Anda di halaman 1dari 5

Air limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman yang telah

dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang


untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik. Limbah dari makhluk
hidup, seperti manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat menjadi
penyumbang pencemaran terhadap air yang akan dipergunakan, baik untuk
keperluan makhluk hidup maupun untuk keperluan kehidupan yang lain.
Keberadaan zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih akan
menimbulkan gangguan terhadap kualitas air. Keadaan ini akan
menyebabkan oksigen terlarut dalam air berada pada kondisi yang kritis, atau
merusak kadar kimia air. Rusaknya kadar kimia air tersebut akan berpengaruh
terhadap fungsi dari air itu sendiri.

i. BOD (Biologycal Oxygen Demand)

BOD merupakan parameter yang umum dipakai untuk menentukan


tingkat pencemaran bahan organik pada air limbah. Pemeriksaan BOD
diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan
untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis. Adanya bahan organik
yang cukup tinggi (ditunjukkan dengan nilai BOD dan COD) menyebabkan
mikroba menjadi aktif dan menguraikan bahan organik tersebut secara
biologis menjadi senyawa asam-asam organik.
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik
yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh
mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi
bahan organik dalam kondisi aerob. Biochemical oxygen demand hanya
mengukur jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh oksidasi mikroba dan paling
relevan dengan perairan kaya bahan organik.
Biochemical Oxygen Demand (BOD) jumlah miligram oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroba aerobik untuk menguraikan bahan organik karbon
pada suhu 20 °C ± 1 °C. Peruraian ini terjadi disepanjang saluran secara aerob
dan anaerob. Timbul gas CH4, NH3 dan H2S yang berbau busuk. Uji BOD ini
tidak dapat digunakan untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang
sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah
konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi bahan organik
tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin banyak
pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.
ii. Dampak BOD Yang Terkandung Di Dalam Air Limbah
Dalam aliran sungai yang lambat atau waduk, bod sebesar 5 mg/liter
mungkin telah cukup untuk menimbulkan kondisi buruk, sedangkan sungai-
sungai di pegunungan yang aliran airnya deras dapat mengandung BOD 30
mg/liter atau lebih tanpa menimbulkan efek yang buruk. Hal ini karena aliran
sungai yang deras mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk re-aerasi
dan mencegah terjadinya akumulasi bahan organik di sedimen dasar.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem-
sistem pengolahan biologis bagi air yang tercermar tersebut. Pemeriksaan
BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen di dalam air,
dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob. Sebagai hasil
oksidasi akan terbentuk karbon dioksida, air dan Reaksi oksidasi dapat
dituliskan sebagai berikut:
CnHaObNc + ( n + a/4 – b/2 – 3c/4 ) O2 ——–à nCO2 + ( a/2 – 3c/2 ) +
H2O + cNH3

iii. Metode Analisa BOD


Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida,
adalah penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya
kadar oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol tertutup
rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar, dalam metode
Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat.
Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan
dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 den NaOH-KI,
sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atan HCl
maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan membebaskan molekul
iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan
ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3)
dan indikator amilum (kanji).
Prinsip pemeriksaan parameter BOD didasarkan pada reaksi oksidasi
zat organik dengan oksigen di dalam air dan proses tersebut berlangsung
karena adanya bakteri aerobik. Untuk menguraikan zat organik memerlukan
waktu ± 2 hari untuk 50% reaksi, 5 hari untuk 75% reaksi tercapai dan 20 hari
untuk 100% reaksi tercapai. Dengan kata lain tes BOD berlaku sebagai
simulasi proses biologi secara alamiah, mula-mula diukur DO nol dan setelah
mengalami inkubasi selama 5 hari pada suhu 20°C atau 3 hari pada suhu
25°C–27°C diukur lagi DO air tersebut.

iv. Chemical Oxygen Demand (COD)


Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (mg O2)
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat – zat organis yang ada dalam 1 L
sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat –
zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses
mokrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam
air.
Oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang terkandung didalam
air dan diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan
sebagai tanda derajat pengotor air baku. Semakin besar oksigen yang terlarut,
maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil. Rendahnya nilai
oksigen terlarut berarti beban pencemaran meningkat sehingga koagulan
yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu dengan
polutan – polutan dalam air menyebabkan konsusmsi bertambah.

Jumlah oksigen terlarut di air merupakan faktor penting pada


kehidupan air. Penyebab berkurangnya jumlah oksigen terlarut di air
disebabkan oleh effluen (keluaran) limbah industri, limpasan kegiatan
pertanian dan kegiatan perkotaan, dan lain-lain.
Chemical Oxygen Demand merupakan parameter kualitas air yang
penting karena, mirip dengan BOD, ia dapat menilai dampak effluen air
limbah yang akan dibuang pada lingkungan penerima (badan air). Tingkat
COD tinggi menandakan banyaknya jumlah bahan organik yang teroksidasi
pada sampel, yang akan mengurangi tingkat oksigen terlarut (DO). Penurunan
DO dapat menyebabkan kondisi anaerob, yang dapat merusak kehidupan air.
Tes COD sering digunakan sebagai alternatif untuk BOD karena waktu
analisa yang lebih singkat
Maka dari itu COD biasanya diukur pada :
1. Influen air limbah di unit pengolahan (untuk mengetahui nilai COD awal)
2. Effluen air limbah di unit pengolahan (untuk mengetahui nilai COD akhir,
dan untuk mengetahui efisiensi pengolahan suatu unit)
3. Effluen air limbah ke badan air (untuk kesesuaian terhadap baku mutu)
4. Badan air (untuk mengetahui nilai COD dan dapat memperkirakan dampak
yang ditimbulkan)
Prinsip analisa COD adalah semua senyawa organik dapat dioksidasi
secara sempurna menjadi karbon dioksida dengan menggunakan oksidator
kuat pada kondisi asam. Sampel air diinkubasi pada kondisi tertutup dengan
oksidan kimia yang kuat dalam suhu dan jangka waktu tertentu. Oksidan yang
sering digunakan dalam tes COD adalah kalium dikromat (K2Cr2O7)
kombinasi dengan asam sulfat mendidih (H2SO4).
Oksidan kimia kuat (Cr2O72-), berfungsi untuk mengoksidasi senyawa
organik menjadi karbon dioksida dan air pada kondisi asam. Sampel tersebut
kemudian didiamkan selama kurang lebih 2 jam pada suhu 150 ° C. Jumlah
oksigen yang dibutuhkan dihitung dari jumlah oksidan kimia yang
dikonsumsi.
Metode pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena
menggunakan peralatan khusus reflux, penggunaan asam pekat, pemanasan,
dan titrasi. Peralatan reflux diperlukan untuk menghindari berkurangnya air
sampel karena pemanasan. Pada prinsipnya pengukuran COD adalah
penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai
oksidator pada sampel (dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan
asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa
waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi.
Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan
organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan.
Chemical Oxygen Demand berhubungan dengan Biochemical
Oxygen Demand (BOD), bentuk analisa lain untuk pengujian kebutuhan
oksigen pada air limbah. Maka COD dan BOD tidak selalu mengukur jenis
yang sama dari oksigen yang dikonsumsi. Misalnya, COD tidak mengukur
kemungkinan oksigen yang dikonsumsi pada senyawa organik terlarut seperti

asetat. Namun, asetat dapat dimetabolisme oleh mikroorganisme dan karena


itu akan terdeteksi dalam uji BOD. Sebaliknya, kemungkinan oksigen yang
dikonsumsi pada selulosa tidak diukur selama uji BOD dengan pengukuran
jangka pendek, tetapi diukur pada tes COD.

Anda mungkin juga menyukai