Anda di halaman 1dari 6

BATU SALURAN KEMIH (UROLITHIASIS)

Diposting oleh Admin Senin, 23 Februari 2009


Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu dari gejalanya adalah pembentukan batu di dalam
saluran kemih. Penyakit ini diduga telah ada sejak peradaban manusia yang tua, karena ditemukan batu
di antara tulang panggul kerangka mummi dari seorang berumur 16 tahun. Mummi ini diperkirakan
sekitar 7000 tahun. Di berbagai tempat lain dilaporkan penemuan batu kandung kemih.
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai hubungan dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa.
Berdasarkan pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara dapat disimpulkan
bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu bagian bawah, terutama terdapat di
kalangan anak. Di negara yang sedang berkembang terdapat insidensi batu yang relative rendah, baik
dari batu saluran kemih bagian bawah maupun dari batu saluran kemih bagian atas. Di Negara yang
telah berkembang terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di kalangan orang dewasa.
Pada suku bangsa tertentu penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di
Afrika selatan.
Abad 16 hingga abad 18 tercatat insidensi tertinggi penderita batu kandung kemih yang ditemukan
pada anak di berbagai Negara Eropa. Batu seperti ini sejak abad 18 menghilang sehingga disebut batu
sejarah. Berbeda dengan Eropa, di Negara berkembang penyakit batu kandung kemih seperti ini masih
ditemukan hingga saat ini, misalnya di Indonesia, Thailand, India, Kamboja, dan Mesir. Karena
ditemukan secara endemik, maka penyakit batu kandung kemih ini disebut batu endemik atau batu
primer karena terbentuk langsung di dalam kandung kemih tanpa sebab yang jelas (2).
Batu kandung kemih dapat juga terbentuk pada usia lanjut yang disebut batu sekunder karena terjadi
sebagai akibat adanya gangguan aliran air kemih, misalnya karena hipertropi prostate (2).
II.1 Komposisi dan Pembentukan Batu
Komposisi batu yang ditemukan pada seseorang perlu ditentukan, karena komposisi batu dipakai
sebagai landasan untuk menelusuri etiologi penyakit batu saluran kemih. Analisa batu dapat dilakukan
secara kimiawi, yaitu kualitatif, cara kualitatif dengan metode kromatografik dan autoanalisis. Cara lain
ialah optik dengan diseksi mikroskopik binokuler dengan mikroskop petrografik. Juga cara
instrumental melalui kristalografi radiografik, spektroskopi infra merah, termoanalitik dan mikroskopi
elektron. Kristalografi radiografik merupakan cara yang dianggap paling baik ditinjau dari segi
kesederhanaan dan ketepatannya.
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis asam urat, oksalat, fosfat, sistein
dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat
kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik, diantaranya berkaitan dengan sindroma alkali atau
kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia).
Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteri yang
menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin
disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah (1,3)
Pada kebanyakan penderita batu kemih ditemukan penyebab yang jelas. Faktor predisposisi berupa
stasis, infeksi dan benda asing. Infeksi, stasis dan litiasis merupakan faktor yang saling memperkuat
sehingga terbentuk lingkaran setan atau disebut sirkulus visiosus.
Jaringan abnormal atau mati sepeti pada nekrosis papilla di ginjal dan benda asing mudah menjadi
nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu.
Batu idioptik disebabkan oleh pengaruh berbagai faktor. Misalnya batu urat pada anak di negara yang
sedang berkembang. Faktor yang memegang peran kausal ialah dehidrasi dan gastroenteritis. Faktor ini
mengakibatkan oliguria dengan urin yang mengandung kadar tinggi asam urin dan ikatan kimia lain.
Faktor lain ialah imobilisasi lama pada penderita cedera dengan fraktor multiple atau paraplegi yang
menyebabkan dekalsifikasi tulang dengan peningkatan ekskresi kalsium dan stasis, sehingga presipitasi
batu mudah terjadi. Pada sebagian kecil pemderita batu kemih didapatkan kelainan kausal yang
menyebabkan ekskresi kelebihan bahan dasar batu seperti yang terjadi pada hiperparatiroidisme,
hiperkalsiuria, artritis urika dan sistinuria.
II.2 Gambaran Klinik
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan morfologinya.
Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik hematuria
makroskopik atau mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan
kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain (2,3)
Berdasarkan jenisnya bibagi dalam :
II.2.1 Batu Pelvis Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati bagian pelvis, tetapi
dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokaliks, sehingga bercabang menyerupai tanduk
rusa. Kadang batu hanya terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala
sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat dari obstruksi
aliran kemih atau infeksi (5).
Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan
hebat karena adanya pionefrosis.
Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya ginjal yang
membesar akibat adanya hidronefrosis.
Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus costa pada sisi ginjal yang terkena. Sesuai
dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan terjadinya
hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak memberikan kelainan fisik.
II.2.2 Batu Ureter
Anatomi ureter menunjukkan beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan batu ureter dapat
terhenti, karena adanya peristaltis maka akan terjadi gejala kolik yaitu nyeri yang hilang timbul disertai
perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat yang
menyumbat, selama itu kolik akan datang sampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air
kemih untuk lewat (2).
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu
ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih
yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik
dengan hidroureter yang mungkin asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh
serangan kolik. Bila keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat
berupa hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis, sehingga menimbulkan gambaran infeksi umum
(2).

II.2.3 Batu Vesika Urinaria


Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang
mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri. Pada anak,
menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak
panjang. Bila pada saat sakit tersebut penderita berubah posisi maka suatu saat air kemih akan dapat
keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi yang sekunder, maka nyeri
menetap di suprapubik (1,4).
II.2.4 Batu Prostat
Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograde terdorong ke dalam
saluran prostat dan mengendap, yang akhirnya berupa batu yang kecil. Pada umumnya batu ini tidak
memberikan gejala sama sekali karena tidak menyebabkan gangguan pasase air kemih (4).
II.2.5 Batu Uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau vesika urinaria yang oleh aliran
kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar. Tempat uretra
yang agak lebar ini adalah di pars bulbosa dan di fossa navikular. Bukan tidak mungkin dapat
ditemukan di tempat lain.
Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan terasa nyeri.
Penyulit dapat berupa terjadinya divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi urin
(3).

II.3 Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit
batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologis, laboratorium, dan penunjang lain untuk
menentukan kemungkinan adanya obstruksi jalan kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.
Secara radiologik, batu ada yang radioopak dan ada yang radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk
berbagai jenis batu, sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi. Yang radiolusen
umumnya adalah dari jenis asam urat murni.
Pada yang radioopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu saluran
kemih bila diambil foto dua arah. Pada keadaaan yang istimewa tidak jarang batu terletak di depan
bayangan tulang, sehingga dapat terhindar dari pengamatan. Karena itu, foto polos perlu sering
ditambah dengan foto pielografi intravena atau yang biasa disebut foto BNO-IVP (5).
Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum pemeriksaan diberikan kastor oli
(catharsis) atau laksans untuk membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal.
Sebelumnya pasien juga harus diperiksa kadar ureum dan kreatininnya untuk mengetahui fungsi ginjal.
Untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan, pasien tidak diberikan cairan (minum) mulai dari jam 10
malam sebelum pemeriksaan. Keesokan harinya penderita harus puasa. Untuk bayi dan anak diberikan
minum yang mengandung karbonat, tujuannya untuk mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan
berpindah, sehingga bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas. Bahan
kontras Conray (Meglumine Iothalamat 60% atau Hypaque Sodium/Sodium Diatrizoate 50%),
Urografin 60% atau 76%.
Sebelum pasien disuntik urografin 60 mg% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan. Dapat berupa
pengujian subkutan atau intravena. Jika penderita alergi terhadap bahan kontras, pemeriksaan pielografi
intravena dibatalkan.
Dosis Urografin 60 mg% untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu dapat diberikan dosis rangkap
yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film bucky antero-posterior abdomen. Foto
berikutnya diulangi pada 15, 30 menit dan 1 jam. Sebaiknya segera setelah pasien disuntuk kontras,
kedua ureter dibendung, baru dibuat foto 7 menit. Kemudian bendungan dibuka, langsung dibuat foto
dimana diharapkan kedua ureter terisi. Dilanjutkan dengan foto 15 dan 30 menit. Pada kasus tertentu
dibuat foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6, 12 dan 24 jam (15).
Pada batu yang radiolusen foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan terdapatnya defek pengisian
pada tempat batu sehingga memberi gambaran pada daerah batu yang kosong (4).
Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras tidak
muncul. Dalam hal seperti ini perlu dilanjutkan dengan pielografi retrograde atau anterograd yang
dilaksanakan pemasangan kateter ureter melalui sistokop pada ureter ginjal yang tidak dapat berfungsi
untuk memasukkan kontras.
Tehnik urografi retrograde memerlukan prosedur sistokopi. Kateter dimasukkan oleh seorang ahli
urologi. Kerjasama antara ahli urologi dan radiology diperlukan, karena waktu memasukkan kontras,
posisi pasien dapat dipantau (dimonitor) dengan fluoroskopi atau televise. Udara dalam kateter
dikeluarkan, kemudian 25% bahan kontras yang mengandung jodium disuntikkan, dengan dosis 5-10
ml, ini dibawah pengawasan fluoroskopi. Harus dicegah pengisian yang berlebihan, sebab resiko
ekstravasasi ke dalam sinus renalis atau intravasasi ke dalam kumpulan saluran-saluran (collecting
duct). Ekstravasasi kontras dapat menutupi bagian-bagian yang halus dekat papilla. Rutin dibuat
proyeksi frontal dan oblik. Kemudian kateter diangkat pada akhir pemeriksaan, lalu dibuat foto polos
abdomen. Jika ada obstruksi dibuat lagi foto 15 menit kemudian (5).
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang akan
adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab terjadinya batu (4).
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal setiap ginjal secara terpisah pada batu ginjal
bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal yang masih
mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk semua jenis batu tanpa tergantung kepada radiolusen
atau radioopak. Di samping itu dapat ditentukan ruang dan lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga
dipakai untuk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.
Pada pemeriksaan dengan CT-Scan, kontras dapat diberikan maupun tidak. Pemeriksaan dengan CT-
Scan ini umumnya dilakukan untuk mengetahui batu yang ada di ginjal. Dapat bersifat informatif
tentang morfologi dan kelainan ginjal, beserta morfologi batu (4,5)
II.4 Diagnosis Banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut misalnya distensi usus dan
pionfrosis dengan demam. Oleh karena itu jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya
yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik sakluran cerna, kandung empedu, atau
apendisitis akut. Selain itu pada wanita perlu juga dipertimbangkan kemungkinan adneksitis.
Bila terjadi hematuria dipertimbangkan keganasan apalagi jika hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu
batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya
karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi.
Khusus untuk batu ginjal dengan hidrnefrosis perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal mulai
dari jenis ginjal polikista hingga tumor Grawitz.
Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi bila disertai dengan hematuria yang tidak
disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ureter, walaupun tumor ini jarang
ditemukan.
Dugaan batu vesika urinaria juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan tumor kandung kemih
terutama bila batu yang terdapat dari jenis radioluasen.
Batu prostat yang biasanya tidak sukar didiagnosis karena gambaran radiologiknya yang khas, yang
kecil seperi kumpulan pasir di daerah prostat. Tetapi pada pemeriksaan colok dubur dapat memberi
kesan adanya keganasan, terutama bila terdapat batu yang cukup banyak sehingga teraba seperti
karsinoma prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti seperti itu perlu dilakukan biopsi prostat (1,2,3)
II.5 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas, sehingga bukan hanya mengeluarkan batu saja, tetapi
harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit disertai dengan terapi
pencegahan. Hal ini karena batu sendiri hanya merupakan gejala penyakit batu, sehingga pengeluaran
batu dengan cara apapun bukanlah merupakan terapi yang sempurna. Selanjutnya perlu juga diketahui
bahwa pengeluaran batu baru diperlukan bila batu menyebabklan gangguan pada saluran air kemih.
Bila batu ternyata tidak memberi gangguan fungsi ginjal, maka batu tersebut tidak perlu diangkat
apalagi misalnya pada batu ureter diharapkan batu dapat keluar sendiri.
Penanganannya dapat berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan bahan pelarut. Dapat pula
dengan pembedahan atau dengan tindak bedah yang kurang invasif, misalnya nefrostomi perkutan, atau
tanpa pembedahan sama sekali antara lain secara gelombang kejut.
Terapi medik batu saluran kemih berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Pengobatan
simptomatik mengusahakan agar nyeri khususnya kolik yang terjadi menghilang dengan pemberian
simpatolitik. Selain itu terutama untuk batu ureter yang dapat diharapkan keluar dengan sendirinya,
dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak
diharapkan dapat mendorong dan mengeluarkan batu (3).
II.6 Pencegahan
Untuk mencegah pembentukan kristal fosfat, ammonium, magnesium, semua batu yang ada dalam
saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B.Proteus dapat berada di bagian yang sulit dicapai
oleh antibiotic. Karena itu untuk batu struvit mutlak harus dicegah adanya batu residu agar infeksi
dapat dibasmi sempurna. Kristalisasi asam urat sangat tergantung pada pH urin. Bila pH selalu di atas
6,2 maka tidak akan terbentuk kristal asam urat. Pencegahannya adalah dengan diit dan pada penyakit
asam urat yang tinggi dalam serum dapat diberikan alopurinol.
Peningkatan saturasi oktokalsium fosfat sama seperti magnesium, ammonium, fosfat, yaitu tergantung
pada pH. Hanya pada nilai pH di atas 6,5 nilai saturasi oktokalsium fosfat akan berada di atas daerah
lewat jenuh.
Kalsium oksalat terdapat pada 75% batu ginjal dan merupakan komposisi yang paling sering ditemukan
pada batu saluran kemih di Negara maju, dalam keadaan normal kalsium oksalat tidak berada dalam
puncak saturasi di air kemih. Faktor utama yang menentukan saturasi oksalat kalsium adalah kalsium
dan oksalat. Oksalat mempunyai potensi jauh lebih besar jika dibanding dengan kalsium sebagai faktor
saturasi di air kemih sehingga untuk menghindari terjadinya kristalisasi kalsium oksalat yang terpenting
adalah mencegah ekskresi oksalat di air kemih. Ekskresi oksalat di air kemih sebagian berasal dari
makanan, tetapi sebagian besar bersumber dari metabolisme endogen. Dari bahan makanan yang paling
banyak mengandung oksalat adalah bayam, teh, kopi dan coklat. Makanan dengan rendah oksalat
merupakan cara yang bermanfaat untk mengurangi ekskresi okasalat(1,3).
DAFTAR PUSTAKA
1. Glenn, James F. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher, 1991
2. Wim de Jong, R. Sjamsuhidajat, Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. Revisi, EGC, Jakarta, 1997
3. Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus, Buku Ajar bedah, EGC, Jakarta, 1995
4. Huberty, lee., Management Expertis, American Board of Radoilogy,
http://www.infinityhealthcare.com/services product/radiology/radiology.html, 2003
5. Rasyad, Syahriar, dkk., Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1998

Anda mungkin juga menyukai