HIV Dengan Pneumonia
HIV Dengan Pneumonia
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
ALBERTHIN G. MANO
ANNISA RAMADHAN
IDA BARU
LUIS BRABAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik demi memenuhi tugas Askep HIVdenga judul
‘’Asuhan Keperawatan Pneumonia pada ODHA’’. Diharapkan dengan makalah ini mahasiswa/I dan
pembaca dapat mengetahui mengenai pengertian, klafikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi,
pathway, pemeriksaan penunjang, pengobatan pneumonia dan asuhan keperawatan pneumonia pada
ODHA
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini bukanlah usaha dari kelompok sendiri
melainkan berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materi.
Tentunya dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan atas segla kekurangannya. Semoga makalah ini dapat
brmanaat bagi penulis dan pembaca.
Kelompok 10
ii
DAFTAR ISI
Mandiri........................................................................................................................................................ 14
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................... 18
iii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 19
iv
BAB I PENDAHULUAN
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang menyebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak
berfungsi maksimal. (Somantri, 2012)
Pneumonia adalah satu penyakit peradangan akut parenkin paru yang biasanya dari infeksi
saluran pernapasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia A price). Dengan gejala batuk disertai dengan sesak
nafas yang disebabkan dengan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi
substansi berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui
gambaran radiologis.(Amin Huda, 2016)
Pneumonia Pneumocystis (PCP) adalah infeksi oportunistik (IO) paling umum pada orang
terinfeksi HIV. Tanpa pengobatan, lebih dari 85% orang dengan HIV pada akhirnya akan
mengembangkan penyakit PCP. PCP menjadi salah satu pembunuh utama ODHA. Walau PCP hampir
selalu dapat dicegah dan diobati, penyakit ini tetap menyebabkan kematian pada kurang lebih 10% kasus.
Saat ini, dengan tersedianya terapi antiretroviral (ART), angka PCP menurun secara dramatis.
Sayangnya, PCP masih umum pada Odha yang terlambat mencari pengobatan atau belum mengetahui
dirinya terinfeksi HIV. Sebenarnya, 30-40% Odha akan mengembangkan PCP bila mereka menunggu
sampai jumlah CD4-nya kurang lebih 50. Cara terbaik untuk mencegah PCP adalah dengan tes HIV untuk
mengetahui infeksinya lebih dini.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai pengertian, klasifikasi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan pengobatan Pneumonia pada ODHA.
Tujuan Khusus
Mahasiswa/I mampu mengetahui, memahami dan menerapkan asuhan keperawatan yang sesuai teoritis
pada pasien dengan Pneumonia pada ODHA.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang menyebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak
berfungsi maksimal. (Somantri, 2012)
Pneumonia adalah satu penyakit peradangan akut parenkin paru yang biasanya dari infeksi
saluran pernapasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia A price). Dengan gejala batuk disertai dengan sesak
nafas yang disebabkan dengan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi
substansi berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui
gambaran radiologis.(Amin Huda, 2016)
Pneumonia Pneumocystis (PCP) adalah infeksi oportunistik (IO) paling umum pada orang
terinfeksi HIV. Tanpa pengobatan, lebih dari 85% orang dengan HIV pada akhirnya akan
mengembangkan penyakit PCP. PCP menjadi salah satu pembunuh utama ODHA. Walau PCP hampir
selalu dapat dicegah dan diobati, penyakit ini tetap menyebabkan kematian pada kurang lebih 10% kasus.
Saat ini, dengan tersedianya terapi antiretroviral (ART), angka PCP menurun secara dramatis.
Sayangnya, PCP masih umum pada Odha yang terlambat mencari pengobatan atau belum mengetahui
dirinya terinfeksi HIV. Sebenarnya, 30-40% Odha akan mengembangkan PCP bila mereka menunggu
sampai jumlah CD4-nya kurang lebih 50. Cara terbaik untuk mencegah PCP adalah dengan tes HIV untuk
mengetahui infeksinya lebih dini.
Pneumonia adalah proses inflamasi dari parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh preparat
infeksius. (Brunner & Suddarth, 2003)
Menurut Marwani A, Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh
karena infeksi atau iritasi bahan kimia sehingga alveolli terisi oleh eksudat peradangan.
Menurut Hudak (1998) dalam Asih & Effendy (2004), Pneumonia adalah suatu proses inflamasi
dimana kompartemen alveolar terisi oleh eksudat.
Menurut Corwin (2001), Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah, penyakit ini
adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme.
3
Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi
pengisian rongga alveoli yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda asing. Pneumonia
Pneumonia radiasi dapat menyertai radiasi untuk kanker payudara atau paru, pneumonia
kimiawi terjadi setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas. (Mutttaqin, 2008)
pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya dari suatu
infeksi saluran pernafasan bawah akut( isnba) ( Sylvia a.price)
Pneumonia merupakan proses inflamasi parenkim paru yang terjadi pengisian rongga
alveoli dan eksudat, yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda – benda asing (
Ardiansyah, 2012). Salah satu penyebab kematian pada anak usia balita karena infeksi adalah
penyakit pneumonia. Setiap tahun pneumonia membunuhsekitar 1,6 juta anak balita. (WHO, 2009)
Persentase pneumonia di Indonesia pada tahun 2008 meningkat hingga mencapai 49,45%.
Tahun 2009 sebanyak 49,23% dan tahun 2010 menurun hingga mencapai 39,38% dari jumlah balita
di Indonesia
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan yang bisa
menimbulkan kematian terutama pada anak usia balita.
1. Pneumoni Lobaris, melibatkan seluruh atau sebagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila
kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau ganda.
2. Pneumonia Lobularis ( Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat
oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia Interstisial (Bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam dinding alveolar
(intertisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural
4
Klasifikasi berdasarkan inang dan lingkungan:
1. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pad apasien perokok, pathogen atipikal pada lansia, gram negative
pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta kardioulmonal/jamak,
atau paska terapi antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat berat sakit, adanya resiko untuk jenis pathogen tertentu,
dan masa menjelang timbul onset pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan toksik, akibat aspirasi
cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung, edema paru, dan obstruksi mekanik simple
oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi dapat disebabkan oleh
kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, virus,
jamur dan cacing.
PCP disebabkan oleh jamur yang ada dalam tubuh hampir setiap orang. Dahulu jamur tersebut
disebut Pneumocystis carinii, tetapi para ilmuwan sekarang memakai nama Pneumocystis jiroveci, namun
penyakit masih disingkatkan sebagai PCP. Sistem kekebalan yang sehat dapat mengendalikan jamur ini.
Namun, PCP menyebabkan penyakit pada orang dewasa dan anak dengan sistem kekebalan yang lemah.
Jamur Pneumocystis hampir selalu berpengaruh pada paru, menyebabkan bentuk pneumonia
(radang paru). Orang dengan jumlah CD4 di bawah 200 mempunyai risiko paling tinggi mengalami
penyakit PCP. Orang dengan jumlah CD4 di bawah 300 yang telah mengalami IO lain juga berisiko.
Sebagian besar orang yang mengalami penyakit PCP menjadi jauh lebih lemah, kehilangan berat badan,
dan kemungkinan mengembangkan penyakit PCP lagi.
Tanda pertama PCP adalah sesak napas, demam, dan batuk tanpa dahak. Siapa pun dengan gejala
ini sebaiknya segeraperiksa ke dokter. Namun, semua ODHA dengan jumlah CD4 di bawah 300
sebaiknya membahas pencegahan PCP dengan dokter, sebelum mengalami gejala apa pun.
Menurut Mayer (2012) etiologi pneumonia antara lain Bakteri, merupakan mikroorganisme
bersel tunggal sederhana dan memiliki dinding sel yang melindunginya terhadap banyak
5
mekanisme tubuh manusia contohnya Diplococus pnumoniae,pnumococcus, streptococcus pyogenes,
staphylococus aureus, Haemophilus influenza.
Menurut Corwin (2001), Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram,
streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia steptrokokus. Bakteri staphylococcus aureus
adalah streptokokus beta-hemolitikus grup A yang juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga
pseudomonas aeroginosa.
Pneumonia lain disebabkan oleh virus misalnya influenza. Pneumonia mikoplasma, suatu
pneumonia yang relative sering dijumpai yang disebabkan oleh suatu organisme yang Berdasarkan
beberapa aspeknya berada diantara bakteri dan virus
Menurut Corwin (2001), gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia, tetapi terutama
mencolok pada pneumonia yang disebabakan oleh bakteri. Gejala-gejala mencakup:
6
2.5 Patofisiologi Pneumonia pada ODHA
Imunitas tubuh ↓
Peradangan pada jaringan paru →(infeksi jamur)→peradangan mulut→sulit menelan, mual, bibir kering
Sesak, demam
Efektif
Peningkatan suhu
7
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Selama bertahun-tahun, antibiotic dipakai untuk mencegah PCP pada pasien kanker dengan sistem
kekebalan yang lemah. Tetapi baru pada 1985 sebuah penelitian kecil menunjukkan bahwa antibiotik juga
dapat mencegah PCP pada ODHA.Obat yang sekarang dipakai untuk mengobati PCP mencakup
kotrimoksazol, dapson, pentamidin, dan atovakuon.
a. Kotrimoksazol adalah obat anti-PCP yang paling efektif. Ini adalah kombinasi dua antibiotik:
trimetoprim (TMP) dan sulfametoksazol (SMX).
b. Dapson serupa dengan kotrimoksazol. Dapson kelihatan hampir seefektif kotrimoksazol melawan
PCP.
c. Pentamidin adalah obat hirup yang berbentuk aerosol untuk mencegah PCP. Pentamidin juga
dipakai secara intravena (IV) untuk mengobati PCP aktif.
d. Atovakuon adalah obat yang dipakai pada kasus PCP ringan atau sedang oleh orang yang tidak
dapat memakai kotrimoksazol atau pentamidin. Berdasarkan sebuah penelitian kecil, bila terapi
baku tidak berhasil, pasien mungkin dapat memakai trimekstrat digabung dengan asam folinik.
Kotrimoksazol adalah obat yang paling efektif melawan PCP. Obat ini juga murah, dan dipakai dalam
bentuk pil, satu atau dua pil sehari. Namun, bagian SMX dari kotrimoksazol merupakan obat sulfa
dan hampir separuh orang yang memakainya mengalami reaksi alergi, biasanya ruam kulit, kadang-
8
kadang demam. Sering kali, bila penggunaan kotrimoksazol dihentikan sampai gejala alergi hilang,
lalu penggunaan dimulai kembali, masalah alergi tidak muncul lagi. Karena masalah alergi yang
disebabkan oleh kotrimoksazol serupa dengan efek samping dari beberapa obat antiretroviral,
sebaiknya penggunaan kotrimoksazol dimulai seminggu atau lebih sebelum mulai ART. Dengan cara
ini, bila alergi muncul, penyebab lebih mudah diketahui.
Dapson menyebabkan lebih sedikit reaksi alergi dibanding kotrimoksazol, dan harganya juga agak
murah. Biasanyadapson dipakai dalam bentuk pil tidak lebih dari satu pil sehari. Namun dapson
kadang kala lebih sulit diperoleh di Indonesia.
Pentamidin memerlukan kunjungan bulanan ke klinik yang mempunyai nebulizer, mesin yang
membuat kabut obat yang sangat halus. Kabut ini dihirup secara langsung ke dalam paru. Prosedur ini
memakan waktu kurang lebih 30-45 menit. Kita dibebani harga obat tersebut ditambah biaya klinik.
Pasien yang memakai pentamidin aerosol akan mengalami PCP lebih sering disbanding orang yang
memakai pil antibiotik.
9
2.8 Pencegahan Pneumonia pada ODHA
Cara terbaik untuk mencegah PCP adalah dengan memakai ARV. Orang dengan jumlah CD4 di
bawah 200 dapat mencegah PCP dengan memakai obat yang juga dipakai untuk mengobati PCP. Cara
yang lain untuk mengurangi risiko PCP adalah dengan tidak merokok. Perokok terinfeksi HIV
mengembangkan PCP 2-3 kali lebih cepat dibandingkan ODHA yang tidak merokok.
Hampir semua peristiwa PCP, salah satu penyakit pembunuh utama para ODHA, dapat diobati
dan dapat dicegah dengan obat murah yang mudah dipakai. ARV dapat menahan jumlah CD4 kita tetap
tinggi. Jika jumlah CD4 kita turun di bawah 300, kita sebaiknya membahas penggunaan obat pencegah
PCP dengan dokter kita. Siapapundengan jumlah CD4 di bawah 200 seharusnya memakai obat anti-PCP.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah, riwayat penyakit pernapasan,
pengobatan yang dilakukan di rumah dan penyakit yang menyertai.
Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan, faring hiperemis,
pembesaran tonsil, sakit menelan.
Faktor perkembangan : umum , tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari, mekanisme koping,
kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
Pengetahuan pasien/ keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan, pengetahuan tentang
penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan
2. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif kemungkinan b.d inflamasi trakeabranchial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum
Gangguan pertukaran gas kemungkinan b.d perubahan membran alveolar-kapiler
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan b.d. peningkatan kebutuhan
metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi
Resiko kekurangan volume cairan kemungkinan b.d. intake cairan oral tidak adekuat, kehilangan
cairan aktif
Intoleransi aktifitas kemungkinan b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
kelemahan umum.
(NANDA Internasional 2012-2014 & Aplikasi NANDA NIC NOC 2013)
11
3. Interensi Keperwatan
12
Pengisapan secara mekanik pada
sesuai indikasi pasien yang tak mampu
melakukan karena batuk
tak efektif atau
penurunan tingkat
kesadaran.
2 Gangguan Menunjukkan perbaikan Mandiri : manifestasi
pertukaran ventilasi dan oksigenasi Kaji distress
gasdapat jaringan dengan kriteria frekuensi, pernafasan
dihubungkan hasil : GDA dalam rentang kedalaman tergantung pada
dengan ; normal, tak ada gejala dan indikasi derajat
perubahan distress pernafasan dan kemudahan keterlibatan
membran warna kulit tidak pucat. bernafas. paru dan status
alveolar – kapiler Observasi kesehatan
( efek inflamasi warna kulit, umum.
), gangguan membran Sianosis kuku
kapasitas mukosa dan menunjukkan
pembawa kuku, catat vasokontriksi
oksigen darah. adanya atau espon
sianosis tubuh terhadap
perifer ( kuku demam /
) atau menggigil.
sianosis Demam tinggi
sentral. sangat
Awasi suhu meningkatkan
tubuh sesuai kebutuhan
indikasi metabolik dan
Beri posisi kebutuhan
yang nyaman oksigen dan
misal mengganggu
semifowler oksigenasi
atau fowler selular
13
Kolaborasi posisi yang
Berikan nyaman
terapi meningkatkan
oksigen masuknya
sesuai terapi suplai O2 ke
dari dokter. dalam tubuh.
Tujuan terapi
oksigen adalah
mempertahanka
n PaO2 di atas
60 mmHg.
Oksigen
diberikan
dengan metode
yang
memberikan
pengiriman
tepat dalam
toleransi pasien.
3 Ketidakseimbang menunjukkan peningkatan Mandiri pilihan
an nutrisi kurang nafsu makan, Indentifikasi intervensi
dari kebutuhan mempertahankan/meningkat factor yang tergantung pada
kemungkinan kan berat badan. menyebabkan penyebaran
berhubungan mual / masalah
dengan muntah Menghilangkan
peningkatan misalnya : tanda bahaya,
kebutuhan sputum rasa, bau dari
metabolik banyak, lingkungan
sekunder pengobatan pasien dan dapat
terhadap demam aerosol, menurunkan
dan proses dispnoe mual.
infeksi berat, nyeri Bunyi usus
Berikan mungkin
14
wadah menurun / tak
tertutup ada bila proses
untuk sputum infeksi
dan buang berat/memanjan
sesering g.
mungkin Tindakan ini
Auskultasi dapat
bunyi usus , meningkatkan
observasi / masukan
palpasi meskipun nafsu
distensi makan mungkin
abdomen. lambat untuk
Berikan kembali.
makan porsi
kecil tapi
sering
termasuk
makanan
kering
4 Resiko Tujuan : Mempertahankan Kaji faktor mengetahui
kekurangan masukan cairan secara penyebab penyebab akan
volume cairan adekuat resiko menentukan
b.d intake cairan Kriteria hasil : kekurangan intervensi yang
oral tidak Mempertahankan cairan akan dilakukan
adekuat, berat jenis urine Monitor selanjutnya.
kehilangan dalam batas normal status hidrasi status hidrasi
cairan aktif Tanda-tanda vital (mukosa yang buruk
normal baik, nadi menunjukkan
Tidak terlihat mata normal, tanda dan gejala
cekung, kulit tekanan darah terjadinya
lembab, membran normal). kekurangan
mukosa lembab Kolaborasi cairan.
pemberian mencukupi
15
cairan IV cairan yang
sesuai terapi tidak bisa
dokter. masuk melalu
oral.
16
istirahat dan /
atau tid
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang menyebabkan
pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang
mengalami konsolidasi, begitupun dengan aliran darah disekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak
berfungsi maksimal. (Somantri, 2012)
Pneumonia adalah satu penyakit peradangan akut parenkin paru yang biasanya dari infeksi
saluran pernapasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia A price). Dengan gejala batuk disertai dengan sesak
nafas yang disebabkan dengan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi
substansi berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui
gambaran radiologis.(Amin Huda, 2016)
Saat ini, dengan tersedianya terapi antiretroviral (ART), angka PCP menurun secara dramatis.
Sayangnya, PCP masih umum pada Odha yang terlambat mencari pengobatan atau belum mengetahui
dirinya terinfeksi HIV. Sebenarnya, 30-40% Odha akan mengembangkan PCP bila mereka menunggu
sampai jumlah CD4-nya kurang lebih 50. Cara terbaik untuk mencegah PCP adalah dengan tes HIV untuk
mengetahui infeksinya lebih dini.
4.2 Saran
Sebaiknya dalam membuat rencana suhan keperawatan Pneuminia pada ODHA keluarga perlu juga dikaji
agar penyebaran dari infeksi pneumonia dapat ditekan. Begitu pula pada pengobatan PCP pada ODHA
sangat penting untuk melibatkan keluarga untuk mendampingi dan mengawasi konsumsi OAT dan ARV.
18
DAFTAR PUSTAKA
Somantri Irman. 2012.Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika
Nurarif Huda Amin & Kusuma Hardhi. 2016 ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIS Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta:
MediAction
19