BAB VIII
201410340311157
2017
1.1 Pengertian dan Prinsip Pengolahan Air Mnum
Pengolahan air minum merupakan upaya untuk mendapatkan air yang bersih dan
sehat sesuai dengan standar mutu air untuk kesehatan. Standar baku mutu air minum
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 01 tahun 1975 tentang
Syarat – syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
Proses pengolahan air minum merupakan proses perubahan sifat fisik, kimia, dan
biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum. Tujuan dan
kegiatan pengolahan air minum adalah :
1. Mendapatkan air yang aman dikonsumsi (tidak mengandung bahan kimia dan/atau
mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan).
2. Mendapatkan air yang diterima masyarakat.
3. Mendapatkan air dengan fasilitas pengolahan air yang dapat dioperasikan dengan
biaya yang reasonable.
Proses kimia pada pengolahan air minum diantaranya meliputi koagulasi, aerasi,
reduksi, dan oksidasi. Semua proses kimia tersebut dapat dilakukan secara sederhana
ataupun dengan menggunakan teknik modern.
Pengolahan air secara biologi untuk mematikan patogen dapat berlangsung bersama-
sama dengan reaksi kimia dan fisika atau secara khusus dengan pemberian desinfektan.
Cara yang paling sederhana untuk mematikan mikroorganisme yaitu dengan pemanasan
sampai 1000 .
1.1.1 Prinsip Kualitas, Kuantitas, Kontinyuitas
Kualitas:
Memenuhi standard kulitas air minum, aman bagi kesehatan.
Kuantitas :
Jumlah air yang tersedia harus memenuhi kebutuhan standar.
Kontinuitas :
Memenuhi kebutuhan konsumen secara terus-menerus.
b. Bau
Bau pada air dapat disebabkan karena ada benda asing yang masuk ke dalam
air, misalnya bangkai, sampah, atau bahan yang terbuang dan membusuk. Bau yang
diakibatkan oleh pembusukan karena ada peristiwa penguraian senyawa organik
oleh bakteri sehingga menghasilkan gas - gas berbau menyengat. pada peristiwa
penguraian zat organik berkaibat meningkatkan (Disolved Oxygen) - oksigen
terslarut. Ketika penguraian terjadi meningkatkan penggunaan okzigen terlarut di
air (BOD ) oleh bakteri dan mengurangi kuantitas oksigen terlarut (DO =
Disvolved Oxigen) di dalam air. Senyawa – senyawa organik umumnya tidak
stabil dan mudah dioksidasi secara biologis dan kimia menjadi senyawa stabil atau
biasa dikenal dengan istilah BOD dan COD. Kebutuhan oksigen biologi (BOD)
adalah parameter kualitas air lain yang penting. BOD menunjukkan banyaknya
oksigen yang digunakan bila bahan organik dalam suatu volume air tertentu
dirombak secara biologis. Sedangkan kebutuhan oksigen kimia (COD) merupakan
suatu cara untuk menentukan kandungan bahan organik dalam air buangan dan
perairan alami. Dari segi estetika, air yang berbau, apabila bau busuk seperti bau
telur yang membusuk (misalnya oleh H2S) ataupun air yang berasal secara alami,
tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh peraturan yang berlaku. Pada air
minum tidak boleh ada bau yang merugikan pengguna air.
Bau pada air minum dapat dideteksi dengan menggunakan hidung. Apabila air
minum kita yang konsumsi berbau, maka bisa dipastikan air tersebut tercemar dan
tidak memenuhi syarat.
c. Rasa
Rasa yang terdapat di dalam air baku dapat di hasilkan oleh kehadiran
organisme seperti bakter, adanya limbah cair atau sampah hasil buangan rumah
tangga dan kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang digunakan. pada air minum,
rasa diupayakan agar menjadi netral dan dapat di terima oleh pengguna air.
Biasanya saat kita berada di sumber air di pegunungan misalnya maka cobalah
untuk sedikit mengecap atau merasa melalui lidah, mencium baunya dan melihat
kejernihanya karena bisa jadi yang kita minum sudah tercemar.
d. Warna
Warna pada air biasanya terdiri dari warna asli ture color yang disebabkan
oleh substansi terlarut, dan warna tampak apparent color yang disebabkan oleh
zat substansi yang terlarut berikut zat tersuspensi di dalam air tersebut. Warna air
dapat disebabkan oleh kandungan besi, mangan, humus, biota laut, plankton dan
limbah industri. pada air minum syarat nya adalah tidak berwarna sehingga tampak
jernih.
Deteksi warna air dapat dilakukan oleh indra penglihatan, deteksi lanjutan
menggunakan deteksi kekeruhan. apabila warna air tidak bening, keruh serta
berwarna dapat disebabkan oleh pencemaran sehingga tidak layak untuk di minum.
Menurut peraturan menteri kesehatan nomor : 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
syarat – syarat dan pengawasan kualitas air, mengatakan bahwa syarat – syarat kualitas
air adalah sebagai berikut:
c. Air kemasan;
d. Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan
kepada masyarakat; harus memenuhi syarat kualitas air minum.
(2) Persyaratan kualitas air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik.
(3) Persyaratan kualitas air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran I Keputusan ini.
Untuk mengenal karakteristik air baku permukaan maka air ini digolangkan
menjadi 6, yaitu;
a. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang tinggi
b. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang rendah
c. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan yang sifatnya temporer
d. Air permukaan dengan kandungan warna yang sedang sampai tinggi
e. Air permukaan dengan kesadahan yang tinggi.
f. Air permukaan dengan tingkat kekeruhan sangat rendah
1.5 Intake
Intake adalah suatu konstruksi yang berguna untuk mengambil air dari sumber
air di permukaan tanah seperti reservoir, sungai, danau atau kanal. Konstruksi intake
disesuaikan menurut konstruksi bangunan air, dan umumnya secara kualitas airnya
kurang baik namun biasanya secara kuatitas airnya cukup banyak.
Lokasi Intake harus memperhatikan beberapa factor di bawah ini :
1. Kualitas air yang tersedia harus baik.
2. Berlokasi di tempat dimana tidak terdapat arus / aliran kuat yang dapat merusak
intake.
3. Selama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam intake.
4. Sebaiknya sedekat mungkin dengan stasiun pemompaan.
5. Pasokan tenaga harus tersedia dan dapat digunakan.
6. Angin yang menyebabkan sedimentasi harus dihindari.
7. Lokasi harus mudah dijangkau dan dekat tempat pengolahan sehingga
meminimalkan biaya perpipaan.
8. Lokasi sebaiknya tidak berada di wilayah cekungan.
9. Sebaiknya tertutup untuk mencegah sinar matahari yang bisa menstimulus
pertumbuhan lumut atau ganggang di air ataupun pengotor-pengotor dari luar.
10. Tanah tempat dibangunnya intake harus stabil.
11. Bangunan intake harus kedap air.
12. Pipa inlet ditempatkan dibawah permukaan sungai atau danau untuk
mendapatkan air yang lebih dingin dan mencegah masuknya benda-benda yang
mengapung.
13. Sebaiknya terletak agak jauh dari bahu sungai untuk mencegah kemungkinan
pencemaran.
14. Sebaiknya terletak pada bagian hulu kota.
Bangunan Intake terdiri dari 4 (empat) macam yaitu :
1. Reservoir Intake (Intake Tower)
Intake Tower terletak pada bagian pelimpahan atau dekat sisi bendungan. Pondasi
menara (tower) terpisah dari bendungan dan dibangun pada bagian hulu. Menara
terdiri atas beberapa inlet yang terletak pada ketinggian yang bervariasiuntuk
mengantisipasi fluktuasi tinggi muka air dapat mengalir secara gravitasi ke fasilitas
penjernihan air, maka intake tower tidak diperlukan.
2. River Intake
River Intake terdiri atas sumur beton berdiameter 3 – 6 m yang dilengkapi 2 atau
lebih pipa besar yang disebut penstock. Pipa-pipa tersebut dilengkapi dengan katup
sehingga memungkinkan air memasuki intake secara berkala. Air yang terkumpul
dalam sumur kemudian dipompa dan dikirim kedalam instalasi pengolahan. River
Intake terletak pada bagian hulu kota untuk menghidari pencemaran oleh air
buangan.
3. Lake Intake
Lake Intake terdiri atas satu atau lebih pipa bell-mouthed yang dipasang di dasar
danau. Bell-mouthed ditutup dengan saringan (screen). Sebagai penyangga pipa
dibuat jembatan yang menghubungkan pipa dari danau menuju tempat pengolahan
air.
4. Canal Intake
Canal Intake terdiri atas sumur beton yang dilengkapi dengan pipa bell-mouthed
yang terpasang menghadap ke atas. Terdapat saringan halus pada bagian atas untuk
mencegah masuknya ikan-ikan kecil dan benda-benda terapung. Ruangan juga
dilapisi dengan saringan dari kerikil.
1. Klorin
Keunggulan:
Teknologi desinfeksi yang sudah dikenal luas dan klorin merupakan desinfektan
yang efektif
Memiliki sisa klor yang dapat dipantau dan diatur kadarnya (sisa klor dapat dijaga
pada perpipaan yang panjang)
Dapat mengoksidasi sulfida
Unit klorinasi dapat digunakan untuk keperluan lainnya seperti pengendalian bau
maupun desinfeksi pada sistem pengolahan air bersih
Relatif murah
Tersedia dalam bentuk kalsium dan sodium hipoklorit (sebagai alternatif dari
penggunaan gas klor)
Kekurangan:
2. Klorin Dioksida
Keunggulan:
Merupakan desinfektan yang efektif dan lebih efektif jika dibandingkan dengan
klorin untuk menonaktifkan kebanyakan virus, spora, kista, dan ookista
Kemampuan membunuh mikroorganisme tidak terpengaruh pH
Mengoksidasi sulfida
Memiliki sisa desinfektan
Kekurangan:
3. Ozon
Keunggulan:
Merupakan desinfektan yang efektif dan lebih efektif jika dibandingkan dengan
klorin untuk menonaktifkan kebanyakan virus, spora, kista, dan ookista
Kemampuan membunuh mikroorganisme tidak terpengaruh pH
Memiliki waktu kontak yang relatif lebih singakt dibandingkan dengan klorin
Mengoksidasi sulfida
Area yang diperlukan lebih sedikit
Dapat meningkatkan kadar oksigen terlarut
Kekurangan:
4. Ultra Violet
Keunggulan:
Merupakan desinfektan yang efektif dan lebih efektif jika dibandingkan dengan
klorin untuk menonaktifkan kebanyakan virus, spora, kista, dan ookista
Tidak meninggalkan residu yang bersifat toksik maupun meningkatkan level TDS
efluen
Tidak ada pembentukan DBP
Memerlukan lahan yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan klorinasi
Menguntungkan dari segi safety karena tidak ada penggunaan bahan kimia
Efektif menghilangkan senyawa organik persisten seperti NDMA (N-
nitrosodimethylamine)
Kekurangan: