Anda di halaman 1dari 13

1.

SERAT
a. Definisi Serat (ir.agus santoso)
Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan bagian dari
tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki sifat
resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta
mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar (Anonim, 2001). Deddy
Muchtadi (2001); Jansen Silalahi dan Netty Hutagalung (200 ), menyebutkan bahwa serat
pangan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihirolisis oleh enzimenzim
pencernaan. Lebih lanjut Trowell et al. (1985); Anik Herminingsih (2010);
mendefiniskan serat pangan adalah sisa dari dinding sel tumbuhan yang tidak terhidrolisis
atau tercerna oleh enzim pencernaan manusia yaitu meliputi hemiselulosa, selulosa,
lignin, oligosakarida, pektin, gum, dan lapisan lilin. Sedangkan Meyer (2004)
mendefinisikan serat sebagai bagian integral dari bahan pangan yang dikonsumsi sehari-
hari dengan sumber utama dari tanaman, sayur-sayuran, sereal, buah-buahan,
kacangkacangan. Berdasarkan kelarutannya serat pangan terbagi menjadi dua yaitu serat
pangan yang terlarut dan tidak terlarut.
Didasarkan pada fungsinya di dalam tanaman, serat dibagi menjadi 3 fraksi utama, yaitu
(a) polisakarida struktural yang terdapat pada dinding sel, yaitu selulosa, hemiselulosa
dan substansi pektat; (b) non-polisakarida struktural yang sebagian besar terdiri dari
lignin; dan (c) polisakarida non-struktural, yaitu gum dan agar-agar (Feri Kusnandar,
2010).

b. Jenis-Jenis Serat (tensika,2008)


Komposisi kimia serat makanan bervariasi tergantung dari komposisi dinding sel
tanaman penghasilnya. Pada dasarnya komponen-komponen penyususn dinding sel
tanaman terdiri dari selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin, gum, mucilage yang
kesemuanya ini termasuk ke dalam serat makanan. Serat makanan terbagi ke dalam dua
kelompok yaitu serat makanan tak larut ( unsoluble dietary fiber) dan serta makanan larut
(soluble dietary fiber). Serat tidak larut contohnya selulosa, hemiselulosa dan lignin yang
ditemukan pada serealia, kacangkacangan dan sayuran. Serat makanan larut contohnya
gum, pektin dan mucilage.

a. Serat Makanan Tidak Larut ( insuble dietary fiber)


1. Selulosa
Selulosa tidak larut dalam air dingin maupun air panas serta asam panas dan alkali
panas. Selulosa merupakan komponen penysun dinding sel tanaman bersama-sama
dengan hemiselulosa, pektin dan protein. Selulosa merupakan polimer dari glukosa
berantai lurus dengan ikatan _ (1 – 4) glikosidik dengan jumlah glukosa sampai 10.000
unit.. Ikatan _ (1 – 4) glikosidik ini menghasilkan konformasi seperti pita yang panjang.
Setiap dua residu terjadi rotasi 1800 yang dapat membentuk ikatan Hidrogen antar
molekul pada rantai yang paralel. Amilase mamalia tidak bisa menghidrolisis ikatan _ (1
– 4).
2. Hemiselulosa
Menurut Izydorczyk, Cui dan Wang (2005) hemiselulosa merupakan polisakarida
heteropolimer yang menyusun dinding sel tanaman tingkat tinggi dan sering terikat
dengan selulosa dan lignin. Struktur hemiselulosa dibagi menjadi empat kelompok
berdasarkan komposisi rantai utamanya yaitu (1) D- xylan yaitu 1-4 _ xylosa; (2)
Dmanan yaitu (1 – 4) _-D- mannosa; (3) D-xyloglucan dan (4) D-galactans yaitu 1-3 _-
Dgalaktosa. Hampir semua hemiselulosa disubtitusi dengan berbagai karbohidrat lain
atau residu non karbohidrat. Karena berbagai rantai cabang yang tidak seragam
menyebabkan senyawa ini secara parsial larut air. Perbedaan selulosa dengan
hemiselulosa yaitu hemiselulosa mempunyai derajat polimerisasi rendah (50 – 200 unit)
dan mudah larut dalam alkali, tetapi sukar larut dalam asam, sedangkan selulosa
sebaliknya.
3. Lignin
Lignin merupakan polimer non karbohidrat yang bersifat tidak larut dalam air. Lignin
merupakan senyawa turunan alkohol kompleks yang menyebabkan dinding sel tanaman
menjadi keras. Lignin merupakan heteropolimer yang sebagian besar monomernya p-
hidroksifenilpropana dan semua lignin mengandung koniferil alkohol. Lignin tidak larut
dalam air dan sebagian besar pelarut organik (Robinson, 1991). Lignin adalah polimer
yang banyak cabangnya dan banyak memiliki ikatan silang . Karena bukan karbohidrat,
lignin telah lama diperdebatkan apakah masih bisa dikategorikan serat atau tidak.
Mengingat kandungan lignin relatif kecil pada bahan pangan, pertanyaan tersebut
menjadi tidak penting lagi.

b. Komponen Serat makanan Larut ( soluble dietary fiber)


1. Gum
Gum merupakan polisakarida yang dihasilkan dari getah atau eksudat tanaman seperti
gum arab, gum tragacanth, gum karaya, gum ghatti. Ada pula gum yang diekstrak dari
biji atau cabang tanaman berbatang lunak dan gum yang berasal dari mikroorganisme
seperti gum xhantan. Gum kecuali gum arab umumnya membentuk gel atau larutan yang
kental biladitambahkan air. Molekul gum ada yang polisakarida berantai lurus dan ada
yang bercabang. Polisakarida berantai lurus lebih banyak terdapat dan membentuk
larutan yang lebih kental dibandingkan dengan molekul bercabang pada berat yang sama.
Beberapa tipe gum yaitu galaktan, glukoromanan, galaktomanan, dan xilan .
2. Polisakarida Rumput Laut
Polisakarida rumput lain yang umum digunakan adalah agar-agar, alginat dan karagenan
yang diekstrak dari ganggang merah (agar-agar dan karagenan) dan ganggang cokelat
(alginat) Penyusun alginat adalah asam manuronat dan asam guluronat dan dapat
membentuk gel bila terdapat ion kalsium Sementara itu karagenan dan agar-agar
merupakan polimer dari galaktosa dan dapat membentuk gel yang kuat.
3. Glukan
Merupakan polimer campuran (1 3) , (1 4) _ – D- glukosa. Senyawa ini ditemukan pada
oat dan barley
c. Sifat Fisik Serat Makanan dan Efeknya Bagi Tubuh (Dr. zaimah z
tala)
Efek fisiologis dan metabolic dari serat sangat bervariasi tergantung dari jenis serat
yang dikonsumsi. Efek fisiologis dan metabolic yang timbul sangat dipengaruhi oleh
sifat fisik serat tersebut. Seperti kelarutan dalam air, hidrasi dan kemampuan menahan
air, kemampuan mengikat bahan organic dan anorganik serta daya mengikat
fermenbilitas bakteri.
1. Kelarutan dalam air
Berdasarkan kelarutannya dalam air, serat dapat dibedakan menjadi serat larut dan
serat tak larut. Yang dimaksud dengan serat larut adalah serat yang dapat larut dalam air
panas termasuk kedalamnya beberapa hemiselulosa, pectin, gum, dan β-glukan. Serat
yang tak dapat larut dalam air panas disebut sebagai serat tak larut, yang termasuk dalam
kelompok ini adalah selulosa, beberapa hemiselulosa dan lignin.
Secara umum, sayur-sayuran dan gandum memiliki lebih banyak serat tak larut. Efek
kelarutannya dalam air ini akan mempengaruhi beberapa sifat serat yang lain. Serat larut
biasanya akan memperlambat waktu pengosongan lambung, meningkatkan waktu transit
melalui usus dengan gerakannya yang lebih lambat,dan akan mengurangi beberapa
penyerapan beberapa gizi. Sebaliknya serat tak larut akan memperpendek waktu transit
dan akan memperbesar volume feses.
2. Kemampuan menahan air dan viskositas
Kemampuan menahan air ini dimaksudkan sebagai kemampuan serat untuk dapat
menahan air dalam matriksnya. Jenis serat larut dapat mehanan air lebih besarv
dibandingkan serat tak larut. Sifat ini tidak hanya ditentukan kelarutannya dalam air,
tetapi juga dipengaruhi oleh pH saluran cerna. Besarnya partikel serat dimana partikel
yang kasar memiliki kemampuan hidrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan partikel
yang halus dan juga proses pengolahan. Akibat dari kemampuan menahan air ini serat
akan membentuk cairan kental yang dapat memberikan pengaruh terhadap saluran cerna
berupa :
a. Waktu pengosongan lambung lebih lama
Dengan terbentuknya gel dilambung setelah mengkonsumsi serat chime yang berasal
dari lambung berjalan lebih lambat ke intestine. Hal ini menyebabkan makanan lebih
lama tertahan didalam lambung hingga rasa kenyang setelah makan juga lebih
panjang karena karbohidrat dan lemak yang tertahan didalam lambung belum dapat
dicerna sebelum masuk ke dalam intestine.
b. Mengurangi mixing isi saluran cerna dengan enzim pencernaan
Viscous gel yang terbentuk membuat adanya barrier yang mempengaruhi kemampuan
makanan untuk bercampur dengan enzim pencernaan
c. Menghambat fungsi enzim
Viscous gel yang terbentuk mempengaruhi proses hidrolis enzimatis didalam saluran
cerna misalnya gum yang menghambat peptidase usus yang dibutuhkan untuk
pemecahan peptide menjadi asam amino. Aktifase pancreas juga berkurang sehingga
menghambat pencernaan lemak.
d. Mengurangi kecepatan difusi nutrient dan memperlambat proses penyerapan.
e. Mempengaruhi waktu transit di usus.

3. Adsorbtion atau binding ability


Beberapa jenis serat seperti lignin, gum, pectin dan hemiselulosa dapat berikatan dengan
enzim atau aspek biologinya adalah :
a. Berkurangnya absorpsi lemak
Baik serat larut, pectin,gum, hemiselulosa dan β-glukan, maupun serat tak larut
lignin, selulosa dan beberapa semiselulosa,dapat mempengaruhi aborpsi lemakdengan
mengikat asam lemak, kolesterol dan garam empedu didalam saluran cerna. Asam
lemak dan kolesterol yang terikat dengan serat tidak dapat membentuk micelle yang
sangat dibutuhkan untuk penyerapan lemak agar dapat melewati unstirreted water
layer masuk ke enterosit. Akibatnya, lemak yang berikatan dengan serat tidak dapat
diserap dan akan terus ke usus besar untuk diekskresi melalui feses atau didegradasi
oleh bakteri usus.
b. Meningkatkan ekskresi garam empedu
Serat akan mengikat garam empedu dan micelle tidak dapat terbentuk disamping itu,
garam empedu yang terikat serat ini tidak dapat direabsorpsi dan diresirkulasi oleh
siklus enterephatic akibatnya garam empedu ini akan terus ke usus besar untuk
dibuang melalui feses dan untuk didegradasi oleh flora usus.
c. Mengurangi kadar kolesterol serum
Konsumsi serat dapat menurunkan kadar kolesterol serum melalui beberapa cara,
1. Dengan meningkatkan ekskresi garam empedu yang keluar melalui feses maka
garam empedu mengalami siklus enterohepatic juga berkurang. Kurangnya garam
empedu yang masuk kehati dan berkurangnya absorpsi kolesterol akan
menurunkan kadar kolesterol sel hati. Ini akan meningkatkan pengambilan
kolesterol dari darah yang akan dipakai untuk sintesis garam empedu yang baru
yangakibatnya akan menurunkan kadar kolesterol darah
2. Terjadi perubahan pool garam empedu dari cholic acid menjadi
chenodyoksicholic acid yang menghambat 3-Hydroxy 3-metylglutaril (HMG)
CoA reductase yang dibutuhkan untuk sintesis kolesterol.
3. Penelitian pada hewan menunjukkan propionate atau asam lemak rantai pendek
lain yang terbentuk sebagai hasil degradasi serat di kolon akan menghambat
sintesi asam lemak.
4. Mempengaruhi kesimbangan mineral.
Beberapa serat dapat berikatan dengan kation seperti kalsium, zink , dan zat besi

d. Manfaat Serat Pangan untuk Kesehatan(ir.agus santoso)


Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah sumber serat pangan yang sangat mudah
ditemukan dalam bahan makanan. Sayuran dapat dikonsumsi dalam bentuk mentah
maupun setelah melalui proses perebusan. Sedangkan buah-buahan Indonesia merupakan
negara yang kaya akan aneka macam buh-buahan. Akan tetapi dari hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi serat masyarakat Indonesia masih jauh dari
kebutuhan serat yang dianjurkan yaitu 30 gram/hari, konsumsi serat rata-rata antara 9,9 –
10,7 gram/hari (Jahari dan Sumarno, 2002 dalam Olwin Nainggolan dan Cornelis
Adimunca 2005).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa perhatian kita terhadap peranan serat pangan
terhadap kesehatan mulai muncul setelah para ahli membandingkan tingginya kejadian
kanker kolon di negara industry maju yang konsumsi seratnya rendah dibandingkan
dengan negara berkembang terutama yang konsumsi seratnya tinggi (seperti di
pedalaman Afrika). Beberapa peneliti dan penulis Olwin Nainggolan dan Coenelis
Adimunca, (2005); Sutrisno Koswara (2010); Tensiska (2008); Jansen Silalahi dan Netty
Hutagalung (2010); Anonim (2010a); Anonim (2010b); Anik Herminingsih, 2010),
mengemukakan beberapa manfaat serat pangan (dietary fiber) untuk kesehatan yaitu :

1. Mengontrol berat badan atau kegemukan (obesitas)

Serat larut air (soluble fiber), seperti pektin serta beberapa hemiselulosa mempunyai
kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan.
Sehingga makanan kaya akan serat, waktu dicerna lebih lama dalam lambung, kemudian
serat akan menarik air dan memberi rasa kenyang lebih lama sehingga mencegah untuk
mengkonsumsi makanan lebih banyak.Makanan dengan kandungan serat kasar yang
tinggi biasanya mengandung kalori rendah, kadar gula dan lemak rendah yang dapat
membantu mengurangi terjadinya obesitas.

2. Penanggulangan Penyakit Diabetes

Serat pangan mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga mengurangi
ketersediaan glukosa. Diet cukup serat juga menyebabkan terjadinya kompleks
karbohidrat dan serat, sehingga daya cerna karbohidrat berkurang. Keadaan tersebut
mampu meredam kenaikan glukosa darah dan menjadikannya tetap terkontrol.

3. Mencegah Gangguan Gastrointestinal

Konsumsi serat pangan yang cukup, akan memberi bentuk, meningkatkan air dalam feses
menghasilkan feces yang lembut dan tidak keras sehingga hanya dengan kontraksi otot
yang rendah feces dapat dikeluarkan dengan lancar. Hal ini berdampak pada fungsi
gastrointestinal lebih baik dan sehat.
4. Mencegah Kanker Kolon (Usus Besar)

Penyebab kanker usus besar diduga karena adanya kontak antara sel-sel dalam usus besar
dengan senyawa karsinogen dalam konsentrasi tinggi serta dalam waktu yang lebih lama.
Beberapa hipotesis dikemukakan mengenai mekanisme serat pangan dalam mencegah
kanker usus besar yaitu konsumsi serat pangan tinggi maka akan mengurangi waktu
transit makanan dalam usus lebih pendek, serat pangan mempengaruhi mikroflora usus
sehingga senyawa karsinogen tidak terbentuk, serat pangan bersifat mengikat air
sehingga konsentrasi senyawa karsinogen menjadi lebih rendah.

5. Mengurangi Tingkat Kolesterol dan Penyakit Kardiovaskuler

Serat larut air menjerat lemak di dalam usus halus, dengan begitu serat dapat menurunkan
tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. Dalam saluran pencernaan serat
dapat mengikat garam empedu (produk akhir kolesterol) kemudian dikeluarkan
bersamaan dengan feses. Dengan demikian serat pangan mampu mengurangi kadar
kolesterol dalam plasma darah sehingga diduga akan mengurangi dan mencegah resiko
penyakit kardiovalkuler.

e. Kebutuhan dan Sumber Serat Makanan (ir.agus santoso)


Belum ada patokan baku atas konsumsi serat untuk setiap orang. Anjuran
biasanya ditujukan untuk kelompok tertentu. US FDA menganjurkan Total Dietary Fiber
(TDF) 25 g/2000 kalori atau 30 g/2500 kalori. The American Cancer Society, The
American Heart Association dan The American Diabetic Association menyarankan 25-35
g fiber/hari dari berbagai bahan makanan. Konsensus nasional pengelolaan diabetes di
Indonesia menyarankan 25 g/hari bagi orang yang berisiko menderita DM. PERKI
(Perhimpunan Kardiologi Indonesia) 2001 menyarankan 25-30 g/hari untuk kesehatan
jantung dan pembuluh darah. American Academy of Pediatrics menyarankan kebutuhan
TDF sehari untuk anak adalah jumlah umur (tahun) ditambah dengan 5 (g).
Dari data-data di atas, maka ada kesepakatan umum, orang dewasa mestinya
mengonsumsi serat 20-35 g per hari atau 10-133 per 1.000 kkal menu. Bagi masyarakat
AS dianjurkan mengkonsumi serat makanan 25 g per 2.000 hkal menu atau 30 g per
2.500 kkal menu sehari. Kenyataannya asupan serat makanan pada masyarakat AS lebih
rendah dari anjuran, umumnya 10-15 g per hari. Asupan serat 20-35 g setara 9 - 13 buah
apel atau 12-16 potong roti gandum per hari.
Untuk anak di atas usia dua tahun, cukup 5 g serat makanan per hari, dan
ditingkatkan seirama dengan bertambahnya usia (Williams CL, 1995), hingga mencapai
asupan 25 • 35 g per hari setelah berusia 20 tahun. Sampai saat Ini belum ada penehtian
tentang asupan serat untuk bayi dan anak-anak di bawah umur dua tahun. Bagi orang tua,
asupan serat makanan yang dianjurkan 10-13 g per 1.000 kkal. Minum juga memadai
untuk menghindari gangguan pencernaan, termasuk konstipasi. Ada serat larut air
(soluble fiber) dan serat tidak larut air (insoluble fiber). Yang termasuk serat tak larut air,
misal selulosa, hemiselulosa) dan lignin. Serat larut air, semisal pektin, gum, gel, dan
mueilages. Semua itu bisa diperoleh dari makanan nabati, seperti buah, sayuran, biji-
bijian, dan kacang-kacangan.
Sementara itu hasil penelitian mahasiswa IPB, Titi Rahayu (1998) menunjukkan,
serat makanan dalam sayuran yang dimasak meningkat dibandingkan dengan sayuran
mentah. Sayuran rebus memiliki kadar serat paling tinggi (6,40%), disusul sayuran kukus
(6,24%) sayuran dimasak santan (5,98%), dan sayuran mentah 5,97%.
f. Proses penceranaan dan penyerapan dietary fiber (serat makanan)
(Clara, M Kusharto, 2006)

Ada berbagai komponen kimiawi dan sifat-sifat fisik spesifik yang ditemukan dalam
serat makanan, dan hal ini akan mempengaruhi kondisinya didalam usus. Menurut
Mandellof (1975), meskipun proses pengunyahan sayuran dan buah didalam cavum oris
dapat menstimulir kerja maksimal dari bagian pharix, namun saat terjadi proses
penelanan (swallowing) seratnya belum mengalami perubahan. Demikian juga pada
bread-cereals tidak berbeda nyata dengan white-bread. Didalam lambung, kelompok
sayuran berserat tinggi, bila dimakan mentah akan lama berada didalambung,
dibandingankan dengan yang sudah dimasak sedangkan kelompok kacang-kacangan yang
berserat tinggi membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan jenis makanan
lainnya karena banyak mengandung lemak.

Hampir semua fungsi metabolisme serat berhungan dengan kolon, flora bakteri
bekerja aktif didalam kolon,setelah mencapai kolon, serat relatif tidak mengalami
perubahan saat dilambung dan diusus halus. Dan metabolisme bakteri ini menyebabkan
pemecahan serat makanan didalam kolon lebih kurang separuh dari serat makanan
(terutama yang termasuk unavailable carbohydrate dalam western diet) akan diuraikan
oleh kerja enzim dan bakteri usus menjadi produk-produk sebagai berikut :

a. Dirombak menjadi :
1. 50 % serat tidak tercerna (undigestied cellulos)
2. 50 % lemak berantai pendek (short chain fatty acid) air, CO2, H, dan metana.
b. Dipergunakan oleh tubuh :
1. Sedikit fraksi air akan diserap oleh bakteri usus atau diserap oleh serat melalui
hydrophobic binding
2. Asam empedu deoksilat (deoxy cholic acid) asam litokolat(lito cholic acid)
diserap untuk membentuk koloni bakteri.
3. Asam lemak volatil(asetat, butirat, propianat merupakan anion utama didalam
feses, kemurnian lemak larut air mempunyai efek osmotik dan efek pencahar
untuk peristalsis
4. Hidrogen dan CO2 yang meningkatkan flatulens sebagai hidrogen bebas
melalui nafas/breath hidrogen
5. Meningkatkan kandungan dan berat / volume feses.
Serat makanan dapat berikatan dengan garam asam lemak didalam usus halus
dan kemudian dilepaskan untuk kerja bakteri di dalam kolon .kandungan serat
yang tinggi dalam diet dapat meningkatkan fecal output dibagian atas usus
conjugated bile acid berperan dalam pembentukkan micelle dengan lipid dan
tidak diserap oleh serat (eastwood,et al, 1968). Didalam kolon,asam empedu
bebas akan banyak diserap oleh serat makanan.
Mengingat serat makan tidak dicerna didalam usus, maka tidak
berkepentingan dalam pembentukkan energi tetapi serat dimetabolisme oleh
bakteri yang ada dan melalui saluran pencernaan.pengaruh nyata yang telah
dibuktikan adalah volume feses, meningkatkan pengaruh laksatif, melunakkan
konsistensi feses, memperpendek transit time diusus, memproduksi flatus.
Hasil produksi metabolisme bakteri dan keluaran anion organiknya akan
mengubah garam empedu dan asam lemak berantai pendek yang
menguntungkan kesehatan.

Jika kelebihan serat :


Walaupun pembahasan diatas menunjukkan pengaruh nyata dari serat makanan,
namun dari data berbagai negara yang sudah berkembang menunjukkan bahwa
konsistensi serat makanandalam jumlah yang besar juga akan menyebabkan
terjadinya penyumbatan usus yang disebut volvulus pada kolon.
(Heaton, 1973)memberi beberapa tanggapan bahwasanya serat makanan juga
mempunyai pengaruh antagonitis untuk kesehatan. Ada 3 hal yang harus dicermati
dalam hal ini berkaitan dengan intik energi :
1. Dietary fiber menyebabkan displaces availabe nutrient. Saat menyebakan
displacec energi karena menempati ruang bagi aksi bioligis zat-zat gizi
lainnya(james et al,1977)
2. Proses pengunyahan serat secara perlahan-lahan akan menurunkan rasa puas atau
safiety. Serat akan memperlambat keinginan untuk makan dan selalu merasa
kenyang. Intik yang terbatas jumlahnya akan merangsang langsung saliva atau air
ludah dan akan menghambat fase sefalik sekresi cairan lambung
3. Dietary fiber atau serat makanan menurunkan efisiensy makan yang diserap. Hal
ini merupakan pengaruh dari serat yang memberi muatan, menurunkan transit
time sehingga memperkecil waktu penyerapan dan pencernaan yang terjadi
didalam tubuh. Dan pada saat yang bersamaan difusi dari hasil pencernaan
melalui hilus menjadi terbatas. Dinding dari usus akan membatasi proses difusi,
akan menahan zat gizi yang tersedia pada cairan usus dan enzim
pencernaan.(southgate, 1975)
B. KONSTIPASI

a. Definisi Konstipasi

Konstipasi adalah kondisi sulit atau jarang untuk defekasi. Karena frekuensi berdefekasi
berbeda pada setiap indivu, definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai penerunan relatif
jumlah buang air besar pada individu. Pada umumnya, pengeluaran defekasi kurang dari satu
setiap 3 hari yang dianggap mengindikasi konstipasi.

b. Penyebab Konstipasi

Konstipasi dapat terjadi dikarenakan defekasi yang sulit. Defekasi dapat menjadi sulit
apabila feses mengeras dan kompak(padat). Hal ini terjadi jika individu mengalami dehidrasi
atau jika keinginan defekasi ditunda, yang memungkinkan lebih banyak air difeses yang diserap
saat feses berada diusus besar. Diet berserabut tinggi mempertahankan kelembapan feses dengan
cara menarik air secara osmotis kedalam feses dan dengan stimulasi peristaltik kolon melalui
peregangan. Dengan demikian, individu yang mengkonsumsi makanan rendah berserabut atau
makanan yang sangat dimurnikan berisiko lebih besar mengalami konstipasi.

Jadi, konstipasi sangat erat hubungannya dengan asupan serat yang dikonsumsi didalam tubuh.
Serat makanan mempunyai daya serap air yang tinggi. Adanya serat makanan dalam feses
menyebabkan feses dapat menyerap air yang banyak sehingga volumenya menjadi besar dan
teksturnya menjadi lunak. Adanya volume feses yang besar akan mempercepat konstraksi usus
untuk lebih cepat mengekskresikan feses dan waktu transit makanan lebih cepat sehingga akan
mencegah terjadinya konstipasi dan beberapa penyakit saluran penceranaan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai