Anda di halaman 1dari 6

DIABETES MELITUS TIPE 2

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
dr. Herry Kusdijanto, MMR
Halaman :

KPRI Bina
Husada I

1. Pengertian Diabetes Mellitus tipe II merupakan kumpulan gejala yang ditandai


oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi
insulin) dan sekresi insulin atau kedua-duanya.
Faktor risiko:
 Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m2)
 Riwayat penyakit DM di keluarga
 Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang
dalam terapi hipertensi) Riwayat melahirkan bayi dengan
BBL > 4000 gram atau pernah didiagnosis DM Gestasional
 Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary
syndrome)
 Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) /TGT
(Toleransi Glukosa Terganggu)
 Aktifitas jasmani yang kuran
Manifestasi Klinis:
 Keluhan klasik DM: polifagia, poliuri, polidipsi, penurunan
berat badan yang tidak jelas sebabnya.
 Keluhan tidak khas dapat berupa lemah, kesemutan (rasa baal
di ujung-ujung ekstremitas), gatal, mata kabur, disfungsi ereksi
pada pria, pruritus vulvae pada wanita, luka yang sulit sembuh
Pemeriksaan Fisik
 Penilaian berat badan
 Mata : Penurunan visus, lensa mata buram
 Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan mikrofilamen
Pemeriksaan Penunjang:
 Gula darah puasa, gula darah 2 jam Post Prandial,
urinalisis, funduskopi, pemeriksaan fungsi ginjal, EKG, Xray
thoraks.
Diagnosis Klinis:
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa
plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa
plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
terakhir ATAU
2. Gejala Klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126
mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam ATAU
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa
oral (TTGO)> 200 mg/dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan
dengan standard WHO, menggunakan beban glukosa
anhidrus 75 gram yang dilarutkan dalam air. Apabila hasil
pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa Teranggu
(GDPT) tergantung dari hasil yang diperoleh
Kriteria gangguan toleransi glukosa:
1. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma
puasa didapatkan antara 100–125 mg/dl (5,6–6,9 mmol/l)
2. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar
glukosa plasma 140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban
glukosa 75 gram (7,8 -11,1 mmol/L)
3. HbA1C 5,7 -6,4%
Komplikasi :
1. Akut: ketoasidosis diabetik, hiperosmolar non ketotik, h
ipoglikemia
2. Kronik : makroangiopati, pembuluh darah jantung, pembuluh
darah perifer, pembuluh darah otak
3. Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina, pembuluh
darah kapiler renal
4. Neuropati
5. Gabungan :kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik,
disfungsi ereksi
Penatalaksanaan:
Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi
gaya hidup sehat dan pengobatan.
 Dosis OHO
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara
bertahap sesuai respons kadar glukosa darah, dapat
diberikan sampai dosis optimal.
2. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
3. Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan.
4. Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan
suapan pertama.
Konseling dan Edukasi
Edukasi meliputi pemahaman tentang:
1. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol
2. Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita
misalnya olahraga, menghindari rokok, dan menjaga pola
makan.
3. Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap
2 minggu
Terapi
Nutrisi medis:
1. Pada penderita diabetes perlu ditekankan mengenai
pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah
makanan
2. Karbohidrat dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energy
3. Asupan lemak dianjurkan sekitar 20 - 25% kebutuhan
kalori, dan pembatasan makanan yang mengandung
lemak jenuh, seperti daging berlemak dan susu
Asupan protein sebesar 10 - 20% dari total asupan energi.
Pada pasien nefropati jumlah asupan protein yaitu 0,8g/Kg
BB/hari atau 10% dari kebutuhan energi.
Latihan Jasmani
 Kegiatan jasmani sehari -hari dan latihan teratur (3 -5
kali seminggu selama kurang lebih 30 - 60 menit minimal
150 menit/minggu intensitas sedang). Kegiatan sehari -
hari seperti berjalan kaki ke pasar, menggunakan
tangga, berkebun, harus tetap dilakukan.
Kriteria Rujukan :
Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut:
1. DM tipe 2 dengan komplikasi
2. DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk
3. DM tipe 2 dengan infeksi berat
Prognosis:
prognosis umumnya adalah dubia. Karena penyakit ini adalah
penyakit kronis, quo ad vitam umumnya adalah dubia ad
bonam, namun quo ad fungsionam dan sanationamnya adalah
dubia ad malam
4. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk:
 Penanganan pasien DM tipe II
 Mengurangi gejala klinis DM tipe II
 Mencegah terjadinya komplikasi
5. Kebijakan SK Pimpinan Klinik No……… tentang Layanan Klinis

6. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/MENKES/514


Tahun 2015 tentang panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
7. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
2. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan Rekam
Medis, jika ada ketidasesuaian data petugas
mengkonfirmasikan dengan unit pendaftaran
3. Petugas melakukan anamnesis/ alloanamnesis dan
pemeriksaan Tanda-Tanda Vital meliputi Tekanan Darah,
Nadi, Respirasi, Suhu dan Berat Badan sesuai kondisi
Menanyakan keluhan utama pasien yang dapat berupa
keluhan klasik diabetes atau yang tidak khas, riwayat
perjalanan penyakit hingga keluhan menggunakan konsep
Sacred seven dan Fundamental Four
4. Petugas mempersilahkan pasien untuk menunggu kembali
panggilan dari dokter
5. Dokter melengkapi anamnesis meliputi RPS ( Riwayat
Penyakit Sekarang ) yaitu onset keluhan, kualitas, kuantitas
keluhan, hal yang memperberat / memperingan keluhan,
faktor predisposisi, keluhan penyerta lain. RPD ( Riwayat
Penyakit Dahulu ) dan RPK ( Riwayat Penyakit Keluarga )
sesuai kondisi
6. Dokter melakukan pemeriksaan fisik pasien
7. Dokter merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan
penunjang diagnostik di laboratorium
8. Dokter merujuk pasien ke Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjut, bila di FKTP (Klinik) tidak sanggup menanganinya
9. Dokter mengumpulkan, mencatat data pengkajian dan data
penunjang guna membuat rencana terapi dan pelaksanaan
terapi
10. Dokter membuat resep dan memberikan kepada pasien
untuk mengambil obat di apotik
 Golongan Biguanid: Metformin, dosis awal 500 mg dosis
maksimal 2500 mg diberikan 1 - 3 kali/hari
 Golongan Sulfonilurea: Glibenklamid dosis awal 2.5 mg
dosis maksimal 15 mg/hr diberikan 15 – 30 menit
sebelum makan, 1-2 kali/hari.
 Golongan Inhibitor α glukosidase: Acarbose dosis awal 50
mg dosis maksimal 300 mg diberikan 1 - 3 kali/hari
 Insulin : short acting atau long acting
 Konseling dan edukasi sesuai dengan terapi non
farmakologis dan efek samping obat
8. Unit Terkait 1. Poli Rawat Jalan
2. Ruang UGD
3. Ruangan rawat inap
4. Ruangan laboratorium

Anda mungkin juga menyukai