Anda di halaman 1dari 82

DAMPAK INTERVENSI MILITER RUSIA ATAS UKRAINA

TERHADAP HUBUNGAN BILATERAL RUSIA – AMERIKA


SERIKAT TAHUN 2014

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah
salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana
S dalam
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Disusun Oleh :
KRISTMAS TAWURUTUBUN
11 831 056

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS EKONOMI SASTRA DAN SOSIAL POLITIK
UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA
PAPUA
2015

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Intervensi militer Rusia berawal ketika Presiden Vladimir Putin

mengirimkan 15.000 pasukan bersenjata untuk berjaga di Simferopol Crimea,

wilayah teritorial Ukraina pada Maret 2014 (Kompas.com, 2014). Rusia

bahkan mengirimkan pasukan tambahan tanpa sepengetahuan Pemerintah

Ukraina ketika Vladimir Putin memperoleh persetujuan dari parlemen Rusia

untuk menginvasi Ukraina secara keseluruhan (Bethel, 2014 : 2).

Rusia mengirim angkatan bersenjatanya ke Ukraina karena merasa

bertanggung jawab atas keselamatan etnis Rusia yang berdomisili di Crimea,

dimana gedung-gedung pemerintahan serta bandara internasional di wilayah

Crimea dikepung oleh militer Rusia. Tindakan ini kemudian dianggap oleh

warga Ukraina sebagai invasi yang berujung pada intervensi pihak Rusia

terhadap Ukraina.

Konflik Ukraina sendiri berawal dari ketidakstabilan sosial dan politik.

Perselisihan antara warga yang berpihak pada Barat dan sebagian warga yang

lebih memilih untuk bergabung dengan Rusia membuat Ukraina terbagi

kedalam dua blok. Presiden Ukraina, Viktor Yanukovych yang lebih condong

ke Rusia juga membatalkan kerjasama ekonomi dengan Uni Eropa sehingga

warga pro-Barat langsung menggulingkan kepemimpinan Viktor Yanukovych,

2
ditambah masyarakat Crimea di Ukraina Timur yang menyuarakan untuk

bergabung dengan Rusia (Ferdiansyah, 2014 : 9).

Crimea dulunya merupakan bagian dari provinsi Russian Soviet

Federal Socialist Republic yang diserahkan kepada Ukraina atas dasar simbol

persahabatan oleh pemimpin Uni Soviet, Nikita Khrushchev pada tahun 1954

(Wisnu, 2014 : 8).

Gambar 1.1 Peta Wilayah Ukraina

(sumber : media.s-nbcnews.com, 2014)

Konflik yang terjadi di Ukraina pada tahun 2014 telah membuat

10.000 warga sipil kehilangan tempat tinggal. Kebanyakan keluarga yang

kehilangan tempat tinggal telah pergi ke Ukraina Barat dan Tengah, meskipun

sebagian juga mengungsi ke bagian Timur dan Selatan Ukraina

(Republika.co.id, 2014).

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan Presiden Rusia, Vladimir

Putin untuk mengirimkan angkatan bersenjata ke Crimea, selain untuk

melindungi etnis Rusia adalah karena kepentingan nasional Rusia, yakni :

3
a) Perdagangan, sejak awal Vladimir Putin menginginkan agar

Ukraina masuk dalam persatuan bea cukai dengan Belarus,

Kazakstan, dan Armenia. Putin terkesan gentar dengan makin

meluasnya blok perdagangan Uni Eropa. Namun ambisi ini

berseberangan dengan keinginan mayoritas 46 juta rakyat Ukraina

yang justru ingin bergabung dengan blok Uni Eropa.

b) Sejarah, secara historis Ukraina merupakan negara pecahan Uni

Soviet. Catatan sejarah panjang yang terjalin antara Rusia dan

Ukraina membuat Ukraina - Rusia merupakan satu identitas.

c) Crimea, letak strategis Crimea ingin dijadikan Rusia sebagai letak

kekuatan ekonomi, militer dan politiknya.

d) Energi, Rusia saat ini sangat bergantung pada penjualan gasnya ke

Eropa. Dimana jalur pipa untuk mengekspor gas malalui Ukraina,

jalur ini terbilang yang terbesar dalam ekspor gas Rusia (Wisnu,

2014 : 2-3).

Merespon masalah yang terjadi di Ukraina, Presiden Amerika Serikat,

Barack Obama memperingatkan Rusia mengenai intervensi militer tersebut.

Amerika Serikat meminta Rusia untuk menarik pasukannya, sebab mereka

menilai bahwa tindakan Rusia telah melanggar keadaulatan dan integritas

teritorial Ukraina. Sikap Amerika Serikat ini juga disebabkan karena Rusia

pernah berjanji untuk menjunjung tinggi integritas wilayah Ukraina dalam

sebuah Memorandum yang ditandatangani juga oleh Amerika Serikat, Inggris,

dan Perancis pada tahun 1994 (Bethel, 2014 : 2).

4
Intervensi militer Rusia atas Ukraina pun berdampak kepada hubungan

bilateral kedua negara, dimana terjadi Penghentian latihan militer yang perna

disepakati pada tahun 2008 untuk Orientasi Kader Militer Rusia di Akademi

militer Amerika di West Point. serta kerjasama ekonomi, antara lain

memboikot pertemuan tingkat tinggi G-8 yang akan dilaksanakan di Sochi,

Rusia. G-8 merupakan organisasi negara-negara industri besar seperti ;

Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jepang, Jerman, Perancis, Rusia, dan

International Monetary Found (IMF) (Wisnu, 2014 : 1).

Amerika Serikat sendiri memiliki kepentingan di Ukraina karena

berkeinginan memperluas pengaruhnya di bidang produksi pangan, teknologi,

dan sistem ekonomi liberal kapitalis ke Ukraina dalam hal ini, Amerika

mengatas namakan Hak Asasi Manusia dengan mengikuti perkembangan

global untuk dapat mengambil setiap kesempatan (Syafiie, 2009 : 152).

Selain itu, kepentingan Amerika Serikat yaitu untuk

mendemokratisasikan negara-negara di dunia dan mendapatkan gas yang

dialirkan oleh Ukraina sebagai cadangan gas Amerika, dikarenakan terdapat

sebagian beberapa besar warga Ukraina yang menginginkan Ukraina untuk

bergabung dengan Barat yang nantinya berfungsi untuk pertahanan negara

sebagai tujuan utama yang dilakukan dalam politik luar negarinya. Dalam hal

ini Amerika Serikat aktif memperhatikan pergolakan politik dunia dan melihat

perekonomian masing-masing negara agar mereka dapat berpartisipasi dalam

ekspansi dagangnya dengan strategi demokrasi politik. Dari sini terlihat jelas

5
bahwa perbedaan mendasar kedua negara dengan tarik menarik kepentingan

pada konflik yang terjadi di Ukraina pada tahun 2014 (Syafiie, 2009 : 152).

Alasan peneliti memilih judul “Dampak Intervensi Militer Rusia

atas Ukraina terhadap Hubungan Bilateral Rusia – Amerika Serikat

Tahun 2014” karena adanya ketertarikan peneliti terhadap perbenturan

kepentingan antara Rusia dan Amerika Serikat di Ukraina dari perspektif

geopolitik dan geostrategi sehingga kedua negara memiliki pendekatan yang

berbeda terhadap masalah yang terjadi di Ukraina.

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Batasan Masalah

Pada penelitian ini, peneliti akan membahas intervensi militer

Rusia ke Ukraina dan bagaimana intervensi tersebut mengakibatkan

konflik kepentingan antara Amerika Serikat dan Rusia yang berujung

pada memburuknya hubungan bilateral kedua negara pasca intervensi

yang dilakukan Rusia.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis dapat

merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana dampak intervensi

militer Rusia atas Ukraina terhadap hubungan bilateral Amerika Serikat

– Rusia tahun 2014 ?

6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Peneliti membagi tujuan penelitian kedalam dua bagian, yakni :

a) Tujuan Umum

Untuk mengetahui intervensi militer Rusia ke Ukraina yang

berdampak terhadap hubungan bilateral Rusia dan Amerika Serikat

tahun 2014.

b) Tujuan Khusus

Untuk menjelaskan sejauh mana hubungan bilateral Rusia

dan Amerika Serikat dan dampak apa yang sudah terjadi pasca

intervensi yang dilakukan Rusia tahun 2014.

1.3.2 Manfaat Penelitian

a) Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis digunakan sebagai referensi untuk

mengetahui sampai dimana dampak intervensi militer Rusia atas

Ukraina terhadap hubungan bilateral Amerika Serikat dan Rusia.

b) Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ialah, menjadi salah satu bahan

pembelajaran dan menambah pengetahuan kepada peneliti dan

khalayak umum, khususnya Mahasiswa Ilmu Hubungan

Internasional tentang geostategis dan geopolitik di Ukraina yang

menyebabkan terjadinya perbenturan kepentingan antara Rusia dan

Amerika Serikat.

7
1.4 Kerangka Pemikiran

Ukraina
Rusia

Konsep Konsep Konsep


Kepentingan Hubungan Intervensi
Nasional Bilateral

Amerika Serikat

Intervensi militer Rusia atas Ukraina yang dilakukan dengan

mengirimkan personil militer di Crimea (Ukraina) dilatarbelakangi oleh

kepentingan nasional Rusia atas Ukraina, Dimana hal tersebut berdampak

pada hubungan bilateral Rusia – Amerika Serikat. Tindakan campur tangan

yang dilakukan Rusia dianggap oleh Amerika telah melukai kedaulatan

Ukraina sehingga berdampak atas hubungan bilateral kedua negara.

8
1.5 Definisi Konseptual

Untuk membahas permasalahan yang di teliti, peneliti mencoba

menggunakan :

1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional

Kepentingan Nasional, secara konseptual dipergunakan untuk

menjelaskan politik luar negeri suatu negara dan harus bisa

mempertahankan integritas wilayahnya (physical identity);

mempertahankan identitas politik (political identity); mempertahankan

rezim-rezim ekonomi-politiknya seperti demokratis kompetitif,

komunisme, kapitalisme, sosialisme, otoriter dan totaliter, dan

sebagainya dari gangguan negara lain. Demi merealisasikan atau bahkan

untuk bisa dipertahankan kepentingan nasional yang dianggap sangat

vital (Sitepu, 2011 : 163-165).

1.5.1.1 Geopolitik

Geopolitik, sebuah hampiran untuk memahami politik

luar negeri dengan menekan upaya untuk menerangkan dan

meramalkan perilaku politik serta kapabilitas militer dalam

terminologi lingkungan fisik manusia. Dengan demikian

geopolitik mencakup berbagai peringkat determinisme historis

yang didasarkan pada faktor geografi (Plano dan Olton, 1999 :

81).

9
1.5.1.2 Geostrategi

Geostrategi merupakan cara atau taktik kondisi ketahanan

bangsa dan dinamik terkait dengan aspek alamiah dan sosial ;

a) Aspek Alamiah (Trigatra) : letak geografis, keadaan SDA,

demografi (kependudukan).

b) Aspek Sosial (Pancagrata) : ideologi, politik, ekonomi, sosial

budaya, pertahanan, dan keamanan (Triyanto, 2011 : 17).

1.5.2 Konsep Intervensi

Campur tangan yang dilakukan oleh negara lain, yang umumnya

dilakukan demi kepentingan negara terkait dan campur tangan itu selalu

disertai bentuk atau implikasi tindakan untuk menganggu kemerdekaan

politik negara yang bersangkutan (Rudy, 2010 : 30-31).

1.5.3 Konsep Hubungan Bilateral

Adapun yang dimaksud dengan Hubungan Bilateral adalah

keadaan yang menggambarkan adanya hubungan yang saling

mempengaruhi atau terjadinya hubungan timbal balik antara dua pihak

(Perwita dan Yani, 2005 : 42).

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional ialah konsep yang mempunyai variasi nilai.

Sehingga, penjabaran dari teori atau konsep yang digunakan dapat

menjelaskan penelitian.

10
1.6.1 Kepentingan Nasional

Dalam hal ini dibutuhkan indikator untuk menjabarkan konsep

kepentingan nasional sebagai berikut :

1.6.1.1 Rusia :

a) Geostrategis ; Laut Hitam Crimea, pipa gas alam.

b) Geopolitik ; sejarah, identitas tunggal (Russians).

1.6.1.2 Amerika Serikat :

Memperluas pengaruh dibidang produksi pangan, teknologi, dan

sistem ekonomi liberal kapitalis di Ukraina.

1.6.2 Intervensi “Intern” (Internal Intervention)

Dalam hal ini dibutuhkan indikator untuk menjabarkan konsep

intervensi intern sebagai berikut :

a) Pengiriman 15.000 pasukan bersenjata ke Ukraina.

b) Penambahan pasukan militer tambahan tanpa sepengetahuan

pemerintah Ukraina.

1.6.3 Hubungan Bilateral

Dalam hal ini dibutuhkan indikator untuk menjabarkan konsep

hubungan bilateral :

a) Kerjasama di bidang militer.

b) Kerjasama di bidang ekonomi.

11
1.7 Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data

yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstandar (Arikunto,

2006 : 222).

1.7.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif, yaitu

penelitian yang hanya menggambarkan berbagai kondisi yang konkrit

dari objek penelitian dan akan dihasilkan deskriptif tentang objek

penelitian. Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang

terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan

penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut.

1.7.2 Jenis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data sekunder,

yaitu data yang diperoleh melalui buku, internet dan juga bahan bacaan

lainnya.

1.7.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan Metode Studi

Pustaka (Library Research), yaitu buku, kitab, majalah, artikel pada

jurnal, koran, dan bahan tertulis lainnya.

1.7.4 Metode Penulisan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan motode penulisan

deduktif yaitu menggambarkan masalah dari hal umum kepada hal

khusus yaitu Dampak Intervensi Militer Rusia atas Ukraina terhadap

12
hubungan bilateral Rusia – Amerika Serikat. Data yang terkumpul

kemudian diolah kemudian dianalisa dengan pemeriksaan data secara

akurat, sehingga dalam penelitian keraguan dan kesalahan akan

terminimalisasi.

1.7.5 Teknik Analisa Data

Bagian dari penelitian ini dimaksudkan untuk melihat intervensi

militer Rusia atas Ukraina. kepentingan antara Rusia dan Amerika

Serikat sebagai dua negara besar dengan pengaruh yang dimiliki ingin

menguasai pergolakan politik dunia dalam hal ini perkembangan

Ukraina, dimana terjadi perbenturan kepentingan kedua negara terhadap

masalah yang terjadi di Ukraina sehingga berdampak buruk terhadap

hubungan bilateral Rusia dan Amerika Serikat pada penelitian ini.

1.8 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan adalah salah satu isi proposal (rancangan

penelitian) yang isinya memaparkan ruang lingkup penulisan karya akhir

akademis sehingga antara satu bagian dan bagian lainnya saling terkait.

Adapun sistematika pembahasan yang peneliti sajikan adalah sebagai berikut

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar,

didalamnya menjelaskan akan latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah dari penelitian ini, kemudian

dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penelitian, kerangka

13
pemikiran, definisi konseptual, definisi operasional, metode

penelitian, dan diakhiri dengan sistematika pembahasan.

BAB II : Telaah Pustaka

Berisikan penggambaran mengenai teori-teori atau

konsep-konsep yang berkaitan dampak intervensi militer

Rusia.

BAB III : Gambaran Umum

Berisi pembahasan mengenai presentase etnik Rusia

di Ukraina, profil negara Rusia dan Amerika Serikat,

intervensi Rusia ke Ukraina, latar belakang hubungan Rusia

– Ukraina, perbedaan Crimea dari kota lain di Ukraina,

Vladimir Putin dan kebijakan terkait intervensi di Ukraina,

gambaran umum geopolitik dan geostrategi Rusia, dan latar

belakang sejarah hubungan bilateral Rusia – Amerika

Serikat.

BAB IV : Pembahasan

Berisikan pembahasan mengenai dampak intervensi

militer Rusia atas Ukraina terhadap hubungan bilateral

Rusia – Amerika Serikat tahun 2014.

BAB V : Penutup

Berisikan kesimpulan dan rekomendasi yang

dikemukakan berdasarkan hasil ujian dan pembahasan

terhadap perumusan masalah yang dikaji.

14
BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Konsep Kepentingan Nasional

Konsep kepentingan nasional digunakan dalam dua cara terkait, di satu

sisi, kepentingan dunia menyiratkan satu kebutuhan oleh standar pembenaran

dan mencapai status klaim agar dapat diterima atas nama negara. Di sisi lain,

kepentingan nasional juga digunakan untuk menggambarkan dan mendukung

kebijakan tertentu. Masalahnya adalah menentukan kriteria yang dapat

membuat keputusan antara kepentingan nasional yang dinyatakan dalam

prinsip dan sebagai negara (Callghan dan Grffith, 2002:203-205).

Kriteria yang terkait konsep kebijakan yang lebih mendalam, yang

mana menjawab satu pertanyaan dari tiga cara tersebut.

a. Kepentingan nasional adalah apa yang dibuat oleh pengambil

keputusan pada tingkat tertinggi pemerintahan. Mereka adalah

hakim terbaik dari berbagai promosi kebijakan, oleh karena itu

kepentingan nasional merupakan bagian yang secara adil

ditetapkan dan dipertahankan oleh mereka yang memiliki kealihan

dan otoritas yang sesuai untuk berbicara bagi seluruh negeri.

b. Pendekatan kedua, sangat erat dikaitkan dalam pemikiran sekolah

realis, pemahaman akan kepentingan nasional dalam hal-hal

perkiraan mendasar terkait unsur alami hubungan internasional dan

dorongan dari negara, hal ini termasuk ide yang dibuat anarki

15
sebagai keamanan dimana kebijakan luar negeri yang terpenting

menjadi perhatian negara. Keamanan, dalam hal ini memerlukan

kemahiran dan pengelolaan yang rasional akan kekuasaan (yang

secara keseluruhan tidak dapat dipisahkan dari kekuatan militer),

dan hanya kebijakan-kebijakan yang dapat diselenggarakan yang

akan dijalankan dalam kepentingan nasional. Tentu saja,

pendekatan ini tergantung pada kebenaran akan anggapan yang

mendasar. Dalam hal menyederhanakan pendekatan yang

kompleks, setidaknya terdapat dua pelaksanaan dengan

pendekatan. Pertama, hal ini sering kali dikorbankan dari

pengulangan akan kepentingan yang sering ditegaskan dalam hal

kekuasaan dan kekuasaan dalam hal kepentingan.

c. Secara keseluruhan pada pendekatan ketiga, kepentingan nasional

dapat diartikan ketika pilihan tersebut dapat memisahkan diri

kedalam ungkapan yang dapat dijelaskan menurut pilihan bangsa

dengan anggapan bahwa kepentingan bangsa tidak dapat

diungkapkan oleh beberapa pengamat dari luar bahkan dengan

standar dari bangsa itu sendiri (Callghan dan Griffith, 2002:203-

205).

Kepentingan Nasional, secara konseptual dipergunakan untuk

menjelaskan politik luar negeri suatu negara dan harus bisa mempertahankan

integritas wilayahnya (physical identity); mempertahankan identitas politik

(political identity); mempertahankan rezim-rezim ekonomi-politiknya seperti

16
demokratis kompetitif, komunisme, kapitalisme, sosialisme, otoriter dan

totaliter, dan sebagainya dari gangguan negara lain. Demi merealisasikan atau

bahkan untuk bisa dipertahankan kepentingan nasional yang dianggap sangat

vital (Sitepu, 2011 : 163-165).

Miroslav Nincic memperkenalkan tiga kriteria dalam atau asumsi dasar

yang harus dipenuhi dalam mendefinisikan kepentingan nasional. Pertama,

kepentingan itu harus bersifat vital sehingga pencapaiannya menjadi prioritas

utama pemerintah dan masyarakat. Kedua, kepentingan tersebut harus

berkaitan dengan lingkungan internasional. Artinya, pencapaian kepentingan

nasional dipengaruhi oleh lingkungan internasional. Ketiga, kepentingan

nasional harus melampaui kepentingan yang bersifat partikularistik dari

individu, kelompok, atau lembaga pemerintahan sehingga menjadi kepedulian

masyarakat secara keseluruhan (Jemadu, 2008 : 67).

2.1.1 Kebijakan Luar Negeri

Mark R Amstutz mendefinisikan kebijakan kebijakan luar negeri

sebagai explicit and emplicit actions of governmental official designed to

promote national interests beyond a country’s territorial boundaries.

Dalam definisi ini ada tiga penekanan utama, yaitu tindakan atau

kebijakan pemerintah, pencapaian kepentingan nasional dan jangkauan

kebijakan luar negeri yang melewati batas kewilayahan suatu negara.

Dengan demikian semua kebijakan pemerintah yang membawa dampak

bagi aktor-aktor lain diluar batas wilayahnya secara konseptual

merupakan bagian dari kebijakan luar negeri (Jemadu, 2008:64-65).

17
Kegley dan Wittkopt menekankan kebijakan laur negeri sebagai

the decisions governing authotrities make to realise international goals.

Kedua penulis menekankan bahwa studi kebijakan luar negeri harus

memperhatikan nilai-nilai yang mendasari perumusan tujuan suatu

negara serta alat yang digunakannya untuk mencapai tujuan suatu negara

serta alat yang digunakannya untuk mencapai tujuan tersebut (Jemadu,

2008:65).

Menurut Howard Lentner, pengertian kebijakan luar negeri harus

mencakup tiga elemen dasar dari setiap kebijakan yaitu: penentuan

tujuan yang hendak dicapai (selection of objectives), pengarahan sumber

daya atau instrumen untuk mencapai tujuan tersebut (mobilizations of

means), dan pelaksanaan (implementation) dari kebijakan yang terdiri

dari rangkaian tindakan dengan secara aktual menggunakan sumber daya

yang sudah ditetapkan (Jemadu, 2008:65).

Dari berbagai definisi standar yang dikemukakan di atas nyata

sekali bahwa yang menjadi acuan adalah perilaku dan tindakan negara

yang membawa dampak eksternal atau mempengaruhi aktor-aktor lain

dalam lingkungan eksternal. Sejalan dengan adanya globalisasi maka

isu-isu dalam politik global pun semakin beragam dan melibatkan

banyak aktor masing-masing dengan kepentingannya. Isu-isu yang

bersifat cross national boundaries baik dari segi dampaknya maupun

dari sudut pandang penyelesaian masalah-masalah atau konflik

kepentingan yang terjadi dan isu-isu yang yang dimaksud termasuk hak

18
azasi manusia, lingkungan hidup, kesehatan gender, perburuan,

perkembangan demokratisasi, dan civil society, perlakuan terhadap etnis

minoritas, interfaith dialogue, dan sebagainya (Jemadu, 2008 : 66).

2.1.2 Geopolitik

Geopolitik adalah sebuah hampiran untuk memahami politik luar

negeri dengan menekankan upaya untuk menerangkan dan meramalkan

perilaku politik serta kapabilitas militer dan terminologi lingkungan fisik

manusia. Dengan demikian geopolitik mencakup berbagai peringkat

determinisme historis yang didasarkan pada faktor geografi (Plano dan

Olton 1999 : 81).

Geopolitik dapat juga dipakai untuk menggambarkan geografi

politik dalam artian tatanan dunia dengan negara sebagai komponennya

atau terpaut dengan aspek perencanaan politik luar negeri yang

memperhitungkan berbagai faktor geografi (Plano dan Olton 1999 : 82).

Geopolitik Heartland, mengungkapkan bahwa negara yang dapat

menguasai sumber daya manusia dan fisik kawasan Eurasia yang terletak

diantara wilayah Jerman dan Serbia Tengah akan mampu mengendalikan

dunia (Plano dan Olton 1999 : 83).

Menurut Halfford (McKinder 1904:1), dunia dipetakan kedalam

beberapa bagian dan memperkenalkan teori Heartland. Dalam teori ini

McKinder menjelaskan bahwa geopolitik (aktor) yang mendominasi

Heartland akan memiliki potensi geopolitik dan ekonomi yang

diperlukan untuk akhirnya mengendalikan dan menguasai dunia.

19
2.1.3 Geostrategi

Geostrategi merupakan cara atau taktik kondisi ketahanan bangsa

dan dinamika terkait dengan aspek alamiah dan sosial ;

a) Aspek Alamiah (Trigatra) : letak geografis, keadaan SDA, demografi

(kependudukan).

b) Aspek Sosial (Pancagrata) : ideologi, politik, ekonomi, sosial

budaya, pertahanan, dan keamanan (Triyanto, 2011 : 17).

Boundaries : perbatasan wilayah adalah simbol kedaulatan

dan kekuasaan nasional selain sebagai sumber tradisional bagi

terjadinya konflik internasional. Pentingnya perbatasan nasional bagi

pertahanan nasional berbeda-beda bagi satu negara dengan negara

lainnya, dan terpaut dengan tingkat teknologi militer yang dimiliki

masing-masing (Plano dan Olton, 1999 : 75).

Demografi : secara historis, berbagai tahapan alur peredaran

demografis memiliki pautan timbal-balik dengan tingat

perkembangan ekonomi. Ledakan penduduk, atau tahap kedua alur

peredaran demografis, manakala menyatu dengan revolusi ungkapan

harapan, merupakan sebuah masalah nasional dan internasional

(Plano dan Olton 1999 : 76-77).

Geografi : hubungan antara letak fisik geografis dengan

kekuatan nasional. Lokasi sebuah negara terkait dengan kekuatan

nasional melalui cuaca, jalur dari dan menuju laut, kekuasaan atas

jalur transportasi sungai, laut, darat, serta kandungan sumber daya

20
alam. Kehadiran atau tidak adanya negara tetangga yang kuat juga

ditentukan oleh lokasi geografis (Plano dan Olton, 1999 : 79).

Ideologi, merupakan nilai utama yang harus dipertahankan

dan dalam kasus tertentu, ideologi harus disebarluaskan kepada

masyarakat lain (Plano dan Olton, 1999 : 65).

2.2 Konsep Intervensi

Campur tangan yang dilakukan oleh negara lain, yang umumnya

dilakukan demi kepentingan negara terkait dan campur tangan itu selalu

disertai bentuk atau implikasi tindakan untuk menganggu kemerdekaan politik

negara yang bersangkutan (Rudy, 2010 : 30-31).

Intervensi dapat dibenarkan secara hukum jika :

a. Negara yang di intervensi telah memberikan hak berdasarkan

perjanjian.

b. Jika negara tersebut melanggar kesepakatan untuk menentukan

kebijaksanaan bersama yang seyogianya dilakukan secara

unilateral.

c. Intervensi dianggap perlu untuk melindungi warga negaranya.

d. Dianggap perlu untuk mempertahankan diri.

e. Negara yang bersangkutan melanggar hukum internasional.

Intervensi juga dibenarkan dibenarkan oleh piagam PBB jika

dilakukan dalam bentuk tindakan kolektif masyarakat internasional

terhadap negara yang mengancam atau merusak perdamaian atau

21
dianggap melakukan tindakan agresi (Plano dan Olton, 1999 : 151-

152).

2.2.1 Bentuk-Bentuk Intervensi

a. Intervensi Internal (Internal Intervention). Misalnya negara A

campur tangan di antara pihak-pihak yang bertikai di negara B yang

mendukung pemerintah negara tersebut atau pihak pemberontak;

b. Intervensi Eksternal (External Intervention). Misalnya negara A turut

campur tangan dengan mengadakan hubungan dengan negara lain,

umumnya dalam keadaan bermusuhan. Contohnya ketika Italia

melibatkan diri dalam perang dunia II dengan memihak Jerman dan

memerangi Inggris.

c. Intervensi Penghukuman (punitive Intervention). Intervensi seperti

ini merupakan suatu tindakan pembalasan melalui tindakan perang

kecil sebagai pembalasan terhadap kerugian yang ditimbulkan oleh

negara lainnya. Sebagai contoh adalah blokade damai yang

dilancarkan terhadap suatu negara sebagai balasan atas tindakan

negara tersebut yang melanggar perjanjian (Rudy, 2006 : 31-32).

Berikut ini adalah yang umumnya dinyatakan sebagai kasus-

kasus kekecualian pokok, dimana menurut hukum internasional suatu

negara berhak berhak melakukan intervensi sah :

a. Intervensi kolektif sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-

Bangsa (UN Charter).

22
b. Intervensi untuk melindungi hak-hak dan kepentingan-kepentingan

serta keselamatan jiwa warga negara.

c. Pertahanan diri, apabila intervensi diperlukan untuk menghilangkan

bahaya serangan senjata yang nyata.

d. Dalam urusan-urusan protektorat yang berada di bawah

kekuasaannya.

e. Apabila negara yang menjadi subjek intervensi dipersalahkan karena

melakukan pelanggaran berat atas hukum internasional menyangkut

negara yang melakukan intervensi sendiri telah di intervensi secara

melawan hukum (Rudy, 2006 : 32-33).

Dalam melaksanakan hak-hak kekecualian intervensi, negara-

negara harus tunduk kepada kewajiban-kewajiban pokok menurut

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, hal ini dengan jelas ditekankan

dalam Pasal 2 ayat (4) dan ayat (7) Piagam PBB, yang mana melarang

negara anggota untuk ikut campur dalam urusan dalam negeri negara

lain dalam bentuk apapun. Pengecualian terhadap hal ini diberikan

kepada Dewan Keamanan PBB yang mana berhubungan dengan

pelaksanaan BAB VII Piagam PBB (Bunga 2014 : 4). Sehingga kecuali

Piagam sendiri memperbolehkan pelaksanaan hak itu, intervensi tidak

boleh berkembang menjadi ancaman atau penggunaan kekerasan

terhadap integrasi teritorial atau kemerdekaan politik negara manapun

(Rudy, 2006 : 33).

23
2.3 Konsep Hubungan Bilateral

Adapun yang dimaksud dengan hubungan bilateral adalah keadaan

yang menggambarkan adanya hubungan yang saling mempengaruhi atau

terjadinya hubungan timbal balik antara dua pihak (Perwita dan Yani, 2005 :

42).

Hubungan bilateral adalah sebuah tindakan interaksi dengan negara

lain yang hidup berdampingan maka bersama mereka membentuk sebuah

sistem global. Maka pada hakikatnya hubungan antara negara satu dengan

yang lain adalah sebuah keniscayaan, dan disitulah letak esensi hubungan

internasional. Hubungan bilateral dibagi menjadi dua definisi, secara sempit ia

khusus mempelajari hubungan politik antar negara, sedangkan dalam arti

umum ia tidak hanya mencakup unsur politik saja, tetapi juga mencakup

unsur-unsur ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan dan

sebagainya (Ahmad, 2011 : 1).

Gambaran mengenai hubungan bilateral dijelaskan dalam Academia

Edukasi (2014). Bilateral adalah suatu hubungan politik, budaya, dan ekonomi

di antara dua negara. Kebanyakan hubungan internasional dilakukan secara

bilateral. Misalnya perjanjian politik – ekonomi, pertukaran kedutaan besar,

dan kunjungan antar negara.

Gambaran umum tentang what are bilateral relation dijelaskan dalam

Wisegeek (2014). Kerjasama antar negara baik dalam lingkup bilateral,

regional dan multilateral sangat dibutuhkan oleh suatu negara, dimana suatu

negara tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya interaksi dengan negara lainnya

24
baik dalam sektor ekonomi, politik, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Kerjasama bilateral dilaksanakan guna menjalin hubungan yang baik antar

negara yang bertetangga, dengan semangat kerjasama dan “take and give”

serta orientasi ke depan dalam membangun hubungan kedua negara.

2.3.1 Bentuk-Bentuk Kebijakan luar negeri

a. Unilateral

Kebijakan unilateral adalah kebijakan yang dilakukan secara

sepihak, tanpa adanya keputusan dari kedua belah pihak yang

berkaitan. Contohnya seperti intervensi yang dilakukan Rusia atas

Ukraina, dimana semua negara harus tunduk kepada kewajiban-

kewajiban pokok menurut piagam Perserikatan Bangsa Bangsa, hal

ini dijelaskan dalam pasal 2 ayat (4) dan ayat (7) piagam PBB, yang

mana melarang negara anggotanya untuk ikut campur dalam urusan

dalam negeri negara lain dalam bentuk apapun (Bunga, 2014 : 4).

b. Bilateral

Merupakan kerjasama antar dua negara baik pada bidang

perekonomian hingga pada bidang pertahanan negara. Tujuan

kerjasama bilateral untuk membina hubungan yang telah ada serta

menjalin hubungan kerjasama baik itu perdagangan maupun

pertahanan dengan mitra kerja. Contohnya seperti kerjasama

Indonesia – Kanada, kedutaan besar Kanada di Indonesia

menyediakan pelayanan perdagangan, konsuler, dan imigrasi, di

25
samping menjalankan kerjasama politik, ekonomi dan pembagunan

(Government of Canada, 2014).

c. Multilateral

Kebijakan luar negeri multilateral merupakan kebijakan yang

diadakan oleh lebih dari dua negara untuk mencapai tujuan yang

ingin dicapai. Contoh konkrit dari kebijakan multilateral adalah

Group 8, terdapat negara-negara industri besar seperi Rusia dan

Amerika Serikat. G-8 sendiri membahas tentang isu-isu ekonomi,

perdagangan dan politik (Slideshare, 2014:1).

26
BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Peta Ukraina dan Presentase Etnik Rusia di Ukraina

Gambar 3.1 Peta Etnis Rusia yang Berdomisili di Ukraina

(Sumber : www.rusi.org/images/library.jpg)

Ukraina memiliki populasi 44 juta jiwa dan secara strategis berbatasan

langsung dengan Rusia, memiliki luas wilayah 603.550 km2 dengan bentuk

negara Republik, merupakan bagian dari Uni Soviet dari tahun 1919 hingga

pada 1991. Ukraina sendiri menjadi negara berdaulat dan memproklamasikan

kemerdekaannya pasca kejatuhan Uni Soviet, (sebelum runtuh dan berubah

menjadi negara Federasi Rusia) (ferdiansyah, 2014:1).

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2001, Populasi Ukraina terdiri

dari 44,291,413 jiwa, dimana terdapat :

- Etnis Ukraina 77.8%.

- Etnis Rusia 17.3%.

27
- Etnis Belarusia 0.69%.

- Etnis Moldova 0.5%.

- Etnis Tatar Crimea 0.5% (woehrel, 2014:17).

Ukraina sendiri memiliki sejumlah etnis yang berdomisili di

semenanjung Crimea, dimana dari data kependudukan Crimea saat ini dari

sekitar 2.033.700 warga, 58% merupakan etnis Rusia, sedangkan sisahnya

adalah masyarakat Ukraina 24,32% dan Muslim Tatar 12,03% (woehrel,

2014:17).

3.2 Profil Negara

3.2.1 Profil Negara Rusia

Nama Negara : Federasi Rusia


Ibu Kota : Moskow

Total Luas Wilayah : 17.075.4000 km2


Bahasa Resmi : Terdapat 27 Bahasa yang dipakai

Mata Uang : Rubel

Grup Etnik : 81.0% Rusia, 3.7% Tatar, 1.4%


Ukrania, 1.1% Bashkir, 1.0 Chuvash,
11.8% lainnya

Pemerintahan : Presidensil
Presiden : Vladimir Valdimirovich Putin
Perdana Menteri : Dmitry Medvedev

Legislatif : Majelis Federal


- Majelis Tinggi : Dewan Federasi
- Majelis Rendah : State Duma
Populasi tahun 2013 : 143,600,00 Jiwa
GDP (PPP) 2013
- Total : $2.558 Triliun
- Perkapita : $18,083 Triliun

28
GDP Perkapita (nominal) 2013
- Total : $2,118 Triliun
- Perkapita : $14,973 Triliun
HDI : Diatas 0.778 Jiwa

(Sumber : http://www.indexmundi.com/russia/)

3.2.2 Profil Negara Amerika Serikat

Nama Negara : United States of America


Ibu Kota : Washington, D.C.

Total Luas Wilayah : 9,826,675 km2


Bahasa Resmi : English

Mata Uang : Dolar US

Pemerintahan : Presidensial, Republik Federalis,


Republik Konstitusional
Presiden : Barack Obama
Wakil Presiden : Joe Biden

Legislatif : Parlemen (Kongres)


- Majelis Tinggi : Senate
- Majelis Rendah : House of Representatives (HoR)
Populasi Tahun 2013 : 317,234,000 Jiwa
GDP (PPP) 2013
- Total : $16.724 Triliun
- Perkapita : $52.839 Triliun
GDP Perkapita (nominal) 2013
- Total : $16.724 Triliun
- Perkapita : $52,839 Triliun
HDI : Diatas 0.937 Jiwa

(Sumber : http://www.indexmundi.com/united states/)

3.3 Intervensi Rusia Ke Ukraina

Intervensi Rusia diawali ketika Vladimir Putin mengirimkan Sebanyak

7.000 sampai 8.000 prajurit pada bulan Januari sampai Maret, dari tindakan

29
tersebut akhirnya menyebabkan lebih dari 200-an orang dari warga negara

Ukraina meninggal dalam pertempuran diantara kedua negara. Pemerintah

Ukraina bahkan menyakini bahwa militer Rusia yang berada di Ukraina

mencapai sekitar 10.000 sampai 15.000 prajurit untuk membantu separatis

Ukraina. Rusia sendiri berulang kali membantah telah mengirimkan pasukan

reguler ke Ukraina untuk membantu separatis Ukraina, namun beberapa

indikasi memperkuat dugaan bahwa pasukan Rusia tengah bertempur di

Ukraina, sebab di wilayah Crimea terdapat militer Rusia yang berjaga di

gedung-gedung pemerintahan serta bandara internasional milik Crimea

(Kompas.com, 2014).

Akar konflik dipicu dari pembagaian kubu, dimana bermula saat

presiden Ukraina sebelumnya, Leoinid Kuchma dituduh melakukan korupsi

besar-besaran sehingga rakyat Ukraina menuntutnya untuk mundur dari

jabatan kepresidenan. Setelah Kuchma menyatakan mundur, terdapat dua

kandidat presiden yang berbeda haluan serta masing-masing memiliki suara

yang kuat dari rakyat Ukraina. Yuliana Tymoshenko yang berhaluan Barat

(yang dimaksud Barat adalah Amerika Serikat, Uni Eropa dan North atlantic

treaty Organization), sedangkan Viktor Yanukovych lebih berhaluan ke arah

kerjasama dengan Rusia (Ferdiansyah, 2014:2).

Ketika pemilihan presiden tahun 2010, situasi politik dalam negeri

Ukraina sama sekali belum mengalami perubahan yang terjadi pada tahun-

tahun sebelumnya karena masih terdapat dua blok kubu dominan yang

berseberangan cara pandang mengenai keberpihakan Ukraina dengan Rusia

30
atau dengan Barat. Pada pemilihan presiden tahun 2010, Yanukovych

memenangkan suara untuk menduduki kursi presiden setelah mendapat suara

sebanyak 49% dibandingkan Tymoshenko yang hanya mendapat 45,5% dari

total suara. Basis kedua kubu sendiri masih sama yaitu wilayah Timur yang

berbatasan langsung dengan Rusia yang mendukung Yanukovych, sementara

pada wilayah Barat yang mendukung Tymoshenko sebagai presiden. Setelah

gagal menjadi presiden, Thymoshenko diangkat menjadi perdana menteri

dengan mayoritas parlemen dibawah Yanukovych (Ferdiansyah, 2014:3).

Peta 1.3 Pembagian Wilayah Warga Pro Barat dan Pro Rusia

Keterangan :
- Kuning : basis suara Yulia Tymoshenko (Barat)
- Biru : basis suara Viktor Yanukovych (Rusia)

Awal meledaknya konflik Ketika Yanukovych yang dengan sengaja

menggambil keputusan untuk membatalkan kesepakatan kerjasama ekonomi

dengan Uni Eropa. Aksi ini menimbulkan situasi pro-kontra atas keputusan

tersebut, sebagian warga pro Barat pun melayangkan protes kepadanya dan

melakukan demonstrasi besar-besaran yang memakan korban jiwa. Kerjasama

31
yang ditawarkan Uni Eropa sendiri dimaksudkan untuk membantu

perekonomian Ukraina, sebab beberapa tahun belakangan Ukraina sedang

mengalami krisis, namun Yanukovych lebih memilih untuk bergabung dengan

Rusia (Ferdiansyah, 2014:5).

Dari ketidakstabilan sosial dan politik yang terjadi di Ukraina maka

Vladimir Putin langsung mengirimkan pasukan militer bersenjata dengan dalih

menjaga etnis Rusia yang berdomisili di Crimea. Tetapi selain untuk menjaga

etnisnya, ternyata Putin memiliki beberapa keinginan yang diantaranya :

a. Kawasan strategi Laut Hitam di Semenanjung Crimea, wilayah

Laut Hitam merupakan salah satu pintu gerbang internasional besar

yang sangat penting bagi Eropa serta untuk Asia dan Rusia,

sehingga selalu menjadi daya tarik bagi kekuatan-kekuatan besar di

dunia. Di negaranya, Rusia tidak memiliki pangkalan laut yang

mampu memampung 338 kapal perang. Kawasan Laut Hitam di

Crimea merupakan laut hangat serta memiliki kedalaman laut 30

meter yang cocok untuk dijadikan pangkalan laut militer milik

Rusia, berbeda dengan laut di sebelah Utara Rusia yang dingin

sehingga membutuhkan biaya operasional lebih untuk

mengoperasikan kapal-kapal milik Rusia.

b. Armada Laut Hitam Rusia, Pertumbuhan ekonomi Rusia dalam

beberapa tahun terakhir telah mendukung pengeluaran pertahanan

untuk merestrukturisasi angkatan bersenjata dan meningkatkan

kualitas militer, dimana terdapat kemajuan bagi militer Rusia.

32
Armada laut hitam Rusia terdiri dari 388 kapal perang termasuk 14

kapal selam diesel. Selain itu, terdapat 161 jet tempur di pangkalan

udara yang disewa Rusia di Gvardeiskoye sebelah Utara

Simferopol dan Sevastopol. Total terdapat 25.000 personel militer

Rusia di Ukraina yang belum termasuk staf sipil, jika dihitung juga

keluarga mereka yang ikut tinggal di kompleks militer Crimea,

total lebih dari 100.000 orang (Viva.co.id, 2014).

c. Menjaga kepentingan berjalannya pipa gas Rusia untuk memasok

gas alam di Eropa. Pipa-pipa gas alam Rusia yang mengalir dan

terbentang ke Eropa merupakan kekuatan utama Rusia ke

depannya. Ketika Rusia menguasai seluruh Ukraina maka Rusia

akan memiliki kendali tunggal atas penguasaan berjalannya pipa

gas alam yang dimiliki oleh Rusia tanpa harus melalui negara-

negara lain (Intan, 2014:4).

3.4 Latar Belakang Hubungan Rusia – Ukraina

Rusia dan Ukraina memiliki catatan sejarah yang sangat panjang. Dari

segi sejarah, Ukraina telah berperan sangat penting sebagai negara yang

melahirkan kekaisaran Rusia pada abad ke-9 sehingga Ukraina menjadi

“Maskot” para Tsar Rusia, sampai pada masa keruntuhan akibat Revolusi

Bolsjweik 1917. Ukraina sendiri pernah dikuasai oleh bangsa Polandia pada

abad-16, sampai akhirnya Rusia datang memberi pertolongan terhadap

dominasi Polandia pada tahun 1648. Ukraina sempat menikmati masa

kemerdekaan dari tahun 1918 sampai 1919, lalu kembali diambil alih oleh

33
USSR (Union of Soviet Socialist Republics) yang kemudian mendeklarasikan

Republik Uni Soviet. Uni Soviet sendiri adalah manivestasi dari ekspansi dan

kolonialisasi Rusia selama berabad-abad, maka Rusia dapat dianggap sebagai

Saudara Tua (tyomnokrasnie), sehingga derajat pengaruh nilai-nilai Rusia

menjadi dominan (Wisnu, 2014:6).

Di pertengahan tahun 1920, Uni Soviet mengeluarkan suatu kebijakan

baru untuk peremajaan pertanian Ukraina sebagai dampak dari perang dunia.

Rezim Soviet juga memperkenalkan Ukrainasasi, yaitu sebagai salah satu

kebijakan yang mendukung penggunaan bahasa Ukraina dan pengembangan

kebudayaan nasional Ukraina. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan simpati

rakyat Ukraina. Tetapi akhir tahun 1920 pemimpin Soviet, Joseph Stalin

dengan brutal mencabut kebijakan-kebijakan itu. Para petani telah diperas dan

dipaksa untuk menyerahkan hasil pertanian. Akibatnya, terjadi kelaparan yang

mengerikan di Ukraina pada tahun 1932 dan 1933 dimana diperkirakan 5

sampai 7 juta orang meninggal dunia (Wisnu, 2014:7).

Rakyat Ukraina merasa kalau Rusia telah memperpanjang Ekspansinya

ke Ukraina melalui Uni Soviet sangat besar, akibatnya budaya Ukraina

mengalami kemunduran. Bahasa Rusia menjadi bahasa utama dan bahasa

Ukraina menjadi terpinggirkan. Sementara bahaya nuklir “Chernobyl” pada

tahun 1986 ikut membangun ketidakpuasan menyeluruh pada rakyat Ukraina

terhadap Uni Soviet kekurangan dari sistem yang diterapkan Uni soviet.

Akibatnya banyak bermunculan gerakan-gerakan seperti Front pergerakan

34
yang dikenal “Rukh”, mulai menyuarakan kemerdekaan yang akhirnya dicapai

pada tahun 1991 (Wisnu, 2014:8).

Walaupun Ukraina telah memperoleh kemerdekaannya dari Uni Soviet

pada tanggal 24 Agustus 1991, Ukraina masih berada dibawah pengaruh

Rusia. Pada bulan Desember 1991 para kepala pemerintahan dari Rusia,

Ukraina dan Belarussia menandatangani pakta yang secara resmi

membubarkan Uni Soviet dan menyatakan berdirinya Persemakmuran negara-

negara Merdeka (PNM) yang diikuti oleh semua negara bekas Uni Soviet

kecuali tiga negara Baltik (Latvia, Estonia, Lithuania) dan Georgia. Hal ini

tetap menjadikan Ukraina tetap berada dalam satu keorganisasian dengan

Rusia, yang secara tidak langsung dominasi Rusia terhadap Ukraina masih

tetap dipertahankan (Wisnu, 2014:8).

Konflik berkepanjangan di Ukraina tidak terlepas dari sejarah Crimea

yang dulunya merupakan bagian dari Russian Soviet Socialist Republic.

Crimea di serahkan kepada Ukraina atas dasar simbol persahabatan di saat Uni

Soviet runtuh, Crimea sendiri mengalami pergolakan dimana tuntutan untuk

merdeka telah menjadi sumber konflik antara Ukraina dan Rusia. Tarik

menarik ini kemudian diselesaikan dengan deklarasi untuk tetap menjadikan

Crimea bagian dari Ukraina, diikuti dengan pembagian kekuasaan dan

operasional antara Ukraina dan Uni Soviet atas pangkalan Laut Hitam yang

dulunya dikuasai Uni Soviet. Meski demikian tuntutan untuk bergabung

dengan Rusia tetap tidak dapat hilang dalam pertikaian antara kelompok

politik di Crimea yang secara langsung dipertajam dengan konflik yang terjadi

35
dalam sistem politik Ukraina dan pertikaian antar kedua kubu yang pro Barat

dan pro Rusia (Wisnu, 2014:8).

Hubungan diantara Rusia dan Ukraina dibangun kembali sesudah

Viktor Yanukovych menjadi presiden Ukraina di tahun 2010 dan kedua negara

menyetujui perpanjangan penggunaan pelabuhan Laut Hitam di Crimea

sampai 2042. Dengan begitu Rusia akan memberikan potongan suplai harga

gas untuk 10 tahun kepada Ukraina (Nichol, 2014:46).

Selain itu, terdapat juga perjanjian kerjasama lainnya berupa Traktat

Persahabatan antara Rusia dan Ukraina. Dibawah Traktat Persahabatan

Kerjasama dan Kemitraan Moskow-Kiev tahun 1997, Rusia mengakui status

kepemilikan Sevastopol dan kedaulatan Ukraina. Sebagai balasannya, Ukraina

memberikan Rusia hak untuk terus menggunakan pelabuhan Sevastopol bagi

Armada Laut Hitam Rusia sampai tahun 2017. Menurut perjanjian antara

Rusia dan Ukraina tentang keberadaan Armada Laut Hitam Rusia di wilayah

Ukraina, Rusia kapan pun boleh menempatkan 388 kapal Rusia di perairan

Simferopol dan Sevastopol (Kompas.com, 2014).

Pada akhir 2013, Rusia menunjukan kemampuan pasukannya

dibandingkan Ukraina. Dimulai pada Agustus 2013, sebagaimana hal ini

memungkinkan Ukraina untuk mensepakati perjanjian dengan Uni Eropa

(yang dimasukan kedalam zona bebas perdagangan), Rusia dilarang

mengimpor cokelat kepada Ukraina dari perusahaan yang disponsori (AA)

Association Agreement dan sementara membantu Ukraina untuk mengekspor

besi kepada Rusia melalui perbatasan kedua negara. Keanggotaan Rusia

36
memperingatkan bahwa jika Ukraina menandatangani zona bebas

perdagangan tersebut maka hal itu akan membantu mengurangi lebih banyak

gangguan terhadap ekspor barang dari Ukraina ke Rusia. Dibawah tekanan

seperti ini pemerintahan Ukraina mengumumkan hanya sebelum hari

perencanaan penandatanganan perjanjian pada november 2013, hal itu akan

menimbulkan fakta bahwa berbenturan di jalur perdagangan dengan Rusia.

Pertukaran pemerintahan memicu terjadinya demonstrasi anti pemerintah di

Ukraina menyebabkan runtuhnya rezim Yanukovych pada Februari 2014

(Nichol, 2014:46).

- Kesepakatan Tentang Distribusi Gas antara Rusia dan Ukraina

Pemerintah Ukraina mempunyai kesepakatan dengan pemerintah

Rusia tentang distribusi gas, kesepakatan tersebut dioperasikan bersama

oleh perusahaan gas Ukraina, Naftogaz dan perusahaan Rusia,

RosUkrEnergo yang sebagian sahamnya dimiliki perusahaan energi Rusia,

Gazprom yang mana perusahaan baru itu pada tahun ini akan mengirim

hingga 40 milar kubik meter gas dari turkmenistan dan sekitar 22 miliar

kubik meter gas dari Rusia pada harga US$95 juta per 1.000 meter kubik

gas (Bethel, 2014:7).

Namun semenjak terjadi krisis, pemerintah Ukraina lebih berpihak

kepada negara-negara Barat. Hal ini telah terjadi setelah politisi pro Barat

menyingkirkan politisi pro Rusia dan hal tersebut berdampak buruk bagi

pemerintahan Ukraina. Sebelumya presiden terguling Viktor Yanukovych

juga telah menandatangani kontrak baru untuk pengiriman gas ke Ukraina

37
dengan Rusia. Harga diskon gas 280 dolar per seribu meter kubik untuk

Ukarina merupakan sebuah intensif besar, akan tetapi harga itu melonjak

naik menjadi 485 dolar setelah Yanukovych digulingkan dan kenaikan 42

persen harga gas Rusia merupakan sebuah pukulan berat bagi ekonomi

Ukraina. Pemerintah Ukraina sendiri sangat sulit untuk bisa melepaskan

pengaruh dari Rusia karena karena 60 persen kebutuhan gas Ukraina

dikirim dari Rusia (Bethel, 2014:8).

3.5 Perbedaan Crimea Dari kota Lain di Ukraina

a. Semenanjung Crimea merupakan kota yang saat ini dijadikan basis oleh

pemerintahan Rusia untuk melakukan penyerangan militer ke Ukraina.

Kawasan ini dikenal sebagai wilayah pro-Rusia walaupun berada di

wilayah Ukraina baik secara geografis, sejarah dan politiknya.

b. Semenanjung Crimea yang mengarah condong ke Laut Hitam, hampir

berdekatan dengan negara Rusia. Kondisi Laut hitam yang hangat, berbeda

dengan laut di bagian Utara Rusia yang dikenal dingin membuat Rusia

harus mengeluarkan banyak biaya untuk pengoperasian kapal perang

Rusia.

c. Selama 14 tahun sejak tahun 1921, Crimea berada di bawah kekuasaan

Uni Soviet dengan status Otonomi, namun pada 1945 atas campur tangan

Nikita Khrushchev, Crimea akhirnya menjadi bagian dari negara Ukraina.

d. Pada saat Uni Soviet pecah tahun 1991, Crimea akhirnya berada di negara

Ukraina yang baru merdeka. Walaupun begitu, 58% dari 2 juta populasi di

38
Crimea merupakan etnis Rusia sehingga sering terjadi pertikaian antara

etnis Rusia dan warga asli Ukraina (Detik.com, 2014).

3.6 Vladimir Putin dan Kebijakan Terkait Intervensi Militer di Ukraina

Sejak Vladimir Putin menjadi Presiden pada periode kedua di tahun

2004 Rusia perlahan bangkit menjadi suatu kekuatan baru. Dari segi domestik

hal pertama yang Putin lakukan yakni sesegera mungkin mengevaluasi kinerja

ekonomi, Putin juga mulai mencegah oligarki yang sudah mengontrol

sebagian besar kekuatan ekonomi Rusia, bahkan politik Rusia. Pemerintahan

lebih terkonsolidasi dengan terjadinya kenaikan harga minyak dan gas dunia

yang telah membantu menstabilkan ekonomi Rusia dan memberikan dana

untuk melakukan modernisasi sehingga membawa Rusia kembali menjadi

negara kuat dalam ekonomi maupun militer seperti yang diinginkan oleh Putin

(Indriyanto, 2012:1).

Dengan kekuatan militer, senjata nuklir, sumber energi yang besar dan

luasnya wilayah yang dimiliki, Rusia berusaha memainkan peran dalam

keseimbangan politik dan keamanan yang sempat memudar. Betapa tidak,

Putin relatif mampu memulihkan harga diri Rusia sampai jauh pada dekade

1999-an dalam tempo yang cepat. Dari negara yang hampir kehilangan kontrol

atas kekayaan alam, Rusia menjadi negara kaya dan makmur, setelah

menguasai kembali kekayaan yang berlimpah ruah (Indriyanto, 2012:1).

Dari segi eksternal, Rusia merasa bahwa jalan tengah yang

dicanangkan Putin membuat Barat mampu menganggap Rusia sebagai aktor

yang sejajar di forum internasional maupun menghentikan kritik-kritik yang

39
selalu dilancarkan Barat terhadap apa yang oleh Rusia dianggap sebagai

urusan dalam negerinya. Rusia memperlihatkan kesan ingin tampil untuk bisa

didengarkan di kancah perpolitikan dunia sebagai negara kuat. Putin

menyadari bahwa Rusia harus terlebih dahulu menjadi sebuah negara yang

memiliki eksistensi bukan saja di dalam negeri tetapi Rusia juga harus

memiliki eksistensi dalam posisi internasional dan jika Crimea bergabung

dengan Rusia maka selain kepentingan gas yang paling pertama adalah

armada Laut Hitam Rusia yang akan semakin kuat (Indriyanto, 2012:1).

3.6.1 Politik Energi Rusia

Gambar 1.4 Aliran Gas Rusia yang Dialirkan ke Ukraina dan Eropa

(Sumber : voaindonesia.com, 2014)

Ketegangan antara Rusia dengan Ukraina terkait dengan ekspor

gas terjadi karena perbedaan harga gas serta timbulnya kecurigaan Rusia

yang menuduh Ukraina mencuri sebagian pasokan gas, ketengangan

40
tersebut memuncak pada Januari 2006 sejak Rusia menghentikan

pasokan gas ke Ukraina. Pemutusan suplai gas alam ini berdampak

buruk bagi Eropa karena jaringan pipa gas yang melalui Ukraina

memasok kurang lebih seperlima dari total kebutuhan gas di Eropa.

Tercatat tujuh negara di Eropa Tengah dan Barat termasuk Italia dan

Perancis kehilangan 14 persen dan 40 persen pasokan gas alamnya.

Dimana hal inilah sebagai salah satu usaha Rusia mempertahankan

pengaruhnya di negara tersebut sejak terpilihnya presiden Ukraina yang

pro-Rusia, Yuschenko pada tahun 2006-2009. Setelah tiga hari

menghentikan sementara pasokan, Gazprom dan perusahaan gas Ukraina

yaitu Naftogaz mencapai kompromi yang menyertakan pencampuran gas

Rusia dengan gas Asia Tengah yang lebih murah (Ferdiansyah, 2014:7).

Dari kasus tersebut jelas terlihat bahwa Rusia menjadikan energi

sebagai alat politik luar negeri, terutama untuk kawasan – kawasan Uni

Eropa dan Ukraina, kelangkaan energi gas menjadikan Uni Eropa dan

Ukraina sangat bergantung pada impor gas Rusia sehingga terjadi

dependensi energi dan pusat kontrol harga gas bagi kawasan sebagian

benua Eropa. Perlu di hubungkan juga mengenai perubahan struktur

politik Ukraina dengan konflik distribusi gas Rusia ini, yaitu Sebelum

terjadi Revolusi Oranye 2004 gas Rusia yang transit di Ukraina sebelum

diekspor ke negara-negara Eropa Barat, seperti Jerman dan Belgia,

mencapai 120 miliar m³ per tahun dengan imbalan 5 miliar dolar AS

untuk Kiev. Namun, dalam 8 tahun terakhir gas Rusia yang transit di

41
Ukraina hanya 84 miliar m³ per tahun dan Kiev mendapat imbalan

’’hanya’’ 3 miliar dolar. Terlepas dari sumber ketegangan antar dua

negara itu, jelas ada maksud tersendiri bagi Rusia untuk mempersulit

impor energi gas setelah dipilihnya presiden anti Barat Yuschenko, hal

tersebut membawakan hasil setelah Yanukovich terpilih menjadi

presiden Ukraina dari pemilu tahun 2010, dan diakui oleh pemerintahan

Rusia (Ferdiansyah, 2014:7).

Kekuatan Rusia terlihat jelas dengan cadangan minyak sekitar

5% atau 6,5 miliar ton dimana perusahaan-perusahaan industri besar

yang di kontrol oleh para pemimpin Rusia merupakan subjek yang

berpengaruh ke negara-negara barat. Kepribadian dan perpolitikan dari

para pemimpin Rusia yang tergantung pada perusahaan-perusahaan

energi tersebut di tahun 2012, setengah dari total pendapatan Rusia

berasal dari minyak dan gas alam (Nichol, 2014:35).

Dibawah kepemimpinan Presiden Putin, Rusia gencar

memanfaatkan kekayaan alam, dalam hal ini terutama gas sebagai

senjata politik dan ekonomi, kesempatan itulah Rusia dibawah Putin

mendapatkan kepercayaan diri akan kekuasaan yang lebih berkembang

dan lebih luas yang berpengaruh pada kemakmuran generasi baru ekspor

gas untuk Eropa (Nichol, 2014:35).

3.6.2 Politik Luar Negeri Rusia

Kebijakan luar negeri Rusia saat ini berpedoman pada apa yang

disebut sebagai sovereign democracy atau “Demokrasi yang Berdaulat”,

42
yaitu sebuah konsep yang menekankan kedaulatan dan kemandirian

Rusia dari Barat dan menyatakan bahwa Rusia memiliki demokrasi yang

setara namun berbeda dengan demokrasi sebagaimana yang di

definisikan dan di terapkan di Barat. Pada era Vladimir Putin, Rusia

membuat prinsip kebijakan luar negeri yang berdasarkan pada lima

prinsip ketika mewujudkan kebijaksanaan luar negeri Federasi Rusia,

yakni :

a. Rusia mengakui prioritas prinsip-prinsip dasar hukum

internasional, yang menentukan hubungan antara rakyat-

rakyat beradab. Rusia akan memajukan hubungan dengan

negara-negara lain pada prinsip-prinsip dan konsepsi hukum

internasional tersebut.

b. Dunia harus tetap menjadi multipolar. Unipolaritas tidak

dapat di terima. Dominasi tidak dapat diberi izin. Rusia tidak

dapat menerima tata tertib dunia dimana semua keputusan

diambil oleh satu negara saja, bahkan kalau Rusia terlalu

begitu serius dan berwibawa seperti Amerika Serikat, Rusia

menganggap dunia seperti tidak stabil dan diancam

sengketa.

c. Rusia tidak ingin mengkonfrontasi dengan negara apapun

juga. Rusia tidak ingin mengasingkan diri. Rusia akan

memajukan, sebagaimana mungkin, hubungan bersahabat

43
Rusia dengan Eropa, Amerika Serikat dan dengan negara-

negara lain di dunia.

d. Prioritas Rusia yang pasti adalah pembelaan hidup dan

martabat manusia warga negara Rusia dimanapun mereka

berada. Inilah dasar kebijaksanaan luar negeri Rusia. Rusia

juga akan melindungi usahawan Rusia diluar negeri. Dan

semua harus paham kalau siapapun yang membuat serangan

agresif, pastilah akan dibalas.

e. Rusia seperti negara-negara dunia lain, menentukan

kawasan-kawasan dimana dan Rusia mempunyai

kepentingan istimewa. Di kawasan-kawasan itu terletak

negara-negara yang secara tradisional berdekatan dengan

Rusia dengan hubungan bersahabat dan baik hati, hubungan

sejarah istimewa. Rusia akan bekerja di kawasan-kawasan

seperti itu dengan penuh perhatian dan akan memajukan

hubungan demikian dengan negara tetangga ini. Inilah dasar

politik luar negeri Rusia (Kedutaan Federasi Rusia untuk

Republik Indonesia, 2008:1-2).

3.7 Gambaran Umum Geopolitik dan Geostrategi Rusia

3.7.1 Geopolitik Rusia

Istilah geopolitik di artikan sebagai :

“Sebuah hampiran untuk memahami politik luar negeri dengan


menekan upaya untuk menerangkan dan meramalkan perilaku
politik serta kapabilitas militer dalam terminologi lingkungan

44
fisik manusia. Dengan demikian geopolitik mencakup berbagai
peringkat determinisme historis yang didasarkan pada faktor
geografi” (Plano dan Olton, 1999:81).

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa geopolitik merupakan

sebuah cara yang dilakukan oleh negara-negara di dunia dalam rangka

memperebutan kekuasaan dan eksistensi negaranya di dunia yang dilihat

dari posisi letak geografis negaranya dalam peta dunia.

Sebagaimana yang dirumuskan oleh Halford McKinder pada

tahun 1904 tentang teori Heartland. Dalam teori ini McKinder

menjelaskan bahwa : “geopolitik (aktor) yang mendominasi heartland

akan memiliki potensi geopolitik dan ekonomi yang diperlukan untuk

akhirnya mengendalikan dan menguasai dunia ” (McKinder, 1904:1).

Kawasan ini dianggap demikian karena memiliki banyaknya kekayaan

gas alam dan minyak bumi yang luar biasa. Heartland terdiri dari

kawasan Asia Tengah dan sebagian kawasan Timur Tengah. Pada

kenyataannya kawasan tersebut merupakan negara bekas eks-Uni Soviet

dimana Rusia menjadi pecahan terbesar dan saat ini bahwa Rusia

merupakan sebuah negara supplier gas alam terbesar di Eropa.

3.7.2 Geostrategi Rusia

Diawali dari kedekatan Rusia dengan Crimea, wilayah tersebut di

dominasi oleh bangsa Rusia sehingga menjadi perhitungan utama yang

dilakukan oleh Rusia untuk dapat mengambil Crimea dan menjadi

bagian dari Rusia. sebagai sebuah negara yang paling dekat dengan

Rusia, Rusia telah memperhitungkan jika ingin mencapai

45
kepentingannya sebagai sebuah kekuatan baru di Eropa secara

keseluruhan maka harus dilakukan dari tempat yang paling dekat dengan

negaranya yaitu Crimea, Ukraina (Intan, 2014:3).

Selain itu, Kedekatan antara Vladimir Putin dan Viktor

Yanukovych serta kepemimpinannya yang diakui oleh pemerintahan

Rusia merupakan strategi yang jalankan untuk bisa melarang Ukraina

untuk bergabung dengan Uni Eropa, yang akan menguntungkan Rusia

karena Ukraina akan berpihak kepada Rusia dan bukanlah dengan Barat,

sehingga lebih mudah untuk menjalankan kepentingan Rusia untuk

menjadikan Rusia sebagai sebuah kekuatan baru (Intan, 2014:4).

Ke depannya, kekayaan alam yang dimiliki oleh Rusia dapat

digunakan sebagai sebuah senjata tersendiri bagi Rusia ketika banyak

negara yang akan menentang usaha perealisasian geopolitik yang

dilakukan Rusia melalui Crimea. Kepentingan geostrategi Rusia yaitu

untuk menjaga kepentingan berjalannya pipa gas Rusia untuk memasok

gas alam ke Eropa, ketika Rusia menguasai seluruh wilayah Crimea

maka Rusia akan memegang kendali utama atas penguasaan berjalannya

pipa gas alam yang dimiliki oleh Rusia tanpa harus melalui negara-

negara lain salah satunya Ukraina (Intan, 2014:4).

3.8 Latar Belakang Sejarah Hubungan Bilateral Rusia – Amerika Serikat

Setelah runtuhnya Uni Soviet, Amerika Serikat mencari hubungan

kerjasama dengan Moskow dan memberikan hampir 19$ milyar dalam

bantuan untuk Rusia untuk mendorong reformasi demokrasi dan pasar,

46
khususnya untuk mencegah proliferasi senjata pemusnah massal. Dimasa lalu,

ketegangan Amerika – Rusia berada pada masalah seperti pembesaran NATO

(North Atlantic Treaty Organization) dan pembesaran rudal Amerika yang

diusulkan di Eropa Timur, serta di dampingi oleh beberapa kerjasama antara

kedua negara di bidang terorisme dan nonproliferasi. Konflik kedua negara

kembali terjadi setelah Rusia berkonflik dengan Georgia, namun kedua negara

kembali mengatur ulang hubungan dan memuji langkah-langkah

penandatanganan perjanjian strategis pada Agustus 2012: dan perusahaan

Rusia di Afganistan sebagai penanda sukses kembalinya penetapan hubungan

bilateral kedua negara (Graham, 2008:5).

Terdapat beberapa konten hubungan Amerika – Rusia yang tercemin

dalam agenda perang dingin. Fokusnya adalah pada keseimbangan kekuatan

Eropa, yakni: perluasan (North Atlantic Treaty Organization), Amerika

berbasis di Bulagaria dan Romania: yang direncanakan untuk membangun

sistem pertahanan rudal Amerika di Eropa Timur, perpanjian pasukan

konvensional di Eropa, Balkan (terutama Kosovo), dan ketergantungan energi

Eropa oleh Rusia. Tentu saja, kedua negara tidak dapat kembali ke perang

dingin, karena merupakan upaya terbaik kedua unsur fundamental saingan

adikuasa dengan ideologi radikal yang berbeda terlibat di dalam kompetisi

global yang tidak dapat direplikasi (diberikan khususnya Rusia). Tetapi fokus

kerjasama di Eropa telah menarik perhatian dari tren penting dalam sistem

internasional yang dapat memberikan dasar untuk semakin eratnya hubungan

47
antara Amerika – Rusia (diikuiti dengan deklarasi bersama janji kemitraan

strategis) (Graham, 2008:5).

Sebaliknya, sekarang Amerika dan Rusia berbagi sekumpulan

tantangan strategis yang umum. Rusia berdasarkan peran globalnya harus

membangun hubungan baru dengan Eropa yang luas dan mendalam: kedua

negara harus menemukan cara untuk mengatasi meningkatnya ketidakstabilan

di Timur Tengah, tantangan untuk keamanan energi yang menyiratkan. Selain

itu, kedua negara juga harus berurusan dengan sisi gelap dari pemerintahan

global seperti Perserikatan Bangsa Bangsa, Grup-8, Bank Dunia dan Dana

Moneter Internasional (Graham, 2008:5).

Terdapat beberapa perbedaan mendalam dalam cara Amerika Serikat

dan Rusia berpikir dalam globalisasi (misalnya, memperhitungkan peran

demokrasi atau Perserikatan Bangsa-Bangsa). Tapi masing-masing negara

perlu bertanya betapa pentingya mencapai tujuan strategis, sebagai contoh :

a. Kedudukan mereka sebagai dua negara terkemuka tenaga nuklir di

dunia, Amerika Serikat dan Rusia masing-masing sangat

diperlukan untuk berurusan dengan masalah proliferasi senjata

pemusnah massal, terorisme, dan stabilitas nuklir.

b. Amerika Serikat sebagai konsumen energi terbesar di dunia dan

Rusia sebagai produsen terbesar hidrokarbon, sangat penting untuk

setiap diskusi keamanan energi dan energi di masa depan.

48
c. Dinamika ekonomi global memerlukan untuk menggambungkan

Rusia, Cina, India, dan lain-lain ke peran yang lebih penting dalam

mengelola ekonomi global.

d. Di Asia Timur, untuk menciptakan keseimbangan baru yang

menguntungkan, Rusia memiliki minat pada kekuatan negara untuk

bertindak sebagai moderator yang berpengaruh terhadap Cina, dan

Amerika Serikat memiliki kepentingan tanpa kehadiran Rusia yang

lemah di Serbia dan Timur Rusia, wilayah yang kaya sumber daya

alam, bahan bakar ekonomi modern.

e. Di Timur Tengah, Amerika Serikat dan Rusia memiliki tuas yang

dapat membantu mempromosikan stabilitas.

f. Di Eropa, energi Rusia sangat penting untuk kesejahteraan

ekonomi, dan Amerika Serikat tetap penting untuk keamanan dan

stabilitas.

g. Pada berbagai isu-isu seperti energi nuklir, sipil, penyakit pendemi,

perubahan iklim, masing-masing negara mampu membuat

kontribusi besar dalam bakat ilmiah yang luas oleh masing-masing

negara.

h. Dalam negara-negara bekas Uni Soviet, kedua negara akan saling

membangun keamanan yang terus berlangsung dan srtuktur

ekonomi (Graham, 2008:5).

Interaksi yang dijalin oleh Amerika Serikat dan Rusia pasca perang

dingin merupakan sebuah interaksi yang didasarkan kepada kerjasama, karena

49
pasca kekalahan dalam perang dingin, keadaan internal Rusia mengalami

kondisi politik yang tidak stabil dan terdapat ketidakpastian. Sedangkan

Amerika Serikat sebagai pemenang perang perlu merumuskan kebijakan yang

mampu memberikan pengaruh kepada internal kepemimpin politik di Rusia.

Interaksi yang terjalin menjadi sebuah kemampuan kedua belah pihak untuk

mencegah krisis yang serius dalam hubungan bilateral, meskipun begitu,

selalu terdapat potensi bahaya dan resiko yang mengancam kedua negara.

Selama lebih dari 200 tahun, Rusia dan Amerika Serikat telah berbagi

hubungan diplomatik multi-faceted, pada satu titik bahkan berbagai perbatasan

Barat ketika Rusia memiliki pemukiman di Fort Ross, California. Selama

periode ini, kedua negara telah bersaing untuk mempengaruhi politik dan

ekonomi, dan bekerjasama untuk memenuhi tantangan global secara bersama

(state.gov).

Terakhir, hubungan bilateral Amerika – Rusia tajam memburuk setelah

penggunaan kekuatan militer yang dilakukan di Ukraina, Crimea pada

Februari 2014. Dimana Obama membatalkan beberapa kegiatan kedua negara

diantaranya, rencana untuk menghadiri pertemuan Grup-8 yang

diselenggarakan oleh Rusia di Sochi pada Juni 2014, menghentikan

pembicaraan perdagangan bilateral, membatalkan kerjasama departemen

pertahanan, larangan visa dan pembekuan aset yang dikenakan untuk pejabat

pemerintahan Rusia (Viva.co.id, 2014).

50
3.8.1 Kerjasama di Bidang Militer

Basis keamanan di suatu negara seringkali dirujuk kepada

pertahanan dan kekuatan militer negara tersebut, Amerika Serikat dan

Uni Soviet sebagai negara pemenang perang muncul menjadi kekuatan

raksasa. Amerika Serikat dan Rusia dalam waktu singkat memang

pernah menjalin persahabatan diantara keduanya, namun kemudian

muncul antagonisme diantara mereka. Dimana terdapat dua karakter

pada periode ini, Pertama, adanya keprihatinan akan ambisi rivalnya

yang menimbulkan pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni Soviet

memiliki kekuatan militer yang sangat kuat. Bubarnya Uni Soviet ini

menandai berakhirnya perang dingin dengan kemenangan di pihak

Amerika Serikat (Nirzana, 2014:1).

Rusia sebagai salah satu negara pecahan Uni Soviet merupakan

negara yang berhasil menjadi raksasa militer dunia menyusul Amerika

Serikat. Walaupun anggaran militer Amerika Serikat jauh lebih banyak

dari Rusia, yakni rata-rata 524 juta dolar untuk Amerika dan 42,5 juta

dolar untuk Rusia setiap tahunnya antara 2000-2008 yang menjadikan

Amerika Serikat berada diperingkat pertama negara yang mengeluarkan

anggaran militer terbesar di dunia, namun Rusia yang berada diperingkat

ketiga mampu mewarnai dinamika keamanan global dengan kebijakan

pertahanan yang diberlakukan (Nirzana, 2014:1).

Kedua negara tesebut memiliki perlengkapan militer dan senjata

seperti satelit nuklir, kapal selam nuklir, pengebom jarak jauh, pesawat

51
tempur, angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan udara dengan

jumlah yang mendominasi dengan teknologi yang mutakhir. Rusia

sebagai negara yang pernah mendapatkan predikat super power masih

memiliki kekuatan militer besar dan menjadi ancaman nyata bagi

Amerika. Oleh karena itu perilaku keduanya menjadi sorotan dunia

internasional dan dinamika hubungan mereka masih signifikan terhadap

keamanan global (Nirzana, 2014:1-2).

Secara kusus, pada hubungan militer kedua negara, Laksamana

Mullen, Ketua Gabungan Kepala Staf Umum dan Makarov Kepala

Pertahanan untuk Federasi Rusia menandatangani kerangka kerja

strategis baru untuk keterlibatan milter ke militer antara Amerika Serikat

dan Federasi Rusia. Perjanjian ini akan memungkinkan dimulainya

kembali kegiatan bilateral yang telah ditanggukan sejak Agustus 2008.

Kerangka baru ini akan mengatur kondisi yang meningkatkan kerjasama

militer ke tingkat yang baru dan memperdalam saling pengertian antara

pasukan bersenja Amerika Serikat dan Federasi Rusia (whitehouse.gov).

Angkatan bersenjata Amerika Serikat dan Federasi Rusia telah

disepakati dalam rencana kerja tahun 2009 untuk melakukan hampir 20

pertukaran dan acara operasional sebelum akhir tahun, termasuk diskusi

strategis gabungan Staf Amerika Serikat dan Staf Umum Rusia, orientasi

untuk kader militer Rusia di Akademi Militer Amerika Serikat di West

Point, perencanaan untuk latihan bersama untuk menanggapi pesawat

bajak di wilayah udara nasional dan internasional, kunjungan gabungan

52
Fakultas Rusia Akademi Angkatan Darat di Amerika Serikat di Ft.

Leavenworth, dan pelatihan perang angkatan laut yang dilakukan oleh

Akademi Angkatan Laut Kuznetsov dan Naval War College milik

Amerika Serikat. Selain itu, Komando Eropa – Amerika Serikat dan

Departemen Pertahanan Rusia telah sepakat bertemu guna merencanakan

rencana kerja yang kuat dan lebih ambisius untuk tahun 2010

(whitehouse.gov).

Hubungan bilateral Rusia – Amerika Serikat di bidang

pertahanan dan keamanan yang sudah dibangun akhirnya rusak karena

disebabkan oleh intervensi yang dilakukan Rusia pada tahun 2014,

dimana sebelumnya kedua negara sudah bersepakat untuk menjalin

kerangka kerja untuk keterlibatan militer ke militer, namun gagal setelah

Obama mengambil keputusan untuk mengakhiri kerjasama tersebut

(whitehouse.gov).

3.8.2 Kerjasama di Bidang Ekonomi

Intervensi yang terjadi di Ukraina membuat Amerika mengurangi

perdagangan bilateral diantara kedua negara pada tahun 2014. Sanksi

ekonomi Rusia tersebut berkaitan dengan krisis yang diderita Ukraina.

Tentunya sanksi ini akan berdampak pada kondisi ekonomi yang dialami

Rusia karena pada tahun 2013, perdagangan barang antar kedua negara

mencapai nilai sekitar $38 miliar dan perusahaan Amerika memiliki

investasi langsung di Rusia sekitar $14 miliar. Sebaliknya Rusia

53
mempunyai pasar yang besar di Amerika dengan nilai ekspor mencapai

$26,96 pada tahun lalu (Tempo.co,2014).

Amerika Serikat adalah salah satu mitra dagang utama Federasi

Rusia, meskipun hubungan komersial yang tidak sesuai dengan potensi

ekonomi kedua negara. Pada tahun 2012 perdagangan bilateral kedua

negara mencapai $39,9 milyar. Sedangkan pada tahun 2011 perdagangan

bilateral kedua negara mencapai $42,9 miliar, sehingga pada tahun 2012

terjadi penyusutan perdagangan kedua negara sebesar $3 miliar. Ekspor

Rusia mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2012

(Embassy Russian Federation Washington DC, 2014:1).

Pada perkembangannya, kedua negara sering mengalami pasang

surut dalam bidang ekonomi, contohnya pada tahun 2013 perdagangan

bilateral Amerika Serikat dan Rusia pada perdagangan barang antara

kedua negara ini mencapai sekitar $38 miliar, dimana terjadi

peningkatan pada tahun-tahun sebelumnya. Amerika Serikat sendiri

memutuskan hubungan dengan Rusia, namun Amerika akan berpikir lagi

karena Rusia merupakan pasar yang cukup penting bagi negeri Paman

Sam, dimana pada tahun lalu, nilai ekspor Amerika Serikat ke Rusia

mencapai $11,16 miliar (Saputra, 2014:265).

54
BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

4.1 Pembahasan

4.4.1 Kepentingan Rusia di Ukraina

a. Kepentingan Geopolitik

Faktor geografis dalam hubungan antar negara menjadi

sangat penting di dalam stabilitas politik, terutama jika menyentuh

ranah strategi kebijakan luar negeri. Faktor ini tentu tidak terlepas

dari nilai-nilai yang ada pada sebuah geografis yang dapat

mendorong pembentukan arah kebijakan luar negeri yang bergantung

pada aktifitas diplomasi dan strategi militer jika terdapat

ketidakstabilan politik yang dapat memicu lahirnya sebuah konflik.

Perubahan nilai geografis yang diikuti kepentingan-kepentingan

politik dapat memicu arah kebijakan strategi sebuah negara dan

diikuti oleh negara-negara lain sebagai bentuk perimbangan atau

respon atas manuver geostrategi negara lain. Kondisi ini tentu tidak

terlepas dari cara pandang pembuat kebijakan dan perencana strategi

di dalam menganalisa lingkungan fisik tempat negaranya berada.

Dalam konteks hubungan internasional, kondisi geografis

yang menjadi arena pertemuan kebijakan tidak terlepas dari peranan

nilai geografis yang dapat memicu aktor (negara) di dalam mencapai

kepentingan nasionalnya. Kepentingan nasional yang terkait dengan

55
sumber daya alam, rute perdagangan dan bahkan perebutan wilayah

teritori. Dengan kata lain dapat dijelaskan sebagai berikut;

“Geopolitik, merupakan sebuah hampiran untuk memahami


politik luar negeri dengan menekan upaya untuk
menerangkan dan meramalkan perilaku politik serta
kapabilitas militer dalam terminologi lingkungan fisik
manusia. Dengan demikian geopolitik mencakup berbagai
peringkat determinisme historis yang didasarkan pada faktor
geografi” (Plano dan Olton, 1999 : 81).

Berdasarkan konsep diatas dapat dilihat bahwa geopolitik

merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh negara-negara di dunia

dalam rangka perebutan kekuasaan dan eksistensi negaranya yang

dilihat dari posisi letak geografis dalam peta dunia.

Menurut peneliti, Rusia yang dulunya disebut sebagai Uni

Soviet, maka kepentingan geopolitik Rusia akan melihat kembali

kepada masa kejayaan Uni Soviet dulu, dimana Uni Soviet sendiri

terpecah menjadi 15 negara merdeka sampai saat ini. Disini peneliti

melihat sejarah dari bangsa Rusia tidak dapat dilepaskan dari masa

Soviet serta terdapat aktor-aktor yang tidak dapat mereka lupakan

begitu saja seperti Lenin dan Stalin.

Kejayaan Soviet dimasa lalu seakan-akan ingin diulang

kembali oleh Rusia dengan melihat kepentingan geopolitik pada

zaman Soviet dahulu. Rusia melihat kembali negara-negara

sekelilingnya yang dahulu tergabung dalam Uni Soviet untuk

menentukan bagaimana sikap yang akan diambil dan digunakan oleh

Rusia dalam bertindak.

56
Jika dilihat dari apa yang dilakukan oleh Rusia di Ukraina

maka peneliti dapat mengatakan bahwa dengan melihat kepentingan

politik pada masa Soviet, Rusia merasa bahwa Ukraina seharusnya

kembali menjadi bagian dari Rusia yang dahulu terpecah. Dengan

berkaca dari teori McKinder mengenai heartland maka Rusia sedang

mengusahakan untuk menguasai Eropa dengan cara melebarkan

sayapnya dengan melihat kepentingan geopolitik yang dikatakan

oleh McKinder. Rusia juga melakukan hal ini untuk menjaga

eksistensinya dan menjadi negara yang memiliki hegemoni di

kawasan tersebut, selain untuk menghalau hegemoni Amerika

Serikat.

b. Kepentingan Geostrategi

Tahap kedua adalah geostrategi, dimana merupakan faktor-

faktor apa saja yang dapat diperhitungkan dalam menentukan strategi

untuk mencapai kepentingan geopolitik. karena kedekatan geografis

dan demografi merupakan faktor yang sangat penting dalam rangka

menentukan kebijakan geostrategis. Rusia sangat memperhitungkan,

jika ingin menguasai Eropa secara keseluruhan maka harus dilakukan

dari tempat yang paling dekat dengan negaranya, yaitu Crimea,

Ukraina.

Kepentingan Rusia di Ukraina dalam konteks geopolitik dan

geostrategi dapat dijelaskan pada penjabaran indikator selanjutnya di

bawah ini :

57
a. Dimulai dari kedekatan Rusia dengan Crimea serta

wilayah tersebut yang didominasi oleh etnis Rusia,

menjadi perhitungan pertama yang dilakukan oleh Rusia

untuk mendapatkan Crimea dan menjadi bagian dari

Rusia.

b. Kedekatan presiden terguling Ukraina Viktor

Yanukovych dengan presiden Rusia Vladimir Putin

membuat Ukraina lebih cenderung dekat dengan Rusia

dibandingkan negara-negara Barat. Dimana Yanukovych

membatalkan kerjasama ekonomi dengan Uni Eropa

sehingga menimbulkan pro-kontra bagi masyarakat

Ukraina. Terlepas dari tindakan membatalkan kerjasama

dengan Uni Eropa serta konflik internal yang dialami

Ukraina, tindakan yang dilakukan Yanukovych sangat

menguntungkan Rusia sehingga lebih mudah untuk

menjalankan geopolitik yang telah dirusmuskan.

c. Ketika Crimea sudah dimiliki, maka tujuan berikut adalah

untuk menjaga kepentingan berjalannya pipa gas Rusia

untuk memasok gas alam di Eropa. Pipa-pipa gas alam

Rusia yang mengalir dan terbentang ke Eropa merupakan

kekuatan utama Rusia kedepannya. Ketika Rusia

menguasai seluruh Crimea maka Rusia akan memiliki

kendali tunggal atas penguasaan berjalannya pipa gas

58
alam yang dimiliki oleh Rusia tanpa harus melalui

negara-negara lain, salah satunya Ukraina.

4.4.2 Pentingnya Mempertahankan Dominasi atas Ekspor Gas ke Eropa

Tabel 1.5 Profil Gas Alam Rusia Tahun 2000-2008

Unsur Cadangan Produksi Impor Ekspor Konsumsi


Tahun TCF Billion Cubic Feet (BCF)
2000 44,8 19334.9625 314.3035 6590.4853 13058.7807
2001 44,8 19221.9545 0 6316.4409 12905.5136
2002 44,8 19684.581 77.693 6198.13565 13564.13835
2003 44,8 20507.4205 486.6407 6789.6619 14204.3993
2004 44,8 20991.236 794.5875 7218.73915 14567.08435
2005 44,8 21224.315 967.631 7861.47215 14330.47385
2006 44,8 21736.3825 1889.3525 8401.79165 15223.94335
2007 44,8 21595.1225 1818.7225 8187.07645 15226.76855
2008 44,8 21515 1984.703 8380.2495 15545.663

Sumber : www.EIA.gov

Politik energi digunakan sebagai jalan bagi Rusia untuk

mencegah meluasnya pengaruh Amerika Serikat dan Uni Eropa di

Kawasan Eropa. Sekaligus sebagai sumber ekonomi yang potensial bagi

Rusia. Hal tersebut menjadikan politik energi menjadi hal yang penting

untuk sebagai bentuk instrumen dalam politik luar negeri Rusia.

Produksi gas alam Rusia cenderung meningkat. Dari tabel di atas

terlihat jelas dari tahun 2000-2008 produksi Rusia stabil di atas 19000

billion cubic feet. Bahkan, meningkat hingga kisaran angka 21000

billion cubic feet pada tahun 2008. Hal ini mengakibatkan konsumsi gas

alam dalam negeri Rusia cukup tinggi. Menurut data dari CIA World

Fact Book, konsumsi gas alam Rusia per tahun 2008 sebesar 15548

59
billion cubic feet. Angka tersebut menempatkan Rusia sebagai negara

dengan konsumsi gas alam terbesar ketiga di dunia.

Meskipun dengan konsumsi yang besar, Rusia tetap mampu

menjadi negara dengan nilai ekspor terbesar di dunia. Dari tabel di atas,

dapat dilihat bahwa ekspor gas alam Rusia sepanjang tahun 2000-2008

stabil diatas angka 6000-8000 billion cubic feet. Bahkan, data yang ada

menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahun.

Adapun tujuan ekspor utama dari gas alam Rusia ialah negara-

negara di kawasan Eropa. Hal ini dikarenakan faktor kebutuhan Eropa

terhadap gas alam yang sangat tinggi untuk kebutuhan rumah tangga dan

juga industri. Kondisi iklim juga sangat berpengaruh terhadap tingginya

kebutuhan Eropa terhadap gas alam serta faktor yang menjadi penentu

kebijakan mempertahankan politiknya gasnya ke Eropa karena negara-

negara Eropa umumnya adalah negara industri dengan konsumsi energi

fosil yang besar. Namun, hal itu tidak diikuti oleh ketersediaan sumber

daya alam yang cukup.

Faktor pendukung yang juga sangat berperan dalam produksi gas

alam Rusia adalah kebijakan pemerintah Rusia di bidang gas alam.

Ketersediaan pipa penyalur gas alam merupakan bagian penting dalam

strategi Rusia menjadi Major Actor di bidang energi, terutama gas alam.

Gas alam milik Rusia disalurkan melalui pipa-pipa yang dimilikinya

menuju Eropa.

60
Eropa merupakan konsumen terbesar gas alam Rusia. Bahkan

beberapa negara seperti di Kawasan Skandinavia menggantungkan 100%

kebutuhan gas alamnya pada Rusia. Selain itu, Pemerintah Rusia mampu

menguasai keseluruhan pengelolaan industri gas alamnya dari tahapan

eksplorasi, produksi, distribusi hingga konsumsi. Pemerintah melalui

Gazprom BUMN yang khusus menangani industri gas berhasil

menyelaraskan kepentingan politik sekaligus motif ekonomi dalam

pengelolaan industri gas alam Rusia. Berikut adalah daftar negara

konsumen gas alam Rusia di Eropa menurut Gazprom (2011).

Tabel 1.6 Nilai Impor Negara-negara Konsumen Gas Alam Rusia

Nilai Impor Gas Alam


Negara Konsumen Gas Alam Rusia
(billion cubic feet)
Jerman 34,02
Turki 25,99
Italia 17,08
Polandia 10,25
Perancis 9,53
Inggris 8,16
Republik Checnya 7,59
Hungaria 6,26
Slovakia 5,89
Austria 5,43
Belanda 4,37
Yunani 2,90
Rumania 2,82
Bulgaria 2,81
Serbia 1,39
Slovenia 0,53
Switzerland 0,31
Bosnia Herzegovina 0,28
Macedonia 0,13
Denmark 0,05
Total 150

61
Sumber : http://uk.reuters.com/article/2012/01/30/russia-gas-
table-idUKL5E8CU1NX20120130.

4.4.3 Perbedaan Politik Rusia dan Hubungan Dengan Amerika Serikat

Untuk pertama kalinya Rusia melakukan pencaplokan wilayah

dengan mengatasnamakan etnis Rusia di Crimea, sama halnya dengan

cara yang dilakukan oleh Barat (Amerika Serikat) untuk melakukan

intervensi ke Afganistan dan Irak serta negara lainnya, namun disini

terdapat perbedaan, dimana Amerika Serikat menyatakan melindungi

Hak Asasi Manusia sedangkan Rusia untuk melindungi Etnisnya. Putin

sudah cukup mempelajari kesalahan yang dilakukan oleh Uni Soviet

dimasa lalu, dan sekarang Putin melakukan cara Rusia dengan gaya

Barat.

Amerika menyadari bahwa Rusia bertindak seperti apa yang

dianggap sesuai dan dikehendaki Rusia, tanpa menyisakan kesempatan

untuk berkompromi, sebab begitu pentingnya Ukraina bagi Rusia

membuat Putin tidak mau mengambil tindakan lama. Sebaliknya

Amerika tidak terbiasa dengan sikap yang dilakukan Rusia, Amerika pun

berusaha untuk membuat Rusia menjadi lunak dengan sejumlah sanksi

tegas.

Ketidakseimbangan kekuatan dan kemampuan membuat kedua

negara semakin merasa saling tidak puas yang begitu kuat. Rusia sendiri

cukup lama menganggap hubungan normal yang dibangun dengan

Amerika merupakan hal yang perlu diusahakan dan hubungan normal itu

62
sendiri dianggap berharga dan dirasa penting. Sebab Amerika adalah

negara kuat dan paling maju di dunia serta memiliki banyak pengaruh

dan sumber daya. Dalam prakteknya Rusia tidak pernah menggunakan

sumber daya Amerika untuk keuntungannya sendiri, dan pada

kenyataanya, hal itu tidak mungkin terjadi, sebab bagaimanapun

Amerika tidak siap bekerjasama dengan Rusia sebagai mitra setara

sementara Rusia tidak jelas akan pernah bersedia mengakui Supremasi

Amerika Serikat.

Rusia memiliki batasan untuk hal-hal yang dianggap penting,

termasuk Ukraina dan tindakan Rusia terkait pengiriman militer di

Crimea tidak dapat dinegosiasikan. Tujuan tindakan Rusia bukan hanya

untuk menentang Eropa dan Amerika, namun yang dilakukan

memungkinkan Rusia mengingatkan pihak lain tentang garis batas-batas

tersebut dalam arti bekas negara pecahan Rusia yang tidak ingin dilepas

begitu saja oleh Rusia serta sifatnya yang mengayomi negara-negara

yang berada sekitarnya. Dalam hal lain, Rusia tidak otomatis menjadi

lawan Amerika.

Amerika sendiri berusaha untuk tidak menghentikan kerjasama

dengan Rusia sebab terdapat hal-hal yang dirasa penting bagi kedua

negara yang tidak bertentangan satu sama lain, sebab kedua negara

memiliki kepentingan yang sejalan dalam beberapa hal terkait. Inilah

sebabnya Kepentingan Rusia dan Amerika tidak begitu jauh berbeda dan

terlebihnya Untuk isu nonproliferasi nuklir, mau tidak mau Moskow dan

63
Washington tetap menjadi anggota utama dan memanggul tanggung

jawab utama. Tetapi Rusia tidak menyerah untuk mempertahankan sikap

dalam hal yang kepentingannya yang berbeda. Model ini dirasa normal

untuk hubungan antar dua kekuatan besar yang tidak bersekutu.

Dari sisi militer, terdapat kemampuan pada mitra lainnya sebagai

segitiga negara adidaya: Cina - Amerika Serikat - Rusia. Kekuatan setiap

titik dari segitiga ini tergantung pada hubungan dengan negara lainnya,

dimana sudut yang kehilangan hubungan dengan salah satu sudut lain

akan menjadi lemah serta lebih bergantung pada sudut lain. Dalam hal

ini, Rusia harus mempertahankan hubungannya dengan Amerika sebagai

cara untuk menjaga keseimbangan dengan China serta meningkatkan

mitra Cina terhadap Rusia.

Di bidang ekonomi, Rusia merupakan negara adidaya yang

melingkupi sebagian besar wilayah Eropa dan Asia, memiliki pengaruh

di seluruh dunia, namun ketika Amerika mengeluarkan sanksi ekonomi

bagi Rusia, maka Amerika akan berpikir kedepan, sebab isolasi

sepenuhnya tentu saja tidak mungkin dilakukan. Mustahil jika Amerika

dapat mengabaikan negara kuat dan sepenting Rusia. Kemudian, jika

Amerika memberi sanksi yang keras maka dengan sengaja akan

berdampak negatif bagi negara-negara Barat. Sebab Rusia mempunyai

senjata utama, yakni kekuatan pasokan gas, maka akan terjadi depresiasi

euro dan dolar yang pada gilirannya akan memicu kerusuhan dalam

pasar global.

64
Hal ini terlihat jelas dari data yang diterbitkan oleh Bank Dunia

pada bulan Juli 2012, Rusia jauh berhasil dari pada sebagian besar

negara maju dalam memerangi krisis ekonomi global. Berdasarkan PDB

yang disesuaikan dengan daya beli (PPP), Rusia berada diatas semua

negara Uni Eropa pada tahun 2012 (www.EIA.gov).

Di lain sisi, jika dilihat tujuan utama Rusia tidak lain adalah ingin

menguasai dengan memberikan pengaruh kepada negara-negara Eropa

bahkan Amerika Serikat. Rusia secara tidak langsung memposisikan diri

sebagai negara yang mendominasi dengan memiliki pengaruh yang besar

di bekas negara-negara pecahan Uni Soviet (Rusia berusaha mengangkat

citranya sebagai negara adidaya/super power).

4.4.4 Kepentingan Amerika Serikat

Selain Rusia, Amerika Serikat memiliki kepentingan tersendiri di

Semenanjung Crimea. Tentunya sangat menguntungkan bagi Amerika,

sebab jika dapat menguasai Laut Crimea maka akan dengan mudah bagi

Amerika untuk berkuasa sebagai negara yang memiliki hegemoni global

dan mempertahankan eksistensinya dengan memperluas pengaruh di

bidang produksi pangan, teknologi, dan sistem ekonomi liberal kapitalis

di Eropa, khususnya Ukraina.

Amerika Serikat menginginkan Ukraina bekerjasama dengan Uni

Eropa agar Eropa dan Ukraina dapat secepatnya melepaskan

ketergantungan gas atas Rusia. Kedepannya sumber energi milik

Ukraina dapat memberikan suplai energi yang besar sehingga

65
ketersediaan energi bagi Eropa dan Amerika Serikat dapat terjamin.

Penggunaan energi menjadi salah satu kebijakan yang kemudian diambil

untuk mempertahankan stabilitas perekonomian Amerika, sebab tingkat

kebutuhan energi yang tinggi akan mengakibatkan tingginya harga

minyak, membuat diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan

energi terhadap suplai minyak menjadi kepentingan Amerika Serikat

(Rosenberg, 2014:1).

Seperti yang di katakan (Elisabeth, dkk, 2011:68). Kepentingan

Amerika diperkuat setelah datangnya krisis ekonomi global akhir

September 2008 yang dipicu oleh bangkrutnya sejumlah institusi

keuangan Amerika sebagai akibat kegagalan kredit perumahan standar

rendah (subprime mortgage) sebesar US$6 triliun. Krisis ekonomi

tersebut tidak saja menyebabkan kesulitan besar bagi ekonomi Amerika,

tetapi juga memunculkan kemenangan atas kebenaran klaim

kemenangan kapitalisme dan demokrasi liberal Amerika atas ideologi-

ideologi lainnya di dunia pasca perang dingin.

Di samping itu, Amerika juga mulai melihat kebangkitan Rusia,

sebab di bawah kepemimpian Putin, Rusia berhasil membangun kembali

ekonomi dan politiknya sehingga mampu menghadang hegemoni

Amerika. membuat Amerika semakin berani untuk menentang dominasi

Rusia.

66
4.4.5 Hubungan Bilateral Rusia – Amerika Serikat Pasca Intervensi yang

Dilakukan Rusia

Aksi sepihak yang dilakukan Rusia dengan mengintervensi

Ukraina dikecam oleh negara-negara Barat dan khususnya Amerika

Serikat, karena tindakan tersebut dianggap telah melanggar kedaulatan

Ukraina dan Hukum Internasional. Hal ini dijawab oleh Vitaly Churkin,

utusan Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, bahwa intervensi

militer Rusia di Crimea dilakukan atas permintaan Yanukovych.

Yanukovych yang menganggap dirinya masih sebagai presiden sah

Ukraina meminta bantuan Rusia untuk menjaga keamanan dan ketertiban

negaranya (Intelac.info). Tetapi apapun alasannya, tetap saja Amerika

menganggap intervensi militer tidak dibenarkan mengingat bahwa aksi

ini bukan hanya membahayahkan Ukraina tetapi juga Crimea sebagai

wilayah yang masih masuk kedalam teritorial Ukraina.

Amerika Serikat, melalui Barack Obama mengecam tindakan

yang dilakukan Rusia karena Rusia juga pernah berjanji untuk

menjunjung tinggi integritas wilayah Ukraina dalam sebuah

Memorandum. Dengan demikian, Amerika serikat mengambil keputusan

untuk memboikot pertemuan tingkat tinggi G-8 yang nantinya

diselenggarakan di Sochi, Rusia serta memberlakukan penghentian

latihan militer diantara kedua negara.

67
Untuk memperjelas alasan mengapa Amerika Serikat melarang

dengan keras tindakan intervensi yang dilakukan Rusia atas Ukraina,

terdapat poin-poin penting pada penjabaran dibawah ini :

a. Tindakan campur tangan yang dilakukan oleh Rusia bisa

“melukai” kedaulatan Ukraina sebagai sebuah negara

merdeka. Sebab tidak adanya kesepakatan antara Rusia

dengan negara induk, Ukraina untuk mengirimkan pasukan

bersenjata dalam jumlah yang banyak ke wilayah Crimea.

b. Tindakan Rusia telah melanggar hukum internasional dan

mendapat kecaman dari dunia internasional, sebab apapun

alasannya, tetap saja intervensi militer tidak dibenarkan.

c. Penandantanganan sebuah Memorandum yang juga

ditandatangani oleh Amerika Serikat, Inggris dan Perancis

pada tahun 1994 yang isinya tentang menjunjung tinggi

integritas dan kedaulatan wilayah Ukraina. Sehingga

Amerika mengutuk aksi tersebut.

4.2 Analisis

Berdasarkan data yang diteliti. Presiden Rusia, Vladimir Putin

merupakan seorang yang serius dalam mengambil keputusan dan menetapkan

kebijakan luar negerinya. Dimana pada tahun 2013, setahun sebelumnya,

Vladimir Putin menyetujui sebuah pandangan baru terkait penentuan arah

politik luar negeri Rusia yang tersirat dalam “Concept of The Foreign Policy

of The Russian Federations”. Salah satu poin penting yang tertulis adalah

68
“Prioritas Rusia yang pasti adalah pembelaan hidup dan martabat manusia

warga negara Rusia dimanapun mereka berada. Rusia juga akan melindungi

usahawan Rusia diluar negeri, dan semua harus paham kalau siapapun yang

membuat serangan agresif, pastilah akan dibalas” (Kedutaan Federasi Rusia

untuk Republik Indonesia, 2008:1-2). Melihat intervensi yang dilakukan Rusia

atas Ukraina, intervensi tersebut dilakukan dengan pendekatan internal

intervention dimana Vladimir Putin memanfaatkan kedua kubu yang bertikai

(pro Barat dan Rusia) dan mendukung presiden terguling Ukraina, Viktor

Yanukovych. Tindakan Rusia ini tidak lain ialah berlandaskan pada kebijakan

Rusia yang tertulis di atas.

Etnis Rusia yang berdomisili di Ukraina berjumlah sekitar 17,3% dari

total 44 juta jiwa, tidak sebanding dengan besarnya etnis Ukraina yang

berjumlah 77,8% jika Rusia harus mengirimkan personil militer dalam jumlah

yang banyak untuk mengamankan Crimea dimana pengiriman militer

dilakukan tanpa sepengetahuan pemerintah Ukraina. Rusia mendapatkan

peluang untuk mengintervensi dengan mengirimkan pasukannya oleh karena

konflik internal Ukraina yang didukung oleh rakyat Crimea yang

menginginkan referendum untuk bergabung dengan Rusia.

Sehingga tindakan campur tangan di Ukraina dianggap benar oleh

Vladimir Putin, karena merupakan haknya untuk melindungi warga negara

dan mengayomi negara-negara pecahan Uni Soviet. Selain itu, Vladimir Putin

mengatakan bahwa intervensi ini didukung oleh presiden Ukraina yang diakui

oleh Rusia, Yanukovych yang berada di Rusia. Berbeda dengan Amerika

69
Serikat dengan sekutunya yang dianggap Rusia seringkali menerapkan

kebijakan atau tindakan unilateral dengan mengatasnamakan Perserikatan

Bangsa-Bangsa, dengan begitu Rusia mengklaim bahwa intervensi yang

dilakukannya legal.

Dengan alasan melindungi etnisnya, ternyata Rusia memiliki

kepentingan tersendiri atas Ukraina (Crimea). Vladimir Putin melihat potensi

dari segi geografis Crimea yang terletak di bagian selatan Ukraina, membuat

Rusia benar-benar serius dalam menginginkan Crimea dan jikalau Rusia

berhasil mendapatkan Crimea, maka pelabuhan Sevastopol akan digunakan

sebagai pangkalan militer Laut Hitam Rusia. Kepentingan berikut adalah

untuk mengamankan berjalannya pipa-pipa gas milik Rusia, banyaknya pipa

gas Rusia yang dialirkan melalui Ukraina ke Eropa membuat Vladimir Putin

berambisi untuk menguasai jalur gas alam yang dimiliki Rusia tanpa harus

melalui negara lain. Tindakan intervensi Rusia juga dimaksudkan untuk

menghalau dominasi Amerika Serikat yang dianggap memiliki hegemoni di

kawasan Eropa dan tujuan akhirnya adalah untuk menjaga stabilitas, dan

mempertahankan dependensi energi Eropa terhadap Rusia. Dimana negara-

negara Eropa memperoleh gas dari Rusia sebesar 150 billion cubic feet setiap

tahunnya.

Bagi Rusia, Ukraina dipandang sebagai langkah awal dari keinginan

Vladimir Putin untuk merealisasikan kepentingannya dan bangkitnya Rusia.

Vladimir Putin menyadari bahwa Rusia harus terlebih dahulu menjadi sebuah

negara yang memiliki eksistensi bukan saja di dalam negeri tetapi juga harus

70
memiliki eksistensi dalam posisi internasional. Melalui kekuatan militer dan

kebangkitan ekonomi yang dimiliki, Rusia ingin menegaskan posisi

pentingnya dengan berkaca kepada kekuatan geopolitik dan geostrategi yang

dimiliki pada masa kejayaan Uni Soviet, dimana “Rusia menginginkan agar

Ukraina tidak begitu saja terlepas dari pengaruh Rusia”.

Penggunaan energi terbarukan menjadi salah satu kebijakan yang harus

diambil jika suatu negara menginginkan terjaga stabilitas ekonominya, itulah

sebabnya Amerika Serikat dan negara-negara Eropa menginginkan Ukraina

untuk bergabung dengan Uni Eropa. Keinginan Amerika Serikat agar Ukraina

bisa bergabung dengan Uni Eropa supaya Ukraina bisa terlepas dari pengaruh

Rusia. Sebab dengan bergabungnya Ukraina dengan Uni Eropa maka Amerika

Serikat akan menggunakan kepentingannya untuk mendapatkan sumber energi

dari Ukraina serta mempertahankan hegemoninya di kawasan Eropa.

Selain itu, kebijakan Amerika Serikat dengan memberikan sejumlah

sanksi keras dimaksudkan untuk mencegah ambisi Rusia untuk menguasai

Crimea serta menghalau dominasi Rusia atas Eropa, sehingga Amerika Serikat

berusaha menarik Ukraina kedalam Blok Barat, karena melihat posisi

geografis dan letak strategi kawasan Ukraina. Ketakutan Amerika adalah

dengan statusnya sebagai negara yang memiliki hegemoni di dunia tidak ingin

merasa tersaingi dengan kebangkitan Rusia. Amerika berpikir bahwa Rusia

merupakan satu-satunya negara yang dianggap mampu menjadi ancaman

terbesar bagi Amerika jika Rusia kembali mendapatkan pengaruh seperti

kejayaan Uni Soviet dulu.

71
Sebab jika Rusia menjadi negara adidaya yang setara dengan Amerika,

maka akan terjadi balance atau “penyeimbang” bagi Amerika di dunia

internasional dan Amerika tidak dapat dengan seenaknya menentukan

kebijakan dengan menggunakan status negaranya, seperti yang dilakukan

dengan memboikot pertemuan tinggi G-8 yang diselenggarakan di Sochi,

Rusia.

Hubungan bilateral Rusia dan Amerika Serikat di bidang ekonomi

sangat saling terhubung membuat sulit bagi suatu negara untuk memutus

hubungan dengan dunia luar. Rusia punya pasar besar di Amerika Serikat,

dengan nilai ekspor mencapai $26,96 miliar tahun lalu, begitupun Amerika

yang mencapai $11,16 miliar. Tentunya, tidak menguntungkan bagi kedua

negara untuk bermusuhan terlalu lama, karena kudua negara akan kehilangan

pasar. Namun kiranya harus ada jalan keluar dimana semua pihak harus

menerima apa pun hasilnya.

72
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Intervensi Rusia atas Ukraina yang dilakukan dengan mengirimkan

personil militer merupakan realisasi nyata atas keinginan Vladimir Putin untuk

menguasai Ukraina dan mendapatkan wilayah Crimea secara utuh. Berdasar

atas kepentingan untuk melindungi etnis Rusia di Crimea karena terjadinya

konflik ditambah pembenaran bahwa masyarakat di wilayah Crimea sejak

dulu menginginkan referendum dan bergabung dengan Rusia menjadikan

alasan kuat bagi Rusia. Tetapi Amerika serikat menilai tindakan tersebut

dirasa sepihak dan dianggap telah melanggar kedaulatan Ukraina dan hukum

internasional, itu sebabnya Barack Obama dengan tegas mengambil kebijakan

untuk menghentikan beberapa hubungan diplomatik diantara kedua negara

diantaranya pemutusan kerjasama dibidang militer dan ekonomi.

Alasan Amerika Serikat mengambil kebijakan untuk menghentikan

kerjasama dengan Rusia, sebab Amerika merasa harus menghentikan tindakan

Rusia dengan mengirimkan personil militer yang mencapai 15.000 yang dirasa

mengancam ketenteraman masyarakat yang berdomisili di Crimea, Ukraina.

Walupun sebenarnya Amerika serikat sendiri memiliki kepentingan di Ukraina

sebagaimana yang diketahui bahwa letak geografis Ukraina yang

menguntungkan membuat kedua negara berlomba untuk mendapatkan Crimea

dan beradu kekuatan.

73
Sudah sekian lama kedua negara saling bersitegang dan selalu terpaku

pada ideologi masing-masing. Status Amerika serikat sebagai negara

pemenang perang pasca perang dingin membuat kedudukannya sampai saat ini

merupakan satu-santunya negara yang memiliki kekuatan sehingga bisa

menentang langka realisasi untuk mendapatkan Crimea dan bergabung dengan

Rusia.

Amerika Serikat masih selalu menjadi penghalang jika Rusia benar-

benar ingin membangun kekuatan baru bagi perpolitikan global. Disini pula

terlihat adanya tarik menarik kekuatan antara Amerika Serikat dan Rusia,

Amerika serikat sebagai negara pemenang yang memiliki kekuatan besar baik

dari segi militer dan politik tak ingin membiarkan satupun negara, baik itu

Rusia untuk bangkit begitu saja dan penjadi pesaing Amerika. Pada akhirnya

Amerika tidak akan membiarkan tindakan yang dilakukan oleh Rusia.

Adapun rakyat pro-Barat (Amerika dan Eropa,) menginginkan Ukraina

untuk tidak selalu bergantung pada Rusia, sementara kubu pro-Timur (Rusia)

berusaha untuk Ukraina tetap berpihak pada Rusia. Namun apa yang perlu

dicermati adalah mengenai konsekuensi yang akan terjadi apabila Ukraina

berpihak pada salah satu negara, pembatalan penantanganan kerjasama

presiden Yanukoviych dengan Uni Eropa yang hingga sekarang masih

bergantung pada Rusia terkait impor energi gas Rusia menjadi salah tolak ukur

jelas bahwa Barat (Amerika Serikat) belum mempunyai power yang cukup

untuk menyaingi Rusia. Selain itu kesepakatan kerjasama dengan Uni Eropa

74
belum jelas kedepannya nanti akan seperti apa, belum mendapatkan kepastian

yang pasti.

Pada akhirnya posisi Ukraina yang strategis merupakan suatu posisi

yang amat rentan, karena bila Rusia dengan politik gas serta tindakan atas

kepentingannya untuk memperluas wilayahnya maka Rusia akan kehilangan

hubungan baik yang telah dibangun dengan Amerika Serikat, karena Amerika

Serikat merupakan negara yang selalu menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Perubahan dan perkembangan konstelasi politik internasional dapat

mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara. Pesatnya perkembangan

politik internasional yang jauh berbeda dengan ketika masih berlangsungnya

perang dingin dan arus globalisasi dewasa ini menuntut adanya pergeseran dan

reorentasi kebijakan setiap negara. Para penentu kebijakan luar negeri harus

terus mengikuti, mengamati dan menelaah setiap kecenderungan baru yang

muncul di dunia agar negaranya mampu berkipra dalam politik internasional.

5.2 Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan, baik dalam fase analisis maupun fase pembentukan konsepsi

baru. Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti pun menghadapi

keterbatasan karena tidak dapat melakukan pengamatan langsung tentang

intervensi militer Rusia atas Ukraina dan bagaimana keadaan sebenarnya

tentang dampak hubungan bilateral Rusia – Amerika Serikat serta hubungan

kedua negara pasca intervensi yang dilakukan Rusia.

75
Peneliti berharap bahwa penelitian selanjutnya dapat dilanjutkan

dengan metode pengambilan data yang lebih mendalam, dan menggunakan

analisis yang lebih tajam atau spesifik sehingga mampu menggali fenomena

sosial yang terjadi dalam sebuah masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan dan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya

semoga dapat menjadi acuan dan memberikan gambaran yang jelas tentang

apa yang sedang terjadi antara Amerika Serikat dan Rusia dalam konflik

Ukraina pada tahun 2014. Peneliti melihat analisis ini sangat dipengaruhi oleh

data sekunder yang didapat dari berbagai buku jurnal ilmiah dan data dari

website. Melihat sumber yang didapat, peneliti berharap untuk kedepannya

peneliti lainnya dapat mendapatkan sumber data yang lain mungkin dalam

bentuk wawancara atau mencari responden langsung.

Viktor Yanukovych sebagai pemimpin negara seharusnya dapat

memimpin Ukraina sebagaimana mestinya, dan Crimea sebagai sebuah

wilayah yang memiliki potensi baik dari sisi letak dan keunggulan lautnya

supaya dapat dimaksimalkan dan berfungsi sebagai pemasukan negara.

Keputusan Yanukovych dengan membatalkan kerjasama dengan Uni Eropa

dan berpihak ke Rusia seharusnya dilakukan dengan mempertimbangkan

kepentingan nasional, masa depan serta integritas Ukraina sebagai sebuah

bangsa. Sebab bantuan yang diberikan oleh Rusia maupun Uni Eropa dengan

maksud agar Ukraina tidak terlepas begitu saja dari pengaruh Rusia dan

Amerika.

76
Pengiriman militer yang dilakukan Vladimir Putin seharusnya

dilakukan dengan meminta persetujuan dari Ukraina, karena Ukraina adalah

negara yang sah merdeka dan Crimea sendiri merupakan wilayah sah yang

masuk ke dalam teritori Ukraina. Akhirnya tindakan tersebut berdampak

terhadap hubungan bilateral Amerika – Rusia karena memiliki pendekatan

yang berbedah pada konflik Ukraina tahun 2014.

Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai sebuah wadah yang mengayomi

dan melindungi negara juga dirasa harus lebih tegas dalam menyikapi

kejadian-kejadian internasional yang terjadi, bagaimana caranya mengambil

cara agar sebuah tindakan unilateral yang dilakukan Rusia dapat diatasi

sehingga tidak berimbas kepada tarik menarik dua kekuatan besar yakni

Amerika Serikat dan Rusia.

Terakhir, peneliti berharap bahwa penelitian ini tidak berhenti sampai

disini saja, dan akan diteruskan hingga mampu memberikan kontribusi

akademis yang signifikan. Ukraina sendiri sebagai negara yang sah merdeka

harus tegas dengan tindakan yang dilakukan Rusia, jika tidak wilayah otonomi

milik Ukraina, Crimea kedepannya bukan saja menjadi incaran Rusia

melainkan melainkan arena persaingan kepentingan negara-negara besar.

77
DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar. Jakarta. PT


Rineka Cipta.

Callghan, T.O dan Griffith, M. 2002. International Relations Key Concepts.


Routledge : London.

Elisabeth, Adriana, dkk. 2011. Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Arus
Perubahan Politik Internasional. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global Dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta.
Graha Ilmu.

Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan


Motodologi. Jakarta. PT Pustaka LP3ES.

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yani Mochamad Yanyan. 2005. Pengantar
Ilmu Hubungan Internasional. Bandung. PT Pembimbing Masa.

Plano, Jack C dan Olton Roy. 1999. Kamus Hubungan Internasional. CV Putra
A Bardin.

Rudy, T.May. 2006. Hukum Internasional 1. Bandung. PT Refika Aditama.

Saputra, Andi Rafael. 2014. Dari Uni Soviet Hingga Rusia. Yogjakarta. Palapa.

Sitepu, P.Anthonius. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta.


Graham Ilmu.

Syafiie, Inu Kencana. 2009. Pengantar Ilmu Politik. Bandung. Penerbit Pustaka
Reka Cipta.

Artikel :

Bethel. 2014. “Dampak Intervensi Militer Rusia Tehadap Ukraina Pun


Berdampak Terhadap Hubungan Bilateral Rusia – Amerika Serkat”.
http://blog.ub.ac.id/bethel/. Diakses tanggal 24 September 2014.

Bunga, Gerald Alditya. 2014 “Intervensi Kemanusiaan Dalam Kerangka


Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa”.
https://www.academia.edu/4459095/intervensi Kemanusiaan Dalam
Kerangka Piagam PBB. Diakses tanggal 03 September 2014.

78
Brennan, J. William. 2014. “Definisi kontrak”.
ocw.usu.ac.id/course/download/.../kn_508_slide_definisi_kontrak.pdf.
Diakses tanggal 18 Desember 2014.

Ferdiansyah. 2014. “Peta Politik : Perkembangan Konflik Internal dan


Diferensiasi Ukraina”.
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/33167027/Peta_Po
litik_dan_intervensi_Asing.docx. Diakses tanggal 17 September 2014.

Graham, Thomas.
2008. “U.S.-Russia Relations. Facing Reality Pragmatically”. Center
For Strategic & Internasional Studies.
Cisis.org/files/.../081717_graham_u.s.russia.pdf. Diakses tanggal 07
Oktober 2014

Indriyanto. 2012. “Revolusi Dan Disintegrasi: Dari Rusia Ke Uni Soviet,


Akankah Ke Indonesia ?”.
Eprints.undip.ac.id/1101/2/revolusi_dan_disintegrasi.pdf. Diakses
tanggal 02 Desember 2014.

Intan. 2014. “Analisa Langka Realisasi Kepentingan Nasional Rusia Dalam


Konsep Geostrategi Melalui Aneksasi Yang Dilakukan Pada Krisis
Ukraina Tahun 2013-2014”.
https://www.academia.edu/7729797/Analisa_Geostrategi_Rusia_Dala
m_Perang_Ukraina. Diakses tanggal 02 Desember 2014.

Kedutaan Besar Federasi Rusia Untuk Republik Indonesia. 2008.


http:www.indonesia.mid.ru/mfa ind 002.html. Diakses tanggal 02
Desember 2014.

McKinder, Halford. 1990. “the geographical pivot of historys” the


geographical journal.
http://wwwjstor.org/discover/10.2307/1775498?uid=2&uid=4&sid=21
105416922753. Diakses tanggal 09 Desember 2014.

Nichol, Jim. 2014. “Russian Political, Ekonomic, and Security Issues and U.S.
Interests”. www.crs.gov. Diakses tanggal 19 Januari 2015.

Nirzana, Sabrina. 2012. “Komparasi Profesionalisme Militer Rusia-Amerika”.


https://www.academia.edu/3988960/Komperasi Profesionalisme
Militer Rusia-Amerika. Diakses tanggal 01 Januari 2015.

Nurjana, Ulfa Madinnatul. 2012. “Hubungan Internasional”.


http://www.academia.edu/6383647/ HIN 1005 Hubungan
Internasional Penegertian Sejarah Arti Penting dan Sarana. Diakses
tanggal 16 Desember 2014.

79
Nurjana, Ulfa Madinnatul. 2014. “perwakilan luar negeri”.
https://www.academia.edu/attachments/34377864/downloadfile?st=M
TQxODc0OTgyMSwzNi44My4yMzMuODQsMTY3NDA0NDA%3
D&s=swp-
toolbal&ct=MTQxODc0OTgzMywxNDE4NzQ5OTAwLDE2NzQwN
DQw. Diakses tanggal 17 Desember 2014.

Rosenberg, h. Ronald. 2014. “Diversifying America’s Energy Future: The


Future of Renewable Wind Power”. http://wwwvelj.org/diversifying-
americas-energy-future.html. Diakses tanggal 21 Januari 2015.

Reuters. 2014. “Obama Tolak Hasil Referendum Crimea, Siap Sanksi Rusia”.
http://narotama.ac.id/index.php/detil artikel//3260/ Obama Tolak Hasil
Referendum Crimea, Siap Sanksi Rusia.html#sthash.yssxUse4.dpuf.
Diakses tanggal 24 September 2014.

Slideshare. 2014. “Kerjasama Internasional”.


http://www.slideshare.net/IkhsanHellostereo/pkn-kelompok-9.
Diakses pada tanggal 15 Desember 2014.

Triyanto. 2011. “Geopolitik-Geostrategi.Pdf”.


http://triyanto.staff.fkip.uns.ac.id/files/2011/08/Geopolitik-
Geostrategi.Pdf. Diakses tanggal 17 Oktober 2014.

Viva.co.id. 2014. “Ini Sejarah Sevastopol Di Crimea, Wilayah Ukraina Berbau


Rusia”. http://dunia.news.viva.co.id/news/read/485860-ini-sejarah-
sevastopol-di-crimea--wilayah-ukraina-berbau-rusia. Diakses tanggal
23 Oktober 2014.

Wahyu, Mario. 2013. “Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat”.


http://www.academia.edu/3252038/Kebijakan_Luar_Negeri_Amerika
_Serikat. Diakses tanggal 02 Desember 2014.

Wisegeek. 2014. “What-are-bilateral-relations”.


http://www.wisegeek.com/what-are-bileteral-relations.html. Diakses
tanggal 06 September 2014.

Wisnu. 2014. “Ukraina, Krisis Terbesar Eropa Di Abad XXI”.


http://www.academia.edu/8223955/Ukraina. Diakses tanggal 17
September 2014.

Woehrel, Steven. 2014. “Ukraine: Current Issues and U.S. Policy”


www.crs.gov. Diakses tanggal 19 Januari 2015

Zonasiswa. 2014. “Hubungan Internasional-Sarana & Pola”.


http://www.zonasiswa.com/2014/11/hubungan-internasional-sarana-
pola.html. Diakses tanggal 17 Desember 2014.

80
Websites :

Auliani. 2014. “Amerika Kecam Gerakan Militer Di Ukraina”.


http://internasional.kompas.com/read/2014/03/01/0804329/Amerika.K
ecam.Gerakan.Militer.Rusia.Di.Ukraina. Diakses tanggal 11
September 2014.

Detik.com. 2014. “Apa Yang Membedakan Crimea Dengan Kota Di Negara


Ukraina Lainnya?”.
http://news.detik.com/read/2014/03/02/133044/2512678/1148/apa-
yang-membedakan-crimea-dengan-kota-di-negara-ukraina-
lainnya?nd772204btr. Diakses tanggal 07 Desember 2014.

http://ahmadjqf-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-35168-
Jurnal%20Pengantar%20%Ilmu%Hubungan%Internasional-
Hubungan%Internasional%20:%20Sebuah%20Studi%20untuk%20Me
njawab%20Kompleksitas%20Dunia%20Global.html. Diakses tanggal
07 Desember 2014.

http://www.amazine.co/24917/apa-itu-negara-g8-fakta-sejarah-informasi-
lainnya. Diakses tanggal 29 Desember 2014.

http://www.intelac.info/2014/04/proceeding-soir-april.html. Diakses tanggal 12


Desember 2015.

http://www.amazine.co/24917/apa-itu-negara-g8-fakta-sejarah-informasi-
lainnya/. Diakses tanggal 02 Januari 2015.

http://media2.s-nbcews.com/i/newscms/2014_09/215816/140227-map-crimea-
1250_5f00f6012cf34480d5b588e14677df11.jpg. Diakses tanggal 21
Oktober 2014.

http://politik.kompasiana.com/2014/03/28/antara-rusia-vs-amerika-dalam-
konflik-ukraina-644808.html. Diakses tanggal 05 Januari 2015.

http://translate.geogle.com/translate?hl=id&s1=en&u=http://www.whitehouse.
gov/the press office/United-State-Russia-Military-
Relations/&prev=search. diakses pada tanggal 02 Januari 2015.

http://www.EIA.gov. Dikases tanggal 12 Januari 2015.

http://www.indexmundi.com/russia/. Diakses tanggal 18 Desember 2014.

http://www.indexmundi.com/united states/. Diakses tanggal 18 Desember


2014.

http://www.state.gov/p/eur/ci/rs/200years. Diakses tanggal 03 Januari 2015.

81
http://www.rusi.org/image/library/LI532056E02D299.jpg. Diakses tanggal 27
Januari 2015.

http://www.russianembassy.org/page/russian-american relation. diakses tanggal


09 januari 2015.

http://tempo.co/read/news/2014/03/05. Diakses tanggal 29 April 2014.

http://www.voaindonesia.com/content/gunakan-gas-alam-rusia-tekan-ukraina-
dan-barat/1891806.html. Diakses tanggal 23 Januari 2015.

Kompas.com. 2014. “Lima Pertanyaan Penting Soal Crimea”.


http://internasional.kompas.com/read/2014/03/21/2338494/lima.pertan
yaan.penting.soal.crimea. Diakses tanggal 07 Desember 2014.

Kompas.com. 2014. “Putin.Siap.Invasi.Ukraina.Kiev.Peringatkan.Perang”.


http://internasional.kompas.com/read/2014/03/02/1042228/Putin.Siap.
Invasi.Ukraina.Kiev.Peringatkan.Perang. Diakses tanggal 11 Oktober
2014.

Republika.co.id. 2014. “Konflik Di Ukraina, 10 Ribu Orang Telah


Mengungsi”. http://malang-city.umm.acer.id/en/internasional-umm-
3908-konflik-di-ukraina-10-ribu-orang-telah-mengungsi.html. Diakses
tanggal 24 September 2014.

82

Anda mungkin juga menyukai