Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari

dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir

spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam,

tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Jannah, 2012).

Proses persalinan identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani. Secara

fisiologis nyeri terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi sebagai upaya membuka

servik dan mendorong kepala bayi kearah panggul. Nyeri pada persalinan kala I

merupakan proses fisiologis yang disebabkan oleh proses dilatasi servik, hipoksia otot

uterus saat kontraksi, iskemia korpus uteri dan peregangan segmen bawah rahim dan

kompresi saraf di servik (Bandiyah, 2009)

Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Secara fisiologi

nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase aktif dan fase laten, pada

fase aktif terjadi pembukaan sampai 3cm. Pada primigravida kala 1 persalinan bisa

berlangsung ±20jam, pada multigravida ±14jam.

Menurut (Walyani, 2015) pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat

mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu primigravida belum mempunyai

pengalaman melahirkan dibandingkan ibu multigravida. Ibu yang pertama kali

melahirkan akan merasa stres atau takut dalam menghadapi persalinan. Intensitas

nyeri persalinan pada primigravida sering kali lebih berat daripada nyeri persalinan

pada multigravida. Hal ini karena multigravida mengalami effacement (penipisan


serviks) bersamaan dengan dilatasi serviks, sedangkan pada primigravida proses

effacement biasanya terjadi lebih dahulu daripada dilatasi serviks. Proses ini

menyebabkan intensitas kontraksi yang dirasakan primigravida lebih berat daripada

multigravida, terutama pada kala I persalinan.

Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan

hormon yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Hormon ini dapat

menyebabkan terjadinya ketegangan otot polos dan vasokonstriksi pembuluh darah.

Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi

uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya

iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak.

Nyeri persalinan juga dapat, menyebabkan timbulnya hiperventilasi sehingga

kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah, dan berkurangnya motilitas

usus serta vesika urinaria. Keadaan ini akan merangsang peningkatan katekolamin

yang dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi

inersia uteri yang dapat berakibat kematian ibu saat melahirkan (Walyani, 2015).

Menurut studi pendahuluan yang telah dilakukan mulai tanggal 11 november

2015 sampai 22 november 2015 di Rumah Sakit dr.H.Keosnadi Bondowoso Ruang

Paviliun Mawar memperoleh hasil dari 10 responden ibu primigravida yang

menjalani proses persalinan 6 diantaranya menyatakan nyeri yang dirasakan berat

dengan skala nyeri 9 sedangkan 2 orang ibu primigravida yang mengalami persalinan

berpendapat membutuhkan obat-obatan untuk mengurangi rasa nyerinya, bahkan ada

2 responden meminta untuk dilakukan operasi caecaria, karena nyeri yang dirasakan

dalam keadaan sangat hebat dan tidak tertahankan.

Persalinan yang disertai rasa nyeri belum mendapat perhatian khusus, padahal

menurunkan nyeri sesuai kebutuhan merupakan bagian dari tujuan perawatan


intrapartum, disamping menyediakan lingkungan yang nyaman perawat bisa

berupaya untuk mengadaptasikan nyeri dengan teknik nonfarmakologi yaitu seperti

proses distraksi dan relaksasi.

Dalam hal ini perawat dapat menggunakan terapi-terapi (nursing treatment)

yang mampu dapat mengadaptasikan rasa nyeri pada proses persalinan. Dengan

menggunakan terap-terapi tersebut diharapkan ibu dan bayi dapat lahir dengan

selamat. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mempelajari lebih lanjut

untuk membantu ibu dengan masalah nyeri pada persalinan.

B. Rumusan Masalah
Nyeri persalinan merupakan suatu proses proses fisiologi. Secara fisiologi
nyeri persalinan mulai timbul pada persalinan kala I fase aktif dan fase laten, pada
fase aktif terjadi pembukaan sampai 3cm. Pada primipara terjadi nyeri persalinan
yang lebih lama dibandingkan dengan multipara dan intensitas nyeri persalinan pun
pada primigravida sering kali lebih berat daripada nyeri persalinan pada multigravida.
Ibu yang pertama kali melahirkan akan merasa stres atau takut dalam menghadapi
persalinan sehingga nyeri persalinan dapat menimbulkan beberapa masalah
diantaranya ketegangan otot polos dan vasokonstriksi pembuluh darah sehingga dapat
menurukan kontraksi uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran
darah dan oksigen ke uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls
nyeri bertambah banyak. Sebagai perawat kita dapat memberikan terapi keperawatan
pada ibu primipara dengan teknik distraksi dan relaksasi agar ibu primipara dapat
mengadaptasikan nyeri persalinan.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan terapi tekanan secara bilateral dalam kontraksi pada titik Hugo
(LI4), yang terletak di medial titik tengah metacarpal pertama dalam kulit ibu jari
dan jari telunjuk pada klien dengan masalah nyeri persalinan yang terjadi pada ibu
primigravidanum kala I fase aktif di Ruang Mawar RSD.dr.H.Koesnadi
Bondowoso.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kelompok akupresur terhadap masalah nyeri persalinan yang
terjadi pada ibu primigravidanum kala I fase aktif di Ruang Mawar
RSD.dr.H.Koesnadi Bondowoso.
b. Mengidentifikasi kelompok sentuh dan kontrol terhadap masalah nyeri
persalinan yang terjadi pada ibu primigravidanum kala I fase aktif di Ruang
Mawar RSD.dr.H.Koesnadi Bondowoso.
c. Hubungan antara kelompok akupresur, kelompok sentuh dan kontrol terhadap
pasien dengan masalah nyeri persalinan yang terjadi pada ibu
primigravidanum kala I fase aktif di Ruang Mawar RSD.dr.H.Koesnadi
Bondowoso.

Anda mungkin juga menyukai