Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang berasal
dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang
meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan mineral. Perkembangan farmakognosi saat
ini sudah melibatkan hasil penyarian atau ekstrak yang tentu akan sulit dilakukan
indentifikasi zat aktif jika hanya mengandalkan mata. Dengan demikian, cara identifikasi
juga semakin berkembang dengan menggunakan alat-alat cara kimia dan fisika.
Simplisia merupakan bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apa pun, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Biasanya
simplisia berasal dari tumbuhan yang diperoleh dengan cara menebang atau memungut
langsung dari tempat tumbuh alami atau dari tanaman yang dibudidayakan. Faktor-faktor
yang menjadi pertimbangan untuk memperoleh simplisia antara lain :
1. Faktor Ekonomi
Jika tumbuhan asal banyak terdapat di alam dan biaya pengelolaan simplisia relatif
rendah, disarankan untuk mengumpulkan bahan simplisia dari tumbuhan liar. Sebaliknya,
jika tumbuhan asal langka di alam dan biaya pengelolaan simplisia tinggi, tumbuhan asal
perlu dibudidayakan. Sebagai contoh, di Meksiko, umbi Dioscorea spp. dikumpulkan
dari tumbuhan liar, sedangkan di Eropa, daun digitalis diproduksi dengan budidaya.
2. Faktor Lingkungan
Permintaan yang tinggi atas suatu simplisia yang dikumpulkan dari tumbuhan liar akan
berakibat tumbuhan itu menjadi langka atau bahkan terancam punah. Contoh yang
mutakhir adalah ditemukannya obat kanker, yaitu paklitaksel atau turunan taksol yang
diekstraksi dari kulit batang Taxus brevifolia, suatu tumbuhan kecil yang berasal dari
Amerika Utara bagian barat.

FARMAKOGNOSI | 1
3. Faktor keseragaman kualitas
Di masa mendatang, langkah budidaya sangat diperlukan untuk simplisia yang banyak
diminta karena alasan faktor lingkungan dan kualitas yang seragam (terstandardisasi).
Tindakan pembudidayaan merupakan suatu tindakan pengadaan atau penyediaan
simplisia secara kontinu, teratur, dan sekaligus dapat merupakan suatu tindakan
pelestarian nutfah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami tertarik untuk membuat sebuah
makalah. Makalah yang kami buat berisikan tentang bagaimana tahap-tahap untuk
pembuatan simplisia yaitu simplisia KUNYIT PUTIH yang memiliki nama simplisia
yaitu Curcumae manggae Rhizoma.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis dapat menemukan rumusan masalah,
yaitu :
1. Apa saja deskripsi dari Kunyit Putih ?
2. Bagaimana cara / tahap pembuatan simplisia serta serbuk dari Kunyit Putih?
3. Apa saja yang dapat menurunkan kualitas mutu simplisia?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui penjelasan deksripsi dari Kunyit Putih
2. Mengetahui bagaimana tahap – tahap dari pembuatan simplisia serta serbuk
Kunyit Putih
3. Mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menurunkan kualitas mutu simplisia

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penulisan ini adalah memberi informasi
mengenai seluk beluk Kunyit Putih sampai cara membuat simplisianya.

FARMAKOGNOSI | 2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penjelasan tentang Kunyit Putih

Kunyit putih (Curcuma zedoaria) merupakan tumbuhan yang rimpangnya berbentuk


spesifik dan dapat dibedakan dari rimpang tumbuhan kunyit-kunyitan lainnya. Kunyit putih
mengandung senyawa kimia, seperti kurkuminoid dan minyak atsiri.Kunyit putih (Curcuma
zedoaria) merupakan salah satu di antara tumbuhan berkhasiat yang bisa diolah menjadi obat
tradisional. Tumbuhan rimpang atau umbi-umbian. Selintas tumbuhan ini mirip dengan temu
mangga, sebab warnanya sama-sama putih. Kunyit atau kunir putih juga berbeda dengan kunyit
kuning yang berwarna kuning.Rimpang kunyit putih mempunyai bau khas aromatik, rasa agak
pahit, agak pedas dan dapat bertindak sebagai astringensia. Astringensia merupakan zat yang
bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil daya penetrasinya
sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi. Akibat dari aksi tersebut permeabilitas
membran mukosa yang kontak dengan astringen menurun sehingga kepekaan bagian tersebut
menurun pula.

Menurut Ningtyas (2008), kunyit putih (Curcuma zedoaria) memiliki perawakan berupa
herba setahun, dapat lebih dari 2 meter. Batang berupa rimpang yang bercabang di bawah tanah,
berwarna coklat muda-coklat tua, di dalamnya putih atau putih kebiruan, memiliki umbi bulat
dan aromatik. Daun tunggal, pelepah daun pembentuk batang semu berwarna hijau coklat tua,
helaian 2-9 buah, bentuk memanjang lanset 2,5 kali lebar yang terlebar, ujung runcing
meruncing, berambut tidak nyata, hijau atau hijau dengan bercak coklat ungu di tulang daun
pangkal, 43-80 cm atau lebih. Daun pelindung berjumlah banyak. Bunga majemuk, susunan
bulir, di ketiak rimpang primer tangkai berambut. Kelopak berjumlah tiga daun, berwarna putih
atau kekuningan, bagian tengah berwarna merah atau coklat kemerahan, 3-4 cm. Mahkota tiga
daun, putih kemerahan, tinggi rata-rata 4,5 cm. Benangsari satu buah tidak sempurna, bulat telur
terbalik, kuning terang, 12-16×10- 11,5 mm, tungkai 3-5 x 2-4 kepala sari, 6 mm. Serta memiliki
Buah yang berambut rata-rata 2 cm.

FARMAKOGNOSI | 3
2.1.1 Kandungan Kunyit Putih
Kunyit putih (Curcuma zedoaria) mengandung zat warna kurkumin (diarilheptanoid),
minyak atsiri, selain itu juga mengandung flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung, dan sedikit
lemak. Kunyit putih (Curcuma zedoaria) memiliki rasa yang pedas, hangat, dan memiliki bau
yang aromatik. Rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria) memiliki beberapa peran penting
dalam pengobatan beberapa penyakit, antara lain: antikanker, antiradang (antiflogistik),
melancarkan aliran darah, tonik pada saluran cerna, peluruh haid (emenagog) dan peluruh kentut.
Selain itu berkhasiat untuk mengatasi memar, luka, keseleo, terantuk, terpukul, bisul
(furunculus), bengkak, rematik, pegal linu, sengatan kalajengking atau ular (penawar racun/bisa),
memulihkan tenaga sehabis melahirkan, menambah nafsu makan,menghilangkan nafas bau,
cacingan, ambeien (hemorrhoids), demam, sakit gigi, jantung koroner, TBC, asma, radang
saluran nafas (bronchitis), mencegah pembengkakan limpa dan mencegah kanker servik .
Khasiat lainnya yaitu sebagai antiinflamasi, analgesik, antimikroba dan antikanker. Rimpang
kunyit putih (Curcuma zedoaria) dapat berkhasiat sebagai anti kanker, hal ini dapat diperoleh
dari ekstrak etanol zat warna kuning kurkumin (demetoxycurcumin) pada rimpang kunyit putih
(Curcuma zedoaria)(Ningtyas, 2008).
Kunyit putih (Curcuma zedoaria) juga memiliki kandungan RIP (Ribosome Inacting
Protein), zat antioksidan, dan zat antikurkumin. RIP dapat menonaktifkan pertumbuhan sel
kanker, meluruhkan sel kanker tanpa merusak jaringan di sekitarnya, dan memblokir
pertumbuhannya. Zat antioksidan berfungsi mencegah kerusakan gen, sementara zat
antikurkumin berkhasiat sebagai antiradang. Selain itu, kunyit putih (Curcuma zedoaria) juga
memiliki kandungan sesquiterpen berkhasiat antiradang(Trubus, 2010). Dosis yang tepat
membuat tumbuhan obat bisa menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun (Sari,
2006).

FARMAKOGNOSI | 4
2.1.2 Mekanisme Kerja Kunyit Putih dalam Menekan Pertumbuhan Sel Kanker
Mekanisme kerja dalam menekan pertumbuhan sel kanker adalah sebagai berikut:
rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria) bersifat anti neoplastik merusak pembentukan
ribosoma pada sel-sel kanker dan jaringan liar dengan cara meningkatkan pembentukan
jaringan fibroblast di sekeliling jaringan kanker, lalu membentuk lapisan limfosit dalam sel-sel
jaringan kanker dan membungkusnya, sehingga sel-sel jaringan kanker tersebut tidak dapat
berkembang, akhirnya sel-sel kanker akan mati, dan tidak menimbulkan bahaya lagi (Najib,
2009).

2.2 Tahap Pembuatan Simplisia serta Serbuk Kunyit Putih


2.2.1 Tahap pembuatan Simplisia
Tahap dari pembuatan simplisia meliputi :
1. Pengumpulan bahan
Dalam pengumpulan bahan, hal yang perlu diperhatikan adalah umur tanaman, bagian
tanaman pada waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh.
2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing
lainnya dari bahan simplisia sehingga tidak ikut terbawa pada proses selanjutnya yang
akan mempengaruhi hasil akhir.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lainnya yang melekat
pada bahan simplisia. Air yang digunakan sebaiknya adalah air mengalir yang
bersumber dari air bersih, seperti air PAM, air sumur, atau mata air.
4. Perajangan
Perajangan tidak harus selalu dilakukan. Proses ini pada dasarnya dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan. Jika ukuran simplisia cukup kecil/tipis, proses ini
dapat diabaikan.

FARMAKOGNOSI | 5
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air sehingga menjamin mutu
dalam penyimpanan, mencegah pertumbuhan jamur, dan mencegah proses atau reaksi
enzimatik yang dapat menurunkan mutu. Faktor yang penting dalam pengeringan
adalah suhu, kelembapan, dan aliran udara (ventilasi). Sumber suhu dapat berasal dari
sinar matahari, baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain hitam, atau dapat
pula berasal dari suhu buatan dengan menggunakan oven.
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi kering adalah memisahkan bahan-bahan asing, seperti bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan kotoran lain, yang masih ada dan tertinggal di simplisia
kering.
7. Pengemasan
Pengemasan simplisia menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, dapat
melindungi simplisia dari cemaran, dan mencegah kerusakan.
8. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembapannya rendah, terlindung
dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga dan tikus. Simplisia nabati
atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga, cemaran, atau mikroba dengan
penambahan kloroform, CCI4, eter, atau pemberian bahan dengan cara yang sesuai
sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
9. Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu merupakan usaha untuk menjaga kestabilan mutu simplisia.
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau penyerahan dari
pengumpul/pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni
dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia. Simplisia yang bermutu adalah
simplisia yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia atau Materia Medica
Indonesia. Pemeriksaan mutu simplisia meliputi hal-hal sebagai berikut:

FARMAKOGNOSI | 6
a. Kebenaran simplisia
Pemeriksaan kebenaran simplisia dilakukan dengan cara organoleptis,
makroskopis, dan mikroskopis. Pemeriksaan organoleptis dan makroskopis
dilakukan dengan menggunakan indra manusia melalui pengamatan terhadap
bentuk, ciri-ciri luar, warna, dan bau simplisia. Pemeriksaan mutu organoleptis
sebaiknya dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama
untuk menegaskan keaslian simplisia.
b. Parameter nonspesifik
Parameter nonspesifikterkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan
simplisia, seperti uji adanya pencemaran yang disababkan oleh pestisida, jamur,
aflatoksin, logam berat, dan benda asing lainnya.
c. Parameter spesifik
Parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang terkandung dalam
tanaman. Pemeriksaan parameter spesifik meliputi :
 Pemeriksaan secara fisika, yang meliputi penetapan daya larut, bobot
jenis, rotasi optik, titik lebur, titik beku, kadar air, sifat simplisia di bawah
sinar ultraviolet, pengamatan mikroskopis dengan sinar polarisasi, dan lain
sebagainya.
 Pemeriksaan secara kimia, yang meliputi pemeriksaan kualitatif dan
kuantitatif. Pemeriksaan yang bersifat kualitatif disebut identifikasi dan
umumnya berupa reaksi warna atau pengendapan. Sebelum reaksi-reaksi
tersebut dilakukan, zat yang dikehendaki diisolasi terlebih dahulu. Isolasi
dilakukan dengan cara pelarutan, penyaringan, dan mikrosublimasi.
Pemeriksaan yang bersifat kuantitatif disebut penetapan kadar.
 Pemeriksaan secara biologi, yang umunya bersifat penetapan potensi zat
berkhasiat.

FARMAKOGNOSI | 7
2.2.2 Pembuatan Serbuk Simplisia

Tahap pembuatan serbuk simplisia meliputi :

1. Bersihkan simplisia dari bahan organik asing dan pengotor lain secara mekanik atau
dengan cara lain yang cocok, keringkan pada suhu yang cocok, haluskan, dan ayak.
Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan sesuai derajat halus yang
ditetapkan.
2. Simplisia yang mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan panas dikeringkan pada
suhu serendah mungkin. Jika perlu, pengeringan dilakukan dengan pengurangan
tekanan udara.
3. Pada pembuatan serbuk simplisia yang mempunyai persyaratan potensi dan kadar zat
tertentu, misalnya serbuk digitalis dan serbuk opium, boleh ditambahkan serbuk
sejenis yang mempunyai potensi atau kadar lebih rendah atau lebih tinggi atau
ditambah bahan lain yang cocok, misalnya laktosa atau pati beras, sehingga hasil
pengolahan akhir memenuhi persyaratan.

2.3 Pemalsuan dan Penurunan Mutu Simplisia


Pemalsuan umumnya dilakukan secara sengaja, sedangkan penurunan mutu mungkin
dilakukan secara tidak sengaja.
Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan-persyaratan
yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadar. Mutu yang rendah dapat disebabkan
oleh tanaman asal, cara panen dan pengeringan yang salah, disimpan terlalu lama, dan
pengaruh kelembapan, panas, atau penyulingan.
Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi memenuhi
syarat, misalnya menjadi basah oleh air laut atau tercampur minyak pelumas waktu
diangkut dengan kapal.
Simplisia dinyatakan bulukan jika kualitasnya turun karena dirusak oleh bakteri,
cendawan, atau serangga.
Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat bersama-sama
dengan bahan-bahan atau bagian tanaman lain. Sebagai contoh, kuncup cengkeh tercampur
dengan tangkai cengkeh; daun sena tercampur dengan tangkai daun sena.

FARMAKOGNOSI | 8
Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja doganti, diolah, atau ditambah
bahan lain yang tidak semestinya. Sebagai contoh, minyak zaitun diganti minyak biji kapas,
tetapi tetap dijual dengan nama minyak zaitun; tepung jahe ditambah pati terigu agar
bobotnya bertambah, ditambah serbuk cabe agar tetap berasa pedas, dan ditambah serbuk
temulawak agar warnanya tampak seperti keadaan semula.

FARMAKOGNOSI | 9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa :
a. Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang
berasal dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan
pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan
mineral.
b. Kunyit putih (Curcuma zedoaria) merupakan tumbuhan yang rimpangnya
berbentuk spesifik dan dapat dibedakan dari rimpang tumbuhan kunyit-kunyitan
lainnya. Kunyit putih mengandung senyawa kimia, seperti kurkuminoid dan
minyak atsiri.Kunyit putih (Curcuma zedoaria) merupakan salah satu di antara
tumbuhan berkhasiat yang bisa diolah menjadi obat tradisional.
c. Kunyit putih (Curcuma zedoaria) juga memiliki kandungan RIP (Ribosome
Inacting Protein), zat antioksidan, dan zat antikurkumin. RIP dapat menonaktifkan
pertumbuhan sel kanker, meluruhkan sel kanker tanpa merusak jaringan di
sekitarnya, dan memblokir pertumbuhannya. Zat antioksidan berfungsi
mencegah kerusakan gen, sementara zat antikurkumin berkhasiat sebagai
antiradang. Selain itu, kunyit putih (Curcuma zedoaria) juga memiliki kandungan
sesquiterpen berkhasiat antiradang. Dosis yang tepat membuat tumbuhan obat
bisa menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun.
d. Tahap pembuatan simplisia yaitu : Pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian,
perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengemasan, penyimpanan, serta
pemeriksaan mutu
e. Tahap pembuatan serbuk simplisia yaitu :
1. Bersihkan simplisia dari bahan organik asing dan pengotor lain secara
mekanik atau dengan cara lain yang cocok, keringkan pada suhu yang cocok,
haluskan, dan ayak. Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus
dihaluskan sesuai derajat halus yang ditetapkan.

FARMAKOGNOSI | 10
2. Simplisia yang mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan panas
dikeringkan pada suhu serendah mungkin. Jika perlu, pengeringan dilakukan
dengan pengurangan tekanan udara.
3. Pada pembuatan serbuk simplisia yang mempunyai persyaratan potensi dan
kadar zat tertentu, misalnya serbuk digitalis dan serbuk opium, boleh
ditambahkan serbuk sejenis yang mempunyai potensi atau kadar lebih rendah
atau lebih tinggi atau ditambah bahan lain yang cocok, misalnya laktosa atau
pati beras, sehingga hasil pengolahan akhir memenuhi persyaratan.
f. Hal-hal yang menurunkan kualitas simplisia yaitu :
1. Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadar.
2. Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi
memenuhi syarat, misalnya menjadi basah oleh air laut atau tercampur minyak
pelumas waktu diangkut dengan kapal.
3. Simplisia dinyatakan bulukan jika kualitasnya turun karena dirusak oleh
bakteri, cendawan, atau serangga.
4. Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat bersama-
sama dengan bahan-bahan atau bagian tanaman lain.
5. Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja doganti, diolah, atau
ditambah bahan lain yang tidak semestinya.

3.2 Saran

Saran yang dapat kami berikan kepada semua orang yang telah membaca
makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi pengumpul/penjual bahan simplisia tidak hanya mementingkan


keuntungan semata, tetapi harus memperhatikan kualitas dari bahan yang
dijual.
b. Hendaknya orang-orang yang memanfaatkan bahan simplisia sebagai obat
tradisional senantiasa memperhatikan kualitas, kebersihannya karena
mungkin saja bahan simplisia para pengumpul bahan simplisia memiliki
mutu yang rendah.

FARMAKOGNOSI | 11
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Fery Norhendy, Apt, dkk. 2013. Farmakognosi untuk SMK Farmasi Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

FARMAKOGNOSI | 12
LAMPIRAN

FARMAKOGNOSI | 13

Anda mungkin juga menyukai