Anda di halaman 1dari 8

LATAR BELAKANG

Reformasi katalitik adalah proses kimia yang digunakan untuk mengubah naphthas kilang minyak bumi,
biasanya memiliki peringkat oktan rendah, menjadi produk cair oktan tinggi yang disebut reformates yang
merupakan komponen dari bensin beroktan tinggi (juga dikenal sebagai bensin). Pada dasarnya, proses
menata ulang atau merestrukturisasi molekul hidrokarbon di bahan baku nafta serta memecah beberapa
molekul menjadi molekul yang lebih kecil. Efek keseluruhannya adalah produk yang direformasi
mengandung hidrokarbon dengan bentuk molekul yang lebih kompleks yang memiliki nilai oktan lebih
tinggi daripada hidrokarbon dalam bahan baku naphtha. Dengan demikian, proses memisahkan atom-
atom hidrogen dari molekul-molekul hidrokarbon dan menghasilkan sejumlah besar gas hidrogen produk
samping untuk digunakan dalam sejumlah proses lain yang terlibat dalam kilang minyak bumi modern.
Produk sampingan lainnya adalah sejumlah kecil metana, etana, propana dan butana. Proses ini sangat
berbeda dari dan tidak menjadi bingung dengan proses reformasi uap katalitik yang digunakan secara
industri untuk menghasilkan berbagai produk seperti hidrogen, amoniak dan metanol dari gas alam, nafta
atau bahan baku turunan minyak bumi lainnya. Proses ini juga tidak menjadi bingung dengan berbagai
proses reformasi katalitik lain yang menggunakan bahan baku metanol atau yang diturunkan dari
biomassa untuk menghasilkan hidrogen untuk sel bahan bakar atau penggunaan lainnya.

Proses Catalytic Reforming secara kontinyu telah menjadi hal utama di hampir seluruh kilang di dunia
selama bertahun-tahun. Fungsi proses ini yang pada awalnya adalah untuk meng-upgrade straight run
naphtha dengan angka oktan rendah menjadi komponen motor fuel ber-oktan tinggi dengan mem-promote
terjadinya sejumlah reaksi kimia tertentu. Penerapan proses reforming kemudian berkembang untuk
produksi hidrokarbon aromatic spesifik. Dengan mengkombinasikan proses reforming dengan ekstraksi
aromatic dan fraksinasi, dapat dihasilkan benzene, toluene, dan mixed xylene dengan kemurnian tinggi.
Hidrogen, sebagai produk samping dari reaksi produksi aromatic terbukti bermanfaat dalam mendukung
operasi unit preparasi feed reformer seperti Naphtha Hydrotreating. Gas-gas hidrokarbon ringan, produk
samping reaksi cracking umumnya dimasukkan ke fuel gas system.

Beberapa proses reforming telah dikembangkan dan diaplikasikan, antara lain Platforming Process yang
dikembangkan oleh UOP, Powerforming oleh Esso Research and Engineering, Ultraforming dari Standard
Oil Ind., Houdriforming & Isoplus Houdriforming oleh Houdry, dan Catalytic Reforming lisensi Chevron.

Dalam pembahasan ini akan diuraikan mengenai unit reforming yang mengacu kepada proses Platforming
UOP, sehingga selanjutnya akan langsung disebutkan sebagai Unit Platforming.

Terdapat dua tipe unit platforming, yaitu Semi Regenerative (Fixed Bed) dan Continuous Catalytic
Regeneration (CCR). CCR Platforming dianggap merupakan suatu terobosan karena memungkinkan
reactor untuk beroperasi pada severity yang ekstra tinggi tanpa sebelumnya perlu dilakukan shutdown
untuk mengembalikan catalyst activity. Pada reaktor semi-regenerative, ketika katalis telah dioperasikan
selama suatu jangka waktu, catalyst selectivity untuk memproduksi C5+ reformate dan hydrogen akan
menurun secara bersamaan dengan terjadinya kehilangan catalyst activity. Hal tersebut membuat operasi
tidak ekonomis lagi untuk dilanjutkan dan unit harus shut down untuk regenerasi katalis. Meskipun telah
dikembangkan katalis bimetallic yang memiliki cycle length lebih tinggi daripada all-platinum catalyst,
namun regenerasi tetap tidak dapat dihindari dengan konsekuensi hilangnya waktu operasi, kehilangan
produksi reformate, dan berhentinya produksi hidrogen untuk unit proses downstream. CCR Platformer
secara kontinyu menyediakan suplai regenerated catalyst yang kinerjanya menyerupai katalis baru.
Reformasi katalitik adalah proses konversi utama dalam kilang minyak bumi dan industri petrokimia.
Proses reformasi adalah proses katalitik yang mengubah naphthas oktan rendah menjadi produk reforma
oktan yang lebih tinggi untuk campuran bensin dan reforma kaya aromatik untuk produksi aromatik. Pada
dasarnya, proses menata ulang atau menata ulang molekul hidrokarbon di bahan baku nafta serta
memecah beberapa molekul menjadi molekul yang lebih kecil. Umpan nafta untuk reformasi katalitik
termasuk nafta lurus yang berat. Ini mengubah naphtha oktan rendah menjadi bensin tinggi-oktan
campuran bensin dan aromatik kaya benzena, toluena, dan xylene dengan hidrogen dan gas minyak cair
sebagai produk sampingan. Dengan meningkatnya permintaan aromatik dan permintaan angka oktan
tinggi, reformasi katalitik kemungkinan akan tetap menjadi salah satu proses unit yang paling penting
dalam industri perminyakan dan petrokimia. Berbagai proses reformasi katalitik komersial diberikan di
Latar Belakang
Hydro Skimming Complex (HSC) terdiri dari unit primary process dan secondary process.
Unit primary process di HSC adalah unit #100 CDU (Crude Distillation Unit). Prinsip dari proses
CDU ini adalah pemisahan fraksi minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didihnya. Unit
secondary process di HSC terdiri dari unit Gasoline Plant 1 dan Gasoline Plant 2. Pada Gasoline
Plant 1 ini terdiri dari Naphtha Rerun Unit (#102 NRU) dan Hydrobon PL I #301. Pada Gasoline
Plant 2 terdiri dari Naphtha Hydrotreating (#200 NHDT), PL II #300, dan CCR #310. Pada tugas
khusus ini akan dibahas lebih mendalam mengenai unit #200 NHDT.
Prinsip proses unit #200 NHDT ini adalah untuk menurunkan kandungan impurities, serta
memisahkan heavy naphtha dengan light naphtha dalam naphtha yang akan digunakan sebagai
umpan pada unit platforming II/CCR. Umpan NHDT terdiri dari cracked naphtha dari Delayed
Cooking Unit (DCU), Heavy Naphtha dari Hydrocracker Unibon (HCU) dan Naphtha dari
Destillate Hydrotreating Unit (DHDT) dengan kapasitas 10,1 MBSD (67,0 m3/jam) dan
menghasilkan produk light naphtha dan Treated Heavy Naphtha. Unit ini beroperasi pada suhu
310 - 350°C dengan tekanan reaktor 50,0 kg/cm2.
Tujuan proses hydrotreating/hydroprocessing adalah:
1. Memperbaiki kualitas produk akhir
2. Pretreating stream (persiapan umpan proses lanjutan) untuk mencegah keracunan katalis di
downstream process:
 Catalytic Reforming (Platforming)
 Fluid Catalystic Cracking (FCC)
 Hydrocracking
3. Memenuhi standar lingkungan (untuk diesel sebelum dikirim ke tangki penyimpanan
produk).

Produk yang dihasilkan dari unit NHDT adalah:


 Gas sebagai produk samping yang dimanfaatkan sebagai umpan unit Amine atau sebagai fuel
gas.
 Light naphtha sebagai komponen blending atau sebagai fuel oil di unit H2 plant.
 Heavy naphtha, sebagai umpan unit platforming II
Sejak tahun 1940 catalytic reforming telah digunakan untuk menggantikan thermal reforming. Proses
ini memperbaiki kualitas gasoline yang dihasilkan dari cracking yang masih mempunyai angka oktan
rendah.
Catalytic reforming jauh lebih efisien dari pada thermal reforming. Penggunaan katalis akan
mempercepat reaksi dan lebih mudah pengendalian operasinya. Katalis yang digunakan dapat terbuat
dari platinum-alumina atau platinum-rhenium-alumina. Katalis tersebut berperan sebagai pemacu
reaksi siklohidrogenasi dan reaksi lain seperti pembentukan aromatik.
Hydroforming unit telah digunakan pada awal perang dunia kedua, catalytic reforming tersebut untuk
menghasilkan aviation gasoline yang banyak digunakan untuk keperluan militer. Sekitar tahun 1955,
Universal Oil Product (UOP) telah mendemonstrasikan bahwa katalis platiunum dapat mendorong
reaksi dehidrogenasi, khususnya dalam pembentukan aromat dalam skala komersial.
Dengan demikian sejak tahun itu hampir seluruh thermal reforming digantikan dengan catalytic
reforming.
Tujuan utama catalytic reforming adalah untuk mengkonversi hidrokarbon menjadi aromatik yang
reaksi utamanya adalah dehidrogenasi naphthene. Senyawa aromat tidak hanya berfungsi sebagai
komponen bahan bakar motor tetapi juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri petrokimia.
Didalam straight-run naphtha pada umumnya masih banyak impurities yang dapat meracuni katalis.
Agar tidak meracuni katalis, maka terlebih dahulu dilakukan hydrotreating terhadap naphtha tersebut.
Hydrotreating adalah proses penghilangan impurities seperti senyawa sulfur, nitrogen dan arsenik
melalui proses hidrogenasi. Hidrogen yang digunakan untuk keperluan treating ini berasal dari
reforming unit itu sendiri.

...

Proses separasi minyak bumi adalah proses pertama untuk pemisahan minyak bumi menjadi fraksi-
fraksinya. Proses ini meliputi proses distilasi atmosfer dan distilasi vakum, yang menghasilkan nafta,
kerosin, distilat vakum dan residu (residu atmosferik dan residu vakum). Dalam rangka meningkatkan nilai
tambah fraksi minyak bumi tersebut, maka dilakukan proses tahap kedua, yaitu: konversi, baik berupa
proses termal maupun proses katalitik. Bensin mempunyai kisaran titik didih dari 40oC sampai 220oC yang
mengandung grup hidrokarbon parafin, olefin, naftena, dan aromatik dengan variasi nilai angka oktananya
cukup besar. Proses pembuatan komponen bensin[1] terdiri atas: (1) proses separasi atau distilasi
(menghasilkan straight-run naphtha) dan (2) proses konversi, yaitu: (a) proses konversi termal, yaitu
proses visbreker (visbreaker naphtha), dan proses koker (coker naphtha), dan (b) proses konversi katalitik
yaitu: proses perengkahan katalitik (bensin rengkahan katalitik – cat. cracked gasoline), proses
penghidrorengkahan (hydrocracked naphtha), proses isomerisasi (isomerat), proses reformasi katalitik
(reformat), proses alkilasi (alkilat) dan proses polimerisasi (bensin polimer–polygasoline). Untuk
pembuatan bensin ramah lingkungan diperlukan peningkatan pembuatan jumlah komponen utama
bensin berangka oktana tinggi (HOMC – high octane mogas components) yang diperoleh dari proses-
proses katalitik, yaitu: bensin rengkahan katalitik[2] reformat,[1] isomerat,[6] alkilat,[7] dan bensin
polimer.[8] Komponen bensin penunjang lainnya mempunyai mutu rendah (LOMC – low octane mogas
components). Pada umumnya proses-proses katalitik tersebut adalah proses-proses yang cukup pelik dan
rumit, baik ditinjau dari segi fundamental atau teori maupun dari segi operasionalnya. Pemahaman
tingkah laku proses-proses katalitik secara lebih terarah merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
unjuk kerja proses katalitik tersebut. Proses perengkahan katalitik adalah sangat penting dan merupakan
proses utama pada pengolahan minyak untuk mengkonversi berat minyak bumi menjadi produk ringan
(bensin, minyak ringan dan LPG).[9,10,11] Jenis proses perengkahan katalitik mutakhir adalah katalis
mendidih (Fuidized bed) yaitu FCC (fluidized Catalytic Cracking) yang mengolah umpan distilat berat dan
RCC (Resid Catalytic Cracking) berumpan residu.[9,12] Proses reformasi katalitik mengkonversi umpan
nafta berat berangka oktana rendah (RON 50–60) menjadi produk reformat berangka oktana tinggi (RON
92–100) dengan bantuan katalis bifungsional[5,19] . Proses reformasi katalitik telah berkembang dengan
pesat baik dari segi teknologinya dari sistem semi-regeratif sampai regeratif kontinu (Continous Catalyst
Regeneration– CCR) maupun pengembangan katalisnya dari jenis mono-metalik menjadi bi-metalik dan
poli-metalik, sehingga dapat dihasilkan perolehan dan mutu dari produk reformat tinggi[1,20,21].
Reformat berkadar aromatik tinggi dipakai juga untuk pembuatan aromatik rendah[22] . Umpan proses
reformasi katalitik yang baik adalah nafta berat berkadar naftena tinggi, karena konversi naftena tersebut
menjadi aromatik relatif lebih mudah daripada konversi parafin. Temperatur operasi rendah 5400C akan
terjadi reaksi samping hidrorengkah yang akan menurunkan perolehan dan mutu produk
reformat.[5,23,24] . Reaksi utama dari proses reformasi katalitik adalah konversi naftena dan parafin
menjadi aromatik berangka oktana tinggi. Untuk menurunkan pembentukan endapan kokas pada
permukaan katalis, unit proses reformasi semi regeneratif dioperasikan pada tekanan dan rasio H2/HC
yang relatif lebih tinggi daripada unit proses reformasi regeneratif. Reformat adalah komponen bensin
terbesar kedua setelah bensin rengkahan katalitik dalam pembuatan bensin ramah lingkungan dengan
persentase sekitar 20-30% volume. Angka oktana reformat RON 92–108 dengan distribusi angka oktana
rendah (tidak homogen). Reformat mengandung kadar aromatik tinggi (>50% volume, sehingga
sensitivitasnya (RON–MON) tinggi pula, yaitu sekitar 8–13 satuan

....

Bahan bakar ramah lingkungan haruslah diramu dari berbagai jenis komponen utamanya yang dihasilkan
dari berbagai jenis proses katalitik berteknologi tinggi. Komponen utama bensin (High Octane Mogas
Component –HOMC) diperoleh dari proses katalitik berikut: perengkahan katalitik, reformasi katalitik,
isomerisasi, alkilasi dan polimerisasi.
Pembahasan

Temperatur merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam cracking. Suatu hubungan
theoritis antara konstante kecepatan reaksi K dengan temperatur T diberikan dalam persamaan Arrhenius
: d ln K/ d T = E /RT2 atau ln K = - E / RT + C 171 Dimana : K = konstante kecepatan reaksi T = temperatur
absolute, oK R = konstante gas = 1,985 E = activation energy, cal C = konstante Khusus untuk cracking
gasoil persamaan diatas akan menjadi : Ln K = (55.000 / RT) + 30 Secara sederhana pengaruh temperatur
pada cracking dapat dilakukan bahwa makin tinggi temperatur maka makin banyak gas dan gasoline yang
dihasilkan dan makin sedikit recycle yang didapat. Tetapi pembentukan coke akan bertambah cepat
terjadinya.

Cracking hal 171 peroses pengolahan migas

Fungsi dari hydrogen adalah untuk menjenuhkan olefin dan aromatic, juga hasil dari pemecahan hydrogen
selain berfungsi sebagai reaktan juga berfungsi sebagai pencegah terbentuknya coke

Kemurnian hydrogen dapat diperbaiki dengan jalan : a. Naikkan purity hydrogen dari gas make up. b.
Venting recycle gas pada high pressure separator. c. Turunkan temperatur pada high pressure separator.

Temperatur. Temperatur adalah variable yang sangat penting, temperatur lebih tinggi maka reaksi akan
lebih cepat dan conversi akan naik, sebaliknya deaktivasi katalis makin cepat juga, norma temperatur
antara 343 – 482oC. Reaksi yang terjadi adalah Exotermis, karena itu temperatur akan naik begitu recycle
gas feed mengalami reaksi di bed catalyst. Ada kemungkinan terjadinya pengambilan panas oleh reaktor,
lambat dan panas yang timbul lebih banyak, sehingga temperatur naik dengan cepat peristiwa inilah yang
disebut temperatur runway. Kalau temperatur run way tak terkontrol akan menyebabkan kerusakan pada
equipment. Temperatur run way dapat dicegah dengan : a. T di bet catalyst tidak boleh lebih 56oC. b.
Naikkan rate feed dulu baru naikkan temperatur reaktor, kalau mau menaikkan feed, sebaiknya turunkan
dulu temperatur dan kemudian turunkan temperatur jika mau menurunkan feed. 207 c. Selalu diusahakan
kenaikan/penurunan temperatur secara bertahap dan halus ( 3 – 5,6oC) per jam jika temperatur diatas
343oC. d. Segera turunkan temperatur inlet reaktor jika terikut pada upset flow dari feed. e. Semua
operator harus familiar dengan procedur emergency.

7. Kualitas Hydrogen Make Up. Proses hydrocracking adalah memerlukan hydrogen, karena itu hydrogen
harus ditambah untuk menjaga tekanan system agar tidak turun. Hydrogen yang di make up diperlukan
untuk mengganti : a. Hydrogen yang dikonsumsi untuk reaksi. b. Hydrogen yang terlarut dalam
hydrocarbon. c. Hydrogen yang hilang dari packing, seal dan mechanical loss lainnya. d. Hydrogen yang
diventing lewat HPS, untuk menjaga purity di recycle gas.

Hal 204-207 BACAA

1. Kualitas Fresh Feed. Kualitas feed dari HC Unibon akan berpengaruh : - Temperatur feed catalyst,
untuk mencapai konversi total. - Jumlah hydrogen yang dibutuhkan. - Umur katalis antara waktu
regenerasi. - Kualitas produk
2. Recycle Gas Rate (H2/HC ratio) Kontrol antara H2, hydrocarbon dan catalyst perlu dijaga tetap
sempurna, untuk itu perlu disirkulasikan recycle gas melalui circuit realtor kontinyu. Perhitungan
H2/HC ratio adalah perbandingan antara H2 yang disrikulasikan terhadap fresh feed yang
diumpankan ke calatyst. Recycle Gas Rate (SCF/day) x purity H2 H2 / HC = Fresh feed BFD Variable
untuk mengatur/menjaga H2/HC ratio : a. Recycle gas rate b. Recylce gas purity c. Fresh feed rate

Dari PPT slide share petrochemical


Catalytic Reforming (UOP Platforming) Catalytic reforming adalah suatu proses yang sudah cukup
mantap digunakan untuk menghasilkan aromat yang besar/jumlahnya dari naphtha. Hal ini dilakukan
dengan cara kombinasi reaksi dehidrogenasi, dehidrosiklisasi, dan isomerisasi, yang
mengkonversikan paraffin dan naphthene menjadi aromat secara selektif. Meskipun demikian
platforming adalah suatu proses yang kebanyakan digunakan secara luas untuk rnenghasilkan
gasooline berangka oktan tinggi. Karena kesetimbangan dan selektivitas terjadi dengan baik pada
tekanan rendah, maka tekanan operasi reforming ini dilakukan pada tekanan rendah. Operasi pada
suhu tinggi akan memberikan kesetimbangan yang lebih baik lagi serta dari segi kinetik lebih
manguntungkan untuk konversi benzene-toluene-xylene (BTX) dari paraffin hingga naphthene.
Karena continuous-catalyst regeneration section pada UOP Platforming Unit ini selalu menjaga
aktifitas dan selektivitas catalyst mendekati kemampuanj ewalnya, maka jumlah dan kualitas aromat
yang dihasilkan tetap dapat dipertahankan konstan. Salah satu kelebihan UOP Platforming adalah
dapat mengantisipasi berbagai variasi komposisi feed (naphtha) dan bebas panas. Di dalam
Catalytic Reforming kemungkinan terjadinya olefin sangat keci! sekali, hal ini disebabkan oleh
adanya reaksi hidrogenasi olefin, yang mana secara cepat begitu olefin terbentuk langsung
dijenuhkan menjadi paraffin, Hidrogen yang bereaksi dengan olefin juga merupakan hasil samping
dari reaksi dehidrogenasi. Sebagian hidrogen yang dihasilkan disirkulasikan kembali untuk menjaga
tekanan di dalam reaktor dan mencegah terjadinya pembentukan coke. Di saniping itu hidrogen
tersebut banyak dimanfaatkan untuk proses yang lain seperti hydrotreating, hydrocracking dan
isomerization plant. Dengan memperhatikan gambar (3), depentanized platformate diumpankan ke
dalam splitter, di mana toluene dan yang lebih ringan dipisahkan dari 57

http://digilib.polban.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptppolban-gdl-lianartini-
4061&newtheme=gray
Katalis yang digunakan dalam proses platforming di RU VI- Balongan adalah katalis platforming Pt/Al2O3.
Pada prosesnya, katalis platforming mengalami pemanasan dalam reaktor atau regenerator pada
temperatur sekitar 490 – 520oC. Penggunaan katalis pada temperatur tinggi (over heating) mendorong
terjadinya kerusakan katalis yaitu aglomerasi platina sehingga mengakibatkan dispersi (penyebaran) logam
platina pada katalis tidak merata. Hal ini akan mengurangi optimasi katalis pada saat reaksi berlangsung.
Menanggulangi hal tersebut dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mencari suhu pemanasan mulai
terjadinya aglomerasi platina dan melihat pengaruh waktu pemanasan terhadap karakteristik katalis
platforming Pt/ Al2O3. Aglomerasi platina diketahui dari beberapa parameter yaitu dispersi Pt dengan
metode UOP 945-91, jenis kristal/ fasa alumina dengan metode UOP 905-91, surface area dengan metode
ASTM D-3663-03, kadar Pt dan kadar Cl dengan menggunakan XRF. Hasil analisis menunjukkan katalis
platforming Pt/Al2O3 mulai mengalami aglomerasi platina pada suhu pemanasan 800⁰C 4 jam yang
mempengaruhi parameter-parameter fisika-kimia katalis menjadi di bawah nilai standar, yaitu nilai dispersi
platina pada katalis menjadi < 0,9 mol/mol, terjadinya perubahan fasa alumina dari gamma alumina
menjadi alpha alumina, surface area <150 m2/gr dan kadar klor dalam katalis menjadi < 1,00 %-wt. Kata
kunci: aglomerasi, sintering, katalis platforming, dispersi, surface area, Pt/Al2O3
Latar belakang

Katalis yang digunakan dalam proses platforming di RU VI- Balongan adalah katalis platforming Pt/Al2O3.
Pada prosesnya, katalis platforming mengalami pemanasan dalam reaktor atau regenerator pada temperatur
sekitar 490 – 520oC. Penggunaan katalis pada temperatur tinggi (over heating) mendorong terjadinya
kerusakan katalis yaitu aglomerasi platina sehingga mengakibatkan dispersi (penyebaran) logam platina pada
katalis tidak merata. Hal ini akan mengurangi optimasi katalis pada saat reaksi berlangsung. Menanggulangi
hal tersebut dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mencari suhu pemanasan mulai terjadinya
aglomerasi platina dan melihat pengaruh waktu pemanasan terhadap karakteristik katalis platforming Pt/
Al2O3. Aglomerasi platina diketahui dari beberapa parameter yaitu dispersi Pt dengan metode UOP 945-91,
jenis kristal/ fasa alumina dengan metode UOP 905-91, surface area dengan metode ASTM D-3663-03, kadar
Pt dan kadar Cl dengan menggunakan XRF. Hasil analisis menunjukkan katalis platforming Pt/Al2O3 mulai
mengalami aglomerasi platina pada suhu pemanasan 800⁰C 4 jam yang mempengaruhi parameter-parameter
fisika-kimia katalis menjadi di bawah nilai standar, yaitu nilai dispersi platina pada katalis menjadi < 0,9
mol/mol, terjadinya perubahan fasa alumina dari gamma alumina menjadi alpha alumina, surface area <150
m2/gr dan kadar klor dalam katalis menjadi < 1,00 %-wt. Kata kunci: aglomerasi, sintering, katalis
platforming, dispersi, surface area, Pt/Al2O3

Anda mungkin juga menyukai