2, Desember 2017
ABSTRAK Depresi merupakan gangguan mental yang umum terjadi di dunia, namun
tetap menjadi suatu faktor kontribusi pada penurunan kecepatan
penyembuhan berbagai penyakit lain. Prevalensi gangguan depresif
mayor merupakan salah satu yang tertinggi dan angka tersebut terus
meningkat sepanjang sepuluh tahun belakangan ini. Beberapa faktor yang
berperan terhadap penurunan depresi banyak dilakukan. Salah satu
penelitian di Amerika menunjukkan bahwa individu yang mengalami
depresi atau simtom depresi cenderung memiliki tingkat mindfulness
yang rendah, dibuktikan dengan aktivitas neural yang bertolak belakang
pada individu yang depresi dan individu yang memiliki tingkat
mindfulness yang tinggi. Mindfulness merupakan kemampuan seorang
individu untuk sadar dan memerhatikan setiap detil kejadian yang sedang
terjadi saat itu. Dengan kemampuan disposisional untuk mindful, individu
dapat menerima setiap pengalaman yang terjadi dengan reseptif dan
terbuka, sehingga kecil kemungkinan individu untuk melakukan
ruminasi. Individu dengan kemampuan mindfulness yang tinggi
cenderung memiliki tingkat depresi yang rendah, sebaliknya individu
yang dengan tingkat depresi tinggi diketahui memiliki tingkat
mindfulness yang rendah. Hanya sedikit publikasi yang telah
mendiskusikan depresi pada remaja secara menyeluruh, meskipun
beberapa penelitian telah menemukan bahwa awal kemunculan depresi
dimulai sejak awal periode kehidupan tersebut. Mengetahui hubungan
antara mindfulness dan depresi pada remaja di Indonesia diperlukan
sebagai landasan awal untuk penelitian selanjutnya dan memberikan
panduan untuk terapi mindfulness dalam mengatasi depresi pada remaja
di Indonesia. Menggunakan metode kuantitatif dan desain korelasional,
Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) dan kuesioner depresi
yaitu BDI, disebarkan kepada 200 remaja. Dari hasil analisis
menggunakan korelasi Spearman, diketahui bahwa terdapat hubungan
yang negatif dan signifikan antara mindfulness dan depresi, terutama
pada dimensi acting with awareness dan non judging of inner experience.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi skor mindfulness pada
dimensi acting with awareness dan non judging of inner experience, maka
semakin rendah skor depresi yang dimiliki remaja.
115
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
PENDAHULUAN
Depresi merupakan gangguan mental prevalensinya setinggi 6% dari total
yang umum terjadi di dunia (World Health populasi (Riskesdas, 2013).
Organization, 2015). Walau umum, depresi Sejumlah penelitian telah
tetap menjadi suatu faktor kontribusi pada menginvestigasi peran beberapa faktor
penurunan kecepatan penyembuhan terhadap depresi atau simtom depresif,
berbagai penyakit lain (Holmes, Christelis, seperti regulasi emosi (Marroquin &
& Arnold, 2012; Miyoshi, 2001; Bruce, Nolen-Hoeksema, 2015), keberhargaan diri
Seeman, Merrill, & Blazer, 1994; Rawson, (Orth, Robins, Meier, & Conger, 2015),
Bloomer, & Kendall, 1994). Sebanyak juga trait mindfulness, disregulasi emosi
800,000 kasus bunuh diri telah dilaporkan dan kualitas hidup (Schirda, Nicholas, &
setiap tahun dengan depresi sebagai Prakash, 2015). Partisipan dalam
penyebab utama (WHO, 2015). Prevalensi penelitian-penelitian tersebut beragam,
gangguan depresif mayor merupakan salah termasuk pasien multiple sclerosis
satu yang tertinggi dan angka tersebut terus (Schirda, Nicholas, & Prakash, 2015),
meningkat sepanjang sepuluh tahun individu yang memiliki pasangan romantis
belakangan ini (Richards, 2011). Di (Marroquin & Nolen-Hoeksema, 2015),
Indonesia, depresi dikategorikan sebagai dan dewasa secara umumnya (Williams et
gangguan mental-emosional dan al, 2014). Namun, hanya sedikit publikasi
116
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
yang telah mendiskusikan depresi pada sebagai salah satu pengalaman hidup
remaja secara menyeluruh, meskipun stressful yang memicu depresi pada remaja
beberapa penelitian telah menemukan (Maharani, 2013).
bahwa awal kemunculan depresi dimulai Pengaruh dari depresi beragam dan
sejak periode kehidupan tersebut (Williams beberapa bergantung pada mediatornya.
et al., 2014; Thapar, Collishaw, Pine, & Kenakalan remaja dilaporkan memiliki
Thapar, 2012). korelasi sebagai hasil dari depresi, dan
Menurut National Institute of Mental tingkatnya beragam tergantung pada
Health, terdapat sekitar 2,8 juta remaja di kepribadian ekstrovert-introvert pada
Amerika berusia 12-17 yang mengalami individu (Ibaniati, 2005). Penggunaan
paling sedikit satu episode depresi mayor narkoba juga dibuktikan sebagai hasil dari
di tahun 2014 dan hanya 30% dari remaja depresi dan dikarenakan prevalensi yang
yang depresi tersebut mendapatkan lebih besar pada laki-laki, depresi dan
pengobatan. Di Indonesia, terdapat sekitar komorbiditasnya dipengaruhi oleh
40 juta remaja (Badan Pusat Statistik, perbedaan gender (Costello et al, 2003;
2014) dan sekitar 3,4 juta remaja usia 10- Franko et al, 2005). Di Indonesia,
19 mengalami gangguan mental di tahun meskipun belum jelas bahwa penggunaan
2013, dengan depresi sebagai gangguan narkoba merupakan konsekuensi langsung
yang paling umum. Penelitian cross- dari depresi pada remaja, berita
sectional pada remaja SMA di Malang, sebelumnya menunjukkan bahwa 90%
Jawa Timur, menunjukkan bahwa 32,5% pengguna narkoba di Indonesia merupakan
remaja mengalami depresi ringan, 28,2% remaja akhir (Kompas, 2001). Secara
remaja dengan depresi moderat, dan 11,1% keseluruhan, gangguan perilaku rentan
remaja dengan depresi berat (Asmika, terjadi sebagai konsekuensi dari depresi
Harijanto, & Handayani, 2008). Namun, pada remaja (Abela & Hankin, 2008).
saat ini belum ada data reliabel dengan Beberapa penelitian di Amerika telah
perkiraan jumlah remaja Indonesia yang menunjukkan bahwa individu yang
mengalami depresi dan jumlah remaja mengalami depresi atau simtom depresi
depresi yang diberikan pengobatan. Data cenderung memiliki tingkat mindfulness
statistik tersebut menunjukkan pentingnya yang rendah, dibuktikan dengan aktivitas
melakukan penelitian mengenai depresi neural yang bertolak belakang pada
pada remaja di Indonesia. individu yang depresi dan individu yang
Terdapat beberapa kemungkinan memiliki tingkat mindfulness yang tinggi
penyebab depresi pada remaja. Penelitian (Way, Creswell, Eisenberger, &
telah menunjukkan bahwa faktor genetik Lieberman, 2010). Individu yang depresif
berkontribusi terhadap munculnya simtom cenderung untuk melakukan ruminasi pada
depresif (Silberg et al, 1999). Beberapa diri sendiri dalam setiap pengalaman yang
faktor risiko lain yang berhubungan dirasakan, dan perilaku tersebut membuat
dengan meningkatnya simptom depresif individu semakin terjerumus dalam depresi
pada umumnya digolongkan sebagai (Alleva, Roclofs, Voncken, Meevissen, &
pengalaman hidup yang negatif atau Alberts, 2012). Mindfulness merupakan
stressful (Abela & Hankin, 2008) dan kemampuan seorang individu untuk sadar
dibagi menjadi dua macam: pengalaman dan memerhatikan setiap detil kejadian
hidup mayor seperti kematian orangtua yang sedang terjadi saat itu (Brown &
(Kendler, Kuhn, & Prescott, 2004), dan Ryan, 2003). Dengan kemampuan
pengalaman yang tidak terlalu traumatis disposisional untuk mindful, individu dapat
seperti perubahan dalam keluarga atau menerima setiap pengalaman yang terjadi
pertemanan (O’Sullivan, 2004). Indonesia dengan reseptif dan terbuka (Brown, Ryan,
adalah negara yang konservatif, sehingga & Creswell, 2006), sehingga kecil
kehamilan remaja juga telah dilaporkan kemungkinan individu untuk melakukan
117
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan Hipotesis Penelitian
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan Ha : Terdapat hubungan antara mindfulness
desain penelitian asosiatif. Analisis bivariat dengan depresi pada pada remaja di
dengan menggunakan product moment Jabodetabek.
correlation, untuk melihat ada tidaknya
hubungan serta signifikansi korelasi antara Instrumen Penelitian
mindfulness dengan depresi pada remaja. a. Skala Mindfulness : Five Facets of
Sampel penelitian ditetapkan dengan Mindfulness Questionnaire.
menggunakan teknik accidental sampling Mindfulness diukur menggunakan Five
di wilayah Jabodetabek yaitu sebanyak 200 Facets of Mindfulness Questionnaire
remaja. Adapun kriteria remaja yang (Baer, Smith, Lykins, Button,
diambil adalah berjenis kelamin laki-laki Krietemeyer, Sauer, Walsh, Duggan, &
dan perempuan, berusia 16-19 tahunn, dan Williams, 2006).
berada di wilayah Jabodetabek. b. Skala Depresi : Beck Depression
Inventory II (BDI-II)
Depresi diukur menggunakan BDI-II
(Beck, Steer, & Brown, 1996).
118
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
119
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
dimensi acting with awareness dan non mindfulness yang dilakukan terhadap
judging of inner experience. penurunan depresi pada remaja.
Acting with awareness merupakan
kemampuan untuk mempertahankan UCAPAN TERIMA KASIH
kesadaran dalam kegiatan sehari-hari Penelitian ini terlaksana berkat
dibandingkan dengan bertindak secara dukungan hibah dana penelitian internal
otomatis (Baer, 2006). Dengan demikian, dari Universitas YARSI Jakarta, dan telah
remaja yang memiliki kemampuan dalam dipresentasikan pada Asian Psychological
faset tersebut cenderung tetap terhubung Association Convention (APsyA) 21-23
dengan isyarat kontekstual dan memiliki April 2017.
banyak sumber penguat positif di dalam
lingkungan tempat tinggalnya, sehingga DAFTAR PUSTAKA
terhindar dari gejala depresi (Cash & Abela, J. R. Z. & Hankin, B. L. (2008).
Whittingham, 2010). Selain itu, non Handbook of Depression in Children
judging of inner experience merupakan and Adolescents. New York, NY: The
kemampuan untuk menjauh dari pikiran Guilford Press.
untuk mengevaluasi sensasi, kognisi, dan Afandi, N. A. (2014). Pengaruh pelatihan
emosi diri (Baer, 2006). Faset tersebut mindfulness terhadap peningkatan
memiliki keterkaitan dengan ciri utama kontrol diri siswa SMA. Prodi
gejala depresi, yaitu kritik diri atau adanya Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan
pikiran negatif yang berulang (Desrosiers, Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo,
Kemanski, & Nolen-Hoeksema, 2013). Madura.
Oleh karena itu, remaja yang memiliki Afiatin, T. (2008). Pengaruh pelatihan
kemampuan dalam faset tersebut cenderung mindfulness untuk menurunkan
dapat menerima segala pikiran, emosi dan depresi pada penderita diabetes
sensansi tubuh yang muncul dalam kegiatan mellitus. Universitas Gadjah Mada,
sehari-hari dibandingkan dengan Yogyakarta. (tesis)
mengkritik atau menghakiminya, sehingga Afiatin, T. & Lestari, Y. T. (2008).
terhindari dari stres, kecemasan, maupun Pelatihan mindfulness untuk
depresi (Cash & Whittingham, 2010). menurunkan depresi pada penderita
Berdasarkan hasil penelitian yang lupus. Universitas Gadjah Mada,
diperoleh, dapat diketahui bahwa Yogyakarta. (tesis)
diperlukannya beberapa pelatihan untuk Alleva, J., Roelofs, J., Voncken, M.,
meningkatkan trait mindfulness pada Meevissen, Y., & Alberts, H. (2014).
remaja agar dapat mengurangi resiko gejala On the relation between mindfulness
depresi. Selain itu, pada penelitian and depressive symptoms:
selanjutnya sebaiknya melakukan intervensi Rumination as a possible mediator.
berbasis mindfulness untuk menguji Mindfulness, Vol. 5, Issue 1, p. 72-79.
hipotesis lebih lanjut. Asmika, Harijanto, & Handayani, N.
(2008). Prevalensi depresi dan
SIMPULAN DAN SARAN gambaran stressor psikososial pada
Berdasarkan hasil diskusi di atas, remaja sekolah menengah umum di
diketahui bahwa terdapat hubungan antara wilayah kotamadya Malang. Jurnal
mindfulness dan depresi, terutama pada Kedokteran Brawijaya, Vol. XXIV,
dimensi acting with awareness dan non No. 1.
judging of inner experience. Hasil ini Baer, R. A., Smith, G. T., Hopkins, J.,
diharapkan dapat menjadi landasan Krietemeyer, J., & Toney, L. (2006).
penelitian selanjutnya, dalam mengetahui Using self-report assessment methods
sejauhmana pengaruh dari teknik to explore facets of mindfulness.
Assessment, 13(1), 27-45.
120
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
121
Jurnal Psikogenesis, Volume 5, No.2, Desember 2017
122