PENDAHULUAN
FARMAKOGNOSI | 1
3. Faktor keseragaman kualitas
Di masa mendatang, langkah budidaya sangat diperlukan untuk simplisia yang banyak
diminta karena alasan faktor lingkungan dan kualitas yang seragam (terstandardisasi).
Tindakan pembudidayaan merupakan suatu tindakan pengadaan atau penyediaan
simplisia secara kontinu, teratur, dan sekaligus dapat merupakan suatu tindakan
pelestarian nutfah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami tertarik untuk membuat sebuah
makalah. Makalah yang kami buat berisikan tentang bagaimana tahap-tahap untuk
pembuatan simplisia yaitu simplisia KUNYIT PUTIH yang memiliki nama simplisia
yaitu Curcumae manggae Rhizoma.
Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penulisan ini adalah memberi informasi
mengenai seluk beluk Kunyit Putih sampai cara membuat simplisianya.
FARMAKOGNOSI | 2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Ningtyas (2008), kunyit putih (Curcuma zedoaria) memiliki perawakan berupa
herba setahun, dapat lebih dari 2 meter. Batang berupa rimpang yang bercabang di bawah tanah,
berwarna coklat muda-coklat tua, di dalamnya putih atau putih kebiruan, memiliki umbi bulat
dan aromatik. Daun tunggal, pelepah daun pembentuk batang semu berwarna hijau coklat tua,
helaian 2-9 buah, bentuk memanjang lanset 2,5 kali lebar yang terlebar, ujung runcing
meruncing, berambut tidak nyata, hijau atau hijau dengan bercak coklat ungu di tulang daun
pangkal, 43-80 cm atau lebih. Daun pelindung berjumlah banyak. Bunga majemuk, susunan
bulir, di ketiak rimpang primer tangkai berambut. Kelopak berjumlah tiga daun, berwarna putih
atau kekuningan, bagian tengah berwarna merah atau coklat kemerahan, 3-4 cm. Mahkota tiga
daun, putih kemerahan, tinggi rata-rata 4,5 cm. Benangsari satu buah tidak sempurna, bulat telur
terbalik, kuning terang, 12-16×10- 11,5 mm, tungkai 3-5 x 2-4 kepala sari, 6 mm. Serta memiliki
Buah yang berambut rata-rata 2 cm.
FARMAKOGNOSI | 3
2.1.1 Kandungan Kunyit Putih
Kunyit putih (Curcuma zedoaria) mengandung zat warna kurkumin (diarilheptanoid),
minyak atsiri, selain itu juga mengandung flavonoid, sulfur, gum, resin, tepung, dan sedikit
lemak. Kunyit putih (Curcuma zedoaria) memiliki rasa yang pedas, hangat, dan memiliki bau
yang aromatik. Rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria) memiliki beberapa peran penting
dalam pengobatan beberapa penyakit, antara lain: antikanker, antiradang (antiflogistik),
melancarkan aliran darah, tonik pada saluran cerna, peluruh haid (emenagog) dan peluruh kentut.
Selain itu berkhasiat untuk mengatasi memar, luka, keseleo, terantuk, terpukul, bisul
(furunculus), bengkak, rematik, pegal linu, sengatan kalajengking atau ular (penawar racun/bisa),
memulihkan tenaga sehabis melahirkan, menambah nafsu makan,menghilangkan nafas bau,
cacingan, ambeien (hemorrhoids), demam, sakit gigi, jantung koroner, TBC, asma, radang
saluran nafas (bronchitis), mencegah pembengkakan limpa dan mencegah kanker servik .
Khasiat lainnya yaitu sebagai antiinflamasi, analgesik, antimikroba dan antikanker. Rimpang
kunyit putih (Curcuma zedoaria) dapat berkhasiat sebagai anti kanker, hal ini dapat diperoleh
dari ekstrak etanol zat warna kuning kurkumin (demetoxycurcumin) pada rimpang kunyit putih
(Curcuma zedoaria)(Ningtyas, 2008).
Kunyit putih (Curcuma zedoaria) juga memiliki kandungan RIP (Ribosome Inacting
Protein), zat antioksidan, dan zat antikurkumin. RIP dapat menonaktifkan pertumbuhan sel
kanker, meluruhkan sel kanker tanpa merusak jaringan di sekitarnya, dan memblokir
pertumbuhannya. Zat antioksidan berfungsi mencegah kerusakan gen, sementara zat
antikurkumin berkhasiat sebagai antiradang. Selain itu, kunyit putih (Curcuma zedoaria) juga
memiliki kandungan sesquiterpen berkhasiat antiradang(Trubus, 2010). Dosis yang tepat
membuat tumbuhan obat bisa menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun (Sari,
2006).
FARMAKOGNOSI | 4
2.1.2 Mekanisme Kerja Kunyit Putih dalam Menekan Pertumbuhan Sel Kanker
Mekanisme kerja dalam menekan pertumbuhan sel kanker adalah sebagai berikut:
rimpang kunyit putih (Curcuma zedoaria) bersifat anti neoplastik merusak pembentukan
ribosoma pada sel-sel kanker dan jaringan liar dengan cara meningkatkan pembentukan
jaringan fibroblast di sekeliling jaringan kanker, lalu membentuk lapisan limfosit dalam sel-sel
jaringan kanker dan membungkusnya, sehingga sel-sel jaringan kanker tersebut tidak dapat
berkembang, akhirnya sel-sel kanker akan mati, dan tidak menimbulkan bahaya lagi (Najib,
2009).
FARMAKOGNOSI | 5
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air sehingga menjamin mutu
dalam penyimpanan, mencegah pertumbuhan jamur, dan mencegah proses atau reaksi
enzimatik yang dapat menurunkan mutu. Faktor yang penting dalam pengeringan
adalah suhu, kelembapan, dan aliran udara (ventilasi). Sumber suhu dapat berasal dari
sinar matahari, baik secara langsung maupun ditutupi dengan kain hitam, atau dapat
pula berasal dari suhu buatan dengan menggunakan oven.
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi kering adalah memisahkan bahan-bahan asing, seperti bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan kotoran lain, yang masih ada dan tertinggal di simplisia
kering.
7. Pengemasan
Pengemasan simplisia menggunakan wadah yang inert, tidak beracun, dapat
melindungi simplisia dari cemaran, dan mencegah kerusakan.
8. Penyimpanan
Penyimpanan simplisia sebaiknya di tempat yang kelembapannya rendah, terlindung
dari sinar matahari, dan terlindung dari gangguan serangga dan tikus. Simplisia nabati
atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga, cemaran, atau mikroba dengan
penambahan kloroform, CCI4, eter, atau pemberian bahan dengan cara yang sesuai
sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
9. Pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu merupakan usaha untuk menjaga kestabilan mutu simplisia.
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau penyerahan dari
pengumpul/pedagang simplisia. Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni
dan memenuhi persyaratan umum untuk simplisia. Simplisia yang bermutu adalah
simplisia yang memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia atau Materia Medica
Indonesia. Pemeriksaan mutu simplisia meliputi hal-hal sebagai berikut:
FARMAKOGNOSI | 6
a. Kebenaran simplisia
Pemeriksaan kebenaran simplisia dilakukan dengan cara organoleptis,
makroskopis, dan mikroskopis. Pemeriksaan organoleptis dan makroskopis
dilakukan dengan menggunakan indra manusia melalui pengamatan terhadap
bentuk, ciri-ciri luar, warna, dan bau simplisia. Pemeriksaan mutu organoleptis
sebaiknya dilanjutkan dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama
untuk menegaskan keaslian simplisia.
b. Parameter nonspesifik
Parameter nonspesifikterkait dengan faktor lingkungan dalam pembuatan
simplisia, seperti uji adanya pencemaran yang disababkan oleh pestisida, jamur,
aflatoksin, logam berat, dan benda asing lainnya.
c. Parameter spesifik
Parameter spesifik terkait langsung dengan senyawa yang terkandung dalam
tanaman. Pemeriksaan parameter spesifik meliputi :
Pemeriksaan secara fisika, yang meliputi penetapan daya larut, bobot
jenis, rotasi optik, titik lebur, titik beku, kadar air, sifat simplisia di bawah
sinar ultraviolet, pengamatan mikroskopis dengan sinar polarisasi, dan lain
sebagainya.
Pemeriksaan secara kimia, yang meliputi pemeriksaan kualitatif dan
kuantitatif. Pemeriksaan yang bersifat kualitatif disebut identifikasi dan
umumnya berupa reaksi warna atau pengendapan. Sebelum reaksi-reaksi
tersebut dilakukan, zat yang dikehendaki diisolasi terlebih dahulu. Isolasi
dilakukan dengan cara pelarutan, penyaringan, dan mikrosublimasi.
Pemeriksaan yang bersifat kuantitatif disebut penetapan kadar.
Pemeriksaan secara biologi, yang umunya bersifat penetapan potensi zat
berkhasiat.
FARMAKOGNOSI | 7
2.2.2 Pembuatan Serbuk Simplisia
1. Bersihkan simplisia dari bahan organik asing dan pengotor lain secara mekanik atau
dengan cara lain yang cocok, keringkan pada suhu yang cocok, haluskan, dan ayak.
Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan sesuai derajat halus yang
ditetapkan.
2. Simplisia yang mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan panas dikeringkan pada
suhu serendah mungkin. Jika perlu, pengeringan dilakukan dengan pengurangan
tekanan udara.
3. Pada pembuatan serbuk simplisia yang mempunyai persyaratan potensi dan kadar zat
tertentu, misalnya serbuk digitalis dan serbuk opium, boleh ditambahkan serbuk
sejenis yang mempunyai potensi atau kadar lebih rendah atau lebih tinggi atau
ditambah bahan lain yang cocok, misalnya laktosa atau pati beras, sehingga hasil
pengolahan akhir memenuhi persyaratan.
FARMAKOGNOSI | 8
Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja doganti, diolah, atau ditambah
bahan lain yang tidak semestinya. Sebagai contoh, minyak zaitun diganti minyak biji kapas,
tetapi tetap dijual dengan nama minyak zaitun; tepung jahe ditambah pati terigu agar
bobotnya bertambah, ditambah serbuk cabe agar tetap berasa pedas, dan ditambah serbuk
temulawak agar warnanya tampak seperti keadaan semula.
FARMAKOGNOSI | 9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat kami simpulkan bahwa :
a. Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang
berasal dari bahan alam. Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan
pengobatan dari alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme, dan
mineral.
b. Kunyit putih (Curcuma zedoaria) merupakan tumbuhan yang rimpangnya
berbentuk spesifik dan dapat dibedakan dari rimpang tumbuhan kunyit-kunyitan
lainnya. Kunyit putih mengandung senyawa kimia, seperti kurkuminoid dan
minyak atsiri.Kunyit putih (Curcuma zedoaria) merupakan salah satu di antara
tumbuhan berkhasiat yang bisa diolah menjadi obat tradisional.
c. Kunyit putih (Curcuma zedoaria) juga memiliki kandungan RIP (Ribosome
Inacting Protein), zat antioksidan, dan zat antikurkumin. RIP dapat menonaktifkan
pertumbuhan sel kanker, meluruhkan sel kanker tanpa merusak jaringan di
sekitarnya, dan memblokir pertumbuhannya. Zat antioksidan berfungsi
mencegah kerusakan gen, sementara zat antikurkumin berkhasiat sebagai
antiradang. Selain itu, kunyit putih (Curcuma zedoaria) juga memiliki kandungan
sesquiterpen berkhasiat antiradang. Dosis yang tepat membuat tumbuhan obat
bisa menjadi obat, sedangkan jika berlebih bisa menjadi racun.
d. Tahap pembuatan simplisia yaitu : Pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian,
perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengemasan, penyimpanan, serta
pemeriksaan mutu
e. Tahap pembuatan serbuk simplisia yaitu :
1. Bersihkan simplisia dari bahan organik asing dan pengotor lain secara
mekanik atau dengan cara lain yang cocok, keringkan pada suhu yang cocok,
haluskan, dan ayak. Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus
dihaluskan sesuai derajat halus yang ditetapkan.
FARMAKOGNOSI | 10
2. Simplisia yang mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan panas
dikeringkan pada suhu serendah mungkin. Jika perlu, pengeringan dilakukan
dengan pengurangan tekanan udara.
3. Pada pembuatan serbuk simplisia yang mempunyai persyaratan potensi dan
kadar zat tertentu, misalnya serbuk digitalis dan serbuk opium, boleh
ditambahkan serbuk sejenis yang mempunyai potensi atau kadar lebih rendah
atau lebih tinggi atau ditambah bahan lain yang cocok, misalnya laktosa atau
pati beras, sehingga hasil pengolahan akhir memenuhi persyaratan.
f. Hal-hal yang menurunkan kualitas simplisia yaitu :
1. Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadar.
2. Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi
memenuhi syarat, misalnya menjadi basah oleh air laut atau tercampur minyak
pelumas waktu diangkut dengan kapal.
3. Simplisia dinyatakan bulukan jika kualitasnya turun karena dirusak oleh
bakteri, cendawan, atau serangga.
4. Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat bersama-
sama dengan bahan-bahan atau bagian tanaman lain.
5. Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja doganti, diolah, atau
ditambah bahan lain yang tidak semestinya.
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan kepada semua orang yang telah membaca
makalah ini adalah sebagai berikut:
FARMAKOGNOSI | 11
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Fery Norhendy, Apt, dkk. 2013. Farmakognosi untuk SMK Farmasi Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
FARMAKOGNOSI | 12
LAMPIRAN
FARMAKOGNOSI | 13