limbahnya dengan baik. Dengan demikian banyak dana yang dapat dihemat karena industri tersebut terhindar dari kerugian ekonomi akibat kompensasi masalah yang dapat timbul akibat limbah yang tidak tertangani dengan baik. Di samping itu, penanganan limbah juga merupakan tanggung jawab sosialindustri terhadap lingkungan. Menurut perkiraan, dari semua bahan pangan yang diolah secara industrial, 20% diantaranya akan menjadi limbah.
Opsi dari manajemen penanganan limbah yang dapat
dilaksanakan di industri pangan antara lain adalah pencegahan terbentuknya limbah yang berlimpah dengan cara mempraktekkan teknologi proses yang lebih efisien, pelaksanaan proses daur ulang limbah yang dihasilkanatau memanfaatkan limbah sebagai bahan baku industri lainnya, dan perbaikan kualitas limbah yang dihasilkan melalui proses pengolahan limbah yang sistematis. Kalangan industri pangan, yang meliputi pabrik pengolah pangan maupun usaha pangan siap saji sepertirestoran dan kantin, dapat mempraktekkan penanganan limbah sejak awal dengan pencegahan polusi, sehingga dapat mengklaim industrinya sebagai industri yang peduli lingkungan: “green friendly”.
Sifat limbah industri pangan
Pada umumnya, limbah dari industri pangan dapat
dikategorikan sebagai limbah padat danlimbah cair. Dari sifat komponen yang dihasilkan, limbah dapat dikategorikan sebagai limbahorganik dan limbah anorganik. Khusus untuk limbah cair dapat dilihat bentuk limbah tersebutterlarut atau tersuspensi. Parameter penilaian limbah organik antara lain adalah padatantersuspensi, alkalinitas, nitrogen organik, nilai fenol, kadar logam dan nilai BOD serta COD.BOD (Biological Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen biokimiawi bagi prosesdeoksigenasi limbah dan COD (Chemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigenkimiawi bagi proses deoksigenasi limbah. Nilainya masing-masing harus mencapai 30 mg/ldan 80 mg/l sebelum dapat dibuang di lingkungan.
Aturan mengenai penanganan limbah dan
pengukurannya dapat dilihat pada SNI Indonesia,dan yang terbaru adalah SNI 6989-59.2008 mengenai Air dan Air Limbah: MetodePengambilan Contoh Air Limbah. Limbah cair pengolahan pangan umumnya mempunyaikandungan nitrogen yang rendah, BOD dan padatan tersuspensi tinggi. Limbah padat dapat berupa sisa-sisa bahan pangan yang tidak terolah. Tentu saja tergantung dari jenis panganyang diolah, limbah yang dapat dihasilkan dari industri pangan bervariasi dalam sifat,kualitas dan kuantitasnya.
Limbah industri berbahan baku daging dan unggas
Limbah dari pengolahan pangan berbahan daging dan
unggas yang utama berasal dari bagian bukan daging dan cairan yang mengandung darah. Cairan yang mengandung darahmerupakan sumber polusi yang harus ditangani dengan cepat dan benar. Sebagai contoh,darah yang dihasilkan dari pengolahan daging sapi sekitar 32.5 kg darah/ton daging dansekitar 8% dari berat tubuh ayam adalah darah yang 70% diantaranya dapat dikeluarkan. Nilai BOD dan COD dari pengolah pengemas daging rata-rata adalah 1240 dan 2940 mg/ldan dari industri pengolah unggas adalah berkisar 150-2400 dan 2-3200 mg/l.
Limbah industri berbahan baku susu
Limbah dari pengolahan susu segar mempunyai bahan
organik terlarut yang tinggi dan bahantersuspensi yang rendah. Di industri susu modern, umumnya banyak digunakan surfaktan dandeterjen asam untuk proses pembersihan yang umumnya akan menyumbang jumlah BODsekitar 1 kg/453 ton susu yang diolah. Nilai pH limbah industri susu berkisar antara 4.2-9.5tergantung jenis industrinya dan BOD serta COD dari limbah industri susu adalah 400-9440dan 360-15300 mg/l. Limbah industri berbahan baku hasil laut
Limbah dari pengolahan pangan berbahan hasil laut
sangat tergantung dari jenis hasil lautyang diolah. Pada umumnya limbah cair sangat banyak dihasilkan pada industri ini karenacairan akan dihasilkan atau air digunakan dari mulai proses pemotongan, pencucian dan pengolahan produk. Cairan ini akan mengandung darah dan potongan kecil bahan. Sebagaicontoh, nilai BOD dan COD yang dihasilkan dari peternakan lele dapat mencapai 3.6kg/1000 dan 4.9 kg/1000 ekor ikan lele. Sedangkan limbah padat banyak dihasilkan bila yangdiolah adalah daging kepiting, karena limbah yang dihasilkan dapat mencapai 85% dari bahan awal.
Sifat limbah industri berbahan baku buah dan sayur
Limbah dari pengolahan pangan berbahan buah dan
sayur umumnya mempunyai pH tinggikarena banyak digunakan larutan alkali pada prosesnya. Kecuali pada proses fermentasi buahdan sayur yang pada umumnya banyak mengeluarkan limbah cair yang bersifat asam. NilaiBOD dan COD dari limbah industri ini sangat bervariasi, sebagai contoh nilai pH, BOD danCOD industri apel dapat berkisar 4.1-7.7; 240-19000 mg/l dan 400-37000mg/l.
Prinsip dasar penanganan limbah dalam industri pangan
Dengan mengetahui sifat-sifat limbah dari industri
pangan yang berbeda, maka proses penanganan limbahnyapun harus disesuaikan dengan kebutuhan pengendalian limbah yangdihasilkan tersebut. Penanganan limbah dapat dilakukan secara fisik, kimia dan mikrobiologisataupun kombinasi cara-cara tersebut. Limbah padat dapat dieliminir dengan cara fisik seperti dengan penyaringan atau sedimentasi. Untuk menetralkan asam dan basa sertamenghilangkan bahan organik dapat digunakan metode kimia atau metode fisikokimia sepertiadsorbsi, pertukaran ion, dan osmosis ataupun dengan proses mikrobiologis. Pada prinsipnya penanganan limbah dapat dikelompokkan menjadi enam tahapan tergantung dari jenis limbahdan tujuan penangannya. Keenam tahapan tersebut adalah:
Penanganan pendahuluan (pre treatment).
Pada penanganan pendahuluan, partikel yang
berukuran besar seperti benda terapung atau benda-benda mengendap dapat dipisahkan dengan saringan atau pengerukan agar tidak mengganggu proses penanganan selanjutnya. Hasil saringan ini dapat dimanfaatkan untuk kompos atau dilakukan pembakaran untuk meminimalkan jumlahnya.
Penanganan primer (primary treatment).
Pada penanganan primer, benda-benda yang belum
dipisahkan pada tahap awal dipisahkandengan cara dibiarkan mengendap dengan sendirinya atau dengan penambahan bahan kimiatertentu agar proses pengendapan dapat segera terjadi. Selain itu, kadang-kadang jugadilakukan proses penghembusan udara sehingga partikel dapat mengapung dan mudah untuk diambil.
Penanganan sekunder (secondary treatment).
Pada penanganan sekunder, limbah yang mengandung
bahan organik dikurangi dengan bantuan mikroba. Mikroba dapat berasal dari limbah itu sendiri atau ditambahkan dari luar.Mikroba yang akan berperan sebagai mikroba penghancur limbah dapat bersifat aerobik atauanaerobik.
Penanganan tertier (tertiary treatment).
Pada penanganan tertier, biasanya digunakan berbagai jenis saringan seperti saringan pasir,saringan multi media, saringan mikro, saringan vakum dan berbagai jenis saringan lainnyatergantung dari kebutuhan.
Disinfeksi (disinfection).
Pada proses disinfeksi, mikroba direduksi
konsentrasinya dan mikroba patogen dihilangkan.Caranya dapat dengan cara fisik menggunakan pemanasan atau dengan cara kimia dengan penambahan bahan disinfeksi. Disinfektan yang digunakan dapat berupa klorin, iodium, danammonium kuartener. Klorin merupakan bahan disinfektan yang banyak digunakan danselain sebagai disinfektan, klorin juga berguna menghilangkan bau limbah
Penanganan lanjutan (extended treatment).
Proses ini bertujuan untuk menangani hasil
pengolahan limbah yang meliputi proses pemekatan, penstabilan, pengeringan dan pembuangan. Misalnya proses pemanfaatan lumpur yang dihasilkan dari penanganan limbah untuk suatu keperluan yang bermanfaat. Lumpur dapat digunakan untuk pupuk atau untuk penimbun lubang.
Penanganan limbah secara aerobik dan anaerobik
Pada penanganan limbah sekunder, dikenal dua jenis
penanganan limbah dengan bantuanmikroba yaitu penanganan secara aerobik dan anaerobik. Pada penanganan limbah secaraaerobik dapat digunakan instalasi unit lumpur aktif, filter menetes, kolam/parit oksidasi dankolam aerasi. Sedangkan pada penanganan secara anaerobik dapat digunakan instalasi unitfilter anaerobik, digester dan kolam anaerobik.
Keuntungan sistem aerobik bila dibandingkan dengan
sistem anaerobik adalah pada sistemaerobik tidak dibutuhkan insulasi atau penutup khusus sehingga biayanya lebih rendah,namun kerugiannya adalah tidak dapat dihasilkan produk akhir yang bernilai ekonomisseperti halnya gas metana yang dihasilkan dari sistem anaerobik.
Pada sistem anaerobik selain dapat dihasilkan gas
metana, pada umumnya sistem inidiaplikasikan karena laju reaksinya yang tinggi, dan produk akhirnya dapat ditangani denganmudah. Penanganan aerobik seperti halnya pada penggunaan parit oksidasi dapat mengurangiBOD sekitar 80-90% dan penurunan COD hingga 50-60%.
Proses reduksi nitrogen
Efektivitas penurunan nilai BOD dan COD serta kebutuhan klorin untuk disinfeksi akandipengaruhi oleh kandungan nitrogen pada limbah. Pada limbah yang belum diolah, nitrogendijumpai dalam bentuk nitrogen organik dan komponen ammonium. Reduksi nitrogen dapatdilakukan dengan proses nitrifikasi dan denitrifikasi.
Nitrifikasi adalah proses biologis yang mengoksidasi
ion ammonium menjadi nitrit ataunitrat. Perubahan ini melibatkan bakteri Nitrosomonas, Nitrosospira, Nitrosococcus dan Nitrosocystis untuk mengoksidasi ammonium menjadi nitrit dan Nitrobacter, Nitrosogloeadan Nitrocystis yang mengoksidasi nitrit menjadi nitrat. Dengan demikian prosesnya adalah proses aerobik. Sedangkan denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat dan nitrit yang akanmenghasilkan gas nitrogen atau nitrogen oksida yang bersifat inert dan dapat menguap diudara. Proses ini menggunakan bakteri Denitro-bacillus dan sifatnya anaerobik.
Aplikasi proses membran untuk penanganan limbah
Teknologi penanganan limbah menggunakan separator
membran banyak berkembang akhir-akhir ini. Desain membran dapat disesuaikan dengan tekanan, konsentrasi, suhu dan atau potensi elektrik limbah. Dengan teknologi ini limbah lebih mudah didaur ulang ataudimanfaatkan dan dinilai lebih ekonomis. Prosesnya relatif sederhana, cepat dan diharapkanhasilnya juga lebih aman. Teknologi ini juga menjawab keinginan sebagian besar konsumenuntuk mengurangi penggunaaan bahan kimia untuk penanganan limbah. Ukuran membranyang telah dikembangkan antara lain berukuran mikro (0.1-10 ?m), ultra (0.01-0.1 ?m), nano(1- 10 nm) dan reverse osmosis (0.1-1 nm). Untuk penanganan limbah dapat digunakanmembran mikro hingga nano. Selain untuk penanganan limbah, teknologi ini sudahditerapkan secara luas di industri pangan untuk proses konsentrasi (menghilangkan cairan), pemurnian (pemisahan kontaminan), dan fraksinasi (memisahkan komponen). Daftar Pustaka
1) Anonim . 2008. Food Industry Pollution Prevention and
Waste Reduction. MichiganDepartment of Environmental Quality Environmental Science and Services Division
2) Jenie, B.S.L. dan W.P. Rahayu. 2004. Penanganan
Limbah Industri Pangan. Cetakanke 9. Kanisius- Yogyakarta
3) Pap, N., Pongrácz, E., Myllykoski, L., and Keiski R.
2004. Waste minimization andutilization in the food industry: Processing of arctic berries, and extraction of valuablecompounds from juice- processing by- products. In: Pongrácz E. (ed.): Proceedings of the Waste Minimization and Resources Use Optimization Conference. June 10th2004, University of Oulu, Finland. Oulu University Press: Oulu. p. 159-168.