Anda di halaman 1dari 12

INSIDENSI INFEKSI MENULAR LEWAT TRANSFUSI DARAH (IMLTD)

Disusun Oleh :

ZAHMA FEBRINA PRIMA PUTRI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMEKES MALANG

JURUSAN KESEHATAN TERAPAN

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI BANK DARAH

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “ Insiden Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah”. Makalah ini
disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas individu PKKMB Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang tahun 2019 dapat selesai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis menyadari seutuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penulis meminta maaf
bilamana terdapat terdapat kesalahan dalam penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 14 JULI 2019

Zahma Febrina Prima Putri


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………..

 BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ……………………………………………………….
b. Rumusan Masalah …………………………………………………………….
c. Tujuan ……………………………………………………………………………
d. Manfaat ………………………………………………………………………….
 BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian IMLTD …………………………………………………………..
b. Prinsip dalam IMLTD ……………………………………………………….
 BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan ……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya perlu


diselenggarakan berbagai upaya kesehatan yang dilaksanakan melalui kegiatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan. Pelayanan transfusi darah sebagai salah satu upaya
kesehatan dalam rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan sangat
membutuhkan ketersediaan darah atau komponen darah yang cukup, aman, mudah
diakses dan terjangkau oleh masyarakat.

Upaya memenuhi ketersediaan darah untuk kebutuhan pelayanan kesehatan


selama ini telah dilakukan oleh Palang Merah Indonesia melalui Unit-unit Transfusi
Darah (UTD) yang tersebar di seluruh Indonesia berdasarkan penugasan oleh
pemerintah sebagaiman telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
1980 tentang Transfusi Darah.

Dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat penerima pelayan,


pelayanan transfusi darah hanya dapat dilakukan pleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi dan kewenangan, dan hanya dapat dilaksanakan pada fasilitas kesehatan
yang memenui persyaratan. Hal ini diperlukan untuk mencegah timbulnya berbagai
risiko, terjadinya penularan penyakit baik bagi penerima pelayanan transfuse darah
maupun bagi tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan.

Pengamanan pelayanan darah harus dilaksanakan pada setiap tahapan kegiatan


mulai dari seleksi donor, proses pengambilan darah, uiji saring penyakit yang dapat
menular melalui transfusi darah, pemeriksaan serologi golongan darah dan uji silang
serasi, penyimpanan darah, pengolahan darah, pendistribusian darah, sampai tindakan
medis pemberian darah kepada pasien.
2. Tujuan
1. Tersedianya standart acuan bagi Rumah Sakit dalam melaksanakan pelayanan
tranfusi darah yang berkualitas sebagai pendukung pelayanan prima Rumah
Sakit.
2. Terselenggaranya pelayanan darah yang aman dan berkualitas, sesuai dengan
standar.
3. Agar mahasiswa dapat memahami tugas dan tanggung jawab dalam pelayanan
darah yang aman.
3. Manfaat

Mendapatkan data mengenai prevalensi IMLTD pada darah donor di UDD PMI
kota sehingga dapat dilakukan pengelolahan yang lebih awal, tepat dan lebih
baik serta mengetahui berbagai penyakit menular yang disebabkan oleh darah
donor di UDD PMI kota.
BAB II

PEMBAHASAN

1) Pengertian IMLDT

IMLDT adalah infeksi menular lewat transfusi darah yang didapatkan dari proses
transfusi darah dengan penderita yang terinfeksi hepatitis B, hepatitis A, sifilis,
HIV/AIDS, Gonorhea, Malariae, demam berdarah dengue. Dalam transfusi darah
keamanan tindakan transfusi darah bergantung pada seleksi donor, proses dari
pengeluaran darah dari vena donor sampai dengan tindakkan memasukkan darah ke
vena pasien, juga ketepatan indikasi.

2) Meningkatkan kualitas darah lewat transfusi darah

Masalah infeksi menular lewat transfusi darah dapat disebabkan oleh virus,
bakteri, dan protozoa, virus merupakan penyebab utama yang paling umum ditularkan
melalui transfusi. Virus merupakan bentuk kehidupan yang paling sederhana, dan dapat
menginfeksi semua bentuk kehidupan.

Bakteri merupakan sel individu yang memiliki dinding-dinding sel dan kapsul
yang mengandung antigen yang dappat menyebabkan timbulnya respon umum. Contoh
bakteri yang umum dan infeksi bakteri :

a) Treponema pallidum : syphilis


b) Vibro chlolerae : cholera
c) Clostridium tetanii : tetanus

Selain virus dan bakteri, infeksi dapat juga disebabkan oleh jamur.

 Pelayanan transfusi darah yang aman harus memenuhi prinsip yaitu:


 Darah berasal dari donor sukarela, sehat dan memenuhi kriteria sebgai
donor darah resiko rendah terhadap tertular penyakit infeksi menular
lewat transfusi darah.
 Seluruh proses pengamanan, pengolahan dan penyimpanan serta
kualitas bahan habis pakai sesuai standar.
 Distribusi dilakukan dengan rantai dingin oleh petugas yang berwenang
serta mengikuti standar prosedur operasional
 Pemakaian secara rasional, indikasi dan pemilihan komponen
berdasarkan analisa medis yang tepat.

 Uji saring bagi penyebab infeksi

Transfusi darah merupakan jalur ideal bagi penularan penyebab infeksi tertentu dari
donor kepada penerima darah. Resiko dapat dikurangi dengan cara sebagai berikut :

 Seleksi donor yang hati-hati untuk memastikan bahwa darah tidak


dikumpulkan dari orang yang mungkin merupakan pembawa infeksi.
 Uji saring langsung dari darah yang didonasi untuk membuktikan tidak
adanya penyebab infeksi.
 Pengabilan komponen khusus dari darah yang dianggap
menyembunyikan penyebab infeksi; contohnya, dengan filtrasi darah
untuk mengkat sel darah putih.

3) Prinsip kerja CLIA dengan AIA (ELISA)

CLIA hamper sama dengan teknik EIA dan ELISA kecuali bahwa pengujian enzim
reseptor akhir digantikan dengan bekas chemiliminescent diikuti oleh pengukuran dari emisi
cahaya sebagai akibat reaksi kimia.

EIA, dengan sensitifitas yang tinggi akan mendeteksi petanda target dari infeksi.
Reagen yang telah dievaluasi dengan baik untuk tujuan diagnostic maupun uji saring harus
memenuhi standar. Pemeriksaan ini bisa dikerjakan secara manual atau system otomatik
yang spesifik (system tertutup).

EIA dan CLIA mempunyai solid phase yang berbeda untuk melakukan imobilisasi
terhadap antigen atau abtibodi. Umumnya solid phase yang digunakan adalah :

 Bagian dasar atau sisi dari microwwll polystirene


 Bagaian permukaan daro polystyrene atau bahan lain
 Microparticle
 Permukaan dari alat disposable khusus yang digunakan pada system reagen
otomatik, bervariasi tergantung pabrik, umumnya polystyrene.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Meningkatkan kualitas darah lewat tranfusi darah bertujuan untuk mengurangi infeksi
menular dengan pelayanan tranfusi darah yang aman. Uji saring dilakukan untuk
mengurangi penyebab infeksi dengan metode yang sesuai dengan standart yang berlaku.

Metode CLIA (chemiluminescence immunoassay) adalah sbuah tipe immunoassay


yaitu sebuah tes biokimia yang mengukur konsentarsi suatu substansi dalam cairan.
Biasanya substasinya berupa serum darah atau air seni dengan melihat reaksi antibody
terhadap antigennya. Metode CLIA bergantung pada deteksi sinar yang dipancarkan dan
diasosiasikan dengan penghilangan energy dari substansi elektronik sebagai akibat reaksi
elektokimia.

Metode CLIA bila dibandingkan dengan metode ELISA lebih unggul karena system
reseptor ELISA dan EIA mengukur konsentrasi substansi sangat rendah hingga beberapa
nanograms (10-9 gram). CLIA dapat mengukur kosentrasi substansi dalam femtogram.
DAFTAR PUSTAKA

 Buku pedoman pelayanan transfuse darah UTD PMI Pusat : buku 4 (lampiran ).
Kegiatan unit transfuse darah penanganan donor dan kepuasan pelanggan
 Buku pedoman pelayanan transfuse darah Depkes. Modul 2 : uji saring untuk penyakit
infeksi
 http://analisqmateri.blogspot.co.id/2010/09/mikrositik.html

Anda mungkin juga menyukai