Anda di halaman 1dari 17

A.

Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dirancang untuk


mencapai tujuan yang telah ditetapkan, salah satu dari tujuan pendidikan yaitu
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.1 Menyadari akan hal tersebut,
pemerintahan sangat serius menangani bidang pendidikan. Sebab dengan sistem
pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang
berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas (Sistem


Pendidikan Nasional) Pasal 37 Ditegaskan bahwa mata pelajaran matematika
merupakan salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah.2 Menyadari pentingnya penguasaan matematika, maka
dalam pembelajaran pada jenjang pendidikan di wajibkan untuk penguasan
matematika. Penguasaan matematika juga sangat diperlukan ketika dalam
kegiatan sehari-hari tanpa kita sadari.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari
sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama sehingga siswa
mampu memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Lebih lanjut hal ini dijabarkan dalam tujuan
pembelajaran matematika dalam kurikulum 2006 satu diantaranya adalah agar
siswa mampu memahami konsep-konsep matematika dan mampu
mengaplikasikannya dalam aktivitas pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).3

1Supriyanto, Penerapan Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Matematika, Vol 03, No 02, 2014, hlm. 165
2Republik Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Bab X, Pasal 37, hlm.
12
3Siska Dyah Pratiwi dan Mega Teguh Budiarto, Profil Metakognisi Siswa SMP dalam
Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan Matematika Siswa, UNESA, hlm.
180
Memecahkan suatu masalah dalam matematika diperlukan kemampuan
matematika. Kemampuan matematis adalah kemampuan untuk menghadapi
permasalahan baik dalam matematika maupun kehidupan nyata. Kemampuan
matematis mencakup kemampuan untuk mengeksplorasi, menentukan praduga
dan mengkomunikasikan ide tentang matematika serta menghubungkan ide-ide
dalam matematika dan anatara matematika serta aktivitas intelektual lainnya4.

Melalui pemecahan masalah matematika, siswa diarahkan untuk


mengembangkan kemampuannya antara lain membangun pengetahuan
matematika yang baru, memecahkan masalah dalam berbagai konteks yang
berkaitan dengan matematika, menerapkan berbagai strategi yang diperlukan, dan
merefleksikan proses pemecahan masalah matematika.5 Proses pemecahan
masalah dalam matematika yang saat ini banyak dilakukan oleh siswa adalah
dengan cara menghafal rumus matematika yang akan digunakan, sehingga siswa
merasa terbebani dengan banyaknya rumus yang ada. Hal ini yang menyebabkan
pelajaran matematika menjadi menakutkan, susah untuk dipelajari dan masih
banyak lagi paradigma yang kurang bagus terhadap pelajaran matematika.

Merubah paradigma yang buruk terhadap pelajaran matematika merupakan


tugas yang berat bagi seluruh guru matematika, pengubahan karakter dan
penguasaan terhadap siswa sangat diperlukan dalam mengelola kelas. Kreativitas
berpikir kritis dan inovasi dalam pembelajaran sangat diperlukan bagi seorang
guru matematika dalam merubah paradigma siswa terhadap matematika bahkan
juga perkembangan masyarakat.6

Pembelajaran matematika dapat mengembangkan berpikir matematika


siswa yang dipengaruhi oleh kesadaran berpikirnya. Hal ini terjadi karena

4Inaz Zahra Hasanah, Analisis Metakognisi Siswa dalam Mememcahkan Masalah


Penggunaan Teorema PHYTAGORAS Ditinjau Dri Kemampuan Matematika, (Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2017). Hlm. 2
5Anggo, Mustamin, Pelibatan Metakognisi Dalam Pemecahan Masalah Matematika,
2011 (Online), (http://online journal.unja.ac.id/index.php/edumatica/article/view/ 188), diakses
tanggal 17 Juli 2013
6Ferry Ferdianto dan Ghanny, Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa
Melalui Problem Posing, Vol.1, No.1, hlm. 47
seseorang yang belajar matematika tidak hanya memiliki keterampilan untuk
melakukan sesuatu tetapi juga harus memahami dan menyadari mengapa aktivitas
itu dilakukan dan apa implikasinya.7 Kemampuan menyadari apa yang
dipikirkannya inilah nanti yang akan membantu siswa untuk selalu berpikir
dengan tepat ketika menghadapi suatu masalah. Kemampuan ini dikembangkan
dengan cara memberikan kesempatan kepada individu untuk menyelesaikan
masalah dengan caranya sendiri, serta membantu mereka untuk menyadari dan
mengatur proses berpikirnya sendiri ketika menyelesaikan masalah dalam
matematika. Proses menyadari dan mengatur berpikir sendiri inilah yang disebut
metakognisi.

Secara konseptual metakognisi didefinisikan oleh beberapa ahli, bahwa


metakognisi sebagai pengetahuan seseorang tentang kognitifnya, berpikir
seseorang tentang berpikirnya, dan keterampilan esensial seseorang dalam belajar
untuk belajar8. Metakognisi merujuk pada cara untuk meningkatkan kesadaran
mengenai proses berpikir dan belajar yang dilakukan dan kesadaran ini akan
terwujud apabila seseorang dapat mengawali berpikirnya dengan merencakan,
memantau, dan mengevaluasi hasil dan aktivitas berpikirnya.9 Ada juga yang
mendefinisikan “metacognition is our knowledge, awareness and control of our
cognitive processes” yang artinya metakognisi adalah pengetahuan, kesadaran,
dan control terhadap proses kognitif.10

Berdasarkan pada pengertian metakognisi di atas, dapat disimpulkan


bahwa metakognisi merupakan kesadaran seseorang tentang proses kognitifnya
atau proses pengaturan diri seseorang sehingga indibidu tersebut mengetahui
bagaimana dia belajar, kapan waktu yang tepat untuk belajar, strategi apa yang

7Dewi Asmarani, dkk, Metakognisi Mahasiswa Tadris Matematika IAIN Tulungagung


Angkatan 2014 dalam Menyelesaikan masalah Matematika Berdasarkan Langkah-langkah Polya
dan De Carte, (Tulungagung: Akademi Pustaka, 2017), Hlm. 1
8Muhammad Sudia, Profil Metakognisi Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah Open-
Ended Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Siswa, Vol 01, No 01. Hlm. 30
9 Ibid,. hlm.30
10Theresia Nugrahangsih, Metakognisi Siswa SMA Kelas Akselerasi dalam Memecahkan
Soal Matematika. Vol 24, No 84, Hlm. 39
cocok untuk digunakan saat belajar sehingga apa yang dilakukan dapat terkontrol
secara optimal, dan bertanya kepada diri sendiri tentang masalahnya.

Metakognisi memiliki tiga komponen pada penyelesaian masalah


matematika dalam pembelajaran, yaitu: (a) pengetahuan metakognisi, (b)
keterampilan metakognitif, (c) kepercayaan metakognitif.11 Perbedaan paling
umum dalam metakognisi adalah memisahkan pengetahuan metakognitif dari
keterampilan metakognitif. Pengetahuan metakognitif mengacu pada pengetahuan
deklaratif, penegetahuan prosedural dan pengetahuan kondisional seseorang pada
penyelesaian masalah. Sedangkan keterampilan metakognisi mengacu pada
keterampilan prediksi (prediction skills), keterampilan perencanaan (planning
skills), keterampilan monitoring (monitoring skills), dan keterampilan evaluasi
(evaluation skills). Keterampilan metakognisi akan optimal jika memenuhi aspek
prediksi, perencanaan, monitoring, dan evaluasi.

Alternatif penyelesaian untuk mengetahui dan meningkatkan keterampilan


metkognisi siswa yaitu dengan pemberian soal dalam bentuk soal cerita

Menyadari kenyataan di atas, peneliti melakukan penelitian untuk


mengetahui bagaimana metakognisi siswa dalam menyelesaikan masalah
lingkaran ditinjau dari kemampuan matematikanya.

B. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian yang berfokus pada


metakognisi siswa dalam menyelesaikan masalah lingkaran yang ditinjau dari segi
matematika siswa. Sehubungan dengan latar belakang masalah dan fokus
penelitian, maka muncul pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana metakognisi siswa berkemampuan tinggi dalam menyelesaikan


masalah lingkaran yang ditinjau dari kemampuan matematika siswa?

11Inaz Zahra Hasanah, Analisis Metakognisi Siswa dalam Mememcahkan Masalah


Penggunaan Teorema PHYTAGORAS Ditinjau Dri Kemampuan Matematika, (Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2017). Hlm. 3
2. Bagaimana metakognisi siswa berkemampuan sedang dalam
menyelesaikan masalah lingkaran yang ditinjau dari kemampuan
matematika siswa?
3. Bagaimana metakognisi siswa berkemampuan rendah dalam
menyelesaikan masalah lingkaran yang ditinjau dari kemampuan
matematika siswa?

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan fokus penelitian yang telah diuraikan di atas maka


penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui metakognisi siswa berkemampuan tinggi dalam
menyelesaikan masalah lingkaran yang ditinjau dari kemampuan
matematika siswa.
2. Untuk mengetahui metakognisi siswa berkemampuan sedang dalam
menyelesaikan masalah lingkaran yang ditinjau dari kemampuan
matematika siswa.
3. Untuk mengetahui metakognisi siswa berkemampuan rendah dalam
menyelesaikan masalah lingkaran yang ditinjau dari kemampuan
matematika siswa.

D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan
pengetahuan mengenai matematika khususnya tentang lingkaran.
b. Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadikan langkah
sosialisasi tentang pentingnya kemampuan bernalar dan juga
pentingnya mempelajari soal-soal matematika yang berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi Peneliti Lanjutan
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan
untuk peneliti lanjutan.
b. Bagi Sekolah
Dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas baik
berupa kurikulum, bahan ajar maupun pengajar yang ada di sekolah
dalam memberikan materi terapan mengingat betapa pentingnya
materi terapan bagi siswa.
c. Bagi Masyarakat (Siswa dan Orang Tua)
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan yang
lebih kepada masyarakat (siswa dan orang tua) untuk lebih memahami
bagaimana pembelajaran yang ada di sekolah lebih khususnya pada
materi matematika yang berhubungan dengan lingkaran agar mengerti
bagaimana penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari
E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan pertimbangan untuk merancang model atau strategi


pembelajaran dalam matematika
2. Sebagai acuan untuk guru dalam upaya meningkatkan metakognisi siswa
dalam menyelesaikan masalah matematika

F. Penegasan Istilah

Untuk menghindari adanya kemungkinan penafsiran yang salah tentang


istilah yang digunakan dalam penulisan judul skripsi di atas, maka penulis merasa
perlu untuk memberikan penegasan terlebih dahulu pada istilah-istilah yang
terdapat dalam judul, dan pembatasan masalahnya, terdapat dua penegasan istilah
yaitu secara kopseptual dan secara operasional.

a. Secara Konseptual
a. Analisis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pengertian
analisis pada umumnya (nominal/katabenda) adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya)
untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab-musabab,
duduk perkaranya).12
b. Metakognisi
Istilah metakognisi (metacognition) pertama kali diperkenalkan
oleh John Flavell pada tahun 1976. Metakognisi terdiri dari
imbuhan “meta” dan “kognisi”. Meta merupakan awalan untuk
kognisi yang artinya “sesudah” kognisi. Penambahan awalan
“meta” pada kognisi untuk merefleksikan ide bahwa metakognisi
diartikan sebagai kognisi tentang kognisi, pengetahuan tentang
pengetahuan atau berpikir tentang berpikir.13
c. Menyelesaikan Masalah
Menurut teori Polya (1971), solusi soal pemecahan masalah
memuat empat langkah fase penyelesaian, yaitu:
1. Memahami masalah,
2. Merencanakan penyelesaian,
3. Menyelesaikan masalah sesuai rencana, dan
4. Melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah
yang telah dikerjakan.14
d. Lingkaran
Pengertian lingkaran adalah kedudukan titik-titik yang berjarak
sama terhadap suatu titik tertentu. Jarak yang sama tersebut di
sebut dengan jari jari lingkaran dan titik titik tertentu di sebut
pusat lingkaran.
e. Kemampuan Matematika
Kemampuan matematis adalah kemampuan untuk menghadapi
permasalahan baik dalam matematika maupun kehidupan nyata.
b. Secara Operasional
a. Analisis
Pengertian analisis yang di terapkan dalam penelitian ini adalah
pengertian analisis di bidang matematis yaitu penguraian suatu
pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri

12Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008),
hlm. 60
13Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2010), hlm. 132
14Dewi Asmarani, dkk, Metakognisi Mahasiswa Tadris Matematika IAIN Tulungagung
Angkatan 2014 dalam Menyelesaikan masalah Matematika Berdasarkan Langkah-langkah Polya
dan De Carte, (Tulungagung: Akademi Pustaka, 2017), Hlm. 18-19
serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang
tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
b. Metakognisi
Metakognisi yang dimaksud adalah cara berpikir siswa dalam
menyelesaikan masalah bab lingkaran yang diberikan, bagaimana
siswa berproses dalam pengerjaannya untuk berfikir
menyelesaikan masalah.
c. Menyelesaikan Masalah
Maksud dari menyelesaikan masalah dalam penelitian ini
menggunakan menurut teori Polya (1971), solusi soal pemecahan
masalah memuat empat langkah fase penyelesaian.
c. Lingkaran
Penyebutan lingkaran dalam penelitian ini menunjukkan bab
lingkaran dalam matematika, yang nantinya akan di analisis
setelah perlakuan test yang di buat peneliti.
d. Kemampuan Matematika
Kemampuan matematis meliputi kemampuan pemecahan
masalah (problem solving), kemampuan berargumentasi
(reasoning), kemampuan berkomunikasi (communication), dan
kemampuan representasi (representation). Dengan kelima liputan
kemampuan matematik, peneliti mengambil subjek kemampuan
paling tinggi, sedang, dan rendah untuk diteliti.

F. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai


tolak ukur dan acuan untuk menyelesaikannya, penelitian terdahulu memudahkan
penulis dalam menentukan langkah-langkah yang sistematis untuk penyusunan
penelitian dari segi teori maupun konsep.

Tabel. 1.1
Penelitian Terdahulu
Pengarang Judul Hasil Penelitian
Inas Zahra Analisis Metakognisi Siswa kegiatan penelitian ini
Hasanah, 2017 dalam Memecahkan Masalah menunjukkan metakognisi
Penggunaan Teorema siswa yang memiliki
Phytagoras Ditinjau dari kemampuan matematika
Kemampuan Matematika dalam memecahkan
masalah teorema
phytagoras dilihat dari
berdasarkan 4 aspek yaitu
aspek prediksi, aspek
perencanaan, aspek
monitoring, maupun aspek
evaluasi.

Tabel. 1.2
Penelitian Terdahulu
Pengarang Judul Hasil Penelitian
Kiki Dewi Analisis Kemampuan Hasil penelitian ini
Rahmawati, Metakognisi Siswa dalam menunjukkan siswa yang
Susanto, Arika Memyelesaikan Soal berkemampuan matematika
Indah Kristiana,. Matematika Berbasis Polya sedang, rendah, dan tinggi
(2015) Subpokok Bahasan PLSV memiliki perbedaan dalam
Kelas VII-A SMP Negeri 3 melewati tahap-tahap
Jember perilaku metakognisi untuk
menyelesaikan masalah
soal matematika dengan
bahasan PLSV ditinjau dari
teori polya.

Tabel. 1.3
Penelitian Terdahulu
Pengarang Judul Hasil Penelitian
Siska Dyah Pratiwi, Profil Metakognisi Siswa Hasil Penelitian
Mega Teguh SMP dalam Memecahkan menunjukkan bahwa
Budiarto. (2014) Masalah Matematika Ditinjau metakognisi siswa dilihat
dari Kemampuan Matematika dari kemampuan matematis
Siswa. siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika yang
menggunakan dengan teori
polya dengan hasil semua
siswa tinggi, sedang,
rendah tidak melakukan
tahap pemeriksaan kembali
melainkan hanya
melakukan evaluasi.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan untuk menjelaskan cara yang akan dilakukan


peneliti dengan perlunya ada rancangan yang ditulis sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Metode
penelitian yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di SMPN 2 Prambon Nganjuk.
3. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini diperlukan karena peneliti
sendiri merupakan alat (instrumen) pengumpulan data yang utama
sehingga kehadiran peneliti sangat diperlukan dalam menguraikan data
nantinya. Peneliti yang nantinya akan terjun langsung ke lokasi
penelitian yang nantinya akan mempermudah peneliti untuk melihat
secara langsung kondisi subyek yang diteliti.
4. Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Dilihat
dari sumber perolehan data, atau darimana data tersebut berasal, secara
umum dala penelitian terdapat dua jenis data yaitu, data primer dan
data sekunder.
a) Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari
sumber pertama di lokasi penelitian. Data primer adalah
data yang dihimpun langsung oleh peneliti. Untuk
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya
secara langsung. Dalam hal ini, sumber data primer yaitu
meliputi lembar jawaban dari para siswa, hasil wawancara
dari siswa dan guru serta dokumentasi pada saat siswa
mengerjakan soal yang diberikan.
b) Sunber Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara, barang bukti, catatan atau laporan historis yang
tersusun dalam arsip. Data sekunder ini diperoleh dari
sumber lain dari data primer. Data ini diolah dan disajikan
oleh pihak lain yang biasanya dalam bentuk publikasi, data
tersebut meliputi: majalah, jurnal, artikel, dan buku-buku
yang membahas mengenai kemampuan matematis.
5. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti dalam mengumpulka data yang ada di lapangan. Pengumpulan
sangat penting untuk mengetahui masalah yang ada dalam lapangan.
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti yaitu sebagai
berikut:
a) Tes Tertulis

Tes tertulis yang dimaksud disini ialah soal-soal yang


berhubungan dengan bab lingkaran. Soal yang diberikan
sudah berupa aplikasi maupun kombinasi dari sosal
olimpiade. Tujuan dari tes ini ialah untuk mengukur
kemampuan literasi matematis siswa.
b) Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal,
semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh
informasi. Dalam wawancara, pertanyaan dan jawaban
diberikan secara verbal. Biasanya komunikasi ini dilakukan
dalam keadaan saling berhadapan, namun komunikasi dapat
juga dilakukan melalui telepon. Peneliti melakukan
wawancara kepada siswa dan guru. Adapun jenis
wawancara yang dilakukan adalah semi-structured
interview, yaitu gabungan dari structured interview dan
unstructured interview. Peneliti mempersiapkan daftar
pertanyaan sebelumnya, namun dalam pelaksanaan
wawancara, peneliti memberikan kebebasan kepada
narasumber/informan untuk memberikan opini atau
pendapat di luar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
dengan cara melakukan analisis terhadap semua catatan dan
dokumen yang dimiliki oleh sebuah lembaga yang terpilih
sebagai obyek penelitian atau data dari individu sebagai
obyek penelitian. Pada dasarnya, peneliti dalam
mengumpulkan data dari dokumen dan catatan harus tetap
berpegang pada prinsip validitas dan relevansi data.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh
adalah data kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan
rangkaian angka serta tidak dapat disusun dalam kategori-
kategori/struktur klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka
macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman)
dan biasanya diproses terlebih dahulu sebelum siap digunakan (melalui
pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih-tulis), tetapi analisis
kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke
dalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan
matematis atau statistika sebagai alat bantu analisis.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Untuk memperoleh data yang nilai keabsahannya mempunyai
validitas yang tidak diragukan, maka peneliti melakukan usaha-usaha
sebagai berikut:

1. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan sangat penting dilakukan agar
peneliti dapat berorientasi dengan situasi yang ada di lokasi,
terlebih lagi terhadap siswa yang akan menjadi subyek
penelitian. Hal ini juga menuntut peneliti terjun ke lokasi dalam
kurun waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan
memperhitungkan distori yang mungkin mengotori data.
2. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain.15 Triangulasi dilakukan
dengan maksud untuk mengecek kebenaran data tertentu dan
membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber
lain. Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan yang
dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis
data, sehingga fenomena yang diteliti dapat dipahami dan
memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang bias
dipertanggung jawabkan.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah untuk menguji kebenaran data
yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber
dengan jalan membandingkan data hasil dari tes tertulis
dengan data hasil wawancara, membandingkan keadaan dan
perspektif seseorang dengan berbagai pendapat orang lain,

15 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian…, hal. 330


membandingkan hasil dari tes tertulis dengan isi dari
dokumen yang berkaitan, dan membandingkan hasil
wawancara dengan isi dari dokumen yang berkaitan.
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kebenaran data yang
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang
diperoleh dari wawancara, lalu dicek dengan dokumentasi
yang ada. Apabila dengan tiga teknik pengujian kebenaran
data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka
peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan informan
yang bersangkutan
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian ini digunakan agar proses dalam penelitian
tersusu dengan fokus dan terarah untuk mencapai hasil yang maksimal.
Penliti menggunakan tiga tahap-tahap penelitian, yaiut sebagai berikut:
a) Tahap Pra Lapangan
Dalam tahap ini bisa dikatakan bahwa peneliti melakukan
persiapan sebelum melakukan tahap lapangan. Tahap pra
lapangan dilakukan dengan mencari berbagai sumber
seperti buku, internet, dan sumber lain yang valid. Pada
tahap ini juga dapat diketahui kekurangan dan kelebihan
yang terdapat pada penyusunan proposal
b) Tahap Lapangan
Pada tahap ini, peneliti melakukan penelitian di lokasi atau
subyek yang dijadikan penelitian dengan cara
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan focus
penelitian dari lokasi. Dalam hal-ini peneliti memanfaatkan
berbagai metode mulai dari tes tertulis, wawancara maupun
dokumentasi.
c) Tahap Analisis Data
Pada tahap ini peneliti menyusun data yang diperoleh dari
subyek yang diteliti sehingga data yang diperoleh mudah
dipahami dan temuan yang didapat diinformasikan kepada
orang lain.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang menjadi langkah-langkah dalam proses


penyusunan tugas akhir ini selanjutnya yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan uraian dari latar belakang, rumusan


masalah, tujuan dan sasaran studi, ruang lingkup studi,
sistematika penulisan dan kerangka berfikir.

BAB II TINJAUAN TEORI

Bab ini berisikan kajian terhadap beberapa teori dan


referensi yang menjadi landasan dalam mendukung studi
penelitian ini, diantaranya adalah teori mengenai
metakognisi, lingkaran, konsep penyelesaian masalah
matematika, dan kemampuan matematika siswa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan mengenai metode penelitian, metode


pendekatan, dan metode pengumpulan data yang dilakukan
dalam studi ini.

BAB IV GAMBARAN UMUM

Bab ini berisikan mengenai gambaran umum yang


menjelaskan kondisi wilayah studi.

BAB V ANALISIS

Bab ini berisikan pembahasan dari berbagai hasil


pengumpulan data dan analisa mengenai hasil tersebut.
BAB VI KONSEP

Bab ini berisikan mengenai konsep pengembangan pada


wilayah studi.

BAB VII KESIMPULAN

Bab ini berisikan temuan studi berupa kesimpulan dari


keseluruhan pembahasan dari hasil kesimpulan tersebut.

I. Daftar Kepustakaan Sementara

Supriyanto, Penerapan Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Matematika, Vol 03, No 02, 2014.

Siska Dyah Pratiwi dan Mega Teguh Budiarto, Profil Metakognisi Siswa SMP
dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan
Matematika Siswa, UNESA, hlm. 180

Inaz Zahra Hasanah, Analisis Metakognisi Siswa dalam Mememcahkan Masalah


Penggunaan Teorema PHYTAGORAS Ditinjau Dri Kemampuan
Matematika, (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017)

Anggo, Mustamin, Pelibatan Metakognisi Dalam Pemecahan Masalah


Matematika, 2011 (Online), (http://online
journal.unja.ac.id/index.php/edumatica/article/view/ 188), diakses tanggal
17 Juli 2013

Dewi Asmarani, dkk, Metakognisi Mahasiswa Tadris Matematika IAIN


Tulungagung Angkatan 2014 dalam Menyelesaikan masalah Matematika
Berdasarkan Langkah-langkah Polya dan De Carte, (Tulungagung:
Akademi Pustaka, 2017).

Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT. Remaja Rosda


Karya, 2010).
Republik Indonesia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Bab X, Pasal
37.

Muhammad Sudia, Profil Metakognisi Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah


Open-Ended Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Siswa, Vol 01, No 01.

Theresia Nugrahangsih, Metakognisi Siswa SMA Kelas Akselerasi dalam


Memecahkan Soal Matematika. Vol 24, No 84.

Ferry Ferdianto dan Ghanny, Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis


Siswa Melalui Problem Posing, Vol.1, No.1.

Anda mungkin juga menyukai