Anda di halaman 1dari 95

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY.

P
UMUR 30 TAHUN G2P1A0 DENGAN RUPTURE
PERINEUM DERAJAT II DI RSUD
KOTA SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

Aulia Venomilla Isnaini


NIM B13052

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah berjudul : “Asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. P umur 30
tahun G2P1A0 dengan rupture perineum derajat II di RSUD Kota Surakarta Tahun
2016”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas
akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari program Studi D III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh Karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Rahajeng Putriningrum, SST., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Kepala RSUD Kota Surakarta, yang telah bersedia memberikan ijin kepada
penulis dalam pengambilan data.
5. Ny. P yang bersedia menjadi responden dalam pengambilan studi kasus.
6. Seluruh dosen dan staff prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis Menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian
selanjutnya.Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2016

Penulis

iv
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Aulia Venomilla Isnaini
B13052

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. PUMUR 30 TAHUN


G2P1A0 DENGAN RUPTUREPERINEUM DERAJAT II
DI RSUDKOTA SURAKARTA

X + 81 halaman + 13 lampiran

INTISARI
Latar Belakang : Perdarahan merupakan salah satu penyebab langsung kematian
ibu, terutama pada persalinan dengan rupture perineum derajat II. perdarahan
pasca persalinan dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam
pertama setelah melahirkan, 68-73% dalam satu minggu setelah melahirkan, dan
82-88% dalam 2 minggu setelah melahirkan. Berdasarkan data di RSUD Kota
Surakarta ibu bersalin dengan rupture perineum derajat II sebanyak 1288 orang.
Tujuan : Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan
rupture perineum derajat II dengan menggunakan manajemen asuhan 7 langkah
varney sesuai dengan kompetensi dan wewenang bidan, serta mampu menganalisa
kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan.
Metode Penelitian : Studi kasus menggunakan metode deskriptif , lokasi studi
kasus di RSUD Kota Surakarta, subyek studi kasus ibu bersalin Ny. P G2P1A0
umur 30 tahun umur kehamilan 39 minggu dengan rupture perineum derajat II,
waktu studi kasus pada 30 Mei – 2 Juni 2016, teknik pengumpulan data yaitu data
primer yang meliputi pemeriksaan fisik, wawancara, observasi dan data sekunder
yang meliputi studi kepustakaan dan dokumentasi.
Hasil Studi Kasus : Setelah dilakukan pelaksanaan asuhan kebidanan selama 3
hari didapatkan hasil : robekan perineum derajat II dilakukan heacting perineum
derajat II, TTV normal, keadaan ibu baik, TFU 2 jari dibawah pusat, lochea rubra
dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada bekas jahitan.
Kesimpulan :Setelah dilakukan pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial,
tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada ibu bersalin dengan
rupture perineum derajat II tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di
lapangan.

Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu Bersalin, Robekan Perineum Derajat II


Kepustakaan : 24 literatur (Tahun 2005 – 2016)

v
MOTTO

1. Belajarlah dari kesalahan, jangan takut untuk mencoba dan jangan mudah
putus asa
2. Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan
3. Jangan terlalu cepat menaruh hati karena berharap itu lebih sakit
4. Kejarlah mimpimu, bila gagal terus cobalah sampai kamu dapatkan apa
yang kamu inginkan
5. Hari ini adalah sebuah kenyataan tapi hari esok adalah sebuah tantangan

PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan,
kemudahan, serta kelancaran dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Bapak dan ibu tercinta terima kasih atas kasih
sayang, dan doa serta perjuangan kalian selama
ini.
3. Buat kakak dan adikku terima kasih atas doa
dan semangatnya.
4. Buat para sahabatku SWEET SIX (Amy, Ika,
Susi, Umi, Hajar, Wahyu), Ratih, Hilda, Vina
dan teman–teman seperjuangan, terima kasih
atas kebersamaan kita, canda tawa kita,
perjuangan kuliah kita, semoga persahabatan ini
akan abadi. Amin
5. Almamater tercinta.

vi
CURICULUM VITAE

BIODATA

Nama : Aulia Venomilla Isnaini

Tempat/Tanggal Lahir : Sragen, 28 Agustus 1995

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Banaran Rt.25 Sambungmacan, Sragen

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD Negeri 1 Banaran Lulus Tahun 2007


2. SMP Al-Islam 1 Surakarta Lulus Tahun 2010
3. SMA Negeri 1 Sambungmacan Lulus Tahun 2013
4. Prodi DIII Kebidanan Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2013

vii
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI ...................................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. vi
CURICULUM VITAE ................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 3
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................. 3
D. Manfaat Studi Kasus................................................................. 5
E. Keaslian Studi Kasus ............................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ............................................................................. 7
B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................... 16
C. Landasan Hukum ..................................................................... 31
D. Informed Concent. .................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ..................................................................... 34
B. Lokasi Studi Kasus .................................................................. 34
C. Subjek Studi Kasus .................................................................. 34
D. Waktu Studi Kasus .................................................................. 35
E. Instrumen Studi Kasus ............................................................. 35
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 35
G. Alat- alat Yang Digunakan ...................................................... 38

viii
H. Jadwal Penelitian ..................................................................... 40
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus .......................................................................... 41
B. Pembahasan ............................................................................... 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 80
B. Saran ......................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal penyusunan KTI

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Permohonan Kasus

Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Permohonan Kasus

Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Pasien

Lampiran 7. Persetujuan menjadi Pasien

Lampiran 8. Format Asuhan Kebidanan Persalinan

Lampiran 9. Lembar Observasi dan Partograf

Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 11. Leaflet

Lampiran 12. Dokumentasi studi kasus (foto dengan pasien)

Lampiran 13. Lembar Konsultasi

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

melihat derajat kesehatan seorang masyarakat. Hasil Survey Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007menunjukan Angka Kematian Ibu

(AKI) di Indonesia sebesar 228 per100.000 kelahiran hidup(Depkes,

2009).Namun pada SDKI tahun 2012 angka kematian ibu kembali naik

menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012).

Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan

laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup,

mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011

sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2012).

Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat

persalinan dan segera setelah persalinan.Penyebab langsung kematian ibu

adalah perdarahan (32%), hipertensi (25%) dan partus lama dan infeksi (5%)

dan abortus (1%). Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah masih

banyaknya kasus 3 terlambat dan 4 terlalu yaitu terlambat mengenali tanda

bahaya persalinan, terlambat rujuk ke fasilitas kesehatan dan terlambat

ditangani oleh tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan (Kemenkes RI,

2011).

1
2

Menurut Prawirodhardjo (2009), perdarahan pasca persalinan dapat

menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam pertama setelah

melahirkan, 68-73% dalam satu minggu setelah melahirkan, dan 82-88%

dalam 2 minggu setelah melahirkan. Yang terjadi pada 24 jam pertama

setelah melahirkan disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan lahir,

dan sisanya adalah sisa plasenta. Robekan jalan lahir selalu memberikan

perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya.Perdarahan yang berasal

dari jalan lahir selalu harus dievaluasi, yaitu sumber dan jumlah perdarahan

sehingga dapat diatasi. Robekan yang terjadi bisa ringan (lecet, atau laserasi),

luka episiotomi, rupture uteri,robekan perineum spontan derajat I sampai

derajat IV (sfingter ani) terputus, robekan pada dinding vagina, fornix uteri,

serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Ruang Bersalin RSUD Kota

Surakarta, maka diperoleh data jumlah persalinan dari bulan Oktober 2014

sampai dengan Oktober 2015 ada 2405 ibu bersalin diantaranya 98 ibu

bersalin dengan induksi, 26 ibu bersalin dengan presentasi bokong, 441 ibu

bersalin dengan section secarea, 1840 ibu bersalin yang mengalami robekan

jalan lahir, diantaranya rupture perineum derajat I sebanyak 129 (7%), rupture

perineum derajat II sebanyak 1288 (70%), rupture perineum derajat III

sebanyak 92 (5%), rupture perineum derajat IV sebanyak 55 (3%), episiotomi

sebanyak 276 (15%).

Data di atas menunjukkan bahwa kasus rupture perineum derajat II

masih banyak terjadi di lahan dengan angka kejadian tersebut maka sangat
3

diperlukan perawatan perineum yang baik untuk mencegah terjadinya infeksi.

Maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah Berjudul “Asuhan

Kebidanan ibu bersalin dengan Rupture Perineum Derajat II di Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Surakarta”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

ditarik perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “ Bagaimana Asuhan

Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny. P G2 P1A0Umur 30 Tahun Hamil 39

Minggu Dengan Rupture Perineum Derajat II Di RSUD Kota Surakarta ?”

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum

Penulis mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny.

P G2 P1A0Umur 30 Tahun Hamil 39 Minggu Dengan Rupture Perineum

Derajat II dengan menggunakan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah

Varney .

2. Tujuan Khusus

a. Pelaksaan studi kasus ini di harapkan :

1) Penulis mampu melakukan pengkajian terhadap ibu bersalin Ny.

P dengan Rupture Perineum Derajat II secara lengkap dan

sistematis di RSUD Kota Surakarta.


4

2) Penulis mampu menginterpretasikan data yang meliputi

diagnose kebidanan, masalah dan kebutuhan pada ibu bersalin

Ny. P dengan Rupture Perineum Derajat II di RSUD Kota

Surakarta.

3) Penulis mampu merumuskan diagnosa potensial pada ibu

bersalin Ny. P dengan Rupture Perineum Derajat II di RSUD

Kota Surakarta.

4) Penulis mampu melakukan antisipasi atau tindakan segera pada

ibu bersalin Ny. P dengan Rupture Perineum Derajat II di RSUD

Kota Surakarta.

5) Penulis mampu merencanakan tindakan yang menyeluruh sesuai

dengan pengkajian data pada ibu bersalin Ny. P dengan Rupture

Perineum Derajat II di RSUD Kota Surakarta.

6) Penulis mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada

ibu bersalin Ny. P dengan Rupture Perineum Derajat II di RSUD

Kota Surakarta.

7) Penulis mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada ibu

bersalin Ny. P dengan Rupture Perineum Derajat II di RSUD

Kota Surakarta.

b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus

nyata dilapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada

ibu bersalin Ny. P dengan Rupture Perineum Derajat II di RSUD

Kota Surakarta.
5

c. Mahasiswa mampu memberikan alternative pemecahan kesenjangan

teori dan kasus pada penatalaksanaan pada ibu bersalin Ny. P dengan

rupture perineum derajat II di RSUD Kota Surakarta.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Diri Sendiri

Menambah pengetahuan, wawasan, pengalaman dan ketrampilan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan rupture

perineum derajat II.

2. Bagi Profesi

Dapat memberikan pengetahuan dan ketrampilan dalam penanganan ibu

bersalin dengan rupture perineum derajat II.

3. Bagi RSUD Kota Surakarta

Dapat digunakan sebagai peningkatan kualitas dalam pelaksanaan asuhan

kebidanan ibu bersalin dengan rupture perineum derajat II.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai referensi yang bermanfaat untuk memberikan

asuhan kebidanan ibu bersalin dengan rupture perineum derajat II.

E. Keaslian Studi Kasus

Laporan kasus tentang asuhan kebidanan ibu bersalin dengan robekan

jalan lahir, sudah pernah dilakukan oleh :


6

1. Oktasari PD (2012), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin

Ny. E dengan Robekan Perineum Derajat II Di RSUD dr. M. Yunus

Bengkulu 2012”. Asuhan kebidanan yang diberikan adalah melakukan

penjahitan perineum derajat II dan observasi perdarahan. Hasil kasus yang

diperoleh adalah nyeri berhubungan dengan adanya luka pada alat

kemaluan ibu sudah berkurang serta status kesehatan baik, resiko infeksi

tidak ada. Terapi obat : infus RL, cefodroxil inj 3x1, asam mefenamat tab

3x1 tzb, amoxicillin inj 3x1.

Persamaan : jenis studi kasus, instrument studi kasus, teknik pengumpulan

data dan alat yang digunakan.

Perbedaan : pada lokasi studi kasus, subjek studi kasus, waktu studi kasus,

jadwal penelitian, dan pemberian terapi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran

janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung

dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin

(Prawirohardjo, 2009).

Persalinan adalah proses pengeluaran janin dan plasenta yang

sudah cukup bulan melalui jalan lahir.

b. Macam macam persalinan

1) Menurut Kuswanti dan Melina (2014), cara persalinan, yaitu :

a. Persalinan spontan (normal/biasa)

Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu

sendiri dan melalui jalan lahir.

b. Persalinan buatan

Yaitu persalinan yang dibantu dari luar misalnya vaccum

ekstraksi, forceps, SC.

7
8

c. Persalinan anjuran

Yaitu terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk hidup di

luar, tetapi tidak sedemikian besaranya sehingga

menimbulkankesulitan dalam persalinan, misal dengan

induksi persalinan.

2) Menurut Mochtar (2011), Usia Kehamilan :

a. Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum

janin dapat hidup, berat janin di bawah 1000 gram, umur

kehamilan di bawah 28 minggu.

b. Partus prematurus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada

kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi

prematur, berat janin antara 1000-2500 gram.

c. Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah pada

kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan diatas

2500 gram.

d. Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung sangat

cepat, mungkin di kamar mandi, di atas becak, dan

sebagainya.

e. Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan

persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau

tidaknya disproporsi sefalopelvik.


9

c. Tanda-tanda persalinan

1) Terjadinya lightening

Yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada

primigravida.

2) Terjadinya his permulaan

Sifat his permulaan (palsu) adalah sebagai berikut :

a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah

b) Datang tidak teratur

c) Tidak ada perubahan pada serviks

d) Durasi pendek

e) Tidak bertambah bila beraktifitas

3) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

4) Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung

kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya

bertambah, kadang bercampur darah (bloody show).

(Rohani dkk, 2011)

Tanda-tanda inpartu :

a) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering

dan teratur

b) Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak

karena robekan-robekan kecil pada serviks

c) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya


10

d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan

telah ada.

(Kuswanti dan Melina, 2014)

d. Tahapan persalinan

Menurut Rohani dkk (2011) :

1) Kala I (Pembukaan)

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan

pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10

cm).

Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase :

a) Fase laten : Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat

dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,

berlangsung dalam 7-8 jam.

b) Fase aktif : pembukaan serviks 4-10 cm, berlangsung

selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase :

i. Periode akselerasi : Berlangsung selama 2 jam,

pembukaan menjadi 4 cm.

ii. Periode dilatasi maksimal : Berlangsung selama 2

jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

iii. Periode deselerasi : Berlangsung lambat, dalam 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.


11

2) Kala II (Pengeluaran bayi)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.Diagnosa

kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk

memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah

tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.

Tanda dan gejala kala II :

a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.

b) Ibu mera.sa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi

c) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum

dan atau vagina.

d) Perineum terlihat menonjol.

e) Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

f) Peningkatan pengeluaran lendir darah.

3) Kala III (Pelepasan plasenta)

Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran

plasenta.Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Tanda-

tanda pelepasan plasenta :

a) Uterus menjadi bundar.

b) Tali pusat bertambah panjang.

c) Terjadi perdarahan.
12

d) Uterus terdorong ke atas.

4) Kala IV (Observasi)

Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala

IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan,

paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang

dilalukan adalah :

a) Tingkat kesadaran pasien.

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, dan

pernafasan.

c) Kontraksi uterus.

d) Terjadinya perdarahan, perdarahan dianggap masih normal

bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)

e. Faktor yang berperan dalam persalinan

Menurut Rohani dkk (2010), faktor-faktor yang berperan dalam

persalinan yaitu :

1) Power (Tenaga/Kekuatan) : kekuatan his yang mendorong

janin dalam persalinan dan ditambah dengan kekuatan tenaga

ibu dalam meneran.

2) Passage (jalan lahir) : panggul ibu, jalan lahir otot.

3) Passanger : janin, plasenta, dan selaput ketuban.


13

2. RupturePerineum

a. Pengertian

Rupture perineum terjadi pada hampir semua persalinan

pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Namun

hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan jalan menjaga

jangan sampai dasar panggul dilalui kepala janin dengan cepat.

Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat

bayi baru lahir spontan maupun dengan menggunakan alat atau

tindakan. Rupture perineum derajat II adalah robekan yang

mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum (Yulianti dan Rukiyah, 2010).

b. Derajat laserasi perineum :

i. Derajat I : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum.

ii. Derajat II: mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,

otot perineum.

iii. Derajat III : mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum, otot spingter ani eksterna.

iv. Derajat IV : mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum, otot spingter ani eksterna, dinding

rectum anterior.

(Yulianti dan Rukiyah, 2010)

c. Tanda dan gejala (Melina dan Kuswanti, 2014) :

i. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.


14

ii. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini

terus menerus.

iii. Setelah dilakukan massase atau pemberian uterotonika

langsung mengeras tapi perdarahan tidak berkurang.

d. Penyebab Robekan Perineum (Sukarni dan Margareth, 2013) :

i. Kepala janin terlalu cepat lahir.

ii. Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya.

iii. Jaringan parut pada perineum.

iv. Distosia bahu.

3. Penjahitan

a. Pengertian

Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka

dengan benang sampai sembuh(Santoso, 2005).

b. Tujuan

1) Untuk mendekatkan jaringan-jaringan perlukaan sehingga

proses penyembuhan bisa terjadi, proses penyembuhan itu

bukanlah hasil dari penjahitan tersebut tetapi hasil dari

pertumbuhan jaringan.

2) Untuk menghentikan perdarahan.

c. Prinsip dasar penjahitan perineum (Rohani dkk, 2011) :

1) Ibu dalam posisi litotomi.

2) Penggunaan cahaya yang cukup terang.

3) Tindakan cepat.
15

4) Teknik yang steril.

5) Bekerja hati-hati, jangan sampai kassa tertinggal dalam vagina.

d. Langkah-langkah penjahitan perineum(Rohani dkk, 2011) :

1) Periksa robekan secara lengkap dengan menggunakan kassa

DTT secara lembut sambil menilai luas dan dalammya

robekan.

2) Berikan lidokain 1 % sesuai dengan robekan tunggu 2 menit

agar lidokain bekerja.

3) Siapkan jarum, benang cat gut, dan gunting.

a) Robekan perineum derajat I, pada umumnya dapat sembuh

sendiri tidak perlu dijahit.

b) Robekan perineum derajat II,

i. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung

laserasi di mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan

potong pendek benang dari yang lebih pendek. Sisakan

benang kira-kira 1 cm.

ii. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke

bawah ke arah cincin hymen.

iii. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam

mukosa vagina lalu ke belakang cincin hymen sampai

jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar

pada luka perineum.


16

iv. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat

kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.

v. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan

mulailah menjahit kearah vagina dengan menggunakan

jahitan subkutikuler.

vi. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke

vagina di belakang cincin hymen untuk diikat dengan

simpul mati dan dipotong benangnya.

c) Robekan perineum derajat III dan IV, dilakukan penjahitan

dengan teliti, mula-mula dinding depanrectum yang robek

dijahit kemudian fasia prarektal ditutup, dan muskulus

sfingter ani yang robek dijahit. Selanjutnya dilakukan

penutupan robekan seperti pada robekan perineum derajat

II.

d) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari

kelingking kedalam anus.

e) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan

tidak ada kassa yang tertinggal di dalam.

f) Cuci area genital dan kompres dengan kasa betadin.

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan


17

tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan

dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu

keputusan yang berfokus pada klien (Estiwidani dkk, 2008).

2. Proses manajemen kebidanan

Proses manajemen kebidanan menurut Sulistyawati dan

Nugraheny (2013), terdiri dari 7 langkah yaitu: mengumpulkan semua

data, menginterpretasi data, mengidentifikasi diagnosa, menetapkan

tindakan segera, menyusun rencana asuhan, pelaksanaan dan

mengevaluasi.

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010), 7 langkah varney meliputi :

a. Langkah I : Pengkajian

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk

memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa.

1. Data Subjektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas,

keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada

pasien/klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan

(Wildan dan Hidayat, 2008).

Identitas pasien menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2013),

adalah :
18

a. Biodata

1) Nama

agar bidan memanggil dengan nama panggilan sehingga

hubungan komunikasi antara bidan danpasien menjadi lebih

akrab.

2) Usia/tanggal lahir

untuk mengetahui faktor resiko dilihat dari umur pasien.

Terjadi pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35

tahun.

3) Agama

sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental

dan spiritual terhadap pasien dan keluargasebelum dan pada

saat persalinan.

4) Suku bangsa

data yang berhubungan dengan soal budaya yang dianut oleh

pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan.

5) Pendidikan terakhir

sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang paling

tepat dalam penyampaian informasimengenai teknik

melahirkan bayi.
19

6) Pekerjaan

data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola

sosialisasi, dan data pendukung dalam menentukan pola

komunikasi yang akan dipilih selama asuhan.

7) Alamat

selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien, data

ini juga memberi gambaran mengenaijarak dan waktu yang

ditempuh pasien menuju lokasi persalinan.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien

datang ke fasilitas pelayanan kesehatan.Pasien mengeluh dengan

adanya pengeluaran cairan dan merasakan kenceng-kenceng.

c. Riwayat Menstruasi

Data yang kita peroleh akan menggambarkan tentang keadaan

dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita

peroleh dari riwayat menstruasi antara lain : menarche, siklus,

volume, keluhan.

d. Status Perkawinan

Data ini untuk mengkaji karena dari data ini akan mendapatkan

gambaran mengenai suasana rumah tangga pasangan serta

kepastian mengenai siapa yang akan mendampingi persalinan.

e. Riwaya Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu


20

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara

bersalin yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

f. Riwayat Kehamilan Sekarang

Dikaji untuk mengetahui keadaan kehamilan itu saat ini teutama

mengenai keteraturan ibu dalam memeriksakan kehamilannya,

karena dari pemeriksaan ANC yang rutin dapat diketahui

keluhan keluhan yang dirasakan (Prawirohardjo, 2010).

g. Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan

kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama

menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah melahirkan

dan beralih kekontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari,

2010).

h. Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM,

hipertensi, hepatitis, asma yang dapat mempengaruhi selama

masa kehamilan.

i. Riwayat kesehatan sekarang

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

penyakit yang diderita pada saat ini.

j. Riwayat kesehatan keluarga


21

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien

dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang

menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

k. Pola Kebiasaan Sehari-hari

1) Nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,

banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.

2) Personal Hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia.

3) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang

air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau

serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,

jumlah.

4) Aktifitas

Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari.Pola ini

perlu dikaji pengaruh aktifitas terhadap kesehatannya.

5) Istirahat

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam

pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur .

6) Kehidupan Sosial Budaya


22

Untuk mengetahui pasien dan keluaraga yang menganut adat

istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien.

7) Data Psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2. Data Objektif / Pemeriksaan Fisik

Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan

diagnosis.

a. Keadaan Umum

Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara

keseluruhan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

b. Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita

dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari

keadaan composmentis (sadar maksimal), sampai dengan koma

(pasien tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2010).

c. Tanda-tanda Vital

Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan

kondisi yang dialaminya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

d. Pemeriksaan Sistematis

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010) :

1) Kepala
23

a) Rambut

Dikaji untuk mengetahui warna rambut klien, kebersihan,

dan mudah rontok atau tidak.

b) Telinga

Dikaji kebersihan dan gangguan pendengaran.

c) Mata

Dikaji untuk mengetahui konjungtiva, sklera, kebersihan,

dan kelainan.

d) Hidung

Dikaji kebersihan dan alergi.

e) Mulut

Dikaji untuk mengetahui keadaan bibir, lidah, dan gigi

klien.Mengkaji warna, integritas jaringan (lembab,

kering, pecah-pecah).

2) Leher

Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar

limfe dan parotitis.

3) Dada dan Axilla

Dikaji untuk menentukan bentuk dada, simetris/tidak,

payudara (bentuk, simetris/tidak, hiperpigmentasi areola

payudara, teraba massa, nyeri atau tidak), kolostrum,

keadaan putting (menonjol, datar atau masuk kedalam),


24

kebersihan, bentuk breast holder (BH), denyut jantung,

gangguan pernafasan (auskultasi).

4) Perut

Dikaji untuk mengetahui bentuk perut, ada tidaknya bekas

operasi, ada tidaknya strie dan linea, tinggi fundus uteri

(TFU), palpasi Leopold, kontraksi uterus, taksiran berat

janin (TBJ), denyut jantung janin (DJJ), palpasi kandung

kemih.

5) Ekstremitas

Mengkaji ekstremitas atas dan bawah.Bagian atas dikaji

bentuk dan ada tidaknya ganguan/kelainan.Bagian bawah

dikaji bentuk, bengkak atau tidak, varises.

6) Genital

Mengkaji kebersihan, pengeluaran pervagina, tanda-tanda

infeksi vagina.

7) Anus

Mengkaji kebersihan dan ada tidaknya haemoroid.

8) Data Penunjang

Mengkaji pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan

penunjang lain seperti USG, kadar Hb, kadar leukosit,

golongan darah.
25

b. Langkah II : Interpretasi Data

pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosis,

masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas

data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan

diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan

menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar fakta

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

1. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan

dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Estiwidani

dkk, 2008).

Diagnosa : Ny. P G2 P1 A0umur 30 tahun, umur kehamilan 39

minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine, letak memanjang,

presentasi kepal, dengan rupture perineum derajat II.

Data Subjektif

Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus

atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang

keluhannya.

Data Objektif

Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan

tentang pengeluaran pervagina, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).


26

2. Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Pada kasus ini ibu merasa cemas dan khawatir dengan persalinan ini.

3. Kebutuhan

Menentukan kebutuhn pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya.

Kebutuhan pada kasus ini yaitu pemberian konseling dan pengkajian

lebih lanjut (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010).

c. Langkah III : Diagnose Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah ada.Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan.Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang

aman (Estiwidani dkk, 2008). Pada kasus ibu bersalin dengan rupture

perineum derajat II diagnosa potensial yang mungkin terjadi perdarahan

dan infeksi (Prawiroharjo, 2010).

d. Langkah IV : Tindakan Segera

Pada langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh

bidan/dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus ibu bersalin dengan


27

rupture perineum derajat II antisipasi tindakan yang dapat dilakukan

adalah melakukan penjahitan (Saifudin dkk, 2010).

e. Langkah V : Rencana Tindakan

Langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang

merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah

diidentifikasikan atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh

tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari

setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka

pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi

berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Menurut Rohani dkk (2011), rencana tindakan yang dapat dilakukan

pada ibu bersalin dengan rupture perineum derajat II adalah sebagai

berikut :

1) Periksa robekan secara lengkap dengan menggunakan kassa DTT

secara lembut sambil menilai luas dan dalammya robekan.

2) Berikan lidokain 1 % sesuai dengan robekan tunggu 2 menit agar

lidokain bekerja.

3) Siapkan jarum, benang cat gut, dan gunting.

4) Robekan perineum derajat II,

i. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di

mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek

benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.


28

ii. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke

arah cincin hymen.

iii. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam mukosa

vagina lalu ke belakang cincin hymen sampai jarum ada di

bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum.

iv. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam

luka untuk mengetahui letak ototnya.

v. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah

menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan

subkutikuler.

vi. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina

di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan

dipotong benangnya.

5) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari kelingking

kedalam anus.

6) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan tidak ada

kassa yang tertinggal di dalam.

7) Cuci area genital dan kompres dengan kasa betadin.

f. Langkah VI : Pelaksanaan

langkah ini merupkan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada

klien dan keluarga. Mengarah atau melaksanakan rencana asuhan secara

efisen dan aman (Ambarwati dan Wulandari, 2010).


29

Menurut Rohani dkk (2011), pelaksanaan yang dapat dilakukan pada ibu

bersalin dengan robekan jalan lahir adalah sebagai berikut :

1) Periksa robekan secara lengkap dengan menggunakan kassa DTT

secara lembut sambil menilai luas dan dalammya robekan.

2) Berikan lidokain 1 % sesuai dengan robekan tunggu 2 menit agar

lidokain bekerja.

3) Siapkan jarum, benang cat gut, dan gunting.

4) Robekan perineum derajat II,

i. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di

mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek benang

dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.

ii. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke

arah cincin hymen.

iii. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam mukosa

vagina lalu ke belakang cincin hymen sampai jarum ada di bawah

laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum.

iv. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam

luka untuk mengetahui letak ototnya.

v. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah

menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan

subkutikuler.
30

vi. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina

di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan

dipotong benangnya.

5) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari kelingking

kedalam anus.

6) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan tidak ada

kassa yang tertinggal di dalam.

7) Cuci area genital dan kompres dengan kasa betadin.

g. Langkah VII : Evaluasi

pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-

benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasikan dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya

(Estiwidani dkk, 2008).

Pada kasus ibu besalin dengan robekan jalan lahir, hasil yang diharapkan

adalah tidak terjadi perdarahan banyak, infeksi, dan robekan sudah

tertutup (Rukiyah dan Yulianti, 2010)

C. Data Perkembangan

Metode pendokumentasian untuk data perkembangan dalam asuhan

kebidanan pada ibu bersalin dengan robekan jalan lahir menggunakan

SOAP menurut Rukiyah (2014).


31

S :Subjective

Subjektif menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan

data klien melalui anamnesa, dimana anamnesa ini akan menghasilkan

jawaban dari pasien.

O :Objective

Data yang menggambarkan dokumentasi hasil analisa dan fisik klien,

hasil laboratorium, dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam

data fokus untuk mendukung assessment, diagnosa dan masalah serta

kebutuhan.

A :Assessment

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam satu identifikasi berupa diagnosa atau

masalah.

P:Planning

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan (P) dan evaluasi

(E) berdasarkan assesment.

D. Landasan Hukum

Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan

aturan atau hukum yang berlaku, sehingga penyimpangan terhadap hukum

(mal praktik) dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan

dengan robekan jalan lahir, landasan hukum yang digunakan antara lain :

Berdasarkan PERMENKES RI NO.1464/MENKES/PER/X/2010 tentang

Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.


32

1. Pasal 9

Bidan berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kesehatan ibu.

b. Pelayanan kesehatan anak.

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

2. Pasal 10

a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana maksud dalam pasal 9 huruf

a diberikan pada masa pra-hamil, kehamilan, masa persalinan,

masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi :

1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil

2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal

3) Pelayanan persalinan normal

4) Pelayanan ibu nifas normal

5) Pelayanan ibu menyusui

6) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

c. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana maksud pada

ayat (2) berwenang untuk :

1) Episiotomi

2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II

3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan


33

4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil

5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

6) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi

air susu ibu (ASI) eksklusif

7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum

8) Penyuluhan dan konseling

9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil

10) Pemberian surat keterangan kematian

11) Pemberian surat keterangan cuti bersalin

E. Informed Concent

Informed consent adalah persetujuan sepenuhnya yang diberikan oleh

klien atau walinya (bagi bayi,anak di bawah umur dan klien yang tidak sadar

kepada bidan untuk melakukan sesuai kebutuhan (IBI, 2006).


BAB III

METODOLOGI STUDI KASUS

A. JenisStudiKasus

Metodedeskriptifadalahsuatumetodestudi kasus yang dilakukan

dengan

tujuanutamauntukmembuatgambaranataudeskriptiftentangsuatukeadaansecara

objektif.Dalamstudiinimenggunakanmetodedeskriptifdenganrancanganstudika

susyaitulaporan yang

dilakukandengancaramenelitisuatupermasalahanmelaluisuatukasus yang

terdiri dari unit tunggal,

padakasusinimendeskripsikantentangasuhankebidanan ibu bersalin dengan

robekan jalan lahir di RSUD Kota Surakarta. Denganmanajemen 7 langkah

Varney dan data perkembangan dengan SOAP (Notoatmodjo, 2012).

B. LokasiStudiKasus

MenurutNotoatmodjo (2012),

lokasistudikasusmenjelaskantempatataulokasitersebut dilakukan.

Studikasusinidilakukan di RSUD Kota Surakarta.

C. SubjekStudiKasus

34
35

Subjekmerupakanhalatau orang yang

akandikenaikegiatanpengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek yang

akandigunakandalam

35
35

studikasusiniadalah ibu bersalin Ny. P umur 30 tahun G2 P1 A0dengan

rupture perineum derajat II.

D. WaktuStudiKasus

Waktustudikasusmerupakanwaktudimanastudikasus diambil

(Notoatmodjo, 2012).Waktu yang digunakanuntukstudikasusinipadabulan

Desember 2015 sampai Mei 2016.

E. InstrumenStudiKasus

Instrumenpenelitianmerupakanpenjelasantentangalat yang

akandipergunakanuntukmelakukanpengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).

Instrumen yang

digunakanselamamelakukanlaporankasusiniadalahdenganmenggunakan

format asuhankebidanan ibu bersalin denganmetodemanajemenkebidanan 7

langkah Varney dan data perkembanganmenggunakan SOAP

dansesuailembarobservasi.

F. TeknikPengumpulan Data

Data berdasarkancaramemperolehdibagimenjadi 2 yaitu data primer

dan data sekunder (Riwidikdo, 2013).

1. Data Primer
36

Data primer adalah data yang

secaralangsungdiambildarisubyekatauobyekpenelitianolehperoranganma

upunorganisasi (Riwidikdo, 2013).

Data Primer dapatdiperolehdari :

a. Pemeriksaan Fisik

MenurutNursalam (2008),

Pemeriksaanfisikdipergunakanuntukmengetahuikeadaanfisikpasiense

carasistematisdengancara :

1) Inspeksi

Suatu proses observasi yang

dilaksanakansecarasitematisdenganmenggunakanindrapenglihat

andanpandanganuntukmengumpulkan data. Pada kasus ibu

bersalin dengan rupture perineum derajat II terdapat robekan

pada perineum dan adanya pengeluaran pervaginam darah segar.

2) Palpasi

Palpasiadalahsuatupemeriksaanseluruhbagiantubuh yang

dapatterabadenganmenggunakanbagiantangan yang

berbedauntukmendeteksijaringanbentuktubuh,

persepsigetaranataupergerakandankonsistensi. Pada kasus ibu

bersalin dengan rupture perineum derajat II teraba luka

perineum yang masih basah, perineum tidak oedema dan

varices, robekan teratur, kedalam robekansampai oto perineum.

3) Perkusi
37

Perkusiadalahmengetukpermukaantubuhdenganjariuntuk

menghasilkangetaran yang menjalarmelaluijaringantubuh. Pada

kasus ibu bersalin dengan rupture perineum derajat II tidak

dilakukan pemeriksaan perkusi.

4) Auskultasi

Auskultasiadalahmendengarkanbunyi yang

berbentukdalam organ tubuhuntukmendeteksiperbedaandari

normal. Pada kasus ibu bersalin dengan rupture perineum

derajat II dilakukanuntukmemeriksadenyutjantungbayi dan

tekanan darah.

b. Wawancara

MenurutNotoatmodjo (2012), yaitusuatumetode yang

digunakanuntukmengumpulkan data

dimanapenelitianmendapatkanketeranganataupenelitiansecaralisanda

riseseorangrespondenatau sasaran peneliti atau bercakap-

cakapberhadapanmukadenganorang tersebut (face to face).

Padakasusiniwawancaradilakukanpadakeluargapasien.

c. Observasi

Observasiadalah suatu prosedur yang terancam

antaralainmeliputi: melihat, mencatatjumlah data, syarataktivitas

tertentu yang adahubungannyadenganmasalah yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012).
38

Observasidilakukandenganmenggunakanlembar status

pasien.Pada ibu bersalin

denganrobekanjalanlahirperludilakukanobservasiyaitu vital sign

meliputi:KU, perdarahan, kontraksi, kemajuan persalinan.

2. Data Sekunder

Data sekunderadalah data yang

didapattidaksecaralangsungdariobjekpenelitian.Penelitimendapatkan data

yang sudahjadi yang

dikumpulkanpihaklaindenganberbagaimetodebaiksecarakomersilmaupun

non komersil (Riwidikdo, 2013).

Data sekunderdapatdiperolehdari :

a) Studidokumentasi

MenurutNotoatmodjo (2012),

studidokumentasiyaitusemuabentuksumberinformasi yang

berhubungandengandokumentasi.

Padapengambilanstudikasusinipenulismenggunakancatatanrekamme

dik yang ada di RSUD Kota Surakarta.

b) Studikepustakaan

Studikepustakaanyaitumemperolehberbagai informasi baik

berupa teori-teori, maupunkonsep yang dikembangkanoleh berbagai

ahli dari buku-bukusumber yang ada(Notoatmodjo, 2012).


39

Padastudikasusinimenggunakanstudikepustakaandaritahun

2005-2015.

d. Alat-Alat Yang Dibutuhkan

Alatdanbahan yang dibutuhkandalamteknikpengumpulan data antaralain :

1. Wawancara

Menggunakanalat :

a. Format asuhan kebidanan ibu bersalin.

b. Bukutulisdanlembarobservasi.

c. Bolpoin

2. Observasi

Menggunakanalat :

a. Timbang berat badan

b. Alat pengukur tinggi badan

c. Tensimeter

d. Termometer

e. Stetoskop

f. Jam tangan

g. Mettlin

h. Reflek hammer

i. Patus set, terdiri dari : 2 buah klem Kelly atau kocher, gunting tali

pusat, pengikat tali pusat, kateter, gunting episiotomy, klem ½


40

kocher atau Kelly, 2 buah sarung tangan steril, kain kassa steril, alat

suntik sekali pakai 3 ml berisi oxytosin 10 U, lidokain 1%.

j. Heacting set, terdiri dari 1 buah gunting benang, 1 buah pinset

anatomis, 1 buah pinset chirrurgis, benang catgut, jarum kulit dan 1

buah nalpuder.

k. Infus set terdiri dari selang infus, abocath, plester, gunting, flaboth,

kassa betadine, RL.

3. Alat dan bahan pendokumentasian

a. Status atau catatan medic

b. Dokumen yang ada

c. Alat tulis

e. Jadwal Penelitian

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun

proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta

waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo,

2012).
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS
Ruang : VK
Tanggal masuk : 30 Mei 2016
No.reg :-
1. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS PASIEN
1) Nama :Ny. P Nama : Tn. A
2) Umur : 30 tahun Umur : 32 tahun
3) Agama : Islam Agama : Islam
4) Suku Bangsa : Jawa Indonesia Suku Bangsa : Jawa Indonesia
5) Pendidikan : SLTP Pendidikan : SLTP
6) Pekerjaan : Karyawan Swasta Pekerjaan : Karyawan
Swasta
7) Alamat : Pundung Gede Rt 05 / Rw 02 Kadipiro Surakarta
b. ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)
Tanggal : 30 Mei 2016 Pukul: 21.00 WIB
1) Alasan utama pada waktu masuk
Ibu mengatakan mengeluh merasa kenceng-kenceng sejak
Tadi pagi pukul 03.00 WIB dan keluar lendir dari jalan lahir.
2) Tanda-tanda persalinan
Kontraksi sejak tanggal 30 Mei 2016 pukul 03.00 WIB
Frekuensi 3x, setiap 10 menit, 40 detik.
Kekuatan sedang lokasi nyeri di perut bagian bawah.
3) Riwayat menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan pertama kali haid
umur 15 tahun.
b) Siklus :Ibu mengatakan siklus haid 28 hari.
c) Lama : Ibu mengatakan lama haid 7 hari.

41
42

d) Banyak : Ibu mengatakan banyaknya 2 – 3x


ganti pembalut.
e) Teratur/tidak teratur : Ibu mengatakan haidnya teratur tiap
bulannya.
f) Sifat darah : Ibu mengatakan darah haidnya encer
dan berwarna merah.
g) Dismenorhoe :Ibu mengatakan setiap haid kadang-
kadang merasa nyeri.
4) Riwayat Perkawinan
a) Status perkawinan : Sah kawin : 1 kali
b) Kawin/ menikah : umur 27 tahun, dengan suami umur
28tahun
Lamanya : 3 tahun, anak 1 orang
5) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Tgl/ Thn Tempat Umur Jenis Penolong ANAK NIFAS Keadaan
No. Partus partus kehamilan partus Jenis BB PB Keadaan Laktasi anak
(bulan) (P/L) (gram) (cm) sekarang
1. 2014 RSUD 9 bulan Sponta Bidan L 2860 48 cm Baik Lancar hidup
n gram
2. HAMIL SEKARANG

6) Riwayat hamil ini


a) HPHT : 29 - 8 - 2015
b) HPL : 6 - 6 - 2016
c) Keluhan-keluhan
Trimester I : Ibu mengatakan mengeluh pusing, mualdan
muntah pada pagi hari.
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Trimester III : Ibu mengatakan sering Bak.
7) ANC : Ibu mengatakan ANC 8 kali di bidan dan teratur,
sesuaidibuku KIA
Trimester I : Ibu 2 kali pada umur kehamilan 4 minggu, 8
minggu.
43

Trimester II : Ibu mengatakan 3 kali pada umurkehamilan 16


minggu, 20 minggu, 28 minggu.
Trimester III : Ibu mengatakan 3 kali pada umurkehamilan 32
minggu, 34 minggu, dan 36 minggu.
8) Penyuluhan yang pernah didapat
Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang gizi
ibu hamil pada umur kehamilan 8 minggu.
9) Imunisasi TT
Ibu mengatakan sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2
kali yaitu sebelum menikah dan pada umur kehamilan 1 bulan.
10) Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
apapun.
11) Riwayat Penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun
seperti batuk, pilek, demam.
b) Riwayat penyakit sistemik
a) Jantung : ibu mengatakan tidak pernah nyeri dada
sebelah kiri.
b) Ginjal : ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri
tekan pada pinggang sebelah kanan atau
kiri.
c) Asma/TBC : ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas
atau batuk lebih dari 2 minggu.
d) Hepatitis : ibu mengatakan pada mata, kuku, kulit
tidak pernah berwarna kuning.
e) DM : ibu mengatakan tidak sering lapar,haus
dan BAK pada malam hari.
f) Hipertensi : ibu mengatakan tensinya tidak pernah
lebih dari40/90 mmhg.
44

g) Epilepsi : ibu mengatakan tidak pernah kejang dan


mengeluarkan busa dari mulutnya.
h) Lain-lain : ibu mengatakan tidak menderita penyakit
lain-lain.
12) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga
suaminya tidak ada riwayat menurun (jantung, DM) dan
penyakit menular (TBC, Hepatitis).
13) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar.
14) Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi.
15) Pola kebiasaan sehari - hari
a) Nutrisi
(1) Makan dan minum
Ibu mengatakan makan terakhir pukul 18.30 WIB dan
minum terakhir pukul 20.50 WIB.
(2) Jenis makanan dan minuman
Ibu mengatakan makan porsi sedang jenis : nasi, sayur,
lauk tempe. Minum 1 gelas air putih dan 1 gelas teh
manis.
b) Personal hygiene
(1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan sebelum hamil
mandi,ganti pakaian, sikat gigi 2x
sehari.
(2) Selama hamil : ibu mengatakan sama dengan sebelum
hamil.
c) Eliminasi
(1) BAB terakhir pukul 08.00 WIB konsistensi lunak
kuning kecoklatan.
45

(2) BAK terakhir pukul 20.35 WIB konsistensi kuning


jernih.
d) Aktifitas
(1) Sebelum hamil : Ibu mangatakan melakukan
pekerjaan rumah tangga sendiri.
(2) Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan
pekerjaan rumah dibantu suami.
e) Istirahat/tidur
(1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam
dan tidur malam 8 jam.
(2) Selama hamil : Ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan
tidur malam 8 jam.
f) Seksualitas
(1) Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan
hubungan suami istri 2x dalam 1
minggu.
(2) Selama hamil : ibu mengatakan selama hamil
melakukan hubungan suami istri
1 kalidalam dua minggu.
g) Psikososial Budaya
(1) Perasaan tentang kehamilan ini :
Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya ini.
(2) Kehamilan ini direncanakan/tidak
Ibu mengatakan kehamilannya direncanakan.
(3) Jenis kelamin yang di harapkan
Ibu mengatakan laki-laki atau perempuan sama saja.
(4) Dukungan keluarga
Ibu mengatakan semua anggota keluarganya
mendukung.
46

(5) Keluarga lain yang tinggal serumah


Ibu mengatakan tinggal dengan suami dan orang
tuanya.
(6) Pantangan makan
Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan
(7) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan
Ibu mengatakan tidak ada adat istiadat.
(8) Penggunaan obat – obatan, jamu/ rokok :
ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat dari bidan /
dokter saja. Ibu dan suami tidak merokok.
c. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)
1) Status generalis
a) Keadaan umum : baik
b) Kesadaran : composmentis
c) Tanda Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg R : 22x/menit
N : 80x/menit S : 36,7°C
d) TB : 159 cm
e) BB sebelum hamil : 48 kg
f) BB sekarang : 68 kg
g) LILA : 24 cm
2) Pemeriksaan sistematis
a) Kepala
(1) Rambut : bersih, hitam, lurus, tidak berketombe, tidak
rontok.
(2) Muka : normal, tidak oedema, tidak ada cloasma.
(3) Mata :
(a) Oedema : tidak oedema
(b) conjungtiva : merah muda
(c) sklera : putih
(d) Hidung : bersih, tidak ada benjolan.
(e) Telinga :simetris,tidak ada serumen.
47

(f) Mulut/gigi/gusi : bersih,tidak sariawan,tidak


berlubang,dan gusi tidak berdarah.
b) Leher
(1) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran.
(2) Tumor : tidak ada benjolan.
(3) Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran.
c) Dada dan axilla
(1) Mammae
(a) Membesar : Membesar normal
(b) Tumor : tidak ada benjolan
(c) Simetris : simetris kanan dan kiri
(d) Areola : hiperpigmentasi
(e) Puting Susu : menonjol
(f) Colostrum : belum keluar
(2) Axilla
(a) Benjolan : Tidak ada benjolan
(b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
d) Ekstremitas
(1) Atas : Simetris jari tangan dan kaki lengkap
(2) Bawah :
(a) Varices : tidak ada pembesaran
(b) Oedema : tidak ada oedema
(c) Reflek patella : Positif kanan dan kiri
(d) Betis merah/lembek/keras : lembek
(e) Kuku : bersih, merah muda
3) Pemeriksaan khusus obstetric (lokalis)
a) Abdomen
(1) Inspeksi
(a) Pembesaran perut : membesar sesuai umur
kehamilan
(b) Bentuk perut : memanjang
48

(c) Linea alba/nigra : nigra


(d) Strie albican/livide : livide
(e) Kelainan : tidak ada kelainan
(f) Pergerakan Janin : terlihat saat pemeriksaan
(2) Palpasi
(a) Pergerakan Janin : teraba saat pemeriksaan
(b) Kontraksi : 3x setiap 10 menit, selama
40 detik
(c) Leopold I : TFU 3 jari dibawah px,
Fundusteraba bulat, lunak,
tidak melenting (bokong).
(d) Leopold II : bagian kanan teraba keras
panjangseperti papan
(punggung). Bagian kiri
teraba bagian-bagian kecil
(ekstremitas).
(e) Leopold III : bagian terbawah janin teraba
bulat, keras, melenting
(kepala).
(f) Leopold IV : bagian terendah janin tidak
bisadigoyangkan, sudah
masuk PAP(Divergen) 3/5
bagian.
(g) TFU (Mc. Donald) : 30 cm
(h) TBJ : (TFU-11) x 155
(30-11) x 155 = 2945 gram
(3) Auskultasi
DJJ : Punctum Maximum : sebelah kanan bawah
pusat
Frekuensi : 144 x/menit
Teratur/tidak : teratur
49

b) Pemeriksaan Panggul : tidak dilakukan


c) Anogenital
(1) Vulva vagina
(a) Varices : tidak ada pembesaran
(b) Kemerahan : tidak ada kemerahan
(c) Nyeri : tidak nyeri
(d) Pengeluaran Pervagina : lendir darah merah
(2) Perineum
(a) Keadaan luka : tidak ada
(b) Bengkak/kemerahan : tidak ada
(3) Anus
(a) Haemoroid : tidak ada
(b) Lain-lain : tidak ada
(4) Inspekulo
(a) Vagina : tidak di lakukan
(b) Portio : tidak di lakukan
(5) Vagina Toucher
(a) Porsio : lunak
(b) Pembukaan : 7 cm
(c) Ketuban : (+), positif
(d) Presentasi : kepala
(e) Posisi : UUK belakang kepala
(f) penurunan : Hodge III

4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium :
Tanggal : 27 Mei 2016 Pukul : 09.00 WIB
(1) Hb : 11,8 gr%
(2) Golongan Darah : A
(3) HbsAg : Negatif
b) Pemeriksaan penunjang lain : tidak di lakukan
50

2. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 30 Mei 2016 pukul : 21.30 WIB
a. DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny. P G2P1A0 umur 30 tahun, usia kehamilan 39 minggu, janin
tunggal, hidup, intrauterine, letak memanjang, punggung kanan,
presentasi kepala, inpartu kala 1 fase aktif.
DATA DASAR
Data Subjektif :
1) Ibu mengatakan bernama Ny. P hamil kedua dan belum pernah
keguguran
2) Ibu mengatakan umur 30 tahun
3) Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir dan merasa
kenceng-kenceng sejak pukul 03.00 WIB
4) Ibu mengatakan menstruasi terakhir tanggal 29 - 8 - 2015
Data Objektif :
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Tanda Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg R: 22x/menit
N : 80x/menit S: 36,7 °C
4) TB : 159 cm
5) BB sebelum hamil : 48 kg
6) BB sekarang : 68 kg
7) LILA : 24 cm
8) Palpasi
a) Pergerakan Janin : teraba saat pemeriksaan
b) Kontraksi : 3x setiap 10 menit, selama 40 detik
c) Leopold I : TFU 3 jari dibawah px, fundus teraba
bulat, lunak, tidak melenting
(bokong).
d) Leopold II : bagian kanan teraba keras panjang
seperti papan (punggung). Bagian kiri
51

teraba bagian bagian kecil


(ekstremitas).
e) Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat,
keras, melenting (kepala).
f) Leopold IV : bagian terendah janin tidak bias
digoyangkan, sudah masuk
PAP(Divergen) 3/5 bagian.
g) TFU (Mc. Donald) : 30 cm
h) TBJ : (TFU-11) x 155 (30-11) x 155 = 2945
gram
9) DJJ : 144 x/menit
10) PPV : lendir darah merah
11) Vagina Toucher
a) Porsio : lunak
b) Pembukaan : 7 cm
c) Ketuban : (+), positif
d) Presentasi : kepala
e) Posisi : UUK belakang kepala
f) penurunan : Hodge III
12) Pemeriksaan penunjang :
a) Pemeriksaan laboratorium:
Tanggal : 27 Mei 2016 Pukul : 09.00 WIB
Hb : 11,8 gr%
Golongan Darah :A
HbsAg : Negatif
b) Pemeriksaan penunjang lain : tidak di lakukan
b. MASALAH
Ibu cemas dan khawatir dengan persalinan ini
c. KEBUTUHAN
Memberi dukungan moril pada ibu
52

3. DIAGNOSA POTENSIAL
Perdarahan
4. TINDAKAN SEGERA
Penjahitan
5. PERENCANAAN
Tanggal: 30 Mei 2016 pukul : 21.40 WIB
a. Observasi Ku, TTV, DJJ dan kontraksi tiap 30 menit.
b. Observasi kemajuan persalinan (VT) tiap 4 jam atau jika ada indikasi
c. Berikan asuhan sayang ibu.
d. Siapkan partus set, perlengkapan ibu dan bayi.
e. Anjurkan ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi.
f. Anjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap.
6. PELAKSANAAN
Tanggal: 30 Mei 2016 pukul m: 21.50 WIB
a. Mengobservasi KU, TTV, DJJ dan kontraksi tiap 30 menit
Ku : Baik
TD : 120/80 mmHg R: 22x/menit
N : 80x/menit S: 36,7 °C
DJJ : 144x/menit Kontraksi : 3x/10’/40”
b. Mengobservasi kemajuan persalinan tiap 4 jam atau jika ada indikasi
c. Memberikan asuhan sayang ibu
1) Menganjurkan keluarga untuk menemani ibu selama proses
persalinan terutama suaminya.
2) Menganjurkan ibu memilih posisi yang nyaman
3) Massase pinggang ibu untuk mengurangi rasa nyeri
4) Mengajari ibu cara bernafas saat persalinan dengan cara tarik
nafas panjang, lalu mengejan terus sambung.
5) Merawat ibu selama proses persalinan dengan kasih sayang
d. Menyiapkan
1) Partus Set : Bak instrument berisi klem tali pusat, gunting tali
pusat, gunting episiotomi, 1/2koker, cateter, jarum, kassa steril,
53

spuit berisi oksitosin, pinset, handscoon steril,betadin, bengkok,


underpad, kendil, kom berisi metergin dan lidocain, lampu, infus
set, baskom berisi air DTT, baskom berisi air klorin, celemek,
tempat sampah basah dan kering, waslap.
2) Pakaian ibu dan bayi : kemeja, jarik, BH, celana dalam,
pembalut, popok bayi, bedong, baju bayi, sarung tangan dan
kaki, topi.
e. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum disela-sela kontraksi
f. Mengnjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap
7. EVALUASI
Tanggal: 30 Mei 2016 pukul: 22.05 WIB
a. Telah dilakukan observasi KU, TTV, DJJ, dan Kontraksi
b. Telah dilakukan Observasi kemajuan persalinan
c. Telah dilakukan dan diberikan asuhan sayang ibu
d. Telah disiapkan partus set, pakaian ibu dan bayi
e. Ibu bersedia makan dan minum disela-sela kontraksi
f. Ibu bersedia tidak meneran sebelum pembukaan lengkap
54

DATA PERKEMBANGAN I
KALA II
Tanggal : 30 Mei 2016 pukul : 00.00 WIB
S:
1. Ibu mengatakan sudah ingin meneran dan terasa ingin BAB
2. Ibu mengatakan kenceng-kenceng pada perutnya semakin kuat dan
sering
O:
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD: 120/80 mmhg, N: 80x/menit,
S: 36,7ºC, R: 22x/menit
4. Kontraksi : kuat, 4x dalam 10 menit lamanya 45 detik
5. Djj : 148x/menit
6. Vulva membuka, perineum menonjol, anus membuka
7. PPV : lendir darah, air ketuban
8. VT :
Portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, kk sudah pecah jam 00.00
WIB, preskep, kepala di hodge IV.
A:
Ny. P G2P1A0 umur 30 tahun, usia kehamilan 39 minggu, janin tunggal,
hidup, intrauterine, letak memanjang, punggung kanan, presentasi kepala,
inpartu kala 1 fase aktif .
P:
Tanggal: 30 Mei 2016 pukul: 00.05 WIB
1. Memeriksa kembali tanda gejala kala II
a. Dorongan untuk meneran
b. Tekanan pada anus
c. Perineum menonjol
d. Vulva membuka
55

2. Mempersiapkan pertolongan persalinan


a. Gunakan celemek
b. Lepas semua aksesoris ditangan, cuci tangan dan keringkan
c. Pakai sarung tangan steril
d. Siapkan oksitosin 10 IU di spuit 3 cc
3. kolaborasi dengan dokter anak
4. Memastikan pembukaan lengkap dan janin dalam keadaan baik
5. Menganjurkan ibu untuk meneran efektif saat ada his dengan cara
tangan ibu berpegangan pada lipatan paha kemudian ditarik
mendekat dada, sedangkan ibu meneran tanpa bersuara dan di daerah
bawah seperti BAB.
6. Mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi yaitu menyiapkan 1/3
kain di bawahbokong ibu dan handuk diatas perut ibu.
7. Menolong kelahiran bayi
a. Melahirkan kepala
1) Saat kepala bayi di depan vulva 5-6cm, tangan kanan
menahan perineum agar tidak terjadi robekan perineum dan
tangan kiri diatas verteks untuk mencegah terjadinya
defleksi maksimal.
2) Setelah kepala bayi lahir periksa ada atau tidak lilitan tali
pusat.
3) Menunggu bayi putaran paksi luar.
b. Melahirkan bahu bayi
1) Memegang kepala bayi secara biparental
2) Mengarahkan kepala curam ke bawah untuk melahirkan
bahu depan
3) Mengarahkan kepala curam ke atas untuk melahirkan bahu
belakang
c. Melahirkan seluruh tubuh bayi
1) Setelah bahu belakang lahir, geser tangan kanan menyangga
kepala bayi, leher, bahu, dan bagian lateral bayi.
56

2) Tangan kiri pindah di depan vulva untuk menelusuri


lahirnya dada, punggung, perut, bokong, hingga kaki dan
jepit ke dua kaki dengan jari telunjuk diantara kedua mata
kaki bayi.
3) Mengangkat bayi dengan posisi kepala lebih rendah dari
pada kaki 15° dan nilai tangisan, gerakan, warna kulit.
4) Mengeringkan bayi dengan kain yang sudah disiapkan.
8. Melakukan IMD selama 2 jam

EVALUASI
Tanggal : 30 Mei 2016 pukul : 00.10 WIB
1. Tanda gejala kala II telah tampak
2. Pertolongan persalinan sudah disiapkan
3. Dokter anak sudah datang
4. Pembukaan sudah lengkap, janin dalamkeadaan baik
dan DJJ 148 x/mnt.
5. Ibu paham dan mampu meneran efektif saat ada his
6. Pertolongan persalinan bayi telah dilakukan
7. Bayi lahir pukul 00.10 WIB Tanggal 30 mei 2016, lahir spontan
dengan jenis kelamin laki-laki, menangis kuat, gerakan aktif, warna
kulit kemerahan, BB/PB : 2900 gram / 49 cm
8. Sudah dilakukan IMD
57

DATA PERKEMBANGAN II
KALA III

Tanggal : 30 Mei 2016 pukul : 00.13 WIB


S:
1. Ibu mengatakan sudah lega karena bayinya sudah keluar
2. Ibu mengatakan perutnya merasa mules
O:
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. Palpasi : tidak ada janin ganda
4. Uterus terlihat globuler
5. Tali pusat memanjang
6. Ada semburan darah
A:
Ny. P umur 30 tahun G2P1A0, inpartu kala III, normal
P:
Tanggal: 30 Mei 2016 pukul: 00.14 WIB
1. Meraba perut ibu untuk mengetahui janin tunggal atau ganda
2. Menyuntikkan oksitosin di 1/3 paha ibu bagian lateral dengan dosis
10 IU secara IM
3. Melakukan penatalaksanaan manajemen aktif kala III :
a) Memindahkan klem 5-10 cm didepan vulva
b) Meletakkan tangan kiri diatas sympisis
c) Tangan kanan menegangkan tali pusat sejajar dengan lantai
dengan cara posisi tangan menggenggam dan telapak tangan
menghadap keatas. Saat uterus berkontaksi, menegangkan tali
pusat terkendali kearah bawah sambil tangan kiri mendorong
uterus kearah belakang atas (dorso kranial) secara hati-hati
hingga plasenta terlepas dari implementasi.
58

d) Meminta ibu sedikit meneran sambil menarik tali pusat dengan


arah sejajar lantai, kemudian kearah atas mengikuti poros jalan
lahir (tetap melakukan dorso kranial).
e) Memindahkan klem tali pusat 5-10 cm dari vulva setelah tali
pusat nampak memanjang
f) Setelah plasenta tampak di vulva, menangkap dan memegang
plasenta dengan kedua tangan. Memutar plasenta searah jarum
jam, kemudian memilin selaput ketuban hingga plasenta dan
selaput ketuban lahir.
g) Segera setelah plasenta lahir, melakukan massase dengan
telapak tangan serahan dengan jarum jam selama ± 15 detik
sampai uterus terasa keras.
h) Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban, kemudian
dimasukkan dalam wadah yang disediakan.
4. Massase uterus selama 15 detik
5. Melakukan pemeriksaan vagina dan perineum, ada robekan yang
menyebabkan perdarahan
6. Melakukan penjahitan pada mukosa vagina sampai otot perineum
7. Mengobservasui TFU, kontraksi dan PPV
8. Mengobservasi KU dan TTV

EVALUASI
Tanggal: 30 Mei 2016 pukul : 00.20 WIB
1. Perut sudah diraba dan janin tunggal
2. Oksitosin sudah disuntikkan secara IM di 1/3 paha lateral ibu.
3. Manajemen aktif kala III sudah dilakukan. Pukul 00.20 WIB Plasenta
lahir lengkap, kotiledon utuh, selaput ketuban utuh
4. Massase uterus sudah dilakukan
5. Ada robekan perineum derajat 2
6. Sudah dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur
59

7. Pukul 00.25 WIB,


TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : baik, keras
PPV : ± 50 cc
Perineum : luka episiotomi belum dijahit
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/m,
R : 20 x/m, S : 36,9 oC
60

DATA PERKEMBANGAN III

KALA IV

Tanggal : 30 Mei 2016 pukul: 00.25 WIB

S:

a. Ibu mengatakan perutnya terasa mules

b. Ibu mengatakan lega bayi dan ari-arinya telah lahir

O:

1. Keadaan Umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg R: 22 x/m

N : 80 x/m S : 36,9ºc

4. TFU : 2 jari dibawah pusat

Kontraksi : baik, keras

PPV : ± 50 cc

Perineum : belum dijahit, robekan di jaringan mukosa

vagina sampai otot perineum.

A:

Ny. P umur 30 tahunP2A0, inpartu kala IV

P:

Tanggal : 30 Mei 2016 pukul : 00.30 WIB

1. Menilai ulang uterus dan memastikan kontraksi baik dankeras

2. Memberitahu keadaan ibu bahwa kondisinya normal

TD : 120/80 mmHg R : 22x/m


61

N : 80x/m S : 36,9 °c

3. Melakukan penjahitan

a) Periksa robekan secara lengkap dengan menggunakan kassa DTT

secara lembut sambil menilai luas dan dalammya robekan.

b) Berikan lidokain 1 % sesuai dengan robekan tunggu 2 menit agar

lidokain bekerja.

c) Siapkan jarum, benang cat gut, dan gunting.

d) Robekan perineum derajat II,

vii. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi

di mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek

benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1

cm.

viii. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah

ke arah cincin hymen.

ix. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam

mukosa vagina lalu ke belakang cincin hymen sampai jarum

ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka

perineum.

x. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat

kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.

xi. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan

mulailah menjahit kearah vagina dengan menggunakan

jahitan subkutikuler.
62

xii. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke

vagina di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul

mati dan dipotong benangnya.

e) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari kelingking

kedalam anus.

f) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan tidak

ada kassa yang tertinggal di dalam.

g) Cuci area genital dan kompres dengan kasa betadin.

4. Bereskan semua alat rendam dalam larutan klorin.

5. Bersihkan ibu menggunakan air DTT dan memakaikan baju bersih

dan kering.

6. Bersihkan tempat tidur

7. Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI,

menganjurkan keluarga memberikan makan dan minum pada ibu.

8. Anjurkan ibu istirahat.

9. Lakukan pemantauan kala IV.

10. Memberikan terapi obat :

Vitamin A 1x1/hari asam mefenamat 3x1/hari

Viliron 2x1/hari amoxilin 3x1/hari

EVALUASI

Tanggal : 30 Mei 2016 pukul : 00.30 WIB

1. Kontraksi uterus keras

2. Ibu sudah mengetahui keadaannya


63

3. Penjahitan sudah di lakukan

4. Alat sudah dibereskan dan direndam

5. Ibu sudah dibersihkandan sudah rapi

6. Tempat tidur sudah dibersihkan

7. Ibu sudah nyaman, bayi sudah diberi ASI

8. Ibu bersedia untuk istirahat

9. Kala IV sudah dipanatau

10. Terapi obat sudah diberikan

PEMANTAUAN KALA IV
Jam Jam TD S N R Kandung TFU kontrak PPV
ke kemih si
1 O0.30 120/80 36,9⁰c 80 x/m 22x/m Kosong 2 jari keras ± 50
dibawah cc
pusat
00.45 120/80 36,7⁰c 80 x/m 22x/m Kososng 2 jari keras ± 40
dibawah cc
pusat
01.00 120/70 36,7⁰c 80x/m 20x/m Kosong 2 jari keras ±35
dibawah cc
pusat
01.15 120/80 36,9⁰c 82x/m 22x/m Kosong 2 jari keras ±25
dibawah cc
pusat

2 01.45 120/70 37⁰cc 82x/m 20/mm Kosong 2 jari keras ±15


dibawah cc
pusat
02.15 120/80 37⁰cc 80x/m 22x/m Kosong 2 jari keras ±15
dibawah cc
pusat
64

DATA PERKEMBANGAN IV

Tanggal : 31 Mei 2016 pukul : 10.00 WIB


S:
1. Ibu mengatakan perutnya terasa mules
2. Ibu mengatakan masih merasa nyeri pada luka jahitan
O:
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 120/80 mmHg R: 20 x/m
N : 80 x/m S : 37ºc
4. TFU : 2 jari dibawah pusat
5. Kontraksi : baik, keras
6. PPV : ± 15 cc
7. Perineum : jahitan masih basah, tidak tertutup kassa
A:
Ny. P umur 30 tahun P2A0, 1 hari post partum
P:
Tanggal : 31 Mei 2016 pukul : 10.10 WIB
1. Memberitahu keadaan ibu bahwa kondisinya normal
TD : 120/80 mmHg R: 20 x/m
N : 80 x/m S : 37ºc
2. Melakukan perawatan luka perineum
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga luka jahitan agar tetap bersih dan
kering.
4. Memberikan informasi tentang tanda bahaya ibu nifas yaitu nyeri
kepala hebat, demam tinggi, keluar darah berbau busuk dari jalan
lahir, keluar darah yang banyak.
5. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat cukup.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap minum obat
Vitamin A 1x1/hari asam mefenamat 3x1/hari
65

Viliron 2x1/hari amoxilin 3x1/hari

EVALUASI
Tanggal : 31 Mei 2016 pukul: 10.15 WIB
1. Ibu sudah mengetahui keadaannya
2. Sudah dilakukan perawatan luka perineum
3. Ibu bersedia tetap menjaga luka jahitan agar tetap bersih dan kering
4. Ibu sudah mengetahui tanda bahaya masa nifas
5. Ibu bersedia istirahat cukup
6. Ibu bersedia tetap minum obat
66

DATA PERKEMBANGAN V

Tanggal: 1 Juni 2016 pukul: 09.30 WIB


S:
1. Ibu mengatakan perutnya masih merasa mules
2. Ibu mengatakan sedikit merasakan nyeri pada luka jahitan
3. Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat
O:
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 120/80 mmHg R: 22 x/m
N : 82 x/m S : 36,7ºc
4. TFU : 2 jari dibawah pusat
5. Kontraksi : baik, keras
6. PPV : ± 10 cc
7. Perineum : jahitan masih basah, tidak tertutup kassa
A:
Ny. P umur 30 tahun P2A0, 2 hari post partum
P:
Tanggal : 1 Juni 2016 pukul: 09.35 WIB
1. Memberitahu keadaan ibu
TD : 120/80 mmHg R: 22 x/m
N : 82 x/m S : 36,7ºc
2. Menganjurkan ibu untuk menjaga luka jahitan agar tetap bersih
dan kering
3. Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on
demand dan tidak di jadwal tiap 2 jam harus segera disusui
4. Menganjurkan ibu untuk tidak berpantang makanan
5. Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat cukup
6. Menganjurkan ibu untuk tetap minum obat
Vitamin A 1x1/hari asam mefenamat 3x1/hari
67

Viliron 2x1/hari amoxilin 3x1/hari

EVALUASI
Tanggal: 1 Juni 2016 pukul: 09.45 WIB
1. Ibu sudah mengetahui keadaannya
2. Ibu bersedia tetap menjaga luka jahitan agar tetap bersih dan
kering
3. Ibu bersedia untuk tetap menyusui bayinya
4. Ibu bersedia untuk tidak berpantang makanan
5. Ibu bersedia istirahat cukup
6. Ibu bersedia tetap minum obat
68

DATA PERKEMBANGAN VI

Tanggal : 2 Juni 2016 pukul: 10.30 WIB


S:
1. Ibu mengatakan perutnya masih merasa mules
2. Ibu mengatakan sedikit merasakan nyeri pada luka jahitan
3. Ibu mengatakan bayinya menyusu dengan kuat
4. Ibu mengatakan keadaanya sehat dan bayinya sehat
O:
1. Keadaan Umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 120/80 mmHg R: 22 x/m
N : 82 x/m S : 36,7ºc
4. TFU : 2 jari dibawah pusat
5. Kontraksi : baik, keras
6. PPV : ± 10 cc
7. Perineum : jahitan masih basah, tidak tertutup kassa
A:
Ny. P umur 30 tahun P2A0, 3 hari post partum
P:
Tanggal: 2 Juni 2016 pukul: 10.35 WIB
1. Memberitahu keadaan ibu
TD : 120/80 mmHg R: 22 x/m
N : 82 x/m S : 36,7ºc
2. Memberikan KIE tentang Asi Eksklusif
3. Memberikan KIE tentang Vulva Hygiene
4. Menganjurkan ibu untuk tetap melanjutkan terapi obat
Vitamin A 1x1/hari asam mefenamat 3x1/hari

Viliron 2x1/hari amoxilin 3x1/hari

5. Ibu sudah diperbolehkan pulang


69

EVALUASI
Tanggal : 2 Juni 2016 pukul : 10.55 WIB
1. Ibu sudah mengetahui keadaannya
2. Ibu sudah mengetahui tentang Asi Eksklusif
3. Ibu sudah mengetahui tentang Vulva Hygiene
4. Ibu bersedia tetap melanjutkan terapi obat
5. Ibu pulang pukul 11.10 WIB
70

B. PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan pada

ibu bersalin Ny. P dengan rupture perineum derajat II dengan pendekatan

manajemen kebidanan 7 langkah varney, mulai dari pengkajian sampai

dengan evaluasi serta ada tidaknya kesenjangan antara teori dengan praktek

yang dialami penulis saat melakukan studi kasus.

1. PENGKAJIAN

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien.Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesa yang terdiri dari

data subjektif dan data objektif (Sulistyawati, 2010).Pada pengumpulan

data subjektif Ny. P mengatakan mengeluh merasa kenceng-kenceng

sejak pagi tadi jam 03.00 WIB dan keluar lendir darah dari jalan lahir.

Pada data objektif Keadaan umum : baik, Kesadaran : composmentis,

TTV: TD : 120/80 mmHg, R : 22x/menit, N : 80x/menit, S : 36,9°C, T:

159 cm, BB sebelum hamil : 48 kg, BB sekarang : 68 kg, LILA : 24 cm,

pengeluaran pervaginam : lendir darah, pembukaan : 7.

Pada langkah pertama ini penulis tidak menemukan adanya

kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada di lahan praktek.

2. INTERPRETASI DATA

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan

diagnosis, masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang

benar atas data-data yang telah dikumpulkan.Langkah awal dari


71

perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan analisis

dengan menggabungkan data satu dengan lainnya sehingga tergambar

fakta (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010). Masalah yang ada pada ibu

bersalin dengan rupture perineum derajat II yaitu Ibu merasa cemasdan

khawatir dengan persalinan ini (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Kebutuhan ibu bersalin dengan rupture perineum derajat II yaitu

Memberi konseling dan pengkajian lebih lanjut (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2010).

Diagnosa kebidanan pada kasus ini yaitu Ny. P umur 30 tahun

G2P1A0, hamil 39 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine, letak

memanjang, punggung kanan, presentasi kepala, inpartu kala 1 fase aktif

dengan rupture perineum derajat II. Masalah dalam kasus ini ibu merasa

cemas dan khawatir dengan persalinan ini.Kebutuhan yang diberikan

pada ibu yaitu dukungan moril pada ibu.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori

dengan kasus yang ada dilahan praktek.

3. DIAGNOSA POTENSIAL

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkaian masalah yang ada.Langkah ini

membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan.

Pada kasus ibu bersalin dengan rupture perineum derajat II diagnosa

potensial yang mungkin terjadi perdarahan banyak dan infeksi

(Prawiroharjo, 2010). Pada kasus ini diagnosa potensial yaitu perdarahan.


72

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori

dengan kasus yang ada dilahan praktek.

4. TINDAKAN SEGERA

Pada langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh

bidan/dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus ibu bersalin dengan

rupture perineum derajat II antisipasi tindakan yang dapat dilakukan

adalah dilakukan penjahitan (Saifudin dkk, 2010).

Pada kasus ibu bersalin dengan rupture perineum derajat II

antisipasi tindakan yang dapat dilakukan adalah dilakukan penjahitan.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori

dengan kasus dilahan praktek.

5. RENCANA TINDAKAN

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010), rencana tindakan

yang dapat dilakukan pada ibu bersalin dengan rupture perineum derajat

II adalah sebagai berikut :

a) Periksa robekan secara lengkap dengan menggunakan kassa DTT

secara lembut sambil menilai luas dan dalammya robekan.

b) Berikan lidokain 1 % sesuai dengan robekan tunggu 2 menit agar

lidokain bekerja.

c) Siapkan jarum, benang cat gut, dan gunting.


73

d) Robekan perineum derajat II,

i. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di

mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek

benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.

ii. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke

arah cincin hymen.

iii. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam mukosa

vagina lalu ke belakang cincin hymen sampai jarum ada di

bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum.

iv. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam

luka untuk mengetahui letak ototnya.

v. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah

menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan

subkutikuler.

vi. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina

di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan

dipotong benangnya.

e) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari kelingking

kedalam anus.

f) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan tidak ada

kassa yang tertinggal di dalam.

g) Cuci area genital dan kompres dengan kasa betadin.


74

Pada kasus ibu bersalin dengan rupture perineum derajat II yaitu :

a) Periksa robekan secara lengkap dengan menggunakan kassa DTT

secara lembut sambil menilai luas dan dalammya robekan.

b) Berikan lidokain 1 % sesuai dengan robekan tunggu 2 menit agar

lidokain bekerja.

c) Siapkan jarum, benang cat gut, dan gunting.

d) Robekan perineum derajat II,

i. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di

mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek

benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.

ii. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke

arah cincin hymen.

iii. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam mukosa

vagina lalu ke belakang cincin hymen sampai jarum ada di

bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum.

iv. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam

luka untuk mengetahui letak ototnya.

v. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah

menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan

subkutikuler.

vi. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina

di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan

dipotong benangnya.
75

e) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari kelingking

kedalam anus.

f) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan tidak ada

kassa yang tertinggal di dalam.

g) Cuci area genital dan kompres dengan kasa betadin.

h) Bereskan semua alat rendam dalam larutan klorin.

i) Bersihkan ibu menggunakan air DTT dan memakaikan baju bersih

dan kering.

j) Bersihkan tempat tidur

k) Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI,

menganjurkan keluarga memberikan makan dan minum pada ibu.

l) Anjurkan ibu istirahat.

m) Lakukan pemantauan kala IV.

n) Memberikan terapi obat :

Vitamin A 1x1/hari asam mefenamat 3x1/hari

Viliron 2x1/hari amoxilin 3x1/hari

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dengan kasus yang ada dilahan praktek.

6. PELAKSANAAN

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010), pelaksanaan yang

dapat dilakukan pada ibu bersalin dengan rupture perineum derajat II

adalah sebagai berikut :


76

a) Periksa robekan secara lengkap dengan menggunakan kassa DTT

secara lembut sambil menilai luas dan dalammya robekan.

b) Berikan lidokain 1 % sesuai dengan robekan tunggu 2 menit agar

lidokain bekerja.

c) Siapkan jarum, benang cat gut, dan gunting.

d) Robekan perineum derajat II,

i. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di

mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek

benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.

ii. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke

arah cincin hymen.

iii. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam mukosa

vagina lalu ke belakang cincin hymen sampai jarum ada di

bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum.

iv. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam

luka untuk mengetahui letak ototnya.

v. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah

menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan

subkutikuler.

vi. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina

di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul mati dan

dipotong benangnya.
77

e) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari kelingking

kedalam anus.

f) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan tidak ada

kassa yang tertinggal di dalam.

g) Cuci area genital dan kompres dengan kasa betadin.

Pada kasus ibu bersalin dengan rupture perineum derajat II yaitu :

a) Periksa robekan secara lengkap dengan menggunakan kassa DTT

secara lembut sambil menilai luas dan dalammya robekan.

b) Berikan lidokain 1 % sesuai dengan robekan tunggu 2 menit agar

lidokain bekerja.

c) Siapkan jarum, benang cat gut, dan gunting.

d) Robekan perineum derajat II,

i. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di

mukosa vagina. Setelah itu buat ikatan dan potong pendek

benang dari yang lebih pendek. Sisakan benang kira-kira 1 cm.

ii. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke

arah cincin hymen.

iii. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam

mukosa vagina lalu ke belakang cincin hymen sampai jarum

ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka

perineum.

iv. Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat

kedalam luka untuk mengetahui letak ototnya.


78

v. Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah

menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan

subkutikuler.

vi. Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke

vagina di belakang cincin hymen untuk diikat dengan simpul

mati dan dipotong benangnya.

e) Pastikan anus tidak terjahit dengan memasukkan jari kelingking

kedalam anus.

f) Periksa kembali vagina dengan lembut untuk memastikan tidak ada

kassa yang tertinggal di dalam.

g) Cuci area genital dan kompres dengan kasa betadin.

h) Bereskan semua alat rendam dalam larutan klorin.

i) Bersihkan ibu menggunakan air DTT dan memakaikan baju bersih

dan kering.

j) Bersihkan tempat tidur

k) Memastikan bahwa ibu nyaman, membantu ibu memberikan ASI,

menganjurkan keluarga memberikan makan dan minum pada ibu.

l) Anjurkan ibu istirahat.

m) Lakukan pemantauan kala IV.

n) Memberikan terapi obat :

Vitamin A 1x1/hari asam mefenamat 3x1/hari

Viliron 2x1/hari amoxilin 3x1/hari


79

7. EVALUASI

Pada kasus ibu besalin dengan robekan jalan lahir, hasil yang

diharapkan adalah tidak terjadi perdarahan banyak, infeksi dan robekan

sudah tertutup (Rukiyah dan Yulianti, 2010).

Pada kasus ibu bersalin dengan rupture perineum derajat II

evaluasai atau hasil yangdiharapkan :

a. Sudah dilakukan penjahitan.

b. Robekan sudah tertutup.

c. Tidak terdapat pendarahan

d. Kontraksi kuat dan keras

Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori

dengan kasus yang ada dilahan praktek.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. P dengan

rupture perineum derajat II dengan menerapkan manajemen varney dapat

diambil kesimpulan :

1. Pada pengkajian Ny. P G2P1A0 umur 30 tahun hamil 39 minggu dengan

rupture perineum derajat II di peroleh data subjektif dan data objektif,

telah dilakukan sesuai dengan teori yang ada.

2. Diagnosa kebidanan diperoleh dari hasil pengkajian Ny. P G2P1A0 umur

30 tahun hamil 39 minggu dengan rupture perineum derajat II, dengan

masalah Ny. P merasa cemas dan khawatir dengan persalinan ini dan

kebutuhannya memberikan dukungan moril pada ibu. Pada langkah ini

telah dilakukan sesuai dengan teori yang ada.

3. Mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan

masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi, diagnosa potensial pada

Ny. P G2P1A0 umur 30 tahun hamil 39 minggu dengan ruptute perineum

derajat II, telah dilakukan sesuai dengan teori yang ada.

4. Antisipasi merupakan langkah untuk menetapkan kebutuhan terhadap

tindakan segera, melakukan penjahitan, antisipasi yang dilakukan pada

Ny. P G2P1A0 umur 30 tahun hami 39 minggu dengan rupture perineum

derajat II telah dilakukan sesuai dengan teori yang ada.

80
81

5. Rencana tindakan yang diberikan pada Ny. P G2P1A0 umur 30 tahun

hamil 39 minggu dengan rupture perineum derajat II telah dilakukan

sesuai dengan teori yang ada.

6. Pelaksanaan pada kasus Ny. P G2P1A0 umur 30 tahun hamil 39 minggu

dengan rupture perineum derajat II telah dilakukan sesuai dengan teori

yang ada.

7. Evaluasi merupakan keefektifan apakah asuhan benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan, diagnose, dan masalah pasien

sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose kebidanan. Hal ini

sesuai dengan teori yang telah ada

8. Pada langkah manajemen kebidanan dari pengkajian-evaluasi di kasus ini

tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan

praktek.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan menyampaikan

saran yang mungkin bermanfaat yaitu :

1. Bagi Penulis

Agar penulis dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan pengalaman

yang telah didapatkan dalam memberi asuhan kebidanan pada ibu

bersalin dengan rupture perineum derajat II.


82

2. Bagi Profesi

Agar bidan lebih meningakatkan lagi dalam melakukan tindakan segera

dan merencanakan asuahan yang sesuai pada ibu bersalin dengan rupture

perineum derajat II.

3. Bagi Rumah Sakit

Agar dapat menambah referensi dalam mutu pelayanan dalam menangani

kasus persalinan patologi, dari sarana dan tenaga kesehatan yang ada di

Rumah Sakit khususnya pada kasus rupture perineum derajat II.

4. Bagi Instansi Pendidikan

Agar dapat menambah referensi dalam memberikan pendidikan pada

mata kuliah asuhan kebidanan ibu bersalin dengan rupture perineum

derajat II.

5. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

Agar keluarga lebih memperhatikan terhadap kesehatan ibu agar

terdeteksi lebih dini bila terjadi kegawatan serta mengerti tentang bahaya

yang timbul jika tidak mendapat penanganan yang lebih lanjut.


DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta


: Mitra Cendikia.

Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012. Kementrian Kesehatan RI. www.Kemenkes.go.id. Diakses tanggal
11 November 2015.

Estiwidani, D, et al. 2008.Konseb Kebidanan.Yogyakarta : Fitramaya.

http://www.nersnesia.com/2015/04/tekhnik-penjahitan-luka-perineum.html

IBI. 2006. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : PP IBI.

kemenkes, RI. 2011. Mother’s Day. Jakarta Selatan : Pusat Data dan Informasi.
Diakses tanggal 11 November 2015.

Kuswanti, I, Melina, S. 2014. BukuAskeb II Persalinan, Cetakan II. Yogyakarta


:PustakaPelajar.

Margareth, Z. H, Sukarni, I. 2013. Kehamilan, Persalinan dan dilengkapi dengan


patologi.Yogyakarta : NuhaMedika.

MenkesRI.2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan.
Jakarta.

Mirzanie, H, kurniawati, D. 2009.Obgynacea.Yogyakarta : Tosca Enterprise.

Mochtar, R. 2013. Sinopsis Obstetri. Edisi 3.Jakarta : EGC.

Notoatmodjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. jakarta : Rineka Cipta.


Nugraheny, E, 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : CV. Rihama-
Rohima.

Nursalam. 2008, Proses Dan Dokumentasi Keperawatan Konsep Dan Praktik.


Jakarta : Salemba Medika.

Riwidikdo,H. 2013.Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.

Rohani, Saswito, R, danMarisah. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa


Persalinan. Jakarta : Salemba Medika.

Rukiyah, A. Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : CV. Trans Info Media

Rukiyah, A.Y, Yulianti, L. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan. Jakarta


: CV. Trans Info Media.

Saifudin, A. B. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Buku


Panduan Praktis, Edisi I Cetakan V. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Saifudin, A. B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal, Edisi I Cetakan 12.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Saifudin, A. B. 2010. Ilmu Kandungan. Edisi 4 Cetakan 3.Jakarta :Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistyawati, A, danNugraheny, E. 2010.Asuhan Kebidanan Pada Ibu


Bersalin.Jakarta : Salemba Medika.

Wildan,M, dan Hidayat, A. A. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Salemba.

Anda mungkin juga menyukai