Serat Yang Paling Baru
Serat Yang Paling Baru
SERAT
a. Definisi Serat (ir.agus santoso)
Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan bagian dari
tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki sifat
resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta
mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar (Anonim, 2001). Deddy
Muchtadi (2001); Jansen Silalahi dan Netty Hutagalung (200 ), menyebutkan bahwa serat
pangan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihirolisis oleh enzimenzim
pencernaan. Lebih lanjut Trowell et al. (1985); Anik Herminingsih (2010);
mendefiniskan serat pangan adalah sisa dari dinding sel tumbuhan yang tidak terhidrolisis
atau tercerna oleh enzim pencernaan manusia yaitu meliputi hemiselulosa, selulosa,
lignin, oligosakarida, pektin, gum, dan lapisan lilin. Sedangkan Meyer (2004)
mendefinisikan serat sebagai bagian integral dari bahan pangan yang dikonsumsi sehari-
hari dengan sumber utama dari tanaman, sayur-sayuran, sereal, buah-buahan,
kacangkacangan. Berdasarkan kelarutannya serat pangan terbagi menjadi dua yaitu serat
pangan yang terlarut dan tidak terlarut.
Didasarkan pada fungsinya di dalam tanaman, serat dibagi menjadi 3 fraksi utama, yaitu
(a) polisakarida struktural yang terdapat pada dinding sel, yaitu selulosa, hemiselulosa
dan substansi pektat; (b) non-polisakarida struktural yang sebagian besar terdiri dari
lignin; dan (c) polisakarida non-struktural, yaitu gum dan agar-agar (Feri Kusnandar,
2010).
Serat larut air (soluble fiber), seperti pektin serta beberapa hemiselulosa mempunyai
kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan.
Sehingga makanan kaya akan serat, waktu dicerna lebih lama dalam lambung, kemudian
serat akan menarik air dan memberi rasa kenyang lebih lama sehingga mencegah untuk
mengkonsumsi makanan lebih banyak.Makanan dengan kandungan serat kasar yang
tinggi biasanya mengandung kalori rendah, kadar gula dan lemak rendah yang dapat
membantu mengurangi terjadinya obesitas.
Serat pangan mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga mengurangi
ketersediaan glukosa. Diet cukup serat juga menyebabkan terjadinya kompleks
karbohidrat dan serat, sehingga daya cerna karbohidrat berkurang. Keadaan tersebut
mampu meredam kenaikan glukosa darah dan menjadikannya tetap terkontrol.
Konsumsi serat pangan yang cukup, akan memberi bentuk, meningkatkan air dalam feses
menghasilkan feces yang lembut dan tidak keras sehingga hanya dengan kontraksi otot
yang rendah feces dapat dikeluarkan dengan lancar. Hal ini berdampak pada fungsi
gastrointestinal lebih baik dan sehat.
4. Mencegah Kanker Kolon (Usus Besar)
Penyebab kanker usus besar diduga karena adanya kontak antara sel-sel dalam usus besar
dengan senyawa karsinogen dalam konsentrasi tinggi serta dalam waktu yang lebih lama.
Beberapa hipotesis dikemukakan mengenai mekanisme serat pangan dalam mencegah
kanker usus besar yaitu konsumsi serat pangan tinggi maka akan mengurangi waktu
transit makanan dalam usus lebih pendek, serat pangan mempengaruhi mikroflora usus
sehingga senyawa karsinogen tidak terbentuk, serat pangan bersifat mengikat air
sehingga konsentrasi senyawa karsinogen menjadi lebih rendah.
Serat larut air menjerat lemak di dalam usus halus, dengan begitu serat dapat menurunkan
tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. Dalam saluran pencernaan serat
dapat mengikat garam empedu (produk akhir kolesterol) kemudian dikeluarkan
bersamaan dengan feses. Dengan demikian serat pangan mampu mengurangi kadar
kolesterol dalam plasma darah sehingga diduga akan mengurangi dan mencegah resiko
penyakit kardiovalkuler.
Ada berbagai komponen kimiawi dan sifat-sifat fisik spesifik yang ditemukan dalam
serat makanan, dan hal ini akan mempengaruhi kondisinya didalam usus. Menurut
Mandellof (1975), meskipun proses pengunyahan sayuran dan buah didalam cavum oris
dapat menstimulir kerja maksimal dari bagian pharix, namun saat terjadi proses
penelanan (swallowing) seratnya belum mengalami perubahan. Demikian juga pada
bread-cereals tidak berbeda nyata dengan white-bread. Didalam lambung, kelompok
sayuran berserat tinggi, bila dimakan mentah akan lama berada didalambung,
dibandingankan dengan yang sudah dimasak sedangkan kelompok kacang-kacangan yang
berserat tinggi membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan jenis makanan
lainnya karena banyak mengandung lemak.
Hampir semua fungsi metabolisme serat berhungan dengan kolon, flora bakteri
bekerja aktif didalam kolon,setelah mencapai kolon, serat relatif tidak mengalami
perubahan saat dilambung dan diusus halus. Dan metabolisme bakteri ini menyebabkan
pemecahan serat makanan didalam kolon lebih kurang separuh dari serat makanan
(terutama yang termasuk unavailable carbohydrate dalam western diet) akan diuraikan
oleh kerja enzim dan bakteri usus menjadi produk-produk sebagai berikut :
a. Dirombak menjadi :
1. 50 % serat tidak tercerna (undigestied cellulos)
2. 50 % lemak berantai pendek (short chain fatty acid) air, CO2, H, dan metana.
b. Dipergunakan oleh tubuh :
1. Sedikit fraksi air akan diserap oleh bakteri usus atau diserap oleh serat melalui
hydrophobic binding
2. Asam empedu deoksilat (deoxy cholic acid) asam litokolat(lito cholic acid)
diserap untuk membentuk koloni bakteri.
3. Asam lemak volatil(asetat, butirat, propianat merupakan anion utama didalam
feses, kemurnian lemak larut air mempunyai efek osmotik dan efek pencahar
untuk peristalsis
4. Hidrogen dan CO2 yang meningkatkan flatulens sebagai hidrogen bebas
melalui nafas/breath hidrogen
5. Meningkatkan kandungan dan berat / volume feses.
Serat makanan dapat berikatan dengan garam asam lemak didalam usus halus
dan kemudian dilepaskan untuk kerja bakteri di dalam kolon .kandungan serat
yang tinggi dalam diet dapat meningkatkan fecal output dibagian atas usus
conjugated bile acid berperan dalam pembentukkan micelle dengan lipid dan
tidak diserap oleh serat (eastwood,et al, 1968). Didalam kolon,asam empedu
bebas akan banyak diserap oleh serat makanan.
Mengingat serat makan tidak dicerna didalam usus, maka tidak
berkepentingan dalam pembentukkan energi tetapi serat dimetabolisme oleh
bakteri yang ada dan melalui saluran pencernaan.pengaruh nyata yang telah
dibuktikan adalah volume feses, meningkatkan pengaruh laksatif, melunakkan
konsistensi feses, memperpendek transit time diusus, memproduksi flatus.
Hasil produksi metabolisme bakteri dan keluaran anion organiknya akan
mengubah garam empedu dan asam lemak berantai pendek yang
menguntungkan kesehatan.
a. Definisi Konstipasi
Konstipasi adalah kondisi sulit atau jarang untuk defekasi. Karena frekuensi berdefekasi
berbeda pada setiap indivu, definisi ini bersifat subjektif dan dianggap sebagai penerunan relatif
jumlah buang air besar pada individu. Pada umumnya, pengeluaran defekasi kurang dari satu
setiap 3 hari yang dianggap mengindikasi konstipasi.
b. Penyebab Konstipasi
Konstipasi dapat terjadi dikarenakan defekasi yang sulit. Defekasi dapat menjadi sulit
apabila feses mengeras dan kompak(padat). Hal ini terjadi jika individu mengalami dehidrasi
atau jika keinginan defekasi ditunda, yang memungkinkan lebih banyak air difeses yang diserap
saat feses berada diusus besar. Diet berserabut tinggi mempertahankan kelembapan feses dengan
cara menarik air secara osmotis kedalam feses dan dengan stimulasi peristaltik kolon melalui
peregangan. Dengan demikian, individu yang mengkonsumsi makanan rendah berserabut atau
makanan yang sangat dimurnikan berisiko lebih besar mengalami konstipasi.
Jadi, konstipasi sangat erat hubungannya dengan asupan serat yang dikonsumsi didalam tubuh.
Serat makanan mempunyai daya serap air yang tinggi. Adanya serat makanan dalam feses
menyebabkan feses dapat menyerap air yang banyak sehingga volumenya menjadi besar dan
teksturnya menjadi lunak. Adanya volume feses yang besar akan mempercepat konstraksi usus
untuk lebih cepat mengekskresikan feses dan waktu transit makanan lebih cepat sehingga akan
mencegah terjadinya konstipasi dan beberapa penyakit saluran penceranaan lainnya.