Anda di halaman 1dari 67

LAPORAN LOKA KARYA MINI

MANAJEMEN KEPERAWATAN
DIRUANG RAWAT ANAK RSUD dr. RASIDIN PADANG

I ILM
GG U
IN K
E
T
H

S
EH
A
S EKO L

SY E NT I K A AT A N
D Z A SA I

Oleh :

KELOMPOK 2

DINI ANDRIYANI, S. Kep


ESSY REALEVA, S. Kep
FEBRYA DEWANTARA, S. Kep
HANIFA YATNI, S. Kep
KARINA APRILIA, S. Kep
LODYA RISKA GUSNIA, S. Kep
LUSIA UTARI, S. Kep
M. ANDIKA WALLINDA, S. Kep
SILVIAN DIANA, S. Kep
SINTA PURNAMA S, S. Kep
WELLY MARTAWATI, S.Kep

PRAKTEK PROFESI NERS

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapakan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan

karuniaNYA sehingga kita dapat menyelesaikan “Laporan Kegiatan Praktek

Profesi Ners Manajemen Keperawatan Di Ruang Rawat Anak RSUD dr. Rasidin

Padang Tahun 2019”

Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan praktek

profesi manajemen keperawatan di STIKes SYEDZA SAINTIKA Padang tahun

2019. Disusunnya lokakarya ini berkat dukungan dari berbagai pihak, pada

kesempatan ini kami sampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. Hj. Herlin Sridjani selaku Direktur RSUD dr. Rasidin Padang.

2. Wirdanelly ZM, S. Kep selaku Kabid Keperawatan RSUD dr. Rasidin

Padang.

3. Irwandi, SKM, MARS selaku Kasi Askep RSUD dr. Rasidin Padang.

4. Ns. Siska Olivia, S. Kep selaku Kepala Ruangan Anak RSUD dr. Rasidin

Padang dan pembimbing klinik.

5. Ns. Gauri, S. Kep selaku pembimbing Klinik Manajemen Keperawatan di

Ruang Anak RSUD dr. Rasidin Padang .

6. Ibu Ns. Ratna Indah Sari Dewi, M. Kep selaku pembimbing Akademik

Manajemen Keperawatan.

7. Ibu Ns. Honesty Diana Morika, M. Kep selaku pembimbing Akademik

Manajemen Keperawatan.

8. Seluruh Perawat ruangan Anak RSUD dr. Rasidin Padang.


9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa laporan kegiatan ini belum sempurna, untuk kami

sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk perbaikan dimasa

yang akan datang.

Semoga Allah SWT memberi balasan setimpal dan semoga laporan ini

memberikan manfaat bagi kelompok dan pihak yang berkepentingan.

Padang, Juli 2019

Kelompok
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Tujuan Praktik

1. Tujuan Umum ................................................................................ 8

2. Tujuan Khusus ............................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Manajemen ................................................................... 10

B. Hand Hygiene....................................................................................... 12

C. Efek Hospitalisasi................................................................................. 15

BAB III KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG

ANAK RSUD RASIDIN

A. Kajian Situasi Rumah Sakit ................................................................ 25

B. Kajian Situasi Di Ruang Anak ............................................................. 26


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manajemen keperawatan di dunia kesehatan perlu mendapatkan

prioritas utama, hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global

bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara

profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam,

2015). Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan

menuntut perawat , sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang

optimal. Oleh karena itu diperlukan kemampuan managerial untuk

meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah meningkatkan upaya dan

kegiatan pembangunan kesehatan dimasa sekarang dan dimasa yang akan

datang, tantangan yang selalu kita hadapi adalah masalah penyediaan

pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan perorangan, keluarga dan

masyarakat dengan jumlah dan mutu yang memadai (Nursalam, 2015).

Meningkatkan upaya dan kegiatan pembangunan kesehatan dan dimasa

yang akan datang, tantangan yang selalu kita hadapi adalah masalah

penyediaan pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan perorangan,

keluarga dan masyarakat dengan jumlah dan mutu yang memadai (Nursalam,

2011).

Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pelayanan perawatan yang

dengan sendirinya pemberian jasa pelayanan itu harus selalu tanggap dan
mampu menghadapi serta menyesuaikan diri dengan diantaranya adalah

terselenggaranya pelayanan kesehatan yang semakin bermutu dan

merata.Untuk mencapai sasaran ini, maka ditetapkan peningkatan mutu

pelayanan rumah sakit.Sebagai bagian dari tujuan program pembangunan

kesehatan (Nursalam, 2011).

Tuntunan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan

dirasakan sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat.Respon yang

ada harus bersifat kondusif dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan

keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya.Pelayanan

keperawatan profesional merupakan bagian yang integral dari pelayanan

kesehatan yang berdasarkan ilmu keperawatan yang kokoh, berorientasi pada

pelayanan yang bermutu tinggi dalam bentuk pelayanan biopsikososio-sosial

dan spiritual, mulai dari tingkat individual dan mencakup seluruh sudut

kehidupan sampai tingkat masyarakat (Suyanto, 2008).

Tenaga perawat sebagai tenaga professional yang melaksanakan

asuhan keperawatan pada klien merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan

dirumah sakit, karena hubungan perawat dengan pasien adalah selama 24 jam

dalam mengalokasi berbagai kemampuan dan pengetahuannya untuk

memberikan pelayanan keperawatan, sehingga dapat menggambarkan kualitas

pelayanan kesehatan di suatu rumah sakit (Depkes RI, 2006).

Rumah sakit umum daerah dr. Rasidin Padang merupakan rumah sakit

type C yang memiliki visi misi untuk terwujudnya pelayanan RS yang

bermutu dan berorientasi pada kepuasan pasien.Tercapainya derajat kesehatan


masyarakat yang optimal dengan pelayanan prima dan rumah sakit badan

pelayanan umum.Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan yang

diberikan kepada pasien berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan

dan akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepala rumah sakit.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh kelompok pada tanggal

08 Juli -12 Juli 2019 di Ruang Rawat Anak RSUD dr. Rasidin Padang dengan

metode observasi, wawancara dan kuesioner ditemukan ada beberapa masalah

yaitu Belum optimalnya pelaksanaan Hand Hygiene pada pasien dan kelaurga

di Ruang Anak RSUD dr. Rasidin Padang, Belum tersedianya ruangan untuk

mengurangi kecemasan hospitalisasi pada anak yang dirawat seperti ruangan

bernuasa anak-anak dan ruangan TAK.

Dengan permasalahan yang ditemukan diatas maka mahasiswa praktek

profesi manajemen keperawatan bersama tenaga keperawatan di ruangan

Anak tertarik untuk mengangkat masalah-masalah diatas untuk dapat

mencapai penyelesaian masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan asuhan keperawatan.


B. TUJUAN PRAKTIK

1. Tujuan Umum

Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan mahasiswa

mampu melakukan pengkajian dan memaparkan hasil pengolahan data

sesuai dengan konsep dan langkah-langkah manajemen keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan mahasiswa mampu :

a. Melakukan kajian situasi di ruang rawat inap RS sebagai dasar untuk

menyusun rencana strategis atau Plan of Action (POA)

b. Mengidentifikasi prioritas masalah manajemen pelayanan keperawatan

di Ruangan Rawat Inap Anak RSUD dr. Rasidin Padang

c. Menyusun rancangan strategis atau POA berdasarkan kajian bersama-

sama kepala ruangan dan perawat

d. Mengimpelementasikan masalah pelayanan keperawatan diruangan

anak sesuai dengan POA.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Manajemen Keperawatan

Manajemen keperawatan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui

upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Manajemen

keperawatan merupakan pengalokasian aktivitas Keperawatan yang dilakukan

oleh para perawat yang merupakan dalam upaya memberikan pelayanan

keperawatan yang merupakan bagian yang integral dari pelayanan kesehatan

(Nursalam, 2011).

Manajemen merupakan suatu proses untuk melaksanakan suatu pekerjaan

melalui upaya orang lain (Liang Lie, 2008). Manajemen keperawatan adalah

suatu tugas khusus yang harus dilaksanaakan oleh pengelola keperawatan

untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi

sumber yang ada, baik sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana

sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada

pasien, keluarga dan masyarakat (Suyanto, 2008)

B. Prinsip Manajemen Keperawatan

1. Perubahan Model Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan

Dalam hal ini digambarkan tahapan proses manajemen keperawatan

yang meliputi pengkajian, pengumpulan data, analisis SWOT dan

identifikasi masalah. Model sistem asuhan keperawatan yang dapat

dikembangkan yaitu :
a. Tim

b. Primer

c. Kasus

d. Modifikasi tim primer

C. Proses Manajemen Keperawatan

1. Pengkajian - Pengumpulan Data

Pada tahap ini seorang manajer dituntut mengumpulkan informasi

tentang keadaan pasien, mengenai rumah sakit, tenaga keperawatan,

administrasi dan bagian keuangan yang mempengaruhi fungsi organisasi

keperawatan secara keseluruhan.

Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses

manajemen dalam mencapai sutu tujuan melalui usaha orang lain.

Apabila memimpin anggota staf, maka manajer harus bertindak secara

terencana dan efektif serta mampu menjalankan pekerjaan bersama

dengan para perawat dari beberapa level hirarki serta didasarkan pada

informasi penuh dan akurat tentang apa yang perlu dan harus

diselesaikan, dengan cara dan alasan apa, tujuan dan sumberdaya apa

yang tersedia untuk melaksanakan rencana itu. Selanjutnya, manajer

yang efektif harus mampu mempertahankan suatu level yang tinggi bagi

efisiensi pada salah satu bagian dengan cara menggunakan ukuran

pengawasan untuk mengidentifikasi masalah dengan segera, dan setelah

mereka terbentuk kemudian dievaluasi apakah rencana tersebut perlu

diubah atau prestasi karyawan yang perlu dikoreksi.


Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu

tujuan. Didalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin sebuah

pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi,

argumentasi pengetahuan atau keterampilan kesehatan dan kemudahan

dari kebebasan maksimal. Didalam proses manajemen keperawatan,

bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua

anggota kelompok pasien.

Data-data yang perlu dikumpulkan oleh perawat pada tingkat

pelayanan di ruangan atau bagian sebagaimana pendekatan sistem yang

disampaikan oleh Gillies (1989 dalam Nursalam 2008).


Skema 2.1
Sistem Manajemen
Keperawatan

Data Perawatan Pasien

Personalia Pengembangan Staf

Pengumpulan Perencanaan Pengaturan Kepegawaian Kepemimpinan Pengawasan

Peralatan Peneiti
Pengumpulan Perencanaan Pengaturan
Informasi - Tujuan - Tabel organisasi
Persediaan mengenai unit - Sistem - Evaluasi tugas
kerja, pasien, - Standar - Deskripsi kerja
karyawan, dan - Kebijaksanaan - Pembentukan
sumber daya. - Prosedur kerjasama tim
anggaran

Kepegawaian
Pengawasan
- Klasifikas pasien Kepemimpinan
- Jaminan keselamatan
- Penentuan kebutuhan staf - Penggunaan kekuatan
- Audit pasien
- Rekrutmen - Pemecahan masalah
- Penilaian prestasi
- Pemilihan orientasi - Pengambilan keputusan
- Disiplin
- Penjadwalan - Memengaruhi perubahan
- Hubungan pekarya dan
- Penugasan - Menangani konflik
tenaga kerja
- Minimalisasi ketidakhadiran - Komunikasi dan analisis
- Sistem informasi
- Penurunan pergantian transaksional
komputer
- Pengembangan staf

2. Perencanaan

Perencanaan dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan yang

strategis dalam mencapai asuhan keperawatan kepada semua pasien,

menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran

dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur


organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas staf serta menegakkan

kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi

institusi yang telah ditetapkan secara bersama.

3. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan manajemen keperawatan memerlukan kerja

sama dengan orang lain, maka tahap implementasi di dalam proses

manajemen adalah bagaimana manager dapat memimpin orang lain untuk

menjalankan tindakan yang telah di rencanakan dan di tetapkan.

4. Evaluasi

Tahap evaluasi bertujuan untuk menilai seberapa jauh staff mampu

melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah

diterapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan

mendukung dalam pelaksanaan.

D. Metode Tim Keperawatan

Model tim keperawatan yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan

oleh sekelompok perawat pada sekelompok pasien. Kelompok ini dipimpin

oleh perawat yang berijazah dan yang berpengalaman serta memiliki

pengetahuan dibidangnya. Pembagian tugas didalam kelompok dilakukan

oleh pemimpin kelompok. Selain itu ketua kelompok yang bertugas

melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan

keperawatan terhadap klien.

1. Kelebihan :

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh


b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah

diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.

2. kelemahan :

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk

konferensi tim yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit untuk

dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

Skema 2.3

Model Metode Asuhan Keperawatan Tim

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim

Perawat pelaksana Perawat Pelaksana

Klien Klien

(Sitorus, 2006).
Konsep Metode Tim

a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan

berbagai teknik kepemimpinan.

b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana

keperawatan terjamin

c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim

d) Peran kepala ruangan penting dalam metode tim

Tanggung Jawab Anggota Tim

a) Memberikan asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung

jawabnya

b) Kerja sama dalam anggota tim dan antar tim

c) Memberikan laporan

Tanggung Jawab Ketua Tim

a) Membuat perencanaan

b) Membuat penugasan supervise dan evaluasi

c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat

kebutuhan pasien

d) Mengembangkan kemampuan angggota

e) Menyelenggarakan konferensi

Tanggung Jawab Kepala Ruangan

a) Manajemen personalia atau ketenagaan

b) Manajemen operasional meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pelayanan keperawatan


c) Manajemen kualitas pelayanan

d) Manajement financial meliputu budget coss control dalam

pelayanan keperawatan

Fungsi Kepala Ruangan

Kepala ruangan fungsinya adalah sebagai perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atau pengendalian terhadap

pelayanan keperawatan di ruang yang menjadi tanggung jawabnya.

Uraian Tugas Kepala Ruangan

a) Perencanaan

(1) Menetapkan filosofi, sasaran, tujuan, kebijakan, dan standar

prosedur tindakan

(2) Menunjukkan perawat yang bertugas sebagai katim

(3) Mengidentifikasi perawat yang dibutuhkan berdasarkan tingkat

ketergantungan klien

(4) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan

(5) Membantu mengembangkan staf untuk pendidikan berkelanjutan

dan pelatihan

(6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,

tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan

mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan

dilakukan terhadap pasien.

(7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan

- Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan


- Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai

asuhan keperawatan

- Mengadakan diskusi untuk memecahkan masalah

- Memberikan informasi kepada klien/keluarga yang baru masuk

(8) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan

(9) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit

b) Pengorganisasian

(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan

(2) Merumuskan tujuan sistem metode penugasan

(3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas

(4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua

anggota tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat

(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat

proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain

(6) Mengatur dan mengedalikan logistik ruangan

(7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek

(8) Mengendalikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat,

kepada ketua tim

(9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus

administrasi pasien

(10) Mengatur penugasan jadwal post dan pakarnya

(11) Identifikasi masalah dan cara penanganan


c) Pengarahan

(1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim

(2) Memberikan pujian kepada anggota tim melaksanakan tugas

dengan baik

(3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan

dan sikap

(4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan

berhubungan dengan ASKEP pasien dan pelayanan keperawatan

diruangan

(5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

(6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugasnya

(7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

d) Pengawasan

(1) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung

dengan ketua tim maupun melaksanakan mengenai ASKEP yang

telah diberikan terhadap pasien

(2) Melalui supervisi :

- Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau

melalui laporan langsung secara lisan dengan

memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat

itu juga
- Pengawasaan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua

tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta

rencana yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan

dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar laporan ketua

tim tentang pelaksanaan tugas

(3) Evaluasi bersama katim hasil upaya pelaksanaan dan

membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun

Ketua Tim

a) Fungsi ketua tim

(1) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan wewenang yang

didelegasi oleh kepala ruangan

(2) Membuat penugasan supervisi dan evaluasi

(3) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien

(4) Mengembangkan kemampuan anggota tim

(5) Menyelenggarakan konferens

b) Uraian tugas ketua tim

(1) Perencanaan

- Bersama kepala ruangan mengadakan serah terima tugas

pada setiap pergantian dinas

- Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya

- Menyusun rencana asuhan keperawatan

- Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan

keperawatan
- Mengikuti visite dokter

- Menilai hasil pekerjaan anggota kelompok dan

mendiskusikan masalah yang ada

- Menciptakan kerja sama yang harmonis antar anggota tim

- Memberikan pertolongan segera pada klien dengan

kegawatdaruratan

- Membuat laporan klien

- Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan

- Mengorientasi klien baru

(2) Pengorganisasian

- Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan

- Membagi tugas sesuai dengan tingkat ketergantungan klien

- Membuat rincian anggota tim dalam memberikan Askep

- Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim

- Mendelegasi proses asuhan keperawatan pada anggota tim

- Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian

asuhan keperawatan

(3) Pengarahan

- Memberikan pengarahan atau bimbingan kepada anggota

tim

- Memberikan informasi yangberhubungan dengan Askep

- Mengawasi proses asuhan keperawatan

- Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir kegiatan


- Memberi pujian, motivasi kepada anggota tim

(4) Pengawasan

- Melalui komunikasi

Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan pelaksana

dalam pemberian asuhan keperawatan

- Melalui supervisi

Secara langsung melihat atau mengawasi proses asuhan

keperawatan yang dilaksanakan oleh anggota lain.

Secara tidak langsung melihat daftar hadir perawat

pelaksana, membaca dan memeriksa catatan keperawatan,

membaca catatan perawat yang dibuat selama proses

keperawatan, mendengarkan laporan secara lisan dari

anggota tim tentang tugas yang dilakukan.

- Mengevaluasi

Pelaksanaan keperawatan bertanggung jawab kepada

kepala ruangan dan mnyelenggarakan asuhan secara

optimal kepada klien yang berbeda di bawah tanggung

jawabnya.

Uraian Tugas perawat Pelaksana :

a) Perencanaan

(1) Melakukan pengkajian kepada klien

(2) Menentukan masalah-masalah keperawatan yang dihadapi

klien berdasarkan hasil pengkajian


(3) Merumuskan tujuan yang akan dicapai untuk menentukan

rencana tindakan

(4) Melakukan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi

masalah sehingga tujuan keperawatan tercapai

(5) Bersama ketua tim melaksanakn serah terima klien dan

tugas setiap pergantian dinas

(6) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakn tindakan

keperawatan

(7) Mendampingi visite dokter pada klien yang menjadi

tanggung jawab bersama kepala tim untuk menilai kondisi

klien dan memungkinkan penyebabnya, rencana tindakan

medis, mengetahui program pengobatan yang akan

dilakukan selanjutnya.

(8) Menyiapkan klien secara fisik secara fisik dan secra mental

atau pemeriksaan penunjang

b) Pengorganisasian

(1) Menerima pendelegasian askep dari kepala ruangan melalui

kepala tim

(2) Membuat mekanisme kerja untuk masing-masing klien

yang menjadi tanggung jawab askep yang telah dilakukan

kepada kepala ruangan melalui ketua tim

(3) Menghindari pertentangan antara anggota tim


(4) Ikut menegakkan peraturan rumah sakit dan kebijakan yang

berlaku

(5) Mengembangkan kreativitas

(6) Mengembangkan kemampuan manajemen dalam

memberiakn asuhan keperawatan kepada klien

c) Pengawasan

(1) Melakukan dan menciptakan komunikasi terapeutik dengan

klien dan keluarga selama memberikan aksep

(2) Mengawasi perkembangan dan reaksi klien terhadap

tindakan keperawatan dan pengobatan

(3) Menilai hasil tindakan keperawatan yang diberikan, apakah

tujuan telah tercapai bersama kepala tim

d) Pengarahan

(1) Memberikan pengarahan kepada keluarga tentang tindakan

yang akan dilakukan, cara minum obat, aktivitas

(2) Memberikan petunjuk kepada klien dan keluarga mengenai

peraturan yang berlaku, jam kunjungan, pemeriksaan

penunjang dan pengadaan obat-obatan.

(3) Memberikan pujian terhadap kemajuan kesehatan klien dan

kerja sama keluarga dengan petugas


E. Hospitalisasi pada anak

Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit

dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk

beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga

kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun

orang tua dan keluarga (Wong, 2009). Hospitalisasi merupakan suatu proses

karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal

di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan. Meskipun demikian

dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah besar dan menimbulkan

ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2011). Hospitalisasi juga dapat

diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat menjadi sebab anak

dirawat di rumah sakit (Stevens, 2010).

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan berencana maupun darurat

yang mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk

mendapatkan perawatan yang dapat menyebabkan beberapa perubahan psikis

pada anak. Perubahan psikis terjadi dikarenakan adanya suatu tekanan atau

krisis pada anak. Jika seorang anak di rawat di rumah sakit, maka anak

tersebut akan mudah mengalami krisis yang disebabkan anak mengalami stres

akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya

dalam kebiasaan sehari-hari. Selain itu, anak mempunyai sejumlah

keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun


kejadiankejadian yang sifatnya menekan (Nursalam, Susilaningrum, dan

Utami, 2012)

1. Stressor pada Anak yang Dirawat di Rumah Sakit

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang

tampak pada anak (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami, 2012). Jika

seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah

mengalami krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan yang

dialaminya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan status kesehatan

anak, perubahan lingkungan, maupun perubahan kebiasaan sehari-hari.

Selain itu anak juga mempunyai keterbatasan dalam mekanisme koping

untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat

menekan. Stresor atau pemicu timbulnya stres pada anak yang dirawat di

rumah sakit dapat berupa perubahan yang bersifat fisik, psiko-sosial,

maupun spiritual. Perubahan lingkungan fisik ruangan seperti fasilitas

tempat tidur yang sempit dan kuang nyaman, tingkat kebersihan kurang,

dan pencahayaan yang terlalu terang atau terlalu redup. Selain itu suara

yang gaduh dapat membuat anak merasa terganggu atau bahkan menjadi

ketakutan. Keadaan dan warna dinding maupun tirai dapat membuat anak

marasa kurang nyaman (Keliat, 2011).

Beberapa perubahan lingkungan fisik selama dirawat di rumah

sakit dapat membuat anak merasa asing. Hal tersebut akan menjadikan

anak merasa tidak aman dan tidak nyaman. Ditambah lagi, anak

mengalami perubahan fisiologis yang tampak melalui tanda dan gejala


yang dialaminya saat sakit. Adanya perlukaan dan rasa nyeri membuat

anak terganggu. Reaksi anak usia prasekolah terhadap rasa nyeri sama

seperti sewaktu masih bayi. Anak akan bereaksi terhadap nyeri dengan

menyeringaikan wajah, menangis, mengatupkan gigi, menggigit bibir,

membuka mata dengan lebar, atau melakukan tindakan agresif seperti

menendang dan memukul. Namun, pada akhir periode balita anak

biasanya sudah mampu mengkomunikasikan rasa nyeri yang mereka alami

dan menunjukkan lokasi nyeri (Nursalam, Susilaningrum, dan Utami,

20012).

Beberapa perubahan lingkungan fisik yang dialami selama dirawat

di rumah sakit, pada akhirnya dapat menyebabkan anak mengalami stress

emosi. Selain perubahan pada lingkungan fisik, stressor pada anak yang

dirawat di rumas sakit dapat berupa perubahan lingkungan psiko-sosial.

Sebagai akibatnya, anak akan merasakan tekanan dan mengalami

kecemasan, baik kecemasan yang bersifat ringan, sedang, hingga

kecemasan yang bersifat berat. Pada saat anak menjalani masa perawatan,

anak harus berpisah dari lingkungannya yang lama serta orang-orang yang

terdekat dengannya. Anak biasanya memiliki hubungan yang sangat dekat

dengan ibunya, akibatnya perpisahan dengan ibu akan meninggalkan rasa

kehilangan pada anak akan orang yang terdekat bagi dirinya dan akan

lingkungan yang dikenalnya, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan

perasaan tidak aman dan rasa cemas (Nursalam, Susilaningrum, dan

Utami, 2012).
Pada kondisi cemas akibat perpisahan anak akan memberikan

respon berupa perubahan perilaku. Respon perilaku anak akibat perpisahan

di bagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap protes ( phase of protest), tahap

putus asa (phase of despair), dan tahap menolak (phase of denial). Pada

tahap protes, reaksi anak dimanifestasikan dengan menangis kuat-kuat,

menjerit, memanggil orang tuanya atau menggunakan tingkah laku agresif

agar orang lain tahu bahwa ia tidak ingin ditinggalkan orang tuanya serta

menolak perhatian orang asing atau orang lain. Tahap putus asa

menampilkan perilaku anak yang cenderung tampak tenang, tidak aktif,

menarik diri, menangis berkurang, kurang minat untuk bermain, tidak

nafsu makan, sedih, dan apatis.

Tahap berikutnya dalah tahap menolak dimana anak samar-samar

menerima perpisahan, membina hubungan dangkal dengan orang lain serta

terlihat menyukai lingkungan. Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini

biasanya terjadi setelah anak berpisah lama dengan orang tua. Selain

kecemasan akibat perpisahan, anak juga mengalami cemas akibat

kehilangan kendali atas dirinya. Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit,

anak akan kehilangan kebebasan dalam mengembangkan otonominya.

Anak akan bereaksi negatif terhadap ketergantungan yang dialaminya,

terutama anak akan menjadi cepat marah dan agresif (Nursalam,

Susilaningrum, dan Utami, 2012).


2. Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah

Anak usia prasekoolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6

tahun (Supartini, 2011). Menurut Sacharin (2009), anak usia prasekolah

sebagian besar sudah dapat mengerti dan mampu mengerti bahasa yang

sedemikian kompleks. Selain itu, kelompok umur ini juga mempunyai

kebutuhan khusus, misalnya, menyempurnakan banyak keterampilan yang

telah diperolehnya. Pada usia ini, anak membutuhkan lingkungan yang

nyaman untuk proses tumbuh kembangnya. Biasanya anak mempunyai

lingkungan bermain dan teman sepermainan yang menyenangkan. Anak

belum mampu membangun suatu gambaran mental terhadap pengalaman

kehidupan sebelumnya sehingga dengan demikian harus menciptakan

pengalamannya sendiri (Sacharin, 2009).

Bagi anak usia prasekolah, sakit adalah sesuatu yang menakutkan.

Selain itu, perawatan di rumah sakit dapat menimbulkan cemas karena

anak merasa kehilangan lingkungan yang dirasakanya aman, penuh kasih

sayang, dan menyenangkan. Anak juga harus meninggalkan lingkungan

rumah yang dikenalnya, permainan, dan teman sepermainannya

(Supartini, 2011).

Beberapa hal tersebut membuat anak menjadi stres atau tertekan.

Sebagai akibatnya, anak merasa gugup dan tidak tenang, bahkan pada saat

menjelang tidur. Anak usia sekoalah sering merasa terkekang selama

dirawat di rumah sakit. Hal ini disebabkan adanya pembatasan aktivitas

anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan di rumah


sakit sering kali dipersepsikan sebagai hukuman sehingga anak akan

merasa malu, bersalah, dan cemas atau takut. Anak yang sangat cemas

dapat bereaksi agresif dengan marah dan berontak.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Anak Usia Prasekolah

terhadap Hospitalisasi

Reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap di rumah sakit

beredabeda pada masing-masing individu. Hal tersebut dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Perkembangan usia anak merupakan salah satu faktor

utama yang dapat mempengaruhi reaksi anak terhadap sakit dan proses

perawatan. Reaksi anak terhadap sakit berbeda-beda sesuai tingkat

perkembangan anak (Supartini, 2011).

Menurut Sacharin (2009), semakin muda anak semakin sukar

baginya untuk menyesuaikan diri dengan pengalaman dirawat di rumah

sakit. Hal ini tidak berlaku sepenuhnya bagi bayi yang masih sangat

muda, walaupun tetap dapat merasakan adanya pemisahan. Selain itu,

pengalaman anak sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat juga

sangat berpengaruh. Apabila anak pernah mengalami pengalaman tidak

menyenangkan dirawat di rumah sakit sebelumnya akan menyebabkan

anak takut dan trauma. Sebaliknya apabila anak dirawat di rumah sakit

mendapatkan perawatan yang baik dan menyenangkan anak akan lebih

kooperatif pada perawat dan dokter (Supartini, 2011).

Sistem pendukung (support system) yang tersedia akan membantu

anak beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit dimana ia dirawat. Anak


akan mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk melepaskan

tekanan akibat penyakit yang dideritanya. Anak biasanya akan minta

dukungan kepada orang terdekat dengannya misalnya orang tua atau

saudaranya. Perilaku ini biasanya ditandai dengan permintaan anak untuk

ditunggui selama dirawat di rumah sakit, didampingi saat dilakukan

treatment padanya, minta dipeluk saat merasa takut dan cemas bahkan

saat merasa kesakitan.

Sistem pendukung yang mempengaruhi reaksi anak selama masa

perawatan termasuk di dalamnya adalah keluarga dan pola asuh yang

didapat anak dalam di dalam keluarganya. Keluarga yang kurang

mendapat informasi tentang kondisi kesehatan anak saat dirawat di rumah

sakit menjadi terlalu khawatir atau stres akan menyebabkan anak menjadi

semakin stres dan takut. Selain itu, pola asuh keluarga yang terlalu

protektif dan selalu memanjakan anak juga dapat mempengaruhi reaksi

takut dan cemas anak dirawat di rumah sakit.

Berbeda dengan keluarga yang suka memandirikan anak untuk

aktivitas sehari-hari anak akan lebih kooperatif bila dirumah sakit. Selain

itu, keterampilan koping dalam menangani stress sangat penting bagi

proses adaptasi anak selama masa perawatan. Apabila mekanisme koping

anak baik dalam menerima kondisinya yang mengharuskan dia dirawat di

rumah sakit, anak akan lebih kooperatif selama menjalani perawatan di

rumah sakit.
4. Reaksi Anak Usia Prasekolah terhadap Stres akibat Sakit dan

Dirawat di Rumah Sakit

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang

tampak pada anak. Jika anak dirawat di rumah sakit, anak akan mudah

mengalami krisis karena anak stres akibat perubahan baik pada status

kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari, dan

anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk

mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan

(Nur Salam, Susilaningrum, dan Utami, 2012).

Akibat dari hospitalisasi akan berbeda-beda pada anak bersifat

individual dan sangat tergantung pada tahapan perkembangan anak. Anak

usia prasekolah menerima keadaan masuk rumah sakit dengan sedikit

ketakutan. Selain itu ada sebagian anak yang menganggapnya sebagai

hukuman sehingga timbul perasaan malu dan bersalah. Ada beberapa

diantaranya akan menolak masuk rumah sakit dan secara terbuka

menangis tidak mau dirawat. Jika anak sangat ketakutan, anak dapat

menampilkan perilaku agresif, dari menggigit, menendang nendang,

hingga berlari keluar ruangan. Ekspresi verbal yang ditampilkan seperti

dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan

perawat, dan ketergantungan pada orang tua. Anak pada usia pra sekolah

membayangkan dirawat di rumah sakit merupakan suatu hukuman,

dipisahkan, merasa tidak aman dan kemandiriannya terlambat (Wong,

2009).
Biasanya anak akan melontarkan beberapa pertanyaan karena

bingung dan anak tidak mengetahui keadaan di sekelilingnya. Selain itu,

anak juga akan menangis, bingung, khususnya bila keluar darah atau

mengalami nyeri pada anggota tubuhnya. Ditambah lagi, beberapa

prosedur medis dapat membuat anak semakin takut, cemas, dan stres.

Reaksi anak usia prasekolah terhadap perpisahan adalah kecemasan

karena berpisah dengan lingkungan yang nyaman, penuh kasih sayang,

lingkungan bermain, permainan, dan teman bermain. Reaksi kehilangan

kontrol anak merasa takut dan khawatir serta mengalami kelemahan fisik.

Reaksi terhadap perlukaan tubuh dan nyeri dengan menggigit bibir dan

memegang sesuatu yang erat (Wong, 2009).

Anak harus mengatasi berbagai sumber stress seperti rasa sakit,

lingkungan rumah sakit, aturan- aturan dokter serta treatment yang

diberikan. Proses perawatan yang sering kali membutuhkan waktu lama

akhirnya menjadikan anak berusaha mengembangkan perilaku atau

strategi dalam menghadapi penyakit yang dideritanya. Perilaku ini

menjadi salah satu cara yang dikembangkan anak untuk beradaptasi

terhadap penyakitnya. Beberapa prilaku anak dalam upaya beradaptasi

terhadap masalahnya selama dirawat di rumah sakit, antara lain dengan

penolakan (avoidence), anak akan berusaha menghindari situasi yang

membuatnya tertekan. Biasanya anak bersikap tidak kooperatif terhadap

petugas medis. Selain itu anak akan berusaha mengalihkan perhatian

(distraction) dari pikiran atau sumber yang membuatnya tertekan.


Perilaku yang dilakukan anak di rumah sakit misalnya membaca buku

cerita, menonton televisi, atau bermain mainan yang disukai.

Anak akan berusaha untuk aktif (active), mencari jalan keluar

dengan melakukan sesuatu secara aktif. Perilaku yang sering dilakukan

seperti menanyakan kondisi sakitnya kepada petugas medis atau orang

tuanya, bersikap kooperatif, minum obat secara teratur, dan mau

beristirahat sesuai dengan peraturan.akhirnya, anak akan berusaha

mencari dukungan dari orang lain (support seeking) untuk melepaskan

tekanan yang dialaminya. Perilaku ini biasanya ditandai dengan

permintaan anak untuk ditunngui selama dirawat di rumah

sakit,didampingi saat menjalani treatment, dan minta dipeluk saat merasa

kesakitan.

F. HAND HYGIENE

1. Defenisi hand hyegine

Hand hygiene (kebersihan tangan) merupakan teknik dasar yang

paling penting dalam pencegahandan pengendalian infeksi (Potter &

Perry, 2009) dalam (Zulpahiyana, 2013). Menurut Van dan Enk (2009)

dalam Zulpahiyana (2013), hand hygiene adalah cara yang paling efektif

untuk mencegah infeksi nosokomial. Tujuan hand hygiene untuk

membuangkotoran dan organisme yang menempel ditangan dan untuk

mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu. Mikroorganisme pada

kulit manusia dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu

floraresiden dan flora transient.


Flora residen adalah mikroorganisme yang secara konsisten dapat

diisolasi dari tangan manusia, tidak mudah dihilangkan dengan gesekan

mekanis karena telah beradaptasi pada tangan manusia contohnya:

Staphylococcus, Corynobacterium, dan Klibsiella. Flora transient yaitu

flora transit atau flora kontaminasi yang jenisnya tergantung dari

lingkungan tempat bekerja, kuman ini mudah dihilangkan dengan cuci

tangan yang efektif. Contohnya; Staphylococcus aureus, Streptococci,

Pseudomonas, E.Coli.

Mikroorganisme ini dengan mudah dapat dihilangkan dari

permukaan tangan dengan gesekan mekanis dan pencucian dengan sabun.

Hand hygiene merupakan membersihkan tangan dengan sabun dan air

(handwash) atau handrub berbasis alkohol yang bertujuan mengurangi

atau mencegah berkembangnya mikroorganisme ditangan (WHO, 2009).

Handhygiene harus dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah

melakukan tindakan keperawatan walaupun menggunakan sarung tangan

atau alat pelindung diri guna menghilangkan atau mengurangi

mikroorganisme yang ada ditangan sehingga penyebaran penyakit dapat

dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.

2. Tujuan hand hygiene

Tujuan dilakukan hand hygiene adalah untuk menghilangkan

mikroorganisme (Kozier, 2003 cit.Zulpahiyana, 2013). Hand hygiene

dilakukan untuk menghilangkan kotoran bahan organik dan membunuh

mikroorganisme yang terkontaminasi di tangan yang diperoleh karena


kontak dengan pasien terinfeksi/kolonisasi dan kontak dengan permukaan

lingkungan. Menurut Susianti (2008) dalam Zulpahiyana (2013), tujuan

dilakukannya hand hygiene yaitu;

1) Menekan ataumengurangi jumlah dan pertumbuhanbakteri pada

tangan

2) Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh di bawah sarung tangan

3) Mengurangi risiko transmisi mikroorganisme keperawat dan pasien

serta kontaminasi silang ke pada pasien lain, anggota keluarga, dan

tenaga kesehatan

4) Memberikan perasaan segar dan bersih

Dalam Zulpahiyana (2013), tujuan hand hygiene antara lain untuk

memutus transmisi mikroba melalui tangan, diantaranya :

1) diantara area perawatan dan zona pasien

2) diantara zona pasien dan area perawatan

3) pada daerah tubuh pasien yang berisiko infeksi (contoh: membran

mukosa, kulit non-intak, alat

4) invasif

5) dari darah dan cairan tubuh.

3. Indikasi hand hygiene

Menurut CDC (2010), indikasi dilakukannya cuci tangan

(handwashing) yaitu jika tangan terlihat kotor, sedangkan jika tangan

tidak terlihat kotor namun sudah melakukan aktivitas yang dapat

menyebabkan mikrobial pindah ketangan maka dilakukan handrubbing


dengan bahan berbasis alkohol. Indikasikhusus untuk hand hygiene antara

lain:Sebelum: kontak dengan pasien, menggunakan sarung tangan pada

pemasangan CVC, pemasangan kateter urin, atau semua tindakan invasif

lainnya. Setelah: kontak dengan kulit pasien, kontak dengan cairan tubuh,

perawatan luka, dan setelah melepas handscoon. WHO (2009),

menyatakan bahwa hand hygiene yang efektif melibatkan kesadaran

kesehatan pekerja, indikasi, dan kapan waktu melakukan hand hygiene.

Aksi hand hygiene dapat dilakukan dengan handrubbing dengan produk

berbasis alkohol atau dengan mencuci tangan dengan sabun dan air

(handwashing). Terdapat “5 momen” dimana tenaga kesehatan harus

melakukan hand hygiene yaitu:

1. Sebelum menyentuh pasien

2. Sebelum melakukan prosedur asepsis

3. Setelah terpapar dengan cairan tubuh

4. Setelah bersentuhan dengan pasien

5. Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien.

4. Teknik hand hygiene

Hand hygiene menjadi lebih efektif bila tangan bebas luka, kuku

bersih, pendek dan tangan dan pergelangan bebas dari perhiasan dan

pakaian. CDC (2010) merekomendasikan teknik handhygiene antara lain:

a. Untuk handrubbing: berikan bahan berbasis alkohol pada telapak

tangan, gosok seluruh permukaan telapak tangan sampai kering.


b. Untuk handwashing: basahkan tangan menggunakan air, berikan

sabun dan gosokkan merata keseluruh telapak tangan selama 15

detik, bilas, dan keringkan dengan menggunakan handuk.Gunakan

handuk untuk menutup keran. Menurut WHO (2009) langkah-

langkah handhygiene, sebagai berikut:

1) Teknik hand hygiene dengan mencuci tangan(handwashing)

a) Basahkan tangan dengan air

b) Berikan sabun secukupnya, dan ratakan keseluruh

permukaan tangan

c) Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan

d) Telapak tangan kanan digosokkan kepunggung tangan kiri

beserta ruas-ruas jari, begitu juga sebaliknya

e) Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri

dengan jari-jari saling terkait

f) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari

saling mengunci

g) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri

h) Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri

pada telapak kanan dan sebaliknya

i) Keringkan tangan. Mencuci tangan memerlukan waktu

sekitar 40-60 detik, sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan langkah c sampai h sekitar 15-30 detik.


2) Teknik hand hygiene dengan handrubbing menggunakan

alkohol

a) Berikan alkohol secukupnya pada tangan

b) Ratakan alkohol keseluruh permukaan tangan

c) Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan

d) Telapak tangan kanan digosokkan kepunggung

e) tangan kiri beserta ruas-ruas jari, begitu juga sebaliknya

f) Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri

dengan jari-jari saling terkait

g) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari

saling mengunci

h) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri,

begitu sebaliknya

i) Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri pada

telapak kanan dan sebaliknya

j) Keringkan tangan. Waktu yang diperlukan yaitu sekitar 20-30

detik.
BAB III

GAMBARAN UMUM DAN KAJIAN SITUASI MANAJEMEN

KEPERAWATAN RUANG ANAK RSUD dr. RASIDIN PADANG

A. GAMBARAN UMUM RSUD DR RASIDIN

RSUD Dr RASIDIN Padang terletak di ibu Kota Provinsi Sumatera

Barat, 300 m dari jalan raya By pass yang menjadi jalur alternaif utama dan

arah penembangan Kota Padang. Sebagai rumah sakit daerah satu – satunya,

RSUD dr. Rasidin memiiliki peluang yang sangat strategis sebagai rumah

sakit pilihan pertama di kota Padang, dimana akses transportasi masih

menjadi kendala karna angkutan kota yang terbatas dan belum adanya alat

transportasi umum yang langsung menuju RSUD.

RSUD dr. Rasidin selalu berupaya meningkatkan pelayanan

kesehatan, pelayanan yang telah dilaksanakan di RSUD dr. Rasidin adalah

sebaga berikut:

1. Pelayanan Unit Gawat Darurat

Pelayanan yang dilakukan pada instalasi gawat darurat

dilakukan selama 24 jam yang dibagi dalam 3 shift dengan rata-rata

kunjungan 31 orang perhari.

2. Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan memberikan pelayanan dengan

unggulan spesialis yang meliputi poliklinik umum, penyakit dalam,

anak, kebidanana, bedah umum, dan orthopedic, paru, mata, kulit,


kelamin, gigi, THT, neurologi serta penyuluhan kesehatan. Adapun

kunjungan klinik rata-rata perhari ± 128 orang. Kemudian juga ada

pelayananan hemodialisa namun belum beroperasi.

3. Pelayanan Medik dan Penunjang Medik

Pelayanan medik dan penunjang medik yang dilaksanankan

pada RSUD dr. Rasidin tediri dari : pelayanan laboratorium lengkap,

pemeriksan jantung (EKG), pelayanan Gizi, USG, rontgen, Farmasi,

fisioterapi, elektromedik dan CSSD.

4. Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap memberikan pelayanan dengan

unggulan spesialistik yang meliputi UGD, OK, RR, ICU, Penyakit

dalam, Perinatologi, anak, kebidanan, bedah dan hemodialisa.

Ruang umum anak terdiri dari beberapa sub rawat, yaitu

perinatologi dan NICU, ruang anak terbagi atas rawat inap kelas 1

anak, ruang rawat isolasi, ruang tunggu pasien perinatologi, ruang

rawat kelas II, ruang rawat kelas III. Ruang isolasi merupakan ruangan

rawat inap untuk pasien dengan kondisi pemantauan yang ketat dan

perawatan intensif. Ruang tunggu pasien perinatologi merupakan

ruang tempat keluarga yang bayinya dalam rawatan perinatalogi atau

NICU.
B. VISI RSUD DR RASIDIN PADANG

1. VISI RSUD dr Rasidin

Terwujudnya pelayanan RS yang bermutu dan berorientasi

pada kepuasan pasien serta menjadi RS tipe B tahun 2019.

Tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan

pelayanan keperawatan prima dan rumah sakit badan pelayanan

umum. Pelayanan keperawatan prima adalah pelayanan yang diberikan

kepada pasien berdasarkan standar kualitas untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien dapat memperoleh

kepuasan dan akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada

rumah sakit .

2. MISI RSUD dr Rasidin

Dalam mewujudkan Visi rumah sakit dr. Rasidin kota

Padang yang tertuang dalam misi yang di identifikasi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pelayanan yang komprehensif dan berkualitas

dengan mengacu kepada SPM dan pelayanan publik.

b. Menyelenggarakan pelayanan administrasi dan keuangan dengan

penerapan BLUD yang didukung dengan SIMRS.

c. Menyelenggarakan asuhan keperawatan yang professional dengan

mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu.

d. Melengkapi sarana dan prasarana RS, menyelenggarakan

pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan atau pemberdayaan

SDM dalam mewujudkan pelayanan yang bermutu.


e. Menjadikan RSUD dr. Rasidin sebagai rumah sakit rujukan dan

evaluasi dengan kerja sama lintas Program dan lintas Sektor.

3. VISI BIDANG KEPERAWATAN

a. Terselenggaranya pelayanan keperawatan prima melalui proses

keperawatan.

b. Terciptanya pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu dan

terjaungkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

c. Terpeliharanya hubungan kerja sama yang efektif dengan semua

anggota tim kesehatan

d. Terlaksananya pengembangan sumberdaya manusia keperawatan

melalui keperawatan berkelanjutan bagi tenaga keperawatan baik

formal maupun nonformal sesuai recana pengembangan tenaga

keperawatan.

e. Terciptanya iklim yang menunjang proses belajar dalam kegiatan

pendidikan bagi pengembangan tenaga keperawatan.

4. MISI BIDANG KEPERAWATAN

a. Memberikan pelayanan asuhan keperawatan sesuai standar

pelayanan

b. Meningkatnya citra keperawatan melalui penerapan etika

keperawatan dalam memberikan pelayanan prima.

c. Menyelenggarakan pelayanan keperawatan prima dan terjangkau

seluruh lapisan masyarakat


5. MOTTO RSUD dr Rasidain

Motto RSUD dr. Rasidin Kota Padang adalah “

Kesembuhan Anda adalah Kebahagiaan Kami”. RSUD dr Rasidin

merupakan salah satu rumah sakit umum instansi pemerintah kota

padang yang berada dibawah tanggung jawab walikota padang yang

ditetapkan sebagai rumah sakit tipe C. Pelayanan prima yang diberikan

dapat dilihat dari unsur 6 pokok yaitu kemampuan, sikap, penampilan,

perhatian, dan tanggung jawab yang harus dimiliki oleh semua jajaran

yang ada dirumah sakit. pelayanan prima harus sesuai dengan indikator

mutu pelayanan kesehatan tentu saja harus di tunjang oleh manajemen

yang baik.

C. KAJIAN SITUASI DI RUANG ANAK RSUD DR RASIDIN PADANG

1. KARAKTERISTIK RUANGAN

a. Visi rungan anak

Tercapainya pelayanan keperawatan anak dan neonatus yang

professional dan bermutu dalam menurunkan angka kematian

neonatus di kota padang.

b. Misi ruangan anak

1) Memberikan pelayanan keperawatan anak dan neonatus yang

bermutu sesuai standar pelayanan.

2) Meningkatkan asuhan keperawatan profesional dan terampil

dalam pelayanan keperawatan anak dan neonatus.


3) Meningkatkan potensi SDM keperawatan melalui pendidikan,

pelatihan, dan penelitian dalam mencapai mutu pelayanan

keperawatan

4) Mewujudkan citra keperawatan melalui pelayanan prima yang

adil dan beretribusi bagi anak dan neonatus.

c. Sifat kekaryawan ruangan

1) Fokus telaah

Didalam bidang pelayanan focus telaah ruang rawat inap

adalah semua jenis diagnose medis diantaranya masalah kasus di

bangsal anak dan bangsal medis diantaranya masalah kasus di

bangsal anak dan bangsal NICU yang meliputi masalah SGN,

BBLR, Hiperma traumatic OD, suspec bronkitis + PJB non

sianotik + Gizi buruk, Obs febris, GEA, Dehidrasi sedang, anemia

berat, BP, kejang demam, diare, sindrom gawat nafas, RDS,

GED, DHF, demam typoid, suspec BP, BBLR dengan asfiksia

sedang, TTN.

2) Lingkup garapan

Dalam bidang pelayanan lingkup garapan ruangan inap

anak adalah pemenuhan dasar manusia. Berdasarkan focus telaah,

maka lingkup garapan ruang rawat inap anak adalah memberikan

pelayananan secara terpadu dari berbagai multi disiplin ilmu

secara aman, berkualitas dan berkesinambungan dengan segala

aktivitas untuk mengatasi gangguan atau hambatan pemenuhan


kebutuhan dasar manusia dan meningkatkan kualitas hidup yang

terjadi akibat masalah atau gangguan fisiologis pada satu atau

berbagai system tubuh manusia.

3) Basis intervensi

Basis intervensi ruang rawat inap anak merupakan salah

satu bagian dari pelayananan yang megutamakan pelayanan yang

nyaman dan kepuasan yang tinggi kepada pasien sehingga

memerlukan pelayanan yang profesional.

4) Model pelayaan

Model pelayanan keperawatan yang diterapkan di ruangan

rawat inap anak RSUD Dr.Rasidin Padang adalah dengan

menggunakan metode tim. Tim dalam ruangan ini dibagi menjadi

2 yaitu tim A (NICU) dan tim B (bangsal anak). Tim A yang

beranggotakan 10 orang perawat pelaksana, tim B yang

beranggotakan 9 orang perawat pelaksana, pada dinas pagi pre

conference dilakukan pada pagi hari, dan post conference

dilakukan pada siang hari.

Selanjutnya saat dinas siang dan dinas malam, pre

conference dan post conference tidak selalu dan jarang dilakukan.

Pada saat pre dan post conference dipagi hari karu mebuka pre

conference dan mempersilahkan penanggung jawab dinas malam

untuk menyampaikan laporan dan kendala saat dinas malam,

kemudian kepala rungan bersama katim dan perawat pelaksana


merembukkan permasalahan yang ada, kemudian melakukan

overan keruangan pasien.

5) Kapasitas ruangan

Untuk saat ini ruangan rawat inap anak mempunyai

kapasitas untuk pasien yaitu:

NO Ruangan Tim A (NICU) Tim B Jumlah


(Anak)
1 Kelas 1 - - -

2 Kelas 2 - 2 2

3 Ruang Isolasi - 2 2

4 kelas 3 - 9 9

5 Ruang tunggu 1 1
pasien
6 Ruangan NICU 1. Infarm - -
warmer : 1
2. Incubator : 12
3. Box bayi : 4
Jumlah 17 13 30

Berdasarkan tabel diatas terdapat jumlah bed yang ada di

bangsal anak berjumlah 13 Bed pasien, di bangsal NICU terdapat

17 Tempat bayi.
2. SUMBER DAYA / KEKUATAN KERJA

a. Manusia/ ketenagaan

Jumlah tenaga keperawatan diruang anak adalah 20 orang

yang terdiri dari Ners 4 orang, S1 keperawatan 3 Orang , DIII

keperawatan 7 Orang, DIII kebidanan 5 Orang Dan S1

Kesehatan Masyarakat 1 orang

No Jenis kelamin Tingkat pendidikan Jumlah

1 ♀ SPK -

2 ♀ D III Perawat 7 orang

3 ♀ D III Kebidanan 5 orang

4 ♀ S1 Keperawatan 3 orang

5 ♀ Profesi Ners 4 orang


6 ♀ SKM 1 orang

b. Non manusia

1) Metode

Adapun metode penugasan yang diterapkan diruang

rawat inap anak adalah metode tim, yaitu kepala ruangan

akan memilih ketua tim (tim A dan tim B), jika katim

berhalangan hadir katim di karenakan sakit maka kepala

ruangan yang akan menunjuk salah satu perawat pelaksana

untuk menggantikan dirinya dan jika ketua tim berhalangan

hadir dengan alasan lain maka ketua tim tersebut yang

meminta kepada perawat lain untuk menggantikan nya


menjadi katim. Kepala ruangan memilih perawat pelaksana

untuk bertugas pada masing masing tim kemudian katim

dan perawat pelaksana berkolaborasi dalam pemberian

asuhan keperawatan pada pasien.

2) Money

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala

ruangan dan perawat pelaksana semua keuangan diruangan

dikelola sepenuhnya oleh administrasi rumah sakit.

sehingga kebutuhan pengembangan ruangan disesuaikan

dengan ketentuan – ketentuan serta permintaan kebutuhan

pasien yang sebelumnya diajukan oleh ruangan kepada

pihak rumah sakit.

3) Machine

a) Diruangan rawat inap anak RSUD dr. Rasidin padang

Hasil observasi di bangsal anak dan bangsal

perinatology diperoleh data bahwa terdapat fasilitas

penunjang seperti troli 3 buah (yaitu troli injeksi 1 buah,

1 troli tempat obat-obatan pasien, 1 troli tempat

timbang bayi), kulkas, computer, TV, digunakan untuk

mendukung kualitas pelayanan maksimal.

b) Inventaris ruangan rawat anak dan perinatologi RSUD

dr. Rasidin padang


Peralatan dan alat kesehatan merupakan hal yang

penting dalam melakukan tindakan keperawatan.

Peralatan dan alat kesehatan diruangan diruangan rawat

ianap anak RSUD dr.rasidin padang yang didapatkan

dari daftar inventaris ruangan yang dimiliki oleh

ruangan seperti 13 inkubator (7 buah di perinatologi, 5

buah di NICU dan 1 buah di ruang isolasi, alat bantu

nafas (3 CPAP yang terpakai), 5 monitor, 4 infus pump,

3 syring pump, 2 alat suction.

3. ANALISIS TERHADAP PASIEN

a. Karakteristik

Karakteristik klien yang ada diruangan rawat inap

anak RSUD dr.Rasidin padang meliputi semua masalah

yang ada di bangsal anak dan bangsal NICU terdiri atas

berbagai jenis diagnosa medis diantaranya kejang demam,

diare, Tetanus, GEA + sups septi kimia, Anemia berat,

sindrom gawat nafas, BLR, SGN, RDS, DHF, KDS, BP,

asfiksia, dari berbagai masalah ini pasien dapat diberikan

pelayanan keperawatan anak yang profesional, bermutu dan

unggulan di Kota Padang sesuai visi misi ruangan anak.

b. Tingkat ketergantungan
Selama observasi kelompok dari tanggal 09 Juli

2019 sampai 11 Juli 2019, tingkat ketergantungan klien

diruang rawat inap NICU untuk total care berjumlah 4

pasien. Dimana 3 pasien terpasang alat bantu nafas CPAP ,

3 pasien terpasang OGT, 4 pasien terpasang infus. Diruang

rawat inap anak untuk parsial care berjumlah 7 orang,

dimana 5 pasien terpasang infus dan 1 pasien terpasang

oksigen nasal kanul. Setiap pasien hanya membutuhkan

beberapa bantuan dari perawat seperti mengingatkan untuk

memandikan klien kepada keluarga, mengingatkan untuk

memberikan makan kepada klien, dan untuk mengingatkan

keluarga agar mengistirahatkan klien.

4. LINGKUNGAN KERJA

a. Lingkungan fisik

Lingkungan ruang rawat inap anak dan NICU

merupakan ruangan baru yang pindah tanggal 13 Mei 2019.

Memiliki jendela dan pencahayaan yang baik, terdapat

ventilasi, lingkungan sekitar ruangan tertata rapi,

lingkungan non fisik diruangan rawat inap anak dilihat dari

sirkulasi udaranya sudah optimal.


D. WINSHELD SURVEY

Hasil Winshield survey di ruang bangsal anak pada tanggal 8 Juli 2019

sampai tanggal 16 Juli 2019 terhadap pelayanan keperawatan / kebidanan

dalam hal penerapan profesional di ruang bangsal anak yang dikepalai oleh 1

orang kepala rungan dengan pendidikan profesi ners, jumlah tenaga kesehatan

ada 19 orang. Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa Belum

optimalnya pelaksanaan Hand Hygiene pada pasien dan kelaurga di Ruang

Anak RSUD dr. Rasidin Padang, Belum tersedianya ruangan untuk

mengurangi kecemasan hospitalisasi pada anak yang dirawat seperti ruangan

bernuasa anak-anak dan ruangan TAK. Berdasarkan masalah yang ditemukan

diatas, kelompok ingin mengangkat masalah hand hygiene pada pasien dan

keluarga dan ketersediaan ruangan untuk mengurangi kecemasan hospitalisasi

pada anak.
E. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Karakteristik Perawat Anak

Jenis kelamin
0%

Perempuan
Laki-Laki
100%

Diagram 1
Jenis kelamin perawat di ruang rawat inap anak RSUD
dr.Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa semua (100%)

tenaga perawat di ruang anak RSUD dr.Rasidin padang berjenis

kelamin perempuan.

Tingkat Pendidikan

SPK D3
0% KEPERAWAT
AN
S2
Ners 27%
KEPERAWAT
20%
S1 AN
KEPERAWAT 0% D3
AN KEBIDANAN
33% 20%

Diagram 2
Tingkat pendididkan perawat di ruang rawat anak RSUD dr.Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(55%) tingkat pendidikan perawat di ruang Anak RSUD dr Rasidin

Padang adalah DIII Keperawatan.


Lama bekerja
> 10 tahun
19% 1-5 tahun
31%

6-10 tahun
50%
1-5 tahun 6-10 tahun > 10 tahun

Diagram 3
Tingkat lama kerja perawat di ruang rawat anak RSUD dr.Rasidin Padang.

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian

(50%) tenaga perawat di ruang Anak RSUD dr Rasidin Padang bekerja

selama 6-10 tahun.

2. Karakteristik pengunjung di ruangan anak

Pendidikan Terakhir
S1 SD
14% 14%
D III
14%
SMP
22%

SMA/SMK
36%
SD SMP SMA/SMK D III S1

Diagram 3
Tingkat pendidikan terakhir pengunjung di ruangan rawat anak RSUD dr.
Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(36%) tingkat pendidikan terakhir pengunjung di ruang Anak RSUD dr

Rasidin Padang adalah SLTA/SMA.


3 Pengetahuan cara cuci tangan pada keluarga pasien

MENGETAHUI CARA CUCI TANGAN

Ya Tidak
28%

72%

Diagram 4
Pengetahuan cara cuci tangan 6 langkah pada keluarga dan
pengunjung pasien di ruangan anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(72%) keluarga dan pengunjung di ruangan anak RSUP dr. Rasidin

Padang tidak mengetahui cara cuci tangan 6 langkah.

MENGETAHUI TUJUAN CUCI TANGAN

28% Ya Tidak

72%

Diagram 5
Pengetahuan tujuan cuci tangan 6 langkah pada keluarga dan
pengunjung pasien di ruangan anak RSUD dr. Rasidin Padang
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(72%) keluarga dan pengunjung di ruangan anak RSUP dr. Rasidin

Padang tidak mengetahui tujuan cuci tangan 6 langkah.

MENGETAHUI WAKTU CUCI TANGAN


Ya Tidak

33%

67%

Diagram 6
Pengetahuan kapan cuci tangan 6 langkah pada keluarga dan
pengunjung pasien di ruangan anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(67%) keluarga dan pengunjung di ruangan anak RSUP dr. Rasidin

Padang tidak mengetahui waktu cuci tangan 6 langkah.

DIBERITAHU PETUGAS

Ya Tidak
44%
56%
Diagram 7
Diberitahu cara cuci tangan 6 langkah pada keluarga dan
pengunjung pasien di ruangan anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(56%) keluarga dan pengunjung di ruangan anak RSUP dr. Rasidin

Padang tidak diberitahu cara cuci tangan 6 langkah.

4 Lembar observasi cara cuci tangan pada keluarga pasien

MELAKUKAN CARA CUCI TANGAN 6 LANGKAH

11% Ya Tidak

89%

Diagram 8
Melakukan cara cuci tangan 6 langkah pada keluarga dan
pengunjung pasien di ruangan anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(89%) keluarga dan pengunjung di ruangan anak RSUP dr. Rasidin

Padang tidak melakukan cuci tangan 6 langkah.


MELAKUKAN CUCI TANGAN 6
LANGKAH SEBELUM MENYENTUH
PASIEN

Ya Tidak

11%

89%

Diagram 9
Melakukan cuci tangan 6 langkah sebelum menyentuh pasiene
di ruangan anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(67%) keluarga dan pengunjung di ruangan anak RSUP dr. Rasidin

Padang tidak melakukan cuci tangan 6 langkah sebelum menyentuh

pasien.

MELAKUKAN CUCI TANGAN 6 LANGKAH


SESUDAH MENYENTUH PASIEN

28% Ya Tidak

72%
Diagram 10
Melakukan cuci tangan 6 langkah setelah menyentuh pasiene
di ruangan anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(72%) keluarga dan pengunjung di ruangan anak RSUP dr. Rasidin

Padang tidak melakukan cuci tangan 6 langkah setelah menyentuh pasien.

MELAKUKAN CUCI TANGAN 6 LANGKAH


SETELAH TANGAN TERKENA CAIRAN
TUBUH PASIEN

Ya Tidak

39%

61%

Diagram 11
Melakukan cuci tangan 6 langkah setelah tangan terkena
cairan tubuh pasien di ruangan anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(61%) keluarga dan pengunjung di ruangan anak RSUP dr. Rasidin

Padang tidak melakukan cuci tangan 6 langkah setelah terkena cairan

tubuh pasien.
MELAKUKAN CUCI TANGAN 6 LANGKAH
SETELAH DARI RUANGAN PASIEN

11% Ya Tidak

89%

Diagram 12
Melakukan cuci tangan 6 langkah setelah menyentuh dari
ruangan pasiene di ruangan anak RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(89%) keluarga dan pengunjung di ruangan anak RSUP dr. Rasidin

Padang tidak melakukan cuci tangan 6 langkah setelah menyentuh dari

ruangan pasien.

5 Lembar kuesionar efek hospitalisasi pada pasien di ruangan anak

ANAK KETAKUTAN BERADA DI RUANGAN


RAWAT

20% Ya Tidak

80%
Diagram 13
Anak ketakutan berada di ruangan rawat anak RSUD dr.
Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(80%) keluarga mengatakan anak takut berada di ruangan anak RSUP dr.

Rasidin Padang.

ANAK MENANGIS DAN BERTERIAK


SAAT PERAWAT MENDEKATINYA

Ya
40%

60%

Diagram 14
Anak menangis dan berteriak saat perawat mendekatinya

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(60%) keluarga mengatakan anak menangis dan berteriak saat perawat

mendekatinya.
ANAK GEMETAR DAN GELISAH SAAT
MENGHADAPI PERAWAT RUANGAN

10%
Ya Tidak

90%

Diagram 15
Anak gemetar dan gelisah saat menghadapi perawat ruangan
di RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(90%) keluarga mengatakan anak gemetar dan gelisah saat menghadapi

perawat ruangan di ruangan anak RSUP dr. Rasidin Padang.

ANAK MERASA TIDAK NYAMAN

10%
Ya Tidak

90%

Diagram 16
Anak merasa tidak nyaman karena menginap dan berada di
ruangan rawat di RSUD dr. Rasidin Padang
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar

(90%) keluarga mengatakan anak merasa tidak nyaman karena menginap

dan berada di ruangan rawat di RSUD dr. Rasidin Padang

ANAK TIDAK SELERA MAKAN KETIKA DI


RUANGAN

Ya Tidak
30%

70%

Diagram 17
Anak merasa tidak selera makan ketika berada di ruangan
rawat di RSUD dr. Rasidin Padang

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa (30%) keluarga

mengatakan Anak merasa tidak selera makan ketika berada di ruangan

rawat di RSUD dr. Rasidin Padang.


5. Ketersediaan fasilitas TAK

FASILITAS TAK
YA
0%

TIDAK
100%

Diagram 18
Ketersediaan fasilitas TAK

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa (100%) belum

tersedianya fasilitas TAK di runagan rawat inap Anak di RSUD dr.

Rasidin Padang.
F. ANALISA DATA

No DATA MASALAH

1. Kuesioner Belum optimalnya

1. (72%) keluarga dan pengunjung di pelaksanaan Hand

ruangan anak RSUP dr. Rasidin Hygiene pada pasien

Padang tidak mengetahui cara cuci dan keluarga di Ruangan

tangan 6 langkah. Anak RSUD dr.Rasidin

2. (72%) keluarga dan pengunjung di Padang

ruangan anak RSUP dr. Rasidin

Padang tidak mengetahui tujuan cuci

tangan 6 langkah

3. (67%) keluarga dan pengunjung di

ruangan anak RSUP dr. Rasidin

Padang tidak mengetahui waktu cuci

tangan 6 langkah

4. (56%) keluarga dan pengunjung di

ruangan anak RSUP dr. Rasidin

Padang tidak diberitahu cara cuci

tangan 6 langkah.

Wawancara : Menurut keluarga pasien atau

pengunjung tentang cuci

tangan masih banyak yang


belum mengetahui cara, tujuan

dan kapan dilakukan cuci

tangan dirumah sakit.

Observasi : Dari hasil observasi pada tanggal 9-13

Juli 2019 didapatkan pengunjung

tidak melaukan cuci tangan sebelum

menyentuh pasien dan sesudah

kontak dengan lingkungan pasien.

2. Kuesioner : Belum tersedianya

1. (80%) anak takut berada di ruangan ruangan untuk

rawat inap. mengurangi kecemasan

2. (60%) anak menangis dan berteriak hospitalisasi pada anak

saat perawat mendekatinya. yang dirawat seperti

3. (90%) anak gemetar dan gelisah saat ruangan bernuasa anak-

menghadapi perawat ruangan anak dan ruangan TAK.

4. (90%) anak merasa tidak nyaman

karena menginap dan berada di

ruangan

5. (30%) Anak merasa tidak selera

makan ketika berada di ruangan

Wawancara :

1. Menurut keluarga pasien tentang efek

hospitalisai pada anaknya, didapatkan


bahwa anaknya tidak merasa nyaman di

dalam ruangan dan merasa gelisah.

2. Menurut kepala ruangan, ruangan rawat

inap anak belum menyediakan ruangan

TAK dan belum mempunyai program

terapi aktivitas bagi pasien anak.

Observasi : Dari hasil observasi didapatkan

bahwa tidak adanya nuansa anak-

anak dalam ruang rawat inap

anak, tidak tersedianya ruangan

terapi aktivitas kelompok bagi

anak-anak.
G. PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN RSUD Dr.

RASIDIN KOTA PADANG 2019

No Masalah M S Mn Nc Af skor priortas

1. Belum optimalnya

pelaksanaan Hand Hygiene 5 5 4 4 4 1600 1

pada pasien dan keluarga di

Ruangan Anak RSUD

dr.Rasidin Padang

2. Belum tersedianya ruangan

untuk mengurangi 3 3 3 4 5 540 2

kecemasan hospitalisasi

pada anak yang dirawat

seperti ruangan bernuasa

anak-anak dan ruangan TAK

di Ruangan Anak RSUD

dr.Rasidin Padang.

Anda mungkin juga menyukai