Anda di halaman 1dari 17

SITUATION REPORT #4

GEMPABUMI DAN TSUNAMI KABUPATEN DONGGALA – KOTA PALU


Senin, 1 Oktober 2018
Pukul 05:00 WIB

Informasi Kunci

• Telah terjadi gempa (gempa pertama) berkekuatan 5,9 skala richter (SR)
mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, terjadi pada Jumat (28/9) sekitar pukul
14.00 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan, gempa
terjadi di 0.35 LS dan 119.82 BT. Tepatnya di 8 Km Barat Laut Donggala dengan
pusat gempa berada di kedalaman 10 Km. menyebabkan satu orang tewas dan 10
orang luka-luka. Tidak berpotensi tsunami
• Telah terjadi gempa (gempa kedua) dengan kekuatan 5,0 SR. Kedalaman gempa 10
Km di titik koordinat 0.34 LS - 119.87 BT dan berpusat di 10 Km Timur Laut
Donggala, Sulawesi Tengah, pada pukul 14.28 WIB. Gempa inipun tidak berpotensi
menimbulkan tsunami.
• Telah terjadi gempa (gempa ketiga) kembali melanda Donggala dengan kekuatan
lebih besar yaitu 7,4 SR yang terjadi pukul 17.02 WIB dan berpotensi tsunami.
Gempa berkedalaman 10 kilometer, berlokasi di 0.18 LS dan 119.85 BT (27 Km
Timur Laut Donggala-Sulawesi Tengah). Informasi dari Humas BMKG, peringatan dini
dinyatakan berakhir pada pukul 17.36 WIB atau sekitar setengah jam setelah terjadi
gempa. Gempa ketiga mengakibatkan terjadinya tsunami di pesisir Kota Palu. Kepala
Pusat Gempa dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono membenarkan adanya Tsunami di
kawasan Palu, Donggala dan Mamuju usai gempa 7,4 SR mengguncang wilayah
Donggala, Sulawesi Tengah. Gelombang tsunami berkisar 1,5 meter sampai 3 meter
• Telah terjadi gempa (gempa keempat) dengan kekuatan 5.4 SR terjadi di Kabupaten
Donggala pada pukul 21.26 WIB dengan kedalaman 10 Km. Lokasi gempa berada
pada 0.03 LU – 119.54 BT, 60 Km Barat Laut Donggala dan tidak berpotensi
tsunami.
• BMKG telah mengakhiri peringatan dini tsunami sejak 28 September 2018 pukul
17.36 WIB. Gempa susulan masih terjadi hingga 30 September 2018 pukul 12:00
WIB tercatat sebanyak 209 kegempaan yang dirasakan pada 5 MMI
• Data sementara 1.203 orang meninggal dunia, 46 orang hilang, 540 luka, 16.732
pengungsi

Dampak Gempa dan Tsunami

1. Korban meninggal : 1.203 yang tersebar di beberapa titik, jumlah korban terbesar
terdapat di Kelurahan Petobo yang rata oleh terjangan tsunami, berikut rincian
korban meninggal :
1. Kel. Petobo : 700 Orang
2. RS. Wirabuana : 10 Orang
3. RS. Undata : 201 Orang
4. Mesjid Raya : 50 Orang
5. RS. Bhayangkara : 161 Orang
6. Kec. Tawaeli : 35 Orang
7. Kel. Kayumalue Pajeko : 2 Orang
8. Kel. Kawatuna : 5 Orang
9. Pos Pol PP : 7 Orang
10. RS. Madani : 32 Orang
TOTAL : 1.203 Orang Meninggal
2. Jumlah orang hilang sebnyak 46 orang hilang
WNA terdampak bencana di Palu dan Donggala per 30/9/2018 pukul 13.00 WIB,
Total : 61 orang
1. 1 orang WNA asal Singapura, sudah dievakuasi ke Jakarta.
2. 1 orang WNA asal Belgia, sudah dievakuasi ke Jakarta.
3. 1 orang WNA asal Korea Selatan, kondisi belum diketahui (diduga posisi di
Hotel Roa Roa di Palu yang runtuh karena gempa).
4. 3 orang WNA asal Perancis, kondisi belum diketahui.
5. 1 orang WNA asal Malaysia, kondisi belum diketahui.
6. 1 orang WNA asal Jerman di John Dive Resort Donggala, diperoleh informasi
kondisi aman.
7. 10 orang WNA asal Vietnam saat ini berada di posko Bandara Mutiara Palu,
kondisi aman.
8. 32 orang WNA asal Thai di Palu, kondisi aman.
9. 21 orang WNA asal Tiongkok di Hotel Best Western Palu, kondisi aman.

3. Korban luka berat 540 orang. Yang tersebar di beberapa titik :


1. RS. Woodward Palu = 28 orang
2. RS. Budi Agung Palu = 114 orang
3. RS. Samaritan Palu = 54 orang
4. RS. Undata Mamboro Palu = 160 orang
5. RS Wirabuana = 184 orang

4. Jumlah pengungsi di Kota Palu diperkirakan 16.732 jiwa yang tersebar di 123 titik
pengungsian (data 30 September 2018, 20:00 WIB)

Wilayah terdampak :

1. Kota Palu
2. Kabupaten Donggala
3. Kabupaten Sigi
4. Kabupaten Parigi Moutong

5. Komunikasi lumpuh akibat listrik padam menyebabkan pendataan dan


pelaporandampak gempa dan tsunami di Kota Palu dan Donggala tidak dapat
dilakukan dengan cepat
6. Kerusakan: masih terus dilakukan pendataan. Informasi sementara yaitu
• Berbagai bangunan, mulai rumah, pusat perbelanjaan, hotel, rumah sakit,
dan bangunan lainnya ambruk sebagian atau seluruhnya. Diperkirakan
puluhan hingga ratusan orang belum dievakuasi dari reruntuhan bangunan.
• Pusat perbelanjaan atau mal terbesar di Kota Palu, Mal Tatura di Jalan Emy
Saelan ambruk.
• Hotel Roa-Roa berlantai delapan yang berada di Jalan Pattimura rata dengan
tanah. Di hotel yang memiliki 80 kamar itu terdapat 76 kamar yang terisi oleh
tamu hotel yang menginap.
• Arena Festival Pesona Palu Nomoni, puluhan hingga seratusan orang pengisi
acara, sebagian merupakan para penari, belum diketahui nasibnya.
• Rumah Sakit Anutapura yang berlantai empat, di Jalan Kangkung, Kamonji,
Kota Palu, roboh.
• Jembatan Ponulele yang menghubungkan antara Donggala Barat dan
Donggala Timur roboh, jembatan yang menjadi ikon wisata Kota Palu roboh
setelah diterjang gelombang Tsunami
• Jalur trans Palu-Poso-Makassar tertutup longsor
7. Listrik:
• 7 gardu induk PLN padam usai gempa mengguncang Sulawesi Tengah,
khususnya di Palu dan Donggala. Saat ini baru 2 gardu induk yang bisa
dihidupkan kembali.

8. Jaringan komunikasi:
• Di Donggala, Palu dan sekitarnya tidak dapat beroperasi karena pasokan
listrik PLN putus. Terdapat 276 base station yang tidak dapat dapat
digunakan

9. Bandara:
• Bandara Mamuju: terjadi kerusakan di bangunan tower namun masih
berfungsi
• Bandara Toli - Toli: normal
• Bandara Poso: normal
• Bandara Luwuk Bangai: terjadi pergeseran tiang tower namun masih
berfungsi
• Bandara Palu (Mutiara SIS Al-Jufrie) : ditutup hingga tgl 29 Sept 2018 pkl.
19.20 WITA, dengan catatan tidak terjadi gempa atau tsunami lagi. Bagian
tower lantai 4 runtuh, peralatan komunikasi rusak, pemancar radio rusak,
jaringan Usat down, radar & VOR belum berfungsi, 500 meter dari 2.500
meter landas pacu atau runway retak akibat gempa. Landas pacu yang tersisa
sepanjang 2.000 meter tersebut tidak dapat didarati pesawat jet berukuran
besar, seperti Boeing 747 dan sejenisnya

10. Pelabuhan:
• Pelabuhan Pantoloan (Kota Palu) rusak paling parah. Quay crane (kran peti
kemas) yang biasanya digunakan untuk bongkar muat peti kemas roboh.
• Pelabuhan Wani bangunan dan dermaga mengalami kerusakan. KM Sabuk
Nusantara 39 terhempas tsunami ke daratan sejauh 70 meter dari dermaga
• Pelabuhan Ampana, Pelabuhan Luwuk, Pelabuhan Belang-belang, Pelabuhan
Majene kondisi baik dan tidak ada kerusakan akibat gempa.

11. Masa Tanggap Darurat:


Gubernur Sulawesi Tengah telah menerapkan masa tanggap darurat bencana
gempabumi dan tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah selama 14 hari ( berlaku
t.m.t 28/9/2018 hingga 11/10/2018).
Kebutuhan Mendesak

1. Bahan bakar minyak, solar, 9. Bahan makanan


premium 10. Makanan bayi dan anak
2. Genset 11. Dapur umum
3. Alat penerangan 12. Air bersih
4. Tenda pengungsian 13. Tangki air
5. Tenda, terpal, selimut, velved 14. Obat-obatan
6. Kantong mayat 15. Tenaga medis
7. Kain kafan 16. Rumha sakit lapangan
8. Air minum 17. Hunian sementara

Gempa dan Tsunami Mag. 7.4 SR

• BMKG mengeluarkan peringatan tsunami akibat gempa M 7,4 pada 28-9-2018 pada
pukul 17.02.44 WIB
Status tsunami :
- Waspada (<0,5 meter) : pantai Donggala bagian Barat
- Siaga (0,5-3 meter) : pantaiDonggala bagian utara, Mamuju bagian Utara, Kota
Palu bagian Barat
• BMKG mengakhiri peringatan tsunami pada 28-9-2018 pukul 17.39 WIB
• Tsunami menerjang Pantai Talise di Kota Palu, pantai Barat Donggala.
• Tinggi tsunami 0,5-3 meter.
• Tsunami menerjang permukiman di sepanjang pantai.

Berdasarkan analisis sementara dari para ahli tsunami (ITB, LIPI, BPPT), tsunami
disebabkan:

1. Di bagian Teluk Palu disebabkan adanya longsoran sedimen dasar laut di kedalaman
200-300 meter. Sedimen dari sungai-sungai yang bermuara di Teluk Palu belum
terkonsolidasi kuat sehingga runtuh/longsor saat gempa, dan memicu tsunami.
Indikasinya : naik turunnya gelombang dan air keruh.
2. Di bagian luar dari Teluk Palu disebabkan oleh gempa lokal. Airnya lebih jernih.
SESAR PALU KORO YANG MEMICU GEMPA DONGGALA

ACTNews, PALU - Belum sepenuhnya pulih kondisi Lombok akibat gempa yang
mengguncang sejak 29 Juli lalu. Magnitudo hingga 7,0 SR juga mengguncang Lombok pada
5 Agustus, tepat satu pekan setelah gempa pertama. Kini, masa pemulihan tengah berlaku
di Lombok, tapi kabar duka kembali terdengar dari wilayah tengah Indonesia.

Tepatnya di Sigi, Donggala, Palu, Sulawesi Tengah dan sekitarnya. Menurut data yang dirilis
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di situs resminya hingga pukul 21.30
WIB telah terjadi 14 kali gempa dengan magnitudo di atas 5. Guncangan pertama gempa
magnitudo 5,9 pada pukul 14.00, Jumat (28/9). Pusat gempa berada di kedalaman 10
kilometer. Selanjutnya kembali diguncang susulan gempa 28 menit berselang dengan
kekuatan 5 skala richter.

Tak lama berselang, gempa lagi-lagi mengguncang. Getaran semakin besar, membuat
masyarakat panik dan berhamburan menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman. Tepat
pukul 17.02 WIB atau 18.02 WITA gempa dengan magnitudo terbesar terjadi di angka 7,7.
Beriring dengan itu peringatan dini tsunami dikeluarkan BMKG bagi masyarakat yang berada
di sekitar Palu dan Donggala. Parameter gempa yang tercatat oleh seismograf BMKG
kemudian dimutakhirkan di angka 7,4 dan dinyatakan benar telah terjadi tsunami di pantai
Pesisir Teluk Palu dan Pesisir Kabupaten Donggala dan sekitarnya.
Sesar Palu Koro, bergeliat di bawah Kota Palu

Analisis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi


Bencana Geologi (PVMBG) memperkirakan,
guncangan gempa di pulau serupa huruf ‘K’
ini akibat bergeraknya Sesar Palu Koro.
Patahan ini tertanam dan memanjang dari
Utara ke Selatan, membelah wilayah Palu.
Sesar Palu Koro awalnya dimulai dari laut,
akan tetapi lebih banyak yang membentang
melewati daratan, benar-benar seperti
membelah Kota Palu menjadi dua bagian.
Ada juga sesar lain di bawah Tanah
Celebes ini, sebut saja Sesar Matano yang
menurut para ahli juga menyimpan potensi
bencana gempa besar layaknya Palu Koro.

Dalam peta kegempaan, Sulawesi terbagi dalam beberapa sesar aktif. Bentuknya
membentang dari utara ke selatan layaknya membelah pulau yang punya bentuk topografi
unik ini. Selain Palu Koro, juga ada Sesar Makasar, Tolo, Batui dan Lawanopo di antara
beberapa patahan yang menyimpan kekuatan gempa besar.

Mengulang lagi catatan ACTNews setahun silam, Mei 2017 lalu, Aksi Cepat Tanggap (ACT)
bekerja sama dengan berbagai pihak melakukan pemetaan terkait aktivitas Sesar Palu Koro.
Dalam rekam jejak kegempaan Palu, tahun 1828 terjadi gempa magnitudo 7,9 yang
menelan ribuan orang meninggal dunia. Kemudian terjadi gempa-gempa selanjutnya
beberapa tahun kemudian yang juga merenggut nyawa masyarakat.
Bahkan ada semacam dongeng turun-temurun yang diceritakan lintas generasi, tentang
kejadian puluhan hingga ratusan tahun silam. Dongeng itu mengisahkan Palu, Donggala dan
sekitarnya pernah mengalami kejadian "Air Laut Berdiri". Cerita dongeng yang ditemukan
Tim ACT dan Ekspedisi Palu Koro itu pun menjadi dasar bahwa, beberapa waktu silam
pernah terjadi bencana tsunami serupa di Kota Palu, Donggala dan sekitarnya.

Jumat (28/9) kemarin gempa kembali mengguncang dengan magnitudo 7,4 setelah
dimutakhirkan dari data sebelumnya 7,7. Gelombang tsunami atau masyarakat lokal
menyebut dengan istilah Air Laut Berdiri menerjang bibir pantai Donggala, Palu dan Mamuju
sekitarnya setinggi 1,5 meter bahkan lebih. Masyarakat berhamburan menyelamatkan diri,
mencari tempat tinggi.

“Gempa ini akibat bergesernya Sesar Palu Koro,” ungkap Kepala Tim Ekspedisi Sesar Palu
Koro ACT Tri Nirmala Ningrum, Jumat (28/9), dihubungi ACTNews.

Mengutip catatan Tim Peneliti Ekspedisi Palu Koro, gempa akibat patahan Palu Koro ini
pernah terjadi pada 1907. Kemudian kembali berguncang pada 1927 dan 1968 hingga
mengakibatkan tsunami besar menyapu wilayah tepi pantai. “Tapi Gempa akibat Sesar Palu
Koro, juga gempa di manapun di dunia tidak bisa diramal kapan datangnya,” jelas Rini.

Rini juga menjelaskan, gempa di Sulawesi Tengah pada Jumat di pekan akhir bulan
September ini berbeda sumber dengan gempa yang terjadi di Lombok beberapa bulan
belakangan. Guncangan gempa di Lombok akibat patahan yang dikenal dengan Bali-
Lombok, Flores back arc thrust yang terdorong lempengan Australia. Patahan yang
melepaskan kekuatan gempa di Lombok tidak memiliki pengaruh pada Sesar Palu Koro.

“Setiap patahan memiliki sejarahnya masing-masing,” kata Pakar Kegempaan Institut


Teknologi Bandung Irawan Meilano, Jumat (10/8) silam ketika dimintai analisisnya tentang
gempa Lombok.

Hal ini pun diamini Rini. Ia mengatakan jika sumber gempa yang terjadi di Sulteng berbeda
dengan gempa Lombok pada Agustus silam. Patahan yang menggeliat di dalam Tanah
Celebes akan saling berkaitan dengan sesamanya di wilayah sekitar Pulau Sulawesi, seperti
Sesar Matano.

Namun, Rini juga menyampaikan kabar kurang baiknya dari aktivitas gempa Jumat (28/9)
kemarin. Menurut Rini ada kemungkinan untuk bergeraknya sesar lain di sekitar Palu Koro.
Pergerakan ini akibat pengaruh yang ditimbulkan dari satu sesar yang aktif. Selain itu,
memang ada siklus atau ‘ulang tahun’ dari aktifnya Sesar Palu Koro, juga sesar lainnya di
Indonesia.

“Ini memang waktu ulang tahunnya sesar, termasuk Palu Koro. Setelah lama tidak bergerak,
ada siklus di mana Sesar Palu Koro akan melepas energinya yang tertanam besar selama
sekian waktu,” tambah Rini.

Melihat catatan sejarah, Rini dan tim-nya dalam Ekspedisi Palu Koro telah sepakat jika
tahun-tahun ini merupakan waktu bergeraknya sesar. Ada siklus 130-an tahun yang
dijadwalkan dapat menimbulkan gempa besar. Walau begitu, besar harapan Rini bahwa
pelepasan energi gempa tidak besar akan tetapi sering. Karena sesar yang sering melepas
energinya dalam magnitudo kecil lebih baik dibandingkan dengan sesar yang sekian lama
tidak melepas energi. Ada efek seperti ketapel yang ditarik panjang kemudian dilepaskan
secara tiba-tiba.

“Tahun 1907 itu juga besar skalanya, dan tahun 2018 ini gempa besar terulang lagi. Kami
semua mengucapkan duka dan belasungkawa untuk semua korban gempa di Palu,
Donggala dan wilayah di sekitarnya,” tutup Rini (SUMBER: ACT NEWS)

PROFIL KERENTANAN BENCANA ALAM KABUPATEN DONGGALA

Kabupaten Donggala terletak di Provinsi Sulawesi Tengah bagian barat di pulau Sulawesi,
Indonesia. Panjang wilayahnya dari utara ke selatan hampir mencapai 300 km. Luas wilayah
kabupaten ini adalah 5.275 km. Kota Palu memisahkan bagian paling selatan kabupaten ini
menjadi dua. Sebagian besar bentang alamnya terdiri atas perbukitan terjal dan tinggi
dengan dataran pantai yang rendah memanjang ke arah Selat Makassar dan Selat Palu
Sesar Palu-Koro

Potensi Bahaya dan Risiko


Kabupaten Donggala masuk dalam kawasan
lempeng tektonik aktif, terutama dengan
keberadaan Sesar Palu-Koro. Oleh karena itu,
kabupaten ini berpotensi mengalami gempa
bumi besar, tsunami, banjir, dan kebakaran
hutan. Perubahan iklim di masa mendatang
cenderung memperbesar intensitas badai
ekstrem yang mengakibatkan banjir besar.
Kabupaten Donggala memiliki Angka Indeks
Risiko Bencana BNPB 189 (tinggi) dan
menduduki peringkat ke-80 dari 496 kabupaten
yang memiliki resiko bencana (BNPB 2013).

Kerentanan Lingkungan Alam

Kondisi topografi yang terjal di Kabupaten Donggala, menyebabkan sebagian besar areanya
memiliki potensi rawan longsor, aliran debris, dan erosi. Potensi-potensi bahaya ini pada
akhirnya juga menyebabkan sejumlah besar endapan sedimen (tanah dan batuan) hasildari
longsor, debris dan erosi mengisi dasar sungai dan menyebabkan potensi bencana banyak
banjir lebih besar serta pertambahan endapan sedimen di daerah pesisir. selain itu di daerah
pesisir pantai, hilangnya hutan bakau juga telah menyebabkan meningkatnya abrasi pantai.
Daerah dataran rendah di pantai juga berisiko terkena intrusi garam dari gelombang pasang
dan tsunami. Banjir sering terjadi di Kabupaten Donggala selama musim hujan, sedangkan
kekeringan sering terjadi di musim kemarau. Perubahan iklim di masa depan mungkin akan
meningkatkan keparahan banjir dan kekeringan

Jumlah penduduk Kabupaten Donggala pada tahun 2012 mencapai 284.113 jiwa. Ibu kota
kabupaten, Kecamatan Banawa, adalah daerah yang paling padat penduduknya di Donggala
dengan kepadatan 330 jiwa per km, Mayoritas penduduk beragama Islam dengan
Kecamatan Pinembani sebagai satu-satunya kecamatan yang mayoritas penduduknya tidak
beragama Islam.
Kerentanan Populasi Penduduk Usia Muda

Sebagian besar penduduk Kabupaten Donggala berusia muda. Penduduk usia muda dapat
lebih rentan terhadap bencana, tetapi penduduk usia muda justru memiliki kesempatan
untuk mendapatkan pendidikan mengenai bahaya dan risiko melalui sekolah. Oleh
karenanya, , media sosial adalah model pendidikan yang bagus untuk anak-anak dan
pemuda

Kerentanan Migrasi

Sekurang-kurangnya 13% dari populasi Donggala adalah penduduk yang berasal dari luar
daerah, baik melalui migrasi spontan atau pun transmigrasi. Para migran tersebut lebih
rentan terhadap bencana karena kurangnya pengetahuan mereka tentang bahaya alam lokal
dan langkah-langkah pengurangan risiko bencana yang telah ada seringkali mereka tidak
terbiasa dengan kebiasaan setempat atau norma-norma sosial sehingga terdapat
kecenderungan dapat menyebabkan konflik sosial

Kerentanan Pertanian yang Lemah

Meskipun ada berbagai macam industri berskala kecil di Donggala, lebih dari 95% kegiatan
ekonomi di kabupaten ini berhubungan dengan pasir dan batu kerikil. Ketergantungan pada
satu sektor pertambangan ini menjadikan kabupaten ini sangat rentan terhadap bahaya
seperti aliran debris, banjir, dan sedimentasi yang bisa mengganggu kegiatankegiatan
ekonomi lainnya. Selain itu, kegiatan pengerukan memperburuk ketidakstabilan tepi sungai
dan menimbulkan erosi lebih lanjut.

Pengelolaan Daerah Resapan Air

Kerusakan hutan, baik karena penebangan legal dan ilegal serta pengalihan fungsi hutan
menjadi perkebunan ditengarai dapat memperburuk masalah pengelolaan daerah resapan
air. Kegiatan tersebut telah meningkatkan dan memusatkan aliran air di permukaan,
meningkatkan potensi erosi dan kemungkinan terjadinya aliran debris yang dapat
berdampak pada daerah hilir.

Konstruksi dan Pengawasan Pembangunan yang Buruk

Banyak bangunan dan pembangunan di Kabupaten Donggala tidak memiliki izin dan juga
sering tidak mematuhi perencanaan tata ruang serta peraturan pembangunan. Kondisi
tanah, termasuk potensi bahaya, sering tidak dipertimbangkan sebelum pembangunan. Hal
in mengakibatkan banyak bangunan berisiko runtuh saat gempa terjadi yang disebabkan
oleh adanya likuifaksi atau banjir. Banyak rumah juga terletak di dataran rendah pesisir
pantai atau dekat saluran sungai sehingga beresiko terkena bencana banjir dan erosi.
Infrastruktur yang Rentan Jalan, jembatan, rumah ibadah, sekolah, dan rumah-rumah
belum tentu dibangun untuk dapat bertahan ketika ada potensi bahaya banjir, longsordan
gempa bumi. Jalan dan jembatan rentan terhadap erosi, longsor, dan aliran debris. Hal
tersebut perlu menjadikan perhatian ekstra karena adanya keterbatasan akses jalan menuju
Kabupaten Morowali, sehingga ketika terjadi bencana dan menutup akses jalan atau
merusak jembata, tidak ada rute alternatif untuk penyaluran bantuan atau sumber daya
Sejarah kejadian gempa dan tsunami Sulawesi

Tahun Lokasi Dampak


01/12/1927 Teluk Palu 14 Jiwa meninggal dunia dan 50 luka-luka
30/01/1930 Pantai Barat Kab. Donggala Tsunami setinggi >2m berlangsung selama 2 menit
Tsunami setinggi 8-10 meter, 200 korban meninggal dunia,
Teluk Tambu Kec. Balaesang Donggala 790 rumah rusak, seluruh desa di pesisi pantai barat
14/08/1938 Donggala hampir tenggelam
1994 Sausu, Kab. Donggala
Tsunami menyapu pantai barat Kabupaten Donggala dan
Selat Makassar
01/01/1996 Toli-Toli
Tsunami setinggi 3.4 meter, membawa air laut sejauh 300
Desa Bangkir, Tonggolobi dan
meter ke daratan, 9 orang tewas dan bangunan di desa
Donggala
1996 Bangkir rusak parah
11/10/1998 Kabupaten Donggala Ratusan bangunan rusak parah
16 Km arah tenggara Koota Palu 100 rumah rusak, 1 orang meninggal dan 4 orang luka-luka
24/01/2005
17/11/2008 Laut Sulawesi 4 jiwa meninggal warga Kabupaten Buol

Kabupaten Sigi dan Parigi Montong 8 Jiwa meninggal dunia


18/08/2012

Dokumentasi

Kondisi Pelabuhan Pantoloan


Kondisi Kampus IAIN Palu

Daerah Balaroa dan sekitar Sungai Manonda, Palu Barat


Pasca Gempa Kota Palu
Aksi Relawan ACT-MRI saat melakukan evakuasi jenazah
Induk Posko Nasional
Perkantoran Ciputat Indah Permai, Jl. Ir. H. Juanda No.50, Blok B 8-9, Ciputat, Tangerang
Selatan, Banten
Telp. 021-741 4482

Kantor Pusat
Menara 165, Lantai 11, Jl. TB. Simatupang Kav 1, Cilandak Timur, Jakarta Selatan
Telp. 021-2940 6565

Situation Report Personil


Penanggung Jawab : Ibnu Khajar
Pemimpin Redaksi : Wahyu Novyan
Koordinator Data dan Informasi : Sutaryo
Koordinator library data dan konten : Lukman Hakim
Koordinator Lapangan : Lukman Solehudin

Anda mungkin juga menyukai