Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN (KMB)

DIABETES MELITUS

DIBUAT OLEH :

NAMA : JATSIYAH ABRILIAN

NIM : 170200

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
2017
1.1 Pengertian
Diabetes Melitus (DM) berasal dari bahasa Yunnani diabainein yang berarti
“tembus” atau “pancuran air” dan melitus yang berarti “rasa manis”. Penyakit
tersebut kemudian dikenal sebagai kencing manis. Ditandai dengan adanya
peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemia yang terus menerus dan
bervariasi terutama setelah makan. Sumber lain menyebutkan bahwa diabetes
melitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disertai berbagai kelainan
metabolik akibat gangguan hormonal (Masriadi, 2016).
Peningkatan kadar gula dalam darah atau hiperglikemia adalah kondisi
terjadinnya abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular,
dan neuropati (Nurarif &Kusuma, 2015).
1.2 Klasifikasi dan etiologi (Masriadi,2016)
a. Tipe 1 : Diabetes Melitus Tergantung Insulin
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang tergantung pada insulin atau insulin
Dependent Diabetes Melitus (IDDM). Diabetes tipe 1 berkaitan dengan
ketidaksanggupan pancreas untuk membuat insulin. Diabetes tipe 1 berkaitan
dengan kerusakan akan gangguan fungsi pancreas menghasilkan insulin.
Penderita diabetes tipe 1 menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak
menghasilkan insulin. Sebagian besar diabetes melitus tipe 1 terjadi sebelum
usia 30 tahun. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak, dan
remaja. Diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan pemberian insulin secara
terus menerus.
b. Etiologi diabetes tipe 1
Diabetes Tipe 1 disebabkan karena pancreas tidak dapat menghasilkan cukup
insulin. Kekurangan insulin tersebut menyebabkan glukosa tetap ada di dalam
aliran darah dan tidak dapat digunakan sebagai energy.
Penyebab pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita
diabetes tipe 1, antara lain karena :
1) Faktor keturunan
Salah satu atau kedua orang tua menderita diabetes, maka anak akan
beresiko terkena diabetes.
2) Autoimunitas
Autoimunitas yaitu tubuh alergi terhadap salah satu jaringan atau jenis
selnya sendiri , yang ada dalam pancreas. Tubuh kehilangan kemampuan
untuk membentuk insulin karena system kekebalan tubuh menghancurkan
sel yang memproduksi insulin.
3) Virus atau zat kimia
Virus atau zat kimia yang menyebabkan kerusakan pada pulau sel
(kelompok sel) dalam pancreas. Kemungkinan seseorang menderita akan
semakin besar apabila semakin banyak pulau sel yang rusak.
c. Tipe 2 : Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin
Diabetes tipe 2 adalah diabetes yang tidak bergantung pada insulin atau Non-
Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) dimana pancreas menghasilkan
insulin namun jumlah insulin tidak cukup. Kebanyakan dari insulin yang
diproduksi dihisap oleh sel lemak akibat gaya hidup dan pola makan yang
tidak baik. Pancreas tidak dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi
kekurangan insulin sehingga kadar gula dalam darah akan naik.
Hormone Insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Hal tersebut dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam
produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas sel
dan jaringan tubuh terhadap insulin.
Teoriyang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin,
diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Diabetes tipe 2 biasa terjadi pada
anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun.
Pengontrolan kadar gla darah pada penderita diabetes tipe 2 dapa dilakukan
dengan beberaoa tindakan seperti diet, penurunan berat badan dan pemberian
tablet diabetik. Obat suntik akan dipertimbangkan untuk diberikan apabila
pemberian tablet belum memaksimalkan respons penanganan level gula darah.
d. Etiologi diabetes tipe 2
Etiologi utama diabetes tipe 2 karena insulin yang dihasilkan oleh pancreas
tidak mencukupi untuk mengikat gula yang ada dalam darah akibat pola
makan atau gaya hidup yang tidak sehat.Etiologi utama diabetes tipe 2 antara
lain sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Apabila orang tua atau saudara sekandung yang menderita DM.
2) Pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat
Banyak makanan cepat saji yang menyajikan makanan berlemak dan tidak
sehat.
3) Kadar kolesterol yang tinggi.
4) Kurang berolahraga
5) Obesitas atau kelebihan berat badan.
Etiologi diabetes tipe 2 pada umumnya karena gaya hiudp yang tidak sehat.
Hal tersebut mengakibatkan metabolism dalam tubuh tidak sempurna
sehingga membuat insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik.
Hormone insulin dapat diserap oleh lemak yang ada dalam tubuh sehingga
pola makan dan gaya hidup tidak sehat bisa membuat tubuh kekurangan
insulin (Russel,2011)
1.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolic
defisiensi insulin. Orang dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan
kadar glukosa plasma puasa yang normal, atau toleransi glukosa setelah
mengkonsumsi karbohidrat. Hiperglikemi berat dan melebihi ambang ginjal akan
menimbulkan glukosuria. Glukosuria akan mengakibatkan dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia).
Karena glukosa hilang bersama urin, maka orang mengalami keseimbangan kalori
negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia)
mungkin akan timbul sebgai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan
mengantuk (Masriadi,2016).
Diabetes tipe 1 sering memperlihatkan gejala yang eksplosif dengan
polidipsia, poliuria, turunnya beraat badan, polifagia, lemah. Orang dapat
menjadi sakit berat dan timbul ketoasidosis, serta dapat meninggal apabila
tidak mendapatkan pengobatan segera. Terapi insulin biasanya diperlukan
untuk mengontrolmetabolisme dan umumnya penderita peka terhadap insulin.
Sebaliknya, orang dengan diabetes tipe 2 mungkin sama sekali tidak
memperlihatkan gejala apapun dan diagnosis hanyadibuat berdasarkan
pemeriksaan darah dilaboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa. Pada
hiperglikemia yang lebih berat, orang tersebut mungkin menderita polidipsia,
poliuria, dan lemah. Biasanya mereka tidak mengalami ketoasidosis karwena
orang tersebut tidak defisiensi insulin secara absolute namun relative.
Sejumlah insulin tetap disekresi dan masih cukup untuk menghambat
ketoasidosis. Apabila hiperglikemia berat dan pasien tidak berespons terhadap
diet, atau terhadap obat hipoglikemik oral, mungkin diperlukan terapi insulin
untuk menormalkan kadar glukosa (Masriadi,2016).
1.4 Pathofisiologi
Seperti suatu mesin, badan memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Di samping itu badan juga memerlukan energy supaya
sel badan dapat berfungsi dengan baik. Energy pada mesin berasal dari bahan
bakar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan makanan
yang kita makan sehari-hari, yang terdiri dari karbohidrat ( gula dan tepung-
tepungan ) , protein ( asam amino ), dan lemak ( asam lemak )(Suyono, dalam
buku Penatalaksaan Diabetes MelitusTerpadu,2011).
Pengolahan bahan makanan dimulai di mulut kemudian kelambung dan
selanjutnya ke usus. Di dalam saluran pencernaan itu makanan dipecah menjadi
bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat menjadi glukosa , protein menajdi
asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap
oleh usus kemudian masuk ke dalam pembuluh darah dan diedarkan ke seluruh
tubuh untuk dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar.
Supaya dapat berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus masuk dulu
ke dalam sel supaya dapat di olah. Di dalam sel , zat makanan terutama glukosa
dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya
energy. Proses ini disebut metabolism. Dalam proses metabolisme itu insulin
memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke
dalam sel, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini
adalah hormone yang dikeluarkan oleh sel beta pancreas(Suyono, dalam buku
Penatalaksaan Diabetes MelitusTerpadu,2011).
Dalam keadaan normal artinya kadar insulin cukup dan sensitive , insulin
akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot, kemudian
membuka pintu masuk sel hingga glukosa dapat masuk sel untuk kemudian
dibakar menjadi energy atau tenaga. Akibatnya kadar glukosa dalam darah
normal(Suyono, dalam buku Penatalaksaan Diabetes MelitusTerpadu,2011).
Pada diabetes dimana didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada
keadaan kualitas insulinnya tidak baik ( resisten insulin ) , meskipun insulin ada
dan reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu
masuk sel tetap tidak dapat terbuka tetap tertutup hingga glukosa tidak dapat
masuk sel untuk dibakar (dimetabolisme). Akibatnya glukosa tetap berada di luar
sel, hingga kadar glukosa dalam darah meningkat(Suyono, dalam buku
Penatalaksaan Diabetes MelitusTerpadu,2011).

1.5 Pathway
DM tipe 1 DM tipe 2
Keturunan, Autoimun, Lifestyle
Virus/zat kimia

Resistensi insulin
Kerusakan selβ pancreas

Insulin

Hiperglikemia

Poliuria pembatasan diit trauma

intake tidak adekuat luka

Defisit volume
cairan Nutrisi kurang dari
Risiko infeksi
kebutuhan Tubuh
1.6 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah
sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes
toleransi glukosa oral (TTGO) standar(Soegondo, dalam buku Penatalaksaan
Diabetes Melitus Terpadu,2011).
1.7 Diagnosa banding
1. Penderita diabetes tipe 1 menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak
menghasilkan insulin. Sebagian besar diabetes melitus tipe 1 terjadi sebelum
usia 30 tahun. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak, dan
remaja. Diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan pemberian insulin secara
terus menerus.
2. Diabetes tipe 2 biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya
terjadi setelah usia 30 tahun. Pengontrolan kadar gla darah pada penderita
diabetes tipe 2 dapa dilakukan dengan beberaoa tindakan seperti diet,
penurunan berat badan dan pemberian tablet diabetik. Obat suntik akan
dipertimbangkan untuk diberikan apabila pemberian tablet belum
memaksimalkan respons penanganan level gula darah.
3. Diabetes insipidus terjadi akibat penurunan pembentukan hormone
antidiuretik (vasopressin), yaitu hormone yang secara alami mencegah
pembentukan air kemih yang terlalu banyak. Diabetes insipidus dapat timbul
secara perlahan maupun tiba-tiba pada segala usia.
1.8 Komplikasi
1. Akut.

a. Koma hipoglikemia.
b. Ketoasidosis.
c. Koma hiperosmolar non ketotik.

2. Kronik
a. Makro angiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah
jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.
b. Mikro angiopati, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati diabetik,
nefropati.
c. Neuropati diabetik.
d. Rentan infeksi.
e. Ganggren.
1.9 Penatalaksanaan

1. Tujuan penatalaksanaan DM untuk jangka pendek adalah menghilangkan


keluhan / gejala DM.
2. Tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah komplikasi.
Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menurunkan kadar glukosa, lipid
dan insulin. Untuk memudahkan terapinya, tujuan tersebut adalah kegiatan,
dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien holistik dan mengajarkan
kegiatan mandiri, pelaksanaannya dengan :
a. Perencanaan makan / diit (meal planning).
b. Aktivitas fisik.
c. Health education.
d. Obat-obatan
1.10 Konsep Keperawanan

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan


hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat
melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara
sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji
status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa, merencanakan
intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi rencana sehubungan
dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin.
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori,


maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus
yaitu :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
3. Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (diabetes melitus)

Kriteria Hasil Dan Intervensi


N
Diagnosa Noc Nic
o
1 Kekurangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Cairan
volume cairan 2x24 jam kekurangan volume cairan dapat (4120)
berhubungan teratasi dengan kriteria hasil : 1. Monitor status
dengan kegagalan Hidrasi (0602) hidrasi (membran
mekanisme Kode Indikator S.A S.T mukosa lembab,
regulasi (00027) 060201 Turgor kulit 2 5 denyut nadi adekuat
060202 Membran mukosa 2 5
dan tekanan darah)
lembab
060221 Nadi cepat dan 2 5 2. Monitor hasil
lemah laboratorium yang
060227 Peningkatan suhu 2 5 relevan denan retensi
tubuh cairan (peningkatan
Keterangan:
berat jenis,
1 : Berat (mukosa bibir kering)
peningkatan BUN,
2 : Cukup Berat (turgor kulit jelek)
penurunan
3 : Sedang (suhu 39 C)
hematokrit, dan
4 : Ringan (suhu tubuh 38 C)
peningkatan kadar
5 : Tidak ada (Suhu Normal36,5-37.5 ˚C,
osmolaritas urine
turgor kulit <2 detik, membran mukosa
3. Monitor tanda-tanda
lembab, Nadi Normal 60-100x/menit)
vital
4. Berikan terapi IV
seperti yang
ditentukan
5. Tingkatkan asupan
oral
6. Distribusikan asupan
cairan selama 24jam
7. Dukung pasien dan
keluarga untuk
membantu dalam
pemberian makan
dengan baik
8. Monitor reaksi pasien
terhadap reaksi
elektrolityang
diresepkan
9. Konsultasikan
dengan dokter jika
tanda-tanda vital dan
gejala kelebihan
volume cairan
menetap atau
memburuk
Setelah dilakukan tindakan Keperawatan
selama 2 X 24 jam klien dapat terpenuhi
Ketidakseimbanga kebutuhan nutrisinya.
n nutrisi kurang Kriteria Hasil:
dari kebutuhan 1) Status nutrisi
tubuh berhubungan Kode Indikator S.A S.T
dengan 10040 Asupan 3 5

mengabsorpsi 1 gizi 1) Manajemen


10040 Asupan 3 5
nutrient gangguan makanan
2 makanan
10040 Rasio 3 5 (1030)
5 BB/TB a. Ajarkan dan dukung
Keterangan : konsep nutrisi yang
1 : Sangat menyimpang baik dengan klien
2 : Banyak menyimpang b. Mendiskusikan
3 : Cukup menyimpang dengan klien
4 : Sedikit menyimpang makanan yang
5 : Tidak menyimpang disukai
c. Monitor tanda-tanda
fisiologis
d. Timbang BB secara
rutin
e. Batasi aktivitas fisik
2). Monitor nutrisi
a. Timbang berat
badan
b. Monitor turgor
kulit dan
mobilisasi
c. Monitor diet dan
asupan kalori
d. Monitor adanya
mual dan muntah
e. Tentukan pola
Setelah dilakukan tindakan keperawatan makan
selama 2x24 jam masalah risiko infeksi
Risiko infeksi dapat teratasi dengan criteria hasil : Kontrol infeksi (6540)
berhubungan Keparahan infeksi (0703) 1. alokasikan kesesuaian
dengan penyakit Kode Indikator S.A S.T luas ruang per pasien,
kronis 070301 Kemerahan 3 5 seperti yang
070303 Cairan 3 5
diindikasikan oleh
(luka) yang
pedoman pusat
berbau
pengendalian dan
busuk
070333 Nyeri 3 5 pencegahan penyakit
(CDC)
Keterangan: 2. tempatkan isolasi
1= Berat (hitam) sesuai tindakan
2= cukup berat (ada pus) pencegahan yang sesuai
3= sedang (merah) 3. gunakan sabn
4= ringan (merah muda) antimikroba untuk cuci
5= tidak ada (normal) tangan yang sesuai
4. pastikan teknik
perwatan luka yang tepat
5. berikan antibiotic
yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai