Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang anak-anak hingga
orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak. Menurut para ahli,
prevalensi asma akan terus meningkat. Sekitar 100 - 150 juta penduduk dunia terserang asma
dengan penambahan 180.000 setiap tahunnya.1 Di Indonesia, prevalensi asma menurut data
Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004 sebesar 4%. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi asma untuk seluruh kelompok usia sebesar 3,5%
dengan prevalensi penderita asma pada anak usia 1 - 4 tahun sebesar 2,4% dan usia 5 - 14 tahun
sebesar 2,0%. Untuk dapat mengetahui prevalensi asma di seluruh dunia, maka disusunlah
kuesioner International Study on Asthma and Allergy in Childhood (ISAAC) dengan salah
satu tujuannya adalah untuk membandingkan prevalensi asma di suatu negara. Survei dengan
menggunakan kuesioner ISAAC telah dilakukan di 155 pusat as ma yang berada di 56 negara
salah satunya adalah Indonesia.4-7 Kuesioner ISAAC ditujukan pada kelompok usia 6 - 7
tahun dan usia 13 - 14 tahun. Hasil dari survei tersebut bervariasi di beberapa negara dengan
prevalensi asma antara 2,1 - 32,2%. Hasil survei dengan menggunakan kuesioner ISAAC pada
siswa usia 13 - 14 tahun di Indonesia menunjukkan bahwa di Jakarta Timur prevalensi asma
pada tahun 2001 sebesar 8,9% dan meningkat menjadi 13,4% pada tahun 2008.4,5 Survei yang
sama dilakukan pada kelompok usia 13 - 14 tahun di Jakarta Barat, hasilnya adalah prevalensi
asma sebesar 13,1%.
Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika terjadi gangguan pada sistem pernapasan
yang menyebabkan penderita mengalami mengi (wheezing), sesak napas, batuk, dan sesak di
dada terutama ketika malam hari atau dini hari. Menurut Canadian Lung Association, asma
dapat muncul karena reaksi terhadap faktor pencetus yang mengakibatkan penyempitan dan
penyebab yang mengakibatkan inflamasi saluran pernafasan atau reaksi hipersensitivitas.
Kedua faktor tersebut akan menyebabkan kambuhnya asma dan akibatnya penderita akan
kekurangan udara hingga kesulitan bernapas.
Secara medis, penyakit asma sulit disembuhkan, hanya saja penyakit ini dapat dikontrol
sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pengendalian asma dilakukan dengan
menghindari faktor pencetus, yaitu segala hal yang menyebabkan timbulnya gejala asma.
Apabila anak menderita serangan asma terus-menerus, maka mereka akan mengalami
gangguan proses tumbuh kembang serta penurunan kualitas hidup.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep teori dari penyakit asma?
2. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit asma?

1.3 Tujuan Masalah


Tujuan umum
Adapun tujuan dari makalah ini agar kita semua terutama orang tua dan perawat dapat
memahami mengenai serangan asma pada anak dan mengetahui tata cara pelaksanaan
penanganan asma yang terjadi pada anak. Selain itu juga untuk memenuhi tugas yang diberikan
dosen pebimbing
Tujuan khusus
1) Menjelaskan tentang definisi asma
2) Mengetahui etiologi dari asma
3) Mengetahui manifestasi klinis dari asma pada anak
4) Menjelaskan patofisiologi pada anak
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Asma merupakan gangguan radang kronik pada jalan napas yang menyerang lebih dari 20
juta orang dewasa dan anak. Asma disebabkan oleh edema jalan napas dan produksi mukus
berlebihan, yang menyebabkan obstruksi jalan napas. Insiden asma terus meningkat diseluruh
dunia akibat berbagai faktor lingkungan. Pemicu lain dapat meliputi aktivitas fisik gerak,
kelembaban tinggi atau suhu dingin, beberapa makanan dan bahan tambahan pada makanan,
serta beberapa obat. Emosi dapat berperan dalam asma karena stress akibat gangguan tersebut
mempersulit kemampuan individu untuk memaksimalkan penggunaan mekanisme pertahanan
diri mereka. Asma menjadi penyakit kronik yang umum terjadi pada masa kanak-kanak dan
merupakan alasan utama ketidak hadiran di sekolah. Anak penderita asma sering terlihat di
UGD. Sebagian besar klien asma menunjukkan gejala pertama asma pada usia 4 tahun.

2.2 Etiologi
1) Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2) Adanya pembengkakan membrane bronkhus.
3) Terisinya bronkus oleh mokus yang kental
Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial.
Faktor Predisposisi
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
Faktor Presipitasi
1) Alergen
Dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti : debbu,bulu binatang, bakteri dan polusi.
b. Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan.
c. Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti : perhiasan, logam,dan
jam tangan.
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak
dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3) Stress.
Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati
penderita asma yang mengalami stress perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan Kerja.
Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau
cuti.
5) Olah raga atau aktivitas yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

2.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin),
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi.

2. Intrinsik (non alergik)


Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh
adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan
sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronis
dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan pada
sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan
tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat,
dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul bila ada
faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di
laboratorium.
2. Tingkat II
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-
tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. Pemeriksaan fisik dan
fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat
bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Asma pada dasarnya
merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang berat dapat
timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran,
penderita tampak letih, takikardi.

2.5 Patofisiologi
Pada asma proses radang menyebabkan peningkatan aktivitas jalan nafas. Oleh sebab itu,
pengendalian atau pencegahan radang merupakan inti manajemen asma. Asma terjadi akibat
berbagai respon kompleks terkait pemicu. Saat proses tersebut terjadi, sel mast, limfosit T,
makrofag, dan sel epitel terlibat dalam pelepasan mediator radang. Eosinofil dan eutrofil
nidrasi kejalan nafas, menyebabkan cedera. Mediator kimia, seperti leukotienti, radikinin,
histamine, dan faktor aktif trombosit juga berperan dalam reson radang tersebut. Adanya
leukortien menyebabkan konstriksi jalan nafas jangka panjang. Kendali nafas autonomy tonus
jalan nafas terkena, sekresi mucus jalan nafas meningkat fungsi mukusilia berubah, dan
responsivitas otot polos jalan nafas meningkat. Akibatnya terjadi bronkokonstriksi akut, edema
jalan nafas, dan sumbatan mucus.

Pada sebagian anak, proses tersebut dianggap reversible sehingga kini tidak dianggap
memiliki dampak jangka panjang pada fungsi paru namun, riset terkini dan pandangan ilmiah
mengidentifikasi konsep remodeling jalan nafas (Radcliffe & Kiechefer, 2010). Remodeling
jalan nadfas terjadi akibat radang kronik jalan nafas. Setelah respon akut terhadap pemicu,
respon kintinu terhadap allergen mengakibatkan fase kronik. Selama fase ini, sel epitel
menggundul dan influx sel radang kedalam jalan nafas berlanjut. Hal tersebut menyebabkan
perubahan struktur jalan nafas yang irreversible dan kehilangan fungsi paru lebih lanjut dapat
terjadi. Perubahan irreversible tersebut meliputi penebalan membrane sub dasar, fibrosa
suberpitel, hypertrofi, dan hyperplasia otot polos jalan nafas, proliverasi dan dilatasi
pembuluh darah, dan dihyperplasia dan hyperpresi kelenjar mukosa (National Astma
Education and Prevention Program (NAEPP, 2007). Pada beberapa individu yang mengalami
asma yang tidak terkontrol, perubahan tersebut dapat permanen, mengakibatkan penurunan
responsivitas terhadap terapi.

2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam pada
gangguan keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia, bronkhiolitis, chronic persistent
bronchitis, emphysema.

2.7 Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun
penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan. Seperti :
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)

b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :

1) Oksigen 4-6 liter/menit.


2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi
nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis
B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam.
sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.

2.8 Terapi
Pencegahan merupakan aspek terpenting terapi. Anak dan keluarga mereka harus belajar
mengenali gejala yang mengakibatkan serangan dan memulai penanganan segera
mungkin. Pengasuhan harus berupaya menghilangi semua kemungkinan alergi dirumah.
Anak mereka membutuhkan perlindungan terhadap inhalasi asap.
Obat pilihan adalah bronkodilator dan steroid yang diberikan peroral atau melalui inhaler
dosis tertukar (metereddose inhaler,MDI).Bonkodilator yang digunakan setiap hari
sebagai obat profilaksis meliputi antagonis leukotrien, seperti montelukes (Singulair) atau
zafirulkas (Accolate). Manejemen jangka panjang asma meliputi beonkodilator albuterol
(VENTOLIN), mateproterenol (Alipent), atau terbultalin (Berthaire).
Anak harus belajar menggunakan nebulizer atau MDI untuk memberikan obat.
Penggunaan unit terpisah membuat MDI lebih mudah digunakan untuk membantu
pemberian dosis obat yang tepat ke jaringan paru.
Terapi fisik dada (chest physical therapy, CPT) juga merupakan terapi tambahan yang
berguna. Terapi fisik dada terdiri atas latihan napas, latihan fisik, drainase postural, dam
terapi inhalasi.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan labolatorium
a. Pemeriksaan sputum
 Untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi pathogen
 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronchus.
b. Pemeriksaan darah
Untuk mengetahui hyponatremia dan kadar leukosit
2. Pemeriksaan scanning paru
Untuk menyatakan pola abnormal perfusi pada area ventilasi (ketidakcocokan /
perfusi) atau tidak adanya ventilasi atau perfusi.
3. Pemeriksaan spirometry
Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan nafas.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruksi intermitten yang
bersifat neversible, ditandai dengan adanya periode bronkopsme, pengingkatan respon
trachea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang meyebabkan pemnyempitan
jalan nafas. Berdasarkan penyebabnya, asma bronchial dapat diklasifikasikan menjadi
tiga tipe yaitu: ekstrinsik (alergik) intrinsic (non alergik) asma gabungan. Dan ada
beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya serangan asma bronchial
yaitu faktir predisposisi (genetic), faktor presipitasi (allergen, perubahan cuaca, strss,
lingkungan kerja, olahraga atau aktivitas jasmani yang berat)

3.2 Saran
Kiranya dengan adanya pengetahuan tentang penyakit asma kita lebih sadar akan
pentingnya menjaga kesehatan dan pola hidup sehat, demi kualitas hidup yang lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai