Hitung-Hitung Iseng
Hitung-Hitung Iseng
Supported by:
2
DAFTAR ISI
3
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
5
1. LATAR BELAKANG
Proyek Jalan Tol Serpong – Cinere akan bersilangan dengan Pipa Pertagas 24inchi di
Jembatan Sungai Ciputat seksi 2 STA 60+523. Pada lokasi tersebut diperlukan akses
untuk erection girder JU Sungai Ciputat STA 60+523. Analisa ini akan digunakan untuk
memperkirakan kondisi pipa gas akibat terdampaknya aktivitas di akses jalan saat
erection girder.
2. DATA AWAL
6
2.2. Segmen pipa yang terdampak.
Berdasarkan SKPP No.13/I/PP/SKPP/18.03/DJM.T/2014 dan hasil test pit pada tanggal
27 Februari 2019, yang dilakukan oleh Pihak Pertagas - PT. Waskita Karya, dan survey
lapangan pada informasi informasi segmen pipa, sebagai berikut:
7
Gambar 3. Hasil Soil Investigasi Tim ERKA pada BH-1 dan BH-2
8
3. DASAR TEORI
Saat pipa bawah tanah akan dilalui perlintasan transportasi baik jalan ataupun kereta
api, maka dilakukan analisa untuk memastikan kehandalan dari pipa bawah tanah.
Berdasarkan SNI 3474 para 841.15, acuan untuk melakukan analisa pipa bawah tanah
terhadap perlintasan transportasi bisa menggunakan API RP 1102 (Steel Pipilines
Crossing Railroads and Highways), GRI report No. 91/0284 (Guidelines for Crossing and
Highways), atau GPTC Appendix G15 (Design of Uncased Pipilines Crossing of
Highways and Railroads). Selain analisa diatas, analisa mengunakan Evaluation of
Buried Pipe Encroachments oleh Battelle Petroleum Technology juga bisa dilakukan
Pada kajian perlintasan akses erection girder di STA 60+523 ini, akan menggunakan
perhitungan menggunakan software Pipeline Toolbox, dimana, Pipeline Toolbox akan
menggunakan analisa 3 analisa, yaitu :
1) API RP 1102
2) Wheel Load Analysis (Evaluation of Buried Pipe Encroachments)
3) GPTC Appendix G-15
Dari 3 pembebanan tersebut, akan dihasilkan 4 nilai yang akan dilakukan pengecekan
untuk memastikan kehandalan dari pipa bawah tanah terhadap perlintasan jalan, yaitu:
1) Pengecekan nilai internal pressure SHi terhadap SYMS x F x E
SHi ≤ SYMS x F x E (50% SYMS atau sebesar 26.000 Psi)
2) Pengecekan nilai effective stress Seff terhadap SYMS x F
Seff < SYMS x F (50% SYMS atau sebesar 26.000 Psi)
3) Pengecekan nilai fatigue girth stress ∆SLh terhadap SFG x F
∆SLh < SFG x F (50% SFG atau sebesar 6.000 Psi)
4) Pengecekan nilai fatigue longitudinal stress ∆SHh terhadap SFL x F
∆SHh terhadap SFL x F (50% SFL atau sebesar 10.500 Psi)
Ket :
SYMS : Specified minimum yield strength
F : Design Factor
E : Longitudinal Joint factor
9
Gambar 5. Alur Analisa API RP 1102
10
3.2. Wheel Load Analysis
Wheel load analysis adalah analisa berdasarkan laporan Evaluation of Buried Pipe
Encroachments oleh Battelle Petroleum Technology dan ASME B31.8. Wheel load
analysis akan melakukan penghitungan 4 nilai beban akibat perlintasan, yaitu, nilai
beban tanah diatas pipa (Load Over Burden_Wc), beban kendaraan (Vehicular
Load_Wv), nilai defleksi pipa akibat gaya internal/eksternal (Total Circumferential
Stress_St) dan gaya bending pipa akibat pembebanan perlintasan (Longitudinal
Bending Stress_Sb). Nilai ini lalu akan menghasilkan Total Combine Stress (S). Untuk
lebih detail dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
11
Gambar 8. Total Circumferential Stress (St)
Wheel Load Analysis akan melakukan pengecekan nilai dari Total Combined Stress (S)
terhadap nilai SYMS. Nilai Total Combined Stress tidak boleh lebih besar dari Maximum
Allowable Combined Stress terhadap SYMS. Nilai perbandingan ini dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
12
pressure sudah memasukkan perhitungan beban tanah dan beban dinamis dan
perlintasan.
Dari kedua nilai diatas, akan dihasilkan nilai Total Calculated Combined Stress (ST).
Berbeda dengan kedua analisa diatas, GPTC Appendinx G-15 hanya mensyaratkan
nilai Total Calculated Combined Stress (ST) harus lebih kecil sama dengan dari SYMS-
nya. (Total Combined Stress ST ≤ 100 % SYMS)
FAKTOR KOREKSI /
No. BENDA UJI UKURAN
KORELASI
1. Silinder 15 x 30 cm 1.00
2. Kubus 15 x 15 x 15 cm 1.20
3. Kubus 20 x 20 x 20 cm 1.14
Besaran parameter kuat lentur (Fc) yang sering digunakan untuk konstruksi jalan
beton semen adalah antara 40 kg/cm2 dan 45 kg/cm2. Kuat lentur yang dimaksud
adalah kuat lentur benda uji balok ukuran 15 x 15 x 7 cm, dengan metoda „third point
loading“. Hubungan atau korelasi antara K dan Fc bukanlah hubungan linear
melainkan hubungan koridor, seperti di bawah ini :
Tabel 4. Korelasi Antara Kuat Lentur (Fc) dan Kuat Tekan Karakteristik Beton (K)
Fx = Fc (kg/cm2) 25 30 40 45
13
Parameter lain yang serig digunakan adalah Pengujian Kekuatan Dipercepat
(Accelerated Strenght Test), untuk memperkirakan kekuatan beton pada umur
tertentu terhadap kuat tekan dan kuat lentur rencana dan untuk keperluan mutu
beton
Tabel 5. Korelasi Umur Beton, Faktor Kuat Lentur dan Faktor Kuat Tekan Karakteristik
Beton
FAKTOR KUAT
No. UMUR BETON FAKTOR KUAT TEKAN
LENTUR
1. 3 hari 0.40 0.40
2. 7 hari 0.65 0.70
3. 28 hari 1.00 1.00
4. 90 hari 1.20 1.05
5. 360 hari 1.35 1.11
Alasan digunakannya beton semen mutu tinggi pada konstruksi perkerasan jalan
beton semen antara lain adalah :
- Diperlukannya konstruksi yang tahan terhadap keausan akibat roda lalu lintas
- Diperlukannya konstruksi yang tahan terhadap proses pelapukan akibat cuaca dan
umur
- Penyesuaian terhadap sifat konstruksi beton yang relatif tidak mudah untuk dilapis
ulang (overlay)
- Sebagai jalan konstruksi kelas tinggi, sudah sepantasnya bilamana dalam
fungsinya memberikan pelayanan optimal kepada lalulintas dan tidak sering
terganggu oleh aktifitas pemeliharaan.
Pada konstruksi beton semen secara umum, besarnya slump bervariasi lebar yaitu
antara 2.5 s/d 10 cm, seperti di bawah ini :
14
Tabel 6. Besaran Nilai Slump untuk Berbagai Tipe Konstruksi
SLUMP
No. TYPE KONSTRUKSI
MAX (cm) MIN (cm)
Tembok & pondasi plat &
1. 7.5 2.50
sumuran
Lantai, balok & dinding,
2. 10.0 2.50
kolom
3. Lantai jembatan 7.5 5.00
4. Pavement 5.0 2.50
5. Trotoir 10.0 5.00
Bendungan, konstruksi
6. 5.0 2.50
dengan massa besar
Untuk Rigid Pavement slump berkisar 2.5 s/d 5.0 cm. Beberapa faktor yang
mempengaruhi besarnya slump yang dibutuhkan untuk mendapatkan workability
yang optimal antara lain sebagai berikut :
- Kerumitan bentuk dari tulangan konstruksi beton
- Diperlukan dan tidaknya pompa dalam pengecoran beton
- Jarak dan waktu transportasi campuran beton
- Digunakan atau tidaknya bahan aditive dalam campuran beton
- Jenis peralatan yang digunakan
- Untuk perjalanan campuran beton semen dari Plant ke Site selama 60 menit,
slump di Plant 6.5 cm, di Site 4.0 cm
- Untuk perjalanan campuran beton semen dari Plant ke Site selama 10 menit, slump
di Plant 4.5 cm, di Site 4.0 cm
15
Tabel 7. Korelasi antara Nilai daya Dukung Tanah dengan Nilai Modulus Reaksi Tanah
CBR (%) 2 4 8 12 16 20 24 28 32
K (pci) 70 120 170 200 230 240 260 290 340
K (kg/cm3) 1.5 3.3 4.8 6 6.6 7 7.5 8 9.3
Fungsi tanah dasar perkerasan kaku (beton semen) tidak terlalu berpengaruh (tidak
peka) dalam menentukan tebal lapisan perkerasan beton semen.
Pada “Road Note29” (TRL, Inggris) dinyatakan bahwa ketebalan lapisan konstruksi
beton semen adalah sama untuk tanah dasar dengan nilai CBR 2% s/d 15%.
Yang terpenting adalah dalam penyiapan tanah dasarnya, yang meliputi : kerataan,
kemiringan, keseragaman kepadatan dan keseragaman daya dukung.
C. Tulangan
Pada konstruksi perkerasan beton semen dikenal 2 jenis tulangan, yaitu :
1) Tulangan pada pelat beton (untuk memperkuat pelat beton)
2) Tulangan sambungan (untuk menyambung kembali bagian beton yang terputus /
diputus.
16
- Bentuk tulangan umumnya berupa lembaran atau gulungan, tulangan pagar
(semuanya jenis tulangan ini biasanya fabricated). Dalam pelaksanaannya
tulangan lembaran jauh lebih baik dari tulangan gulungan. Penggunaan
tulangan pagar biasanya digunakan pada pelat beton jenis “jointed
reinforced concrete pavement“. Untuk “continuously reinforced concrete
pavement” menggunakan tulangan biasa seperti pada konstruksi pelat
beton umumnya (gedung atau jembatan).
- Lokasi tulangan pelat beton terletak pada ¼ tebal pelat di sebelah atas.
- Fungsi tulangan pelat beton ini adalah untuk “memegang beton“ agar tidak
retak (retak beton tidak terbuka), bukan untuk menahan gaya momen atau
gaya lintang. Tulangan ini bersifat tidak struktural sehingga tidak
mempengaruhi tebal pelat beton yang direncanakan nantinya.
Ad. 2) Tulangan sambungan
Pada perkerasan beton semen dikenal 2 jenis tulangan sambungan, yaitu
tulangan sambungan melintang dan tulangan sambungan memanjang.
17
Gambar 10. Bentuk dan Letak Tulangan Sambungan
(Sumber : Teknologi Perkerasan Jalan Beton Semen, Ir. Moh. Anas Aly-Ed.1, 2004, hal.
7)
18
telah ditentukan. Disarankan saw cutting dilaksanakan sesudah 4 jam atau sebelum
24 jam sejak pengecoran beton.
Pada setiap celah sambungan harus diisi dengan joint sealant dari bahan khusus
yang bersifat thermoplastic, antara lain : rubber asphalt, coal tars, rubber tars, dll.
Pelaksanaan joint sealant disarankan sesegera mungkin, menunda terlalu lama
pengecoran joint sealant akan mempersulit pelaksanaannya karena celah sering kali
sudah mulai tertutup debu/tanah yang kadang-kadang bersifat cementing, Sebelum
joint sealant dituang, kotoran dalam celah harus disingkirkan dan kalau perlu
disemprot dengan blower.
19
Arah alur (grooving/brushing) memanjang :
‐ Friction ke arah melintang lebih baik (pada manuver ke samping/menikung)
‐ Pelaksanaan lebih cepat dan lebih mudah khususnya bila secara mekanis.
‐ Friction ke arah memanjang agak kurang baik
‐ Surface drain agak sedikit terganggu
‐ Sambungan penahapan pelaksanaan pengaluran (grooving/brushing) sering
kurang rapi.
Bila mengacu pada spesifikasi, pada perkerasan beton semen yang cukup baik
kerataannya serta alurnya, tingkat kebisingan akibat gesekan antara ban dan
permukaan beton lebih baik pada perkerasan aspal, khususnya “surface dressing”
Noise/kebisingan pada kecepatan 80 km/jam
‐ Surface dressing = 82.0 dbA
‐ Grooved concrete = 80.5 dbA
‐ Brushed concrete = 81.0 dbA
20
4) Beban Rencana / design load, merupakan sejumlah repetisi beban sumbu lalu
lintas standar yang jumlahnya tergantung pada klas dan fungsi jalan yang
bersangkutan dengan notasi EAL (equivalent axle load).
B. Batasan-batasan
1) Pada konstruksi perkerasan beton semen ini tidak dikenal istilah “collaps“
(hancur), yang dikenal adalah tercapainya jumlah (target) EAL yang telah
direncanakan. Bila di lapangan ditemukan kondisi perkerasan beton semen yang
collaps (hancur), ini berarti telah terjadi “penyimpangan“ pengelolaan terhadap
konstruksi jalan beton semen tersebut baik berupa keterlambatan (kesalahan)
dalam melakukan pemeliharaan rutin maupun berkala sebagaimana yang telah
“diamanahkan“ oleh desainer. Demikian juga halnya akibat bencana alam, tidak
dipelihara, overloading yang kesemuanya termasuk hal yang tidak normatif
2) Nilai satu EAL sama dengan daya rusak (damage factor) satu kali lintasan beban
sumbu tunggal (single axle load) sebesar 18.000 lbs, atau 8.16 ton.
3) Untuk kepentingan teknik, ekonomi dan sosial, tiap negara memberikan batasan
Muatan Sumbu Terberat (MST), Indonesia menerapkan 2 kelas MST, yaitu MST
8.0 ton dan MST 10.0 ton
21
Rumus dasar metoda AASHTO 1972, Revised 1981 adalah sebgai berikut :
0.1761 Ft D 0.75 1.132
log W18 7.35 log (D 1) 0.06 3.42 log
1
1.624 x 10 7 690 D 0.75 18.42
0.25
(D 1) 8.46
E
KG
Dari rumus dasar tersebut diturunkan Nomogram perencanaan seperti pada gambar
di bawah ini :
(Sumber : Teknologi Perkerasan Jalan Beton Semen, Ir. Moh. Anas Aly-Ed.1, 2004, hal.
76)
Kriteria mutu konstruksi perkerasan beton semen tersebut, terwakili dalam beberapa
parameter desain sebagai berikut :
- Terminal serviceability (pt = 2.5)
- EAL (ekivalen 18-kip single-axle loads)
- Modulus of subgrade reaction (k)
- Working stress in the concrete (ft)
- Modulus elastisitas of the concrete (Ec)
Korelasi daya dukung tanah dasar dalam besaran modulus of subgrade reaction
value (k) atau soil support value (s) dengan besaran lain misalnya CBR adalah
seperti pada gambar di bawah ini :
Gambar 12. Korelasi nila CBR dengan daya dukung tanah dasar
(soil support value k)
(Sumber : Teknologi Perkerasan Jalan Beton Semen, Ir. Moh. Anas Aly-Ed.1, 2004, hal. 77)
23
Tabel 8. Korelasi besaran nilai s (soil support value), CBR dan klasifikasi tanah
AASHTO
Soil Soil Dynamic Static R-Value R-Value
3-point
Type support CBR CBR (240psi)* (300psi)*
CBR
Menurut tabel AASHTO di atas nilai CBR lapangan yang diperoleh dari hasil survey di
golongkan sebagai Dynamic CBR.
24
4. HASIL ANALISA
Analisa untuk memperkirakan kondisi pipa gas yang terdampak akses dari erection
girder menggunakan 3 pendekatan, dimana, perhitungan dari ketiga pendekatan
menggunakan software Pipeline Toolbox. Analisa yang dimaksud sebagai berikut:
1) API RP 1102 7th Edition "Steel Pipelines Crossing Railroads and Highways"
2) Wheel Load Analysis using Evaluation of Buried Pipe Encroachments-Battelle
Petroleum Technology
3) ANSI GPTC Z380.1 Guide, Appendix G-192-15
Dari ketiga pendekatan itu, akan dilakukan beberapa skenario perhitungann yang
bertujuan menganalisa sampai sejauh mana batas aman pipa dengan beberapa kondisi
tertentu, yaitu :
Skenario 1
Kondisi permukaan perlintasan sudah menggunakan pavement/ rigid.
Pembebanan sebesar 225 kN atau 50.58 Kips.
Berat Girder : 90 Ton = 900kN = 202.3280 kips
25
Skenario 2
Kondisi permukaan perlintasan sudah menggunakan pavement/ rigid.
Pembebanan sebesar 225 kN atau 50.58 Kips.
Besar kedalaman pipa berubah dari 2.5 meter direduksi menjadi 2 meter.
Skenario 3
Kondisi permukaan perlintasan sudah menggunakan pavement/ rigid.
Pembebanan sebesar 225 kN atau 50.58 Kips.
Besar ketebalan pipa berubah dari 9.09mm direduksi menjadi 7mm
Skenario 4
Kondisi permukaan perlintasan sudah menggunakan pavement/ rigid.
Pembebanan sebesar 225 kN atau 50.58 Kips.
Besar kedalaman pipa berubah dari 2.5 meter direduksi menjadi 2 meter
Besar ketebalan pipa berubah dari 9.09mm direduksi menjadi 7mm
Dari skenario diatas, khususnya Skenario 2 dan 4 bertujuan untuk melihat sejauh mana
kehandalan pipa jika ketebalan pipa dan kedalaman pipa dikurangi terhadap adanya
perlintasan saat adanya transportasi girder. Untuk lebih detail terkait dengan skenario
perhitungan dapat dilihat pada tabel matriks berikut :
Perubahan Parameter
Skenario
Pavement Beban Kedalaman Thickness
Before Tidak ada 44 kips 2.5 m (8.2021 feet) 9.09 mm (0.3579 in)
Skenario 1 Rigid 50.58 kips 2.5 m (8.2021 feet) 9.09 mm (0.3579 in)
Skenario 2 Rigid 50.58 kips 2 m (6.5617 feet) 9.09 mm (0.3579 in)
Skenario 3 Rigid 50.58 kips 2.5 m (8.2021 feet) 7 mm (0.2756 in)
Skenario 4 Rigid 50.58 kips 2 m (6.5617 feet) 7 mm (0.2756 in)
26
4.1. Analisa API 1102
Analisa pada API 1102 adalah analisa Uncased Crossing dengan cara memeriksa
nilai tertentu sehingga dihasilkan kondisi Pass atau Fail. Pemeriksaan nilai yang
dimaksud sebagai berikut:
‐ Pengecekan Hoop Stress
‐ Pengecekan Effective Stress
‐ Pengecekan Girth Weld
‐ Pengecekan Long Weld
Untuk melakukan analisa berdasarkan API 1102 diperlukan beberapa parameter
sebagai berikut :
27
Site and Installation Data
21 Pavement Type None
22 Impact Factor Method ASCE-Highway
23 Safety Factor Applied API 1102 procedure
Ket :
‐ Data pipa 1 s/d 7 berdasarkan SKPP No.13/I/PP/SKPP/18.03/DJM.T/2014
‐ Data pipa 8 s/d 14 adalah given parameter berdasarkan ASME B31.8 dan API
1102 terhadap data pipa 1 s/d 7
‐ Data 15 berdasarkan Hasil Soil Investigasi PT Erka Konsultan
‐ Data 16 s/d 18 adalah given paramter berdasarkan API 1102 terhadap data 15
‐ Data 19 dan 21 berdasarkan Hasil Test Pit PT Wijaya Karya dan Pertagas
‐ Data 20 adalah given parameter as per API 1102 para 4.7.2.1
‐ Data 22 adalah given parameter as per API 1102 para 4.8
28
Stress Ratio (% SYMS) Allowable
Pass/
Stress Skenario Skenario Skenario Skenario Stress
Before Fail
1 2 3 4 (% SYMS)
Girth Weld 44.73% 42.04% 49.27% 41.48% 48.61% 50% SFG Pass
Long Weld 32.31% 30.39% 36.41% 29.35% 35.18% 50% SFL Pass
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa stress yang dialami pipa akibat perlintasa
masih berada dalam batas aman.
Ket :
‐ Data pipa 1 s/d 6 berdasarkan SKPP No.13/I/PP/SKPP/18.03/DJM.T/2014
‐ Data pipa 7 s/d 8 adalah given parameter berdasarkan ASME B31.8 terhadap data pipa 1
s/d 6
‐ Data 9 s/d 10 berdasarkan Hasil Soil Investigasi PT Erka Konsultan
29
‐ Data 11 berdasarkan Hasil Test Pit PT Wijaya Karya dan Pertagas
‐ Data 12 adalah given parameter berdasarkan Battelle Report terhadapa data 11
‐ Data 13 dan 14 adalah engineering practise saat dilakuakn perhitungan.
‐ Data 15 bisa berubah berdasarkan penggunaan skenario dalam perhitungan.
Tidak hanya parameter data pipa, operasional, lapangan dan instalasi, untuk
dihasilkan perhitungan di software Pipeline Toobox maka dilakukan 2 skenario,
yaitu, tidak dihasilkan adanya Longitudinal Bending Stress dan dihasilkan
Longitudinal Bending Stress. Longitudinal Bending Stress adalah stress akibat
terjadinya penurunan tanah pada panjang section tertentu (X) dengan dihasilkan
defleksi vertical tertentu (Y). Penurunan tanah terjadi akibat tidak uniformnya tanah
di area Bottom of Pipe sehingga dihasilkan defleksi tertentu. Besar skenario yang
dimasukkan adalah terjadinya 10meter section pipa di area pembebanan (X)
dengan defleksi sebesar 5cm (Y).
Berdasarkan parameter diatas maka dihasilkan nilai stress yang berlaku di pipa.
Parameter ini lalu dikombinasikan dengan beberapa skenario untuk melihat batas
kehandalan pipa jika terjadi perubahan beban, jenis pavement, kedalaman pipa
dan ketebalan pipa. Nilai stress ini lalu dibandingkan dengan stress yang diizinkan
sehingga dihasilkan kondisi pass atau fail, sebagai berikut :
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa stress yang dialami pipa akibat pelintasan
akses girder masih berada dalam batas aman.
30
4.3. ANSI GPTC Z380.1
Analisa menggunakan GPTC Z380.1 memiliki analisa yang hanya berdasarkan
combined stress dan memiliki nilai persentase allowable stress sebesar 100%.
Untuk melakukan analisa berdasarkan GPTC Z380.1 diperlukan beberapa
parameter sebagai berikut :
Ket :
‐ Data pipa 1 s/d 6 berdasarkan SKPP No.13/I/PP/SKPP/18.03/DJM.T/2014.
‐ Data pipa 7 s/d 10 adalah given parameter berdasarkan ASME B31.8 terhadap data
pipa 1 s/d 6.
‐ Data 11 berdasarkan Hasil Test Pit PT Wijaya Karya dan Pertagas
‐ Data 12 berdasarkan Hasil Soil Investigasi PT Erka Konsultan
‐ Data 13 adalah given parameter berdasarkan Battelle Report terhadapa data 12
‐ Data 14 s/d 16 adalah engineering practise saat dilakukan perhitungan.
‐ Data 17 bisa berubah berdasarkan penggunaan skenario dalam perhitungan.
31
beban, jenis pavement, kedalaman pipa dan ketebalan pipa. Nilai stress ini lalu
dibandingkan dengan stress yang diizinkan sehingga dihasilkan kondisi pass atau
fail, sebagai berikut :
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa stress yang dialami pipa akibat pelintasan
akses girder masih berada dalam batas aman.
32
Tabel 20. Rangkuman Perbandingan Stress Ratio V/S Allowable Stress
33
5. KESIMPULAN
1) Analisa API 1102 dihasilkan bahwa Hoop Stress, Effective Stress, Girth Weld dan
Long Weld masih masuk didalam nilai masing-masing stress allowable-nya termasuk
stress allowable dari 4 skenario yang dihasilkan.
2) Analisa Wheel Load dihasilkan bahwa nilai total combined stress yang terjadi masih
lebih kecil dari nilai maximum allowable total combined stress termasuk stress
allowable dari 4 skenario yang dihasilkan.
3) Analisa Wheel Load menunjukkan nilai longitudinal bending untuk 17 meter pipa
terdampak dengan defleksi 50 mm (2 inch) masih lebih kecil dari nilai maximum
allowable total termasuk stress allowable dari 4 skenario yang dihasilkan.
4) Analisa ANSI GPTC Z380.1 dihasilkan bawah nilai total combined stress baik dalam
perhitungan 4 skenario dan skenario awal (Before) masih didalam rentang 100%
SMYS.
6. REKOMENDASI
Berdasarkan hasil diatas, untuk menjaga kehandalan jaringan pipa rekomendasi yang
dapat diberikan sebagai berikut :
Dilakukan pengamanan jalur pipa yang terdampak akses konstruksi girder
menggunakan pelat beton (rigid pavement) untuk mengurangi perambatan stress
menuju pipa melalui tanah.
Mengurangi kontak antara tanah yang berada di Top of Pipe dengan pelat beton
sehingga mampu mengurangi perambatan stress menuju pipa melalui tanah.
34
LAMPIRAN SKPP
35
LAMPIRAN TEST PIT DAN
DOKUMENTASI
36
LAMPIRAN REPORT
SOIL TEST
37
ANALISA PROTEKSI TERHADAP
PIPA GAS
JU SUNGAI CIPUTAT
PROYEK JALAN TOL SERPONG - CINERE
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL .............................................................................................................................................. 4
ANALISA PERHITUNGAN PROTEKSI ............................................................................................................... 5
TERHADAP PIPA GAS ..................................................................................................................................... 5
JU SUNGAI CIPUTAT ...................................................................................................................................... 5
PROYEK JALAN TOLL SERPONG - CINERE ...................................................................................................... 5
1. PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 5
2. DOKUMENTASI ...................................................................................................................................... 5
3. SKETSA PENAMPANG ............................................................................................................................ 5
4. POSISI PIPA GAS .................................................................................................................................... 6
5. DATA PEMBEBANAN ............................................................................................................................. 6
6. ANALISA PERHITUNGAN JU SUNGAI CIPUTAT (Long Section) .............................................................. 8
6.1. Pemodelan Plaxis Long Section ..................................................................................................... 8
6.1.1. Layout Plan ............................................................................................................................ 8
6.1.2. Layout Soil Investigation ....................................................................................................... 8
6.1.3. Soil Investigasi ....................................................................................................................... 9
6.1.4. Pemodelan dengan Plaxis ................................................................................................... 12
6.1.5. Perhitungan Analisa Statis .................................................................................................. 13
6.1.6. Asumsi Tahapan Pelaksanaan ............................................................................................. 16
6.1.7. Deformasi Pipa Gas Arah X dan Y........................................................................................ 16
7. ANALISA PERHITUNGAN JU SUNGAI CIPUTAT (Cross Section) ........................................................... 17
7.1. Pemodelan Plaxis Long Section ................................................................................................... 17
7.1.1. Pemodelan dengan Plaxis ................................................................................................... 17
7.1.2. Perhitungan Analisa Statis .................................................................................................. 18
7.1.1. Tahapan Pelaksanaan.......................................................................................................... 21
7.1.2. Deformasi Pipa Gas ............................................................................................................. 21
8. KESIMPULAN ....................................................................................................................................... 23
9. SARAN ................................................................................................................................................. 23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1 Layout Plan JU Sungai Ciputat ................................................................................................... 8
Gambar 6.2 Layout Soil Investigation ........................................................................................................... 8
Gambar 6.3 Pemodelan dengan menggunakan Plaxis (Long Section)........................................................ 12
Gambar 6.4. Total displacement sebesar 0.002 m ..................................................................................... 13
Gambar 6.5. Excess Pore Pressure sebesar -23.89 kN/m2 ........................................................................ 13
Gambar 6.6. Total displacement sebesar 0.030 m ..................................................................................... 14
Gambar 6.7. Excess Pore Pressure sebesar -42.74 kN/m2 .......................................................................... 14
Gambar 6.8. Total displacement sebesar 0.031 cm.................................................................................... 15
Gambar 6.9. Excess Pore Pressure sebesar -30.38 kN/m2 ......................................................................... 15
Gambar 6.10 Grafik Deformasi Pipa Gas Arah X dan Y ............................................................................... 16
Gambar 7.1 Pemodelan dengan menggunakan Plaxis (Cross Section)....................................................... 17
Gambar 7.2. Total displacement sebesar 0.008 m ..................................................................................... 18
Gambar 7.3. Excess Pore Pressure sebesar 6.06 kN/m2 ........................................................................... 18
Gambar 7.4. Total displacement sebesar 0.013 m ..................................................................................... 19
Gambar 7.5. Excess Pore Pressure sebesar -28.66 kN/m2 .......................................................................... 19
Gambar 7.6. Total displacement sebesar 0.022 cm.................................................................................... 20
Gambar 7.7. Excess Pore Pressure sebesar -7.74 kN/m2 ........................................................................... 20
Gambar 7.8. Deformasi Pipa Gas 0.87 cm .................................................................................................. 21
3
DAFTAR TABEL
Tabel 6-1 Parameter Lapisan Tanah BH-1 .................................................................................................... 9
Tabel 6-2 Parameter Lapisan Tanah BH-2 .................................................................................................... 9
Tabel 6-3 Tahapan Pelaksanaan Konstruksi ................................................................................................ 16
Tabel 7-1 Tahapan Pelaksanaan Konstruksi ................................................................................................ 21
ANALISA PERHITUNGAN PROTEKSI
TERHADAP PIPA GAS
JU SUNGAI CIPUTAT
PROYEK JALAN TOLL SERPONG - CINERE
1. PENDAHULUAN
Analisa ini digunakan untuk memperkirakan pergeseran arah vertikal maupun lateral pipa gas yang
ada di area Proyek Jalan Tol Serpong – Cinere, dimana area tersebut nantinya akan digunakan sebagai
akses untuk erection girder JU Sungai Ciputat STA 60+523.
2. DOKUMENTASI
Berikut dokumentasi lapangan per tanggal 25 Februari 2019 :
3. SKETSA PENAMPANG
Berikut gambar skets jembatan sementara berdasarkan pengamatan di lapangan :
5
4. POSISI PIPA GAS
Posisi Pipa Gas terdapat dikedalam 2.5 m dengan jalur crossing/memotong jembatan sementara.
5. DATA PEMBEBANAN
Data Berat Girder didapatkan dari Waskita :
Sehingga berat yang digunakan pada analisa long setion sebesar : 22.16 kN/m2 + 20.20 kN/m2 =
42.36 kN/m2
Sehingga berat yang digunakan pada analisa cross setion sebesar : 22.16 kN/m2 + 90.4 kN/m2 =
112.56 kN/m2
7
6. ANALISA PERHITUNGAN JU SUNGAI CIPUTAT (Long Section)
6.1. Pemodelan Plaxis Long Section
6.1.1. Layout Plan
JU SUNGAI CIPUTAT
STA 60+523
11
6.1.4. Pemodelan dengan Plaxis
A
Medium Medium
Very
VeryStiff
Stiff Stiff
Very Dense Very Dense
Medium Dense
Hard Hard
Very Dense
Very Dense
Very Dense
Hard
Hard
Very Dense Hard
Dense Dense
Hard
Very Stiff
Very Dense Very Dense Very Dense
BH -1 BH -2
A
Gambar 6.3 Pemodelan dengan menggunakan Plaxis (Long Section)
Plat Beton
Pasangan Batu
MAB
6.1.5. Perhitungan Analisa Statis
Perhitungan Plastic pada tahapan Pemasangan H Beam dan Plat (Asumsi 2 hari) :
13
Perhitungan konsol pada Tahapan Truck Mobilisasi Selama 1 hari sebagai berikut :
15
6.1.6. Asumsi Tahapan Pelaksanaan
2 Truck Mobilisasi 1 3
3 Truck Mobilisasi 6 9
2.5 m
3.0 m
Chart 1
Displacement [m]
0
Point A Arah Y
Point A Arah X
-4e-3
Keterangan :
-8e-3
A = Install H Beam + Plat Baja
Truck Mulai B = Truck Mulai Mobilisasi 1 hari
-0.012
Mobilisasi C = Truck Mobilisasi 7 hari
-0.016
A B C
-0.02
0 50 100 150 200 250
Time [hr]
Diasumsikan proses erection girder paling lama 7 hari. Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa
pergerseran pipa akibat proses erection girder ditinjau dari long section diperkirakan Arah – Y
(Vertikal) sebesar 1.7 cm, dan Arah – X (Lateral) sebesar 0.024 cm.
7. ANALISA PERHITUNGAN JU SUNGAI CIPUTAT (Cross Section)
7.1. Pemodelan Plaxis Long Section
7.1.1. Pemodelan dengan Plaxis
Medium
Stiff
Very Stiff
Very Dense
Medium Dense
Hard
Very Dense
Hard
Very Dense
Dense
Hard
Very Stiff
Very Dense
Plat Baja
MAB
Pada Arah Cross Section atau pada arah melintang jalan, kami merekomendasikan adanya plat beton
sebagai pondasi, pada area yang diketahui terdapat pipa gas dengan spesifikasi plat beton : K-350 ,
fc’ = 29.05 Mpa, tebal = 30 cm.
7.1.2. Perhitungan Analisa Statis
Perhitungan Plastic pada tahapan Pemasangan H Beam dan Plat (Asumsi 2 hari) :
19
Perhitungan consolidation pada Tahapan Truck Mobilisasi selama 6 hari :
Truck Mobilisasi 6 9
3
2.5 m
21
Diasumsikan proses erection girder paling lama 7 hari. Dari hasil analisa diatas dapat
disimpulkan bahwa pergerseran pipa akibat proses erection girder ditinjau dari cross section
diperkirakan Arah – Y (Vertikal) sebesar 0.87 cm.
Jika dilihat dari Axial Force yang terjadi, Pada pipa gas terjadi gaya axial sebesar 35.81 kN.
sehingga 35.81/A (Pipa Gas) = 2727 kN/m2 = 27.27 kg/cm2 = 27.27 kg/cm2 g. dilihat dari
spesifikasi yang sudah diberikan, pada analisa ini didapatkan gaya axial yang masih
memenuhi kriteria dimana tekanan kerja maksimum yang diperbolehkan adalah 50.62
kg/cm2 g (psig).
8. KESIMPULAN
Dari Hasil Analisa diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Analisa menggunakan Long Section diasumsikan dengan proses erection girder paling lama 7
hari, di dapatkan pergesaran pipa akibat proses erection girder ditinjau dari Long Section
diperkirakan Arah –Y (Vertikal) sebesar 1.7 cm, dan Arah –X (Lateral) sebesar 0.024 cm
Analisa menggunakan Cross Section di dapatkan dengan proses erection girder paling lama 7
hari, pergesaran pipa akibat proses erection girder ditinjau dari Cross Section diperkirakan
Arah –Y (Vertikal) sebesar 0.87 cm.
Gaya axial yang terjadi 27.27 kg/cm2 g < tekanan kerja maksimum yang diperbolehkan 50.62
kg/cm2 g (OK)
9. SARAN
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan kami menyarankan sebagai berikut:
Pada Arah Cross Section atau arah melintang jalan, kami merekomendasikan adanya plat
beton sebagai pondasi,pada area yang diketahui terdapat pipa gas, dengan spesifikasi plat
beton : K-350 , fc’ = 29.05 Mpa, tebal = 30 cm.
23
APPENDIX
25
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
PIPELINE TOOLBOX
(API 1102)
38
Project
Pertagas_Waskita
Location Date
Tangsel 3/22/2019
RESULTS
Notes:
RESULTS
Notes:
RESULTS
Notes:
RESULTS
Notes:
RESULTS
Notes:
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
PIPELINE TOOLBOX
(WHEEL LOAD
ANALYSIS)
39
Project
Pertagas_Waskita
Location Date
Tangsel 3/22/2019
Pipe Outside Diameter [in.] 24.00 Poisson's Ratio of the Top Layer 0.35
Pipe Wall Thickness [in.] 0.3579 Poisson's Ratio of the Soil Cover 0.35
Specified Minimum Yield Strength [psi] 52,000 Bending Coefficient 0.235
Design Class Location: 3 Deflection Coefficient 0.108
Operating Class: 3 Pipe Internal Pressure [psi] 210
Maximum Allowable Internal Stress [%] 50 Concentrated Surface Load [lbs.] 44000
Maximum Allowable Combined Stress [%] 62 H - Vertical Depth of the Soil Cover [ft.] 8.2021
Soil Type: Clay Thickness of the Pavement Layer [in.] 0
Pavement Type: No Pavement B - Trench Width [ft.] 2.16667
Construction Type: Open Cut Longitudinal Bending Stress Included: No
Friction Force Coefficient 0.130 X - Longitudinal Distance [ft.] 0.0
Weight per Unit of Backfill [lbs/ft³] 120 Y - Vertical Deflection [in.] 0.0
Impact Factor 1.5
Modulus of Elasticity of the Top Layer [psi] 15,000
Modulus of Elasticity of the Soil Cover [psi] 15,000
RESULTS OF CALCULATION:
Reference: ASME B31.8 and "Evaluation of Buried Pipe Encroachments", Battelle Petroleum Technology "
Pipe Outside Diameter [in.] 24.00 Poisson's Ratio of the Top Layer 0.15
Pipe Wall Thickness [in.] 0.2756 Poisson's Ratio of the Soil Cover 0.35
Specified Minimum Yield Strength [psi] 52,000 Bending Coefficient 0.235
Design Class Location: 3 Deflection Coefficient 0.108
Operating Class: 3 Pipe Internal Pressure [psi] 210
Maximum Allowable Internal Stress [%] 50 Concentrated Surface Load [lbs.] 50580
Maximum Allowable Combined Stress [%] 62 H - Vertical Depth of the Soil Cover [ft.] 6.5617
Soil Type: Clay Thickness of the Pavement Layer [in.] 13.7795
Pavement Type: Concrete B - Trench Width [ft.] 2.1667
Construction Type: Open Cut Longitudinal Bending Stress Included: No
Friction Force Coefficient 0.130 X - Longitudinal Distance [ft.] 0.0
Weight per Unit of Backfill [lbs/ft³] 120 Y - Vertical Deflection [in.] 0.0
Impact Factor 1.0
Modulus of Elasticity of the Top Layer [psi] 2,000,00
0
Modulus of Elasticity of the Soil Cover [psi] 15,000
RESULTS OF CALCULATION:
Reference: ASME B31.8 and "Evaluation of Buried Pipe Encroachments", Battelle Petroleum Technology "
Pipe Outside Diameter [in.] 24.00 Poisson's Ratio of the Top Layer 0.15
Pipe Wall Thickness [in.] 0.2756 Poisson's Ratio of the Soil Cover 0.35
Specified Minimum Yield Strength [psi] 52,000 Bending Coefficient 0.235
Design Class Location: 3 Deflection Coefficient 0.108
Operating Class: 3 Pipe Internal Pressure [psi] 210
Maximum Allowable Internal Stress [%] 50 Concentrated Surface Load [lbs.] 50580
Maximum Allowable Combined Stress [%] 62 H - Vertical Depth of the Soil Cover [ft.] 8.2021
Soil Type: Clay Thickness of the Pavement Layer [in.] 13.7795
Pavement Type: Concrete B - Trench Width [ft.] 2.1667
Construction Type: Open Cut Longitudinal Bending Stress Included: No
Friction Force Coefficient 0.130 X - Longitudinal Distance [ft.] 0.0
Weight per Unit of Backfill [lbs/ft³] 120 Y - Vertical Deflection [in.] 0.0
Impact Factor 1.0
Modulus of Elasticity of the Top Layer [psi] 2,000,00
0
Modulus of Elasticity of the Soil Cover [psi] 15,000
RESULTS OF CALCULATION:
Reference: ASME B31.8 and "Evaluation of Buried Pipe Encroachments", Battelle Petroleum Technology "
Pipe Outside Diameter [in.] 24.00 Poisson's Ratio of the Top Layer 0.15
Pipe Wall Thickness [in.] 0.3579 Poisson's Ratio of the Soil Cover 0.35
Specified Minimum Yield Strength [psi] 52,000 Bending Coefficient 0.235
Design Class Location: 3 Deflection Coefficient 0.108
Operating Class: 3 Pipe Internal Pressure [psi] 210
Maximum Allowable Internal Stress [%] 50 Concentrated Surface Load [lbs.] 50580
Maximum Allowable Combined Stress [%] 62 H - Vertical Depth of the Soil Cover [ft.] 6.5617
Soil Type: Clay Thickness of the Pavement Layer [in.] 13.7795
Pavement Type: Concrete B - Trench Width [ft.] 2.1667
Construction Type: Open Cut Longitudinal Bending Stress Included: No
Friction Force Coefficient 0.130 X - Longitudinal Distance [ft.] 0.0
Weight per Unit of Backfill [lbs/ft³] 120 Y - Vertical Deflection [in.] 0.0
Impact Factor 1.0
Modulus of Elasticity of the Top Layer [psi] 2,000,00
0
Modulus of Elasticity of the Soil Cover [psi] 15,000
RESULTS OF CALCULATION:
Reference: ASME B31.8 and "Evaluation of Buried Pipe Encroachments", Battelle Petroleum Technology "
Pipe Outside Diameter [in.] 24.00 Poisson's Ratio of the Top Layer 0.35
Pipe Wall Thickness [in.] 0.3579 Poisson's Ratio of the Soil Cover 0.35
Specified Minimum Yield Strength [psi] 52,000 Bending Coefficient 0.235
Design Class Location: 3 Deflection Coefficient 0.108
Operating Class: 3 Pipe Internal Pressure [psi] 210
Maximum Allowable Internal Stress [%] 50 Concentrated Surface Load [lbs.] 50580
Maximum Allowable Combined Stress [%] 62 H - Vertical Depth of the Soil Cover [ft.] 8.2021
Soil Type: Clay Thickness of the Pavement Layer [in.] 0
Pavement Type: No Pavement B - Trench Width [ft.] 2.1667
Construction Type: Open Cut Longitudinal Bending Stress Included: No
Friction Force Coefficient 0.130 X - Longitudinal Distance [ft.] 0.0
Weight per Unit of Backfill [lbs/ft³] 120 Y - Vertical Deflection [in.] 0.0
Impact Factor 1.5
Modulus of Elasticity of the Top Layer [psi] 15,000
Modulus of Elasticity of the Soil Cover [psi] 15,000
RESULTS OF CALCULATION:
Reference: ASME B31.8 and "Evaluation of Buried Pipe Encroachments", Battelle Petroleum Technology "
LAMPIRAN
PERHITUNGAN
PIPELINE TOOLBOX
(WHEEL LOAD
ANALYSIS-BENDING)
40
Project
Pertagas_Waskita
Location Date
Tangsel 3/22/2019
Pipe Outside Diameter [in.] 24.00 Poisson's Ratio of the Top Layer 0.35
Pipe Wall Thickness [in.] 0.3579 Poisson's Ratio of the Soil Cover 0.35
Specified Minimum Yield Strength [psi] 52,000 Bending Coefficient 0.235
Design Class Location: 3 Deflection Coefficient 0.108
Operating Class: 3 Pipe Internal Pressure [psi] 210
Maximum Allowable Internal Stress [%] 50 Concentrated Surface Load [lbs.] 44000
Maximum Allowable Combined Stress [%] 62 H - Vertical Depth of the Soil Cover [ft.] 8.2021
Soil Type: Clay Thickness of the Pavement Layer [in.] 0
Pavement Type: No Pavement B - Trench Width [ft.] 2.16667
Construction Type: Open Cut Longitudinal Bending Stress Included: Yes
Friction Force Coefficient 0.130 X - Longitudinal Distance [ft.] 45.93176
Weight per Unit of Backfill [lbs/ft³] 120 Y - Vertical Deflection [in.] 1.968505
Impact Factor 1.5
Modulus of Elasticity of the Top Layer [psi] 15,000
Modulus of Elasticity of the Soil Cover [psi] 15,000
RESULTS OF CALCULATION:
Reference: ASME B31.8 and "Evaluation of Buried Pipe Encroachments", Battelle Petroleum Technology "
Pipe Outside Diameter [in.] 24.00 Poisson's Ratio of the Top Layer 0.15
Pipe Wall Thickness [in.] 0.2756 Poisson's Ratio of the Soil Cover 0.35
Specified Minimum Yield Strength [psi] 52,000 Bending Coefficient 0.235
Design Class Location: 3 Deflection Coefficient 0.108
Operating Class: 3 Pipe Internal Pressure [psi] 210
Maximum Allowable Internal Stress [%] 50 Concentrated Surface Load [lbs.] 50580
Maximum Allowable Combined Stress [%] 62 H - Vertical Depth of the Soil Cover [ft.] 6.5617
Soil Type: Clay Thickness of the Pavement Layer [in.] 13.7795
Pavement Type: Concrete B - Trench Width [ft.] 2.1667
Construction Type: Open Cut Longitudinal Bending Stress Included: Yes
Friction Force Coefficient 0.130 X - Longitudinal Distance [ft.] 45.93176
Weight per Unit of Backfill [lbs/ft³] 120 Y - Vertical Deflection [in.] 2
Impact Factor 1.0
Modulus of Elasticity of the Top Layer [psi] 2,000,00
0
Modulus of Elasticity of the Soil Cover [psi] 15,000
RESULTS OF CALCULATION:
Reference: ASME B31.8 and "Evaluation of Buried Pipe Encroachments", Battelle Petroleum Technology "
Pipe Outside Diameter [in.] 24.00 Poisson's Ratio of the Top Layer 0.15
Pipe Wall Thickness [in.] 0.2756 Poisson's Ratio of the Soil Cover 0.35
Specified Minimum Yield Strength [psi] 52,000 Bending Coefficient 0.235
Design Class Location: 3 Deflection Coefficient 0.108
Operating Class: 3 Pipe Internal Pressure [psi] 210
Maximum Allowable Internal Stress [%] 50 Concentrated Surface Load [lbs.] 50580
Maximum Allowable Combined Stress [%] 62 H - Vertical Depth of the Soil Cover [ft.] 8.2021
Soil Type: Clay Thickness of the Pavement Layer [in.] 13.7795
Pavement Type: Concrete B - Trench Width [ft.] 2.1667
Construction Type: Open Cut Longitudinal Bending Stress Included: Yes
Friction Force Coefficient 0.130 X - Longitudinal Distance [ft.] 45.93176
Weight per Unit of Backfill [lbs/ft³] 120 Y - Vertical Deflection [in.] 2
Impact Factor 1.0
Modulus of Elasticity of the Top Layer [psi] 2,000,00
0
Modulus of Elasticity of the Soil Cover [psi] 15,000
RESULTS OF CALCULATION:
Reference: ASME B31.8 and "Evaluation of Buried Pipe Encroachments", Battelle Petroleum Technology "
Pipe Outside Diameter [in.] 24.00 Poisson's Ratio of the Top Layer 0.15
Pipe Wall Thickness [in.] 0.3579 Poisson's Ratio of the Soil Cover 0.35
Specified Minimum Yield Strength [psi] 52,000 Bending Coefficient 0.235
Design Class Location: 3 Deflection Coefficient 0.108
Operating Class: 3 Pipe Internal Pressure [psi] 210
Maximum Allowable Internal Stress [%] 50 Concentrated Surface Load [lbs.] 50580
Maximum Allowable Combined Stress [%] 62 H - Vertical Depth of the Soil Cover [ft.] 6.5617
Soil Type: Clay Thickness of the Pavement Layer [in.] 13.7795
Pavement Type: Concrete B - Trench Width [ft.] 2.1667
Construction Type: Open Cut Longitudinal Bending Stress Included: Yes
Friction Force Coefficient 0.130 X - Longitudinal Distance [ft.] 45.93176
Weight per Unit of Backfill [lbs/ft³] 120 Y - Vertical Deflection [in.] 2
Impact Factor 1.0
Modulus of Elasticity of the Top Layer [psi] 2,000,00
0
Modulus of Elasticity of the Soil Cover [psi] 15,000
RESULTS OF CALCULATION:
Reference: ASME B31.8 and "Evaluation of Buried Pipe Encroachments", Battelle Petroleum Technology "
Pipe Outside Diameter [in.] 24.00 Poisson's Ratio of the Top Layer 0.15
Pipe Wall Thickness [in.] 0.3579 Poisson's Ratio of the Soil Cover 0.35
Specified Minimum Yield Strength [psi] 52,000 Bending Coefficient 0.235
Design Class Location: 3 Deflection Coefficient 0.108
Operating Class: 3 Pipe Internal Pressure [psi] 210
Maximum Allowable Internal Stress [%] 50 Concentrated Surface Load [lbs.] 50580
Maximum Allowable Combined Stress [%] 62 H - Vertical Depth of the Soil Cover [ft.] 8.2021
Soil Type: Clay Thickness of the Pavement Layer [in.] 13.7795
Pavement Type: Concrete B - Trench Width [ft.] 2.1667
Construction Type: Open Cut Longitudinal Bending Stress Included: Yes
Friction Force Coefficient 0.130 X - Longitudinal Distance [ft.] 45.93176
Weight per Unit of Backfill [lbs/ft³] 120 Y - Vertical Deflection [in.] 2
Impact Factor 1.0
Modulus of Elasticity of the Top Layer [psi] 2,000,00
0
Modulus of Elasticity of the Soil Cover [psi] 15,000
RESULTS OF CALCULATION:
Reference: ASME B31.8 and "Evaluation of Buried Pipe Encroachments", Battelle Petroleum Technology "
Cremona
41
Project
Pertagas_Waskita
Location Date
Tangsel 3/22/2019
Uniform Support Under Pipe [°] and Crossing Conditions: 30° - Open Trench
Soil Type: Ordinary maximum for clay.
Notes:
Reference: GPTC - Guide for Gas Transmission and Distribution Systems, Appendix G-192-15, A.G.A.
Uniform Support Under Pipe [°] and Crossing Conditions: 30° - Open Trench
Soil Type: Ordinary maximum for clay.
Notes:
Reference: GPTC - Guide for Gas Transmission and Distribution Systems, Appendix G-192-15, A.G.A.
Uniform Support Under Pipe [°] and Crossing Conditions: 30° - Open Trench
Soil Type: Ordinary maximum for clay.
Notes:
Reference: GPTC - Guide for Gas Transmission and Distribution Systems, Appendix G-192-15, A.G.A.
Uniform Support Under Pipe [°] and Crossing Conditions: 30° - Open Trench
Soil Type: Ordinary maximum for clay.
Notes:
Reference: GPTC - Guide for Gas Transmission and Distribution Systems, Appendix G-192-15, A.G.A.
Uniform Support Under Pipe [°] and Crossing Conditions: 30° - Open Trench
Soil Type: Ordinary maximum for clay.
Notes:
Reference: GPTC - Guide for Gas Transmission and Distribution Systems, Appendix G-192-15, A.G.A.