksimal yang diperoleh sebesar 2,29 volt, rata-rata tegangan sebesar 1,17 volt.
Tegangan mengalami kenaikan dari awal sampai akhir dengan besar kenaikan rata-rata 0,063C,
namun kenaikan tidak terjadi secara konstan akibat dari ketidak konstanan kenaikan dari T.

Karakterisik percobaan 2

T terhadap waktu
120
100
80
60
40
20
0
7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59 61
DT (°Celcius)

Gambar 6. Grafik T terhadap Waktu pada Percobaan 2


Sisi panas mendapatkan pengaruh yang maksimal dari api, hal ini dikarenakan arah
pergerakan api dekat dengan generator termoelektrik. Berdasarkan Tabel 2 suhu maksimal yang
bisa dihasilkan 165C dan panas minimal 51C dengan rata-rata suhunya sebesar sebesar 99,04C
dan rata-rata kenaikannya 4,4C.

Sisi dingin berhasil mempertahankan suhu dinginnya agar tetap stabil walaupun
mendapatkan pengaruh dari panas api, namun tidak terlalu besar, hal ini karena letak nya yang
tidak terlalu dekat dengan sumber api. Berdasarkan Tabel 2 suhu maksimal yang bisa dihasilkan
56.1C dan suhu maksimalnya 37C dengan rata-rata suhu 45,26C dan rata-rata suhu sebesar
0,724.

T mengalami kenaikan dari awal sampai akhir dengan rata-rata kenaikan 11,276C
namun kenaikan tidak terjadi secara konstan dikarenakan kondisi pergerakan api. Penurunan T
terjadi beberapa kali disebabkan karena factor external. T maksimal sebesar 110C dan rata-
ratanya 57,8C

Tegangan terhadap waktu


4

0
7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55 57 59 61

Tegangan

Gambar 7. Grafik Tegangan terhadap Waktu pada Percobaan 2


Tegangan juga mengalami kenaikan dari awal sampai akhir, namun kenaikan tidak terjadi
secara konstan akibat dari ketidak konstanan kenaikan dari T. Tegangan maksimal sebesar 2,982
volt dengan rata-ratanya 1,7 volt.
Karakteristik percobaan 3

T terhadap waktu
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 38 40 42 44 46 49 51 53 55 57 59 61 63 65 67

DT (°Celcius)

Gambar 8. Grafik T terhadap Waktu pada Percobaan 3

Sisi panas pada generator mendapatkan pengaruh yang tidak terlalu banyak dari panas api,
hal ini dikarenakan jarak generator dengan api cukup jauh. Berdasarkan Tabel 3 suhu maksimal
yang dihasilkan sebesar 90,67C dan sisi suhu minimal 48,67C, rata-rata suhu sebesar 69,9C dan
rata-rata kenaikan suhu sebesar 1,4C.

Sisi dingin berhasil mempertahankan suhu dinginnya hingga suhu cukup stabil.
Berdasarkan Tabel 3 suhu maksimalnya 51,9C dan suhu minimalnya 40,4C, rata-rata suhu
46,1C dan rata-rata kenaikannya sebesar 0,241.

T kurang stabil karena terdapat beberapa kali penurunan suhu, hal ini terjadi karena
pergerakan api yang kurang stabil. T maksimal 43,87C, Rata-rata T sebesar 23,8C dan rata-
rata kenaikannya sebesar 1,190C.

Nilai-nilai yang dihasilkan pada percobaan 3 adalah nilai terkecil jika dibandingkan dengan
2 percobaan lainnya, hal ini terjadi karena jarak generator yang cukup jauh dari pusat api
menyebabkan pengaruh panas pada sisi dingin sedikit.
Tegangan terhadap waktu
1.5

0.5

0
7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 38 40 42 44 46 49 51 53 55 57 59 61 63 65 67

Tegangan

Gambar 9. Grafik Tegangan terhadap Waktu pada Percobaan 3

Pergerakan tegangan juga kurang stabil hal ini dikarenakan pengaruh dari T yang kurang
stabil. Tegangan maksimal yang dihasilkan sebesar 1,4 volt dengan rata-ratanya 0,96 volt. Ini
merupakan tegangan yang nilainya kecil, hal ini disebabkan karena T yang dihasilkan juga kecil.
Membandingkan percobaan 1, 2 dengan 3

Rata-rata suhu disisi panas

Rata-rata suhu sisi panas (C)


100.0

80.0

60.0

40.0

20.0

0.0
jarak 15cm jarak 20cm jarak 25cm

Gambar 10. Grafik Perbandingan Rata-rata Suhu Sisi Panas

Dari grafik yang disajikan percobaan dengan jarak 20cm menghasilkan rata-rata suhu
panas tertinggi yaitu sebesar 89,9C, diikuti oleh percobaan yang berjarak 15cm yaitu 78,8C dan
yang terkecil adalah percobaan dengan jarak 25cm sebesar 65,3C.
Faktor yang berpengaruh terhadap besar kecilnya suhu di sisi panas yaitu panas dari api.
Di menit awal percobaan dengan jarak 15 cukup tinggi, karena saat itu api belum meninggi. Seiring
berjalannya waktu api terus meninggi dan bergerak dengan gerakan miring yang berbentuk sudut,
api bergerak dengan jarak paling dekat pada percobaan dengan jarak 20 cm, dan sudut api menjauhi
percobaan dengan jarak 15cm. percobaan dengan jarak 25cm mendapatkan rata-rata suhu panas
terkecil karena jarak generator termoelektrik cukup jauh dengan api, bahkan cenderung diatasnya.

Rata-rata suhu disisi dingin

Rata-rata suhu sisi dingin (C)


60.0

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
jarak 15cm jarak 20cm jarak 25cm

Gambar 11. Grafik perbandingan rata-rata Suhu Sisi Dingin

Berdasarkan grafik diatas rata-rata suhu dingin tertinggi di hasilkan oleh percobaan dengan
jarak 15cm yaitu sebesar 54,5C, kemudian dikuti percobaan dengan jarak 25cm yaitu 46,1C, dan
yang terkecil adalah percobaan dengan jarak 20cm yaitu 43.8C.

Percobaan dengan jarak 15 cm mencapai nilai tertinggi karena jarak generator yang dekat
dengan sumber api sehingga panas lebih terasa, selain itu pada titik ini kipas pendingin kurang
berfungsi secara maksimal.
Rata-rata T

Rata-rata T (C)
50

40

30

20

10

0
jarak 15cm jarak 20cm jarak 25cm

Gambar 12. Grafik Perbandingan Rata-rata T

Berdasarkan grafik diatas rata-rata T tertinggi dihasilkan oleh percobaan dengan jarak
20cm yaitu sebesar 46,4C, diikuti oleh percobaan dengan jarak 15cm yaitu sebesar 22,5C dan
nilai terkecil dihasilkan percobaan dengan jarak 25cm yaitu sebesar 19,5C.

T adalah selisih antara suhu di sisi panas dan suhu dingin. Percobaan dengan jarak 20cm
menghasilkan nilai terbesar karena suhu panas yang dihasilkan cukup tinggi dibandingkan dengan
ke 2 percobaan lainnya, selain itu pada percobaan ini sisi dingin berhasil mempertahankan suhu
dinginnya hingga nilainya terkecil disbanding ke 2 percobaan lainnya.

Rata-rata tegangan

Rata-rata tegangan (Volt)


1.6
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
jarak 15cm jarak 20cm jarak 25cm

Gambar 13. Grafik Perbandingan Rata-rata Tegangan


Berdasarkan grafik diatas rata-rata tegangan tertinggi dihasilkan oleh percobaan dengan
jarak 20cm yaitu sebesar 1,5 volt, diikuti oleh percobaan dengan jarak 15cm yaitu sebesar 1,3 volt,
nilai terkecil dihasilkan oleh percobaan dengan jarak 25cm yaitu sebesar 0,9 volt.

Tegangan yang dihasilkan berbanding lurus dengan besarnya T. semakin besar nilai T
makan tegangan yang dihasilkan semakin besar. Berdasarkan gambar .. percobaan dengan jarak
20cm menghasilkan T tertinggi oleh karena itu pada gambar.. jarak 20cm juga memperoleh nilai
tegangan tertinggi. Begitu juga dengan percobaan jarak 15cm maupun jarak 20cm besar tegangan
tergantung dari T yang dihasilkan.

Factor Tegangan

tegangan terhadap T (perc 1)


2.5
2
1.5
1
0.5
0
6 7 13 19.1 18.9 18.6 22.8 26.1 32.1 26.3 38.8 27.9 37.8

tegangan (perc 1)

Gambar 14. Grafik Tegangan terhadap T pada Percobaan 1

tegangan terhadap T (perc 2)


3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

tegangan (perc 2)

Gambar 15. Grafik Tegangan tehadap T pada percobaan 2


tegangan terhadap T (perc 3)
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

tegangan (perc 3)

Gambar 16. Grafik Tegangan terhadap T pada Percobaan 3


Selain factor T yang mempengaruhi besarnya output tegangan yang dihasilkan factor lain
yang mempengaruhi yaitu factor tegangan. Harga faktor tegangan diperoleh dengan cara
membandingkan rata-rata tegangan listrik dengan rata-rata delta T sehingga dapat diketahui harga
tegangan listrik setiap perbedaan suhu 1°C yang disajikan pada Tabel 4. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa faktor tegangan menunjukkan harga yang hampir sama pada masing-masing
penelitian. Harga faktor tegangan rata-rata yang paling tinggi sebesar 0,06 volt setiap perbedaan
suhu 1°C, namun pada percobaan dengan jarak 20cm saat mencapai suhu diatas 60C nilai faktor
tegangan menurun hingga 0,03 kecara konsisten. Sehingga disimpulkan bahwa semakin besar
perbedaan suhu (setelah mencapai besaran suhu tertentu) semakin menurun faktor tegangan yang
dihasilkan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh sifat dari semikonduktor pada peltier, yaitu
semakin tinggi suhu yang diterima hambatan pada semikonduktor juga semakin tinggi, tentunya
sangat berpengaruh terhadap tegangan listrik yang dihasilkkan oleh termoelektrik.
Tabel 4. Faktor Tegangan
jarak 15cm jarak 20cm jarak 25cm
Faktor Faktor Faktor
DT Teg DT Teg DT Teg
teg teg teg
6 0.21 0.04 13 0.506 0.04 8.21 0.394 0.05
7.6 0.32 0.04 17.5 0.625 0.04 8.07 0.363 0.04
7 0.36 0.05 21.1 0.729 0.03 8.10 0.413 0.05
10.1 0.42 0.04 22.6 0.732 0.03 11.05 0.619 0.06
13 0.65 0.05 19.8 0.728 0.04 12.23 0.636 0.05
15.1 0.7 0.05 17.9 0.663 0.04 9.78 0.479 0.05
19.1 0.7 0.04 18.6 0.711 0.04 14.74 0.84 0.06
17.7 0.7 0.04 23.4 0.761 0.03 16.92 0.998 0.06
18.9 0.66 0.03 33.3 1.201 0.04 18.33 1.008 0.05
15 0.81 0.05 13.5 0.485 0.04 18.79 0.883 0.05
18.6 1.04 0.06 36.9 1.069 0.03 21.69 0.976 0.04
22.2 1.19 0.05 42.7 1.592 0.04 21.80 1.003 0.05
22.8 1.2 0.05 39.6 2.337 0.06 21.82 0.96 0.04
24.2 1.36 0.06 60.8 2.367 0.04 22.19 0.954 0.04
26.1 1.37 0.05 58.7 2.137 0.04 24.35 0.974 0.04
28.3 1.53 0.05 61.4 2.009 0.03 24.61 0.935 0.04
32.1 1.48 0.05 74 2.374 0.03 22.18 0.998 0.04
31 1.33 0.04 81.4 2.5 0.03 27.00 1.404 0.05
26.3 1.54 0.06 88.4 2.578 0.03 27.75 1.332 0.05
25 1.42 0.06 89 2.52 0.03 31.88 1.084 0.03
38.8 2.29 0.06 98.6 2.801 0.03 36.00 1.08 0.03
38.1 2.01 0.05 111 2.81 0.03 37.07 1.112 0.03
27.9 1.55 0.06 88.7 2.86 0.03 41.63 1.249 0.03
29 1.67 0.06 108 2.983 0.03 43.87 1.36 0.03
37.8 2.01 0.05 105 2.816 0.03 37.43 1.31 0.03
Rata-rata 0.05 0.03 0.04
Faktor tegangan (volt/C)
0.06

0.05

0.04

0.03

0.02

0.01

0
jarak 15cm jarak 20cm jarak 25cm

Gambar 17. Grafik Perbandingan Faktor Tegangan


Rata-rata factor tegangan tertinggi diperoleh oleh percobaan dengan jarak 15cm sebesar
0,05, diikuti percobaan dengan jarak 25cm sebesar 0,04 kemudian percobaan dengan jarak 20cm
sebesar 0,04. Percobaan dengan jarak 20 cm menghasilkan faktor tegangan paling kecil karena
T sudah mencapai suhu diatas 60C.
Perbandingan keseluruhan

T terhadap waktu
120
100
80
60
40
20
0
7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53

jarak 15cm jarak 20cm jarak 25cm

Gambar 18. Grafik Perbandingan T terhadap Waktu dari 3 Percobaan


Tegangan terhadap waktu
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49 51 53 55

jarak 15cm jarak 20cm jarak 25cm

Gambar 19. Grafik Tegangan terhadap Waktu dari 3 Percobaan


Dari ke dua grafik yang disajikan terlihat jelas bahwa percobaan dengan jarak 20 cm lebih
dominan dalam menghasilkan T tertinggi dan tegangan tertinggi dilihat dari kenaikan nya yang
cukup signifikan, diikuti oleh percobaan dengan jarak 15 cm terakhir percobaan dengan jarak
25cm dari permukaan bahan bakar.

Kesimpulan

1. Pelet kayu bisa digunakan sebagai bahan bakar untuk kompor generator termoelektrik,
karena selain bisa digunakan untuk memasak, panas yang dihasilkan bisa dimanfaatkan
menjadi energy listrik melalui efek seebeck
2. Percobaan dengan jarak 15 cm dari permukaan bahan bakar menghasilkan T maksimal
sebesar 38,8C dan tegangan sebesar 2,289 volt. Percobaan dengan jarak 20 cm dari
permukaan bahan bakar menghasilkan T maksimal sebesar 110,9C dan tegangan
maksimal seber 2,982 volt. Percobaan dengan jarak 25 cm dari permukan bahan bakar
menghasilkan T maksimal sebesar 43,86C dan tegangan maksimal 1,404 volt
3. Posisi terbaik dalam meletakan generator termoelektrik adalah dengan jarak 20 cm dari
permukaan bahan bakar, karena mendapatkan panas yang maksimal pada sisi panas dan
suhu sisi dingin yang cukup terjaga, sehingga didapatkan T dan tegangan yang cukup
besar

Anda mungkin juga menyukai