Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PEB

PADA PASIEN RAWAT INAP DIRUANG ICU

Yuyun Setyorini, Martono, Imelda Wijayanti


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan
Keperawatan

Abstrack: Factor - The Influence Of Factors, Incidence Of PEB. ICU is and


intensive room used to take care patients that need nursing and special
treatment, on the critical condition and having a chance to be saved. The writer
got the data from ICU RSUD Dr. Moewardi Hospital of Surakarta that there
is an increastment of PEB victims from year 2010 to 2011 where the number
of PEB victims on 2010 were 9 patients and on 2011 were were 79 patients. This
study aims to clarify between the two dependent variables and
independent through hypothesis testing at the time was past, so this type of
research is to design Eksplantory Reserver retrospectively. The research was
conducted by Chi Square test. There are not relation between factors that
influence incident of PEB to patient in treatment in ICU room of RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. There was no effect of the relationship between the
incidence of PEB by a factor of gravida, distension of the uterus, a history of
comorbid disease, maternal age and parity in patients hospitalized in the ICU
Hospital Dr. Moewardi Surakarta.

Keywords: Factor - The Influence Of Factors, Incidence Of PEB

Abstrak : Faktor – Faktor Pengaruh, Kejadian PEB. ICU adalah ruangan


intensive yang digunakan untuk merawat pasien yang membutuhkan perawatan
dan terapi kusus, dalam keadaan yang kritis serta kemungkinan dapat
diselamatkan. Dari data yang diperoleh penulis di ruang ICU RSUD Moewardi
Surakarta, jumlah angka kejadian pasien PEB ditahun 2010 sebanyak
49 pasien dan 79 pasien PEB ditahun 2011, sehingga mengalami
kenaikan jumlah pasien PEB dari tahun 2010 - 2011. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian Preeklamsi
Berat pada pasien rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
antara dua variabel dependent dan independent melalui uji hipotesa pada waktu
yang sudah lampau, sehingga jenis penelitian ini adalah Eksplantory Reserver
dengan desain retrospectif. Penelitian ini dilakukan dengan uji Chi Square. Tidak
ada pengaruh hubungan antara kejadian PEB dengan faktor gravida, distensi
rahim, riwayat penyakit penyerta, usia ibu dan paritas pada pasien rawat
inap di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Kata Kunci : Faktor – Faktor Pengaruh, Kejadian PEB


PENDAHULUAN perinatal tertinggi di Indonesia.
Preeklampsia-eklampsia Diagnosis dini preeklampsia yang
merupakan kesatuan penyakit yang merupakan pendahuluan eklampsia
asih merupakan penyebab utama serta penatalaksanaannya harus
kematian ibu dan penyebab kematian diperhatikan dengan seksama.

45
46 Jurnal Keperawatan Global,
YuyunVolume
Setyorini,
1, No1,
Faktor
Juni
– Faktor
2016 hlm
Yang
01-54
Mempengaruhi Kejadian
46

Pemeriksaan antenatal yang teratur mengalami peningkatan respon


dan secara rutin untuk mencari tanda terhadap berbagai substansi endogen
preeklampsia yaitu hipertensi dan (seperti prostaglandin, tromboxan)
proteinuria sangat penting dalam usaha yang dapat menyebabkan vasospasme
pencegahan, disamping pengendalian dan agregasi platelet (Winkjosastro,
faktor-faktor predisposisi lain 2000). Penumpukan trombus dan
(Manuaba, 2005). Angka Kematian Ibu perdarahan dapat mempengaruhi
(AKI) Provinsi Jawa Tengah 2004 sistem saraf pusat yang ditandai
berdasarkan hasil survei kesehatan dengan sakit kepala dan defisit syaraf
daerah sebesar 55,22 per 100.000 lokal dan kejang (Winkjosastro,
kelahiran hidup. Urutan penyebab 2000).
kematian ibu dari yang terbanyak Preeklamsi akan hilang saat
adalah perdarahan sesudah persalinan, melahirkan, sehingga bila pre eklamsi
pre eklamsi dan eklamsi, perdarahan terjadi di minggu-minggu akhir
sebelum persalinan, dan infeksi kehamilan, dokter akan mengambil
(Anonim, 2005). tindakan untuk segera mengeluarkan
Pada pre eklampsia terjadi bayi. Tapi bila pre eklamsi terjadi di
spasme pembuluh darah disertai awal kehamilan, maka dokter akan
dengan retensi garam dan air. Pada berusaha memperpanjang kehamilan
biopsi ginjal ditemukan spasme hebat sampai bayi dianggap telah cukup
arteriola glomerulus. Pada beberapa untuk lahir ( Manuaba, 2005).
kasus, lumen arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat METODE PENELITIAN
dilakukan oleh satu sel darah merah. Desain Penelitian adalah
Jadi jika semua arteriola dalam tubuh Eksplarantory Reserver dengan desain
mengalami spasme, maka tenanan retrospectif. Sedangkan. Sasaran
darah akan naik sebagai usaha untuk penelitian ini adalah semua pasien
mengatasi tekanan perifer agar rawat inap yang mengalami PEB di
oksigenasi jaringan dapat dicukupi ruang ICU RSUD Moewardi Surakarta
(Winkjosastro, 2000). Sedangkan dari awal bulan Januari tahun 2011
kenaikan berat badan dan edema sampai dengan bulan Maret tahun
yang disebabkan oleh penimbunan air 2012. Dalam penelitian ini penulis
yang berlebihan dalam ruangan menggunakan uji Chi Kuadrat. Test
interstitial belum diketahui sebabnya, Chi Kuadrat ini digunakan untuk
mungkin karena retensi air dan garam. menguji hipotesis bila dalam populasi
Proteinuria dapat disebabkan oleh terdiri dari dua kelompok kelas,
spasme arteriola shingga terjadi datanya berbentuk nominal dan jumlah
perubahan pada glomerulus sampelnya besar ( lebih dari 25 ). Dari
(Winkjosastro, 2000). Pada populasi itu akan diteliti dengan
preeklampsia yang berat dan eklampsia menggunakan sampel yang diambil
dapat terjadi perburukan patologis dari populasi tersebut (Sugiyono,
pada sejumlah organ dan sistem yang 2006).
kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia
(Cunniangham, 2003). Wanita dengan
hipertensi pada kehamilan dapat
Tabel 1 dilakukan, diperoleh hasil r hitung
Pengaruh Faktor Gravida lebih kecil dari pada r tabel sehingga
Responden Ho diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat
Primigrav Multig Gra T disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
rav vi ot
ida ida da al
Pre Ring 10 2 antara kejadian PEB dengan faktor
ekla 5 an 8 17 gravida pada pasien rawat inap di
m si 6 5
Berat 19
berat ruang ICU RSUD Dr. Moewardi
Total 18 11 Surakarta.
7 36 Berdasarkan penelitian yang
Tabel 2 dilakukan Rozikhan (2007) yang
Pengaruh Faktor Distensi berjudul “Faktor-faktor risiko
Rahih Berlebih Responden
Hidramnion Ha Tot
Hamil mil al terjadinya preeklampsia berat di
ganda tunggal
Pre Ringan 1 5 rumah sakit dr. H. soewondo Kendal”
ekla 11 17 menggunakan metode studi kasus
msi Berat 5 8
6 19
berat
Total 17 6 13 36 kontrol dengan mengambil data di
Tabel 3 rumah sakit Dr. H Soewondo Kendal,
Hasil Analisis Pengaruh Antara Peb dimulai bulan Agustus 2004 –
Dengan Gravida Desember 2006. Responden yang
Value Df menjadi subyek penelitian adalah
Asymp. sig
(2-
sided)
Pearson 1,492 2 kasus wanita hamil dengan
Chi- square .474 preeklampsia berat dan kontrol yaitu
wanita yang hamil normal. Jumlah
Tabel4
Kejadian PEB Dihubungkan Dengan kelompok kasus sebanyak 100 orang
Faktor Distensi Rahim Berlebih dan jumlah kelompok control
Value Df sebanyak 100 orang. Kasus maupun
Asymp. sig
(2-
sided)
Pearson 1,492 2 control dicari faktor risikonya dengan
Chi- square .474 penelusuran waktu ke belakang dan
dihitung besar risiko dengan
Tabel 5
Hasil Analisis Pengaruh Antara
menggunakan analisis regresi logistic
Peb Dengan Penyakit Yang ganda, diperoleh hasil ada hubungan
Menyertai Menggunakan Uji Non resiko antara factor gravid dengan
Parametrik Chi Square kejadian PEB di RS Dr. H.
Value Df Asymp. Exact Exa
ct
sig (2- sig sig Menurut Winkjosastro (2000),
(2- (2-
sided) sided) pada kehamilan ganda, hidramnion
Pears sided)
929 1 335 dan mola hidatidosa terjadi
on
Chi- 17
square keregangan otot rahim yang dapat
menyebabkan iskemia uteri yang dapat
Total 17 6
meningkatkan kemungkinan pre
13 36
eklamsi dan eklamsi, secara umum
faktor distensi rahim berhubungan
PEMBAHASAN
dengan kejadian PEB. Tetapi dari
Menurut Prawirohardjo (2002)
penelitian yang telah dilakukan
preeklamsi dipengaruhi oleh faktor
diperoleh hasil r hitung lebih kecil dari
gravida hal ini dikarenakan terjadinya
r tabel sehingga sehingga Ho diterima
patologi akibat implantasi sehingga
dan Ha ditolak. Jadi dapat disimpulkan
timbul iskemia yang diikuti sindrom
bahwa tidak ada hubungan antara
inflamasi, secara umum faktor gravida
ada hubungannya dengan kejadian
PEB. Tetapi dari penelitian yang
kejadian PEB dengan faktor distensi lainnya, tetapi ibu yang mengalami
rahim berlebih pada pasien rawat kondisi obstetri yang komplikasi pasti
inap di ruang ICU RSUD Dr. berisiko mengalami kejadian pre-
Moewardi Surakarta. Hasil penelitian eklampsia berat. Hal ini didukung
Dly (2011) tentang Angka Kejadian oleh pernyataan ACOG (2002).
dan Karakteristik Pasien Pre- Menurut Manuaba (2005),
eklampsia Berat Berulang di Bagian Kondisi sebelum hamil seperti
Obstetri dan Ginekologi RSMH hipertensi kronis, diabetes, penyakit
(Rumah Sakit Mohammad Hoesin) ginjal atau lupus, akan
Palembang Periode Januari 2009- meningkatkan risiko terkena
September 2010, didapatkan hasil pre- preeklamsia. Kehamilan dengan
eklampsia berat paling banyak terjadi hipertensi esensial atau hipertensi yag
pada ibu dengan hidramnion yaitu telah ada sebelum kehamilan dapat
sebanyak 69 orang (69,7%). Lalu, berlangsung sampai aterm tanpa gejala
penelitian Utama (2008) tentang mejadi pre eklamsi tidak murni.
Faktor Risiko yang Berhubungan Penyakit gula atau diabetes mellitus
dengan Kejadian Preeklampsia Berat dapat menimbulkan pre eklamsi dan
Pada Ibu Hamil di RSD Raden eklamsi begitu pula penyakit ginjal
Mattaher Jambi Tahun 2007, karena dapat meingkatkan tekanan
didapatkan hasil bahwa dari 85 ibu darah dan dapat menyebabkan pre
yang mengalami kejadian pre- eklamsi, secara umum faktor penyakit
eklampsia berat terdapat 61,2% ibu penyerta berhubungan dengan
dengan hidramnion, sedangkan dari 85 kejadian PEB. Tetapi dari penelitian
ibu yang tidak mengalami kejadian yang telah dilakukan diperoleh hasil r
pre-eklampsia berat terdapat 63,5% hitung lebih kecil dari r tabel sehingga
terjadi pada kehamilan tunggal, dan sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.
berdasarkan uji chi square dinyatakan Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
tidak terdapat hubungan bermakna ada hubungan antara kejadian PEB
antara status hidramnion dengan dengan faktor penyakit penyerta pada
kejadian pre-eklampsia berat. ini pasien rawat inap di ruang ICU RSUD
berbeda dengan teori Roberts (1990) Dr. Moewardi Surakarta. Hasil
dalam Bobak, Lowdermilk & Jensen penelitian ini berbeda dengan teori
(2005) yang menyatakan bahwa yang menyatakan bahwa proses
kondisi obstetri yang berkaitan dengan penyakit penyakit pembuluh darah
peningkatan massa plasenta, seperti kolagen, penyakit pembuluh darah,
kehamilan multipel, janin besar, penyakit ginjal, ibu yang mempunyai
hidrop janin, polihidroamnion, riwayat penyakit hipertensi, dan ibu
kehamilan mola hidatidosa membuat yang pernah mengalami pre-
risiko gejala pre-eklampsia menjadi eklampsia berat pada kehamilan
lebih tinggi. Perbedaan ini terjadi sebelumnya dapat menjadi faktor
karena faktor risiko yang ada pada risiko terjadinya pre-eklampsia berat
ibu hamil tidak selalu sama, tidak (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2005).
semua ibu yang mengalami pre- Perbedaan ini terjadi mungkin karena
eklampsia berat datang dengan kondisi ibu tidak pernah melakukan
obstetri yang mengalami komplikasi, pemeriksaan kesehatan sebelumnya
mungkin ada faktor predisposisi yang (screening penyakit) yang
menyebabkan sang ibu tidak tahu menderita pre-eklampsia berat, dan
penyakit yang dialaminya atau diperoleh hasil tidak ada hubungan
kecenderungan masyarakat Indonesia antara faktor usia ibu dengan kejadian
yang akan datang ke pelayanan PEB.
kesehatan jika telah mengalami tanda Menurut Winkjosastro (2000),
dan gejala penyakit, selain itu relatif Paritas 2 - 3 merupakan paritas paling
penyakit akan timbul pada usia tua, aman ditinjau dari sudut kematian
maka ketika perawat bertanya dan maternal. Paritas 1 dan paritas
mencatat dalam status pasien, sang tinggi (lebih dari 3) mempunyai
ibu mengatakan tidak memiliki salah angka kematian maternal lebih
satu di antara riwayat penyakit ginjal, tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih
jantung, diabetes mellitus, dan tinggi kematian maternal, karena hal
sebagainya (Bobak, Lowdermilk & ini merupakan kelompok risiko tinggi
Jensen, 2005). untuk toksemia gravidarum. Kematian
Menurut Manuaba (2005), maternal akan meningkat tinggi jika
Usia ibu merupakan salah satu faktor sudah menjadi eklamsi, secara umum
risiko yang berhubungan dengan faktor paritas berhubungan dengan
kualitas kehamilan. Usia yang paling kejadian PEB. Tetapi dari penelitian
aman atau bisa dikatakan waktu yang telah dilakukan diperoleh hasil r
reproduksi sehat adalah antara umur hitung lebih kecil dari r tabel sehingga
20 tahun sampai umur 30 tahun. sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.
Penyulit pada kehamilan remaja salah Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
satunya pre eklamsi lebih tinggi ada hubungan antara kejadian PEB
dibandingkan waktu reproduksi sehat. dengan faktor paritas pada pasien
Keadaan ini disebabkab belum rawat inap di ruang ICU RSUD Dr.
matangnya alat reproduksi untuk Moewardi Surakarta
hamil, secara umum faktor usia ibu
berhubungan dengan kejadian PEB. KESIMPULAN DAN SARAN
Tetapi dari penelitian yang telah Tidak ada pengaruh hubungan
dilakukan diperoleh hasil r hitung antara kejadian PEB dengan : faktor
lebih kecil dari r tabel sehingga Ho gravid, distensi rahim berlebih,
diterima dan Ha ditolak. Jadi dapat penyakit penyerta, faktor usia, faktor
disimpulkan bahwa tidak ada paritas. Penulis. Bagi penelitian yang
hubungan antara kejadian PEB dengan serupa diharapkan dapat melakukan
faktor usia ibu pada pasien rawat inap penelitian yang lebih kompleks dan
di ruang ICU RSUD Dr. Moewardi luas Variabel maupun jumlah
Surakarta. Dalam penelitian Dly sampelnya, serta lebih berhati – hati
(2011) tentang Angka Kejadian dan dan lebih teliti dalam menentukan
Karakteristik Pasien Pre-eklampsia sample yang akan diambil sebagai
Berat Berulang di Bagian Obstetri dan responden dan pemilihan metodologi
Ginekologi RSMH (Rumah Sakit yang tepat agar nanti hasilnya dapat
Umum Mohammad Hoesin) signifikan dengan teori yang ada.
Palembang Periode Januari 2009-
September 2010, dinyatakan bahwa
usia 20-35 tahun (usia produktif)
memiliki jumlah terbanyak yang
DAFTAR RUJUKAN Nikita, A, Vizniak. 2006. Buku Ajar
Anonim. 2004. Buku Ajar keperawatan Keperawatan Maternitas.
Maternitas. Edisi 4. Jakarta: Jakarta:ECG
Yayasan Bina Pustaka Notoatmodjo. 2002. Metodologi
Anonim. 2005. Journalis Sensus Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Indonesia dan Dunia. Jakarta: Rineka Cipta
Yayasan BinaPutaka Prawiro, Harjo. 2002. Buku Panduan
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Praktis Pelayanan Kesehatan
Penelitian Pendekatan Praktek. Maternal Neonatal. Jakarta:
Jakarta: Rineka Cipta Yayasan Bina Pustaka
Chapman, Stephen, J. 1999. Elektric Priyanto, Dwi. 2008. Mandiri Belajar
Mechinery Fundamentals. SPSS. Yogyakarta. Media kom
Singapore: Nill Book Company Rustam, Mochtar. 2002. Buku Ajar
Cunniagham. 2003. Obstetri Williem. Keperawatan Maternitas.
Jakarta: ECG Jakarta: ECG
Helen, Farier. 2009. Ilmu Kebidanan. Sugiyono. 2006 Statistik Untuk
Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Penelitian. Bandung: Alfa Beta
Pustaka Manuaba. 2005. Ilmu Sugiyono. 2011. Statistik Untuk
Kebidanan Penyakit Kandungan Penelitian. Bandung: Alfa Beta
dan KB. Jakarta: ECG Syakib, Bakri. 1997. Kesehatan
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Preeklamsi dan Eklamsi.
Kedokteran. Jakarta: Media Jakarta: ECG
Michael. 2005. Keperawatan Trijatmo, R. 2005. Ilmu Kandungan.
Maternitas. Jakarta: ECG Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Nelson. 2003. Keperawatn Winkjosastro, Hanifa. 2000. Ilmu
Maternitas. Jakarta: ECG Kandungan. Edisi 2. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai