Anda di halaman 1dari 11

SPEKTRUM DAN PEMBAGIAN PENYAKIT AUTO IMUN

Dalam Bab ini disampaikan klasifikasi penyakit Autoimun dan gambaran


umum penyakit auto imun secara singkat. Secara garis besar penyakit autoimun
dapat dibagi dalam organ spesifik dan sistemik. Perbedaan dan kesamaaan antara
kedua golongan tersebut terlihat pada tabel berikut.

Perbedaan organ spesifik dan sistemik

Organ Spesifik Non organ spesifik (sistemik)


(Tiroiditis, gastritis, adrenalitis) (LES)
1. Antibodi dan kerusakan bersifat 1. Antibodi dan kerusakan tidak
organ spesifik organ spesifik
2. Ada tumpang tindih klinis dan 2. Penyakit jaringan ikat dalam
serologis keluarga
3. Invasi limfoid, destruksi 3. Kerusakan disebabkan endapan
parenkim oleh hipersensitivitas kompleks antigen-antibodi
seluler dan ataun antibody 4. Kecenderungan ke neoplasma
4. Tujuan Terapi mengontrol limforetikular
deficit metabolic 5. Penyakit dan auto antibody
5. Antigen memicu antibody timbul spontan pada hewan
organ spesifik pada hewan tertentu
normal

Persamaan Organ spesifik dan nonorgan spesifik

1. Autoantibodi dalam sirkulasi bereaksi denagan komponen tubuh normal


2. Penderita sering menunjukkan peningkatan Ig dalam serum
3. Indens lebih tinggi pada wanita
4. Tes antibody memiliki nilai diagnostic
1. Penyakit Autoimun pada Non Organ Spesifik
a. Artritis Reumatoid
Artritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi kronis dengan manifestasi
poliartritis, destruksi sendi dan mortalitas premature. Neorofil, makrofag,
Sd dan sel T yang dikerahkan memproduksi sejumlah sitokin,
mediatorinflamasi, melepas enzim hidrolitik yang meemcah kolagen dan
tulang rawan sendidan menimbulkan destruksi permukaan sendi.
Makrofag yang diaktifkan melepaskan TNF-α, II-1, FBA, PG, SP dan
PDGFyang menimbulkan edem, eritem dan kerusakan sendi dijarinagn
kondrodeus
b. Sindrom Sjogren
Sindrom sjogren atau sidrom sicca adalah penyakit autoimun yang
ditandai dengan 2 gejala utam yaitu mata dan mulut kering yang
menurunkan produksi air mata dan saliva Juga dapat ditemukan pada kulit
kering atau ruam kulit, klenjar liur bengkah. Sindro sjogren sering
menyertai Lupus Erritematosus sitemik dan Rtritis Reumatoid. Sindrom
Sjogren primer ditandai oleh infiltrasi limfosit dan destruksi kelenjar mata
dan ludah. Infiltrasi sel (T, B, dan dentrik ) merusak dang menganggu
fungsi kelenjar, memacu sekresi IFN-1,IFN-2 dan produksi AA yang
mengganggu fungsi reseptor muskarinik dan sekresi MMP yang akhirnya
mengganggu fungsi efisien kelenjar.
c. Sklereosis Sistemik atau skelroderma
Merupakan penyakit multisystem yang ditandai dnegan peningkatan
aktivitas fibrolas yang meinimbulkan pertumbuhan abnormal jaringan ikat.
Fibrosis yang terjadi dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah dan
kulit , paru, jantung, otit sendi, saluran cerna, dan ginjal.
Sklereosis sistemik dapat dikelompokkan menjadi empat subset
1. Selereosis kulit terbatas pada jari dan bagian distal lengan bawah dan
sedikit pada wajah dan leher
2. Sklereosis kulit terjadi juga di dada, abdomen, lengan atas dan bahu.
3. Sklereosi sine scleroderma hanya terjadi pada organ internal
4. Sindrom overlap
d. Dermatomiositis
Dematomiositis merupakan penyakit sistemik yang mengenai kulit dan
otot. Penyakit diwalai oleh antibody atau factor lain yang mengaktifkan
C3, pembentukan fragmen C3b dan C4b, C3bNEO dan MAC yang masuk
kedalam vaskuler endomisial. MAC, komplemenC5b-9 dan antibody
merusak sel. Sel B dan CD4 juga ditemukan pada reaksi inflamasi
vascular. Dematomiositis merupakan miositis yang mudah dikenal karean
timbulnya ruam kulit sebelum penderita merasakan kelemahan otot.
e. Sindrom Fibromialgia
Fibromialgia ditandai oleh nyeri vuskular simetris difus dan diberbagai
titik tubuh bila ditekan, gangguan tidur, dan sering disertai disters
psikologis. Keluhan lain berupa gangguan usus dan kandung kemih, susah
menelan, sakit kepala, pusing dan migren, gangguan memori dan
konsentrasi , ruam kulit, mulut dan mata kering, ansietas, depresi, telinga
berdenging, gangguan penglihatan, sindrom raynaud, gejala neurologisdan
kesulitan koordinasi kegitan segari-hari.
f. Sarkoidosis
Sarkoidosis merupakan penyakit granulomaltosa sistemik tanpa
perkijuan terutama di paru yang dapat mengenai KGB servikal dan
mediastimal. Penyakit ditimbulkan akibat pajanan dengan bahan
lingkungan, lingkungan kerja atau infeksi pada individu rentan. Hal itu
memacu sel Th1 di organ terlibat dan menimbulkan pembentukan
granuloma yang biasanya disertai limfadenopati hilar bilateral, pulmoner,
kulit dan ocular. Sebagai penyakit sistemik, sarkoidosis dapat mengenai
berbagai organ.
Gejala umum berupa fatig, penurunan badan, nyeri, atritis, mata
kering, pandangan kabur, pembengkakan lutut, sesak nafas, batuk kering
dan lesi kulit. Lesi di kulit bervariasi mulai dari ruam dan nodul sampai
eritema nodosum atau lupus pernio. Sarkoidosis merupakan respons imu
khas sel Th1. Pada awalnya ditemukan aktivasi sel CD4 di organ terlibat
serta fargosit yang melepas IL-2 dan IFN-𝛾 dan menimbulkan granuloma
dapat diresorpi spontan atau berkembang menjadi fibrosis yang disertai
kerusakan organ permanen.
g. Lupus Erritematosus sitemik
Lupus Erritematosus sitemik adalah penyakit autoimun sistemik dengan
kelainan klinis yang sangat bervariasi. Lupus Erritematosus sitemik
ditandai dengan produksi AA non organ spesifik terhadap berbagai
molekul dalam nucleus, sitoplasma dan permukaan sel. Sebagian besar
Lupus Erritematosus sitemik merupakan penyakit hipersenstivitas Tipe III;
antibody membentuk kompleks dengan DNA yang dpaat mengendap
didinding arteri, sendi dan membrane basal glomerulus
h. Vaskulitis
Vaskulitis adalah inflamasi yang menimbulkan perubahan dinding
vaskuler (penebalan, melemah, menyempit, menutup, melebara dan pecah
yang menimbulkan pendarahan internal, dan keruskan organ internal.
Dapat akut atau kronis, sembuh sendiri atau memerlukan pengobatan
bahakan menimbulkan kerusakan organ berat dan kematian.
Tipe reaksi vaskulitis
1. Tipe 1 yang berhubungan dengan atopi
Sel Th2 mmeproduksi IL-4, IL-5, IL-13 yang berperan dalam
pengerhana sel mast, basofil, eonisofil, dan hiperproduksi IgE.
2. Tipe II vaskulitis berhubungan dengan autoantibody
Vaskulitis yang berhubungan dengan ANCA (WG, MPA, dan sindrom
Goodpasteur merupakan reaksi imun Tipe ii. Autoantibodi ANCA
berperan dalam vaskulitis yang menimbulkan inflamasi neksrosis
vascular
3. Tipe III Vaskulitis berhubungan dengan kompleks imun
Lupus, AR, vaskulitis leukositoklostik, krioglobulinemia, pneumonitis
hipersensitif, glonerulonefritis.
4. Tipe IV : Vaskulitis berhubungan dengan hipersensifitas seluler
Sindrom Churg Strauss, granulomatosis Wegener. Akumulasi sel T
dan monosit ditemukan di dinding vaskuler dengan produksi IFN-ɤ
yang meningkat. Granuloma dibentuk oleh sel T yang mengarahkan
makrofag.
2. Penyakit Autoimun Organ Spesifik
a. Penyakit Kulit Autoimun
 Penyakit bukosa autoimun
Kelainan lepuh AL merupakan penyakit kulit kronik yang berat,
disebabkan oleh AA terhadap berbagai struktur protein epidermis,
membrane basal atau dermis. Autoagenin berperan penting dalam adhesi
intraepithelial, epidermo-dermal atau dermal. Kehilangan adhesi akibat
reaksi AA menimbulkan terbentuknya lepuh.
 Vitiligo
Vitilogo adalah penyakit didapat, kadang progresif disertai dengan
kerusakan beberapa atau semua melanosit di intervolikuler epidermis,
kadang di volikel rambut. Kadang progresif disertai penyakit Al organ lain
seperti penyakit teroit Al, Addison anemia pernisiosa, DM Al dan alopesia
areata.
b. Penyakit Tiroit Autoimun
 Penyakit graves adalah penyakit tiroit Al, ditandai oleh pembentukan
antibody terhadap reseptor TSH. Reseptor TSH diekspresikan pada sel
volikular kelenjar tiroit sehingga stimulai kronis tersebut meningkatkan
produksi T3 dan T4 dan akhirnya menimbulkan gejala hiper tiroit dan
pembesaran kelenjar tiroit (Goiter). Penyakit gaves yang terjadi mendadak
dan pada usia yang agak lanjut diduga terjadi atas peran virus atau molekul
MHC kelas II pada permukaan APC memprensentasikan fragmen protein
pancreas sel β ke sel Th. Selanjutnya sel Th autoreativ meransang CTL,
menyerang sel β penghasil insulin. MHC kelas 1 pada permukaan sel β
mempresentasikan peptida sel β ke CTL.
 Tiroiditis Hashimoto
Tiroiditis Hashimoto (tiroiditis Al atau kronik limfositik) adalah penyakit
tiroit yang paling sering ditemukan. Penyakit terjadi akibat produksi sel
imun yang merusak kelenjar tiroit sehingga kehilangan kemampuan
membentuk hormone tiroit. Keadaan hipotiroidisme terjadi bila jumlah
horman tiroit yang diproduksi tidak mencukupi kebutuhan tubuh. kelenjar
tiroit juga dapat membesar dan membentuk goiter. Tiroiditis Hashimoto
dapat tanpa gejala selama beberapa tahun dan tidak terdiagnosa sampai
ditemukan pembesaran kelenjar tiroit atau kelainan darah pada
pemeriksaan rutin. Gejala bisanya terjadi karena tekanan pada leher akibat
goiter atau akibat rendahnya kadar hormone tiroit.
c. Fenomena Raynaud
Fenomena Raynaud adalah penyakit pembuluh darah kulit. Sewaktu
terjadi serangan Raynaud, vaskular menyempit, darah yang dialirkan
menuju tangan dan kaki berkurang sehingga terasa dingin, mati rasa dan
warna kulit menjadi pucat atau biru. FR dapat menyerang hidung dan
telinga. Serangan ini biasanya terjadi beberapa menit, namun dapat
berlangsung lebih dari satu jam. Pencetus uitama adalah suhu dingin;
lainnya dapat berupa stres dan obat. Ketika aliran darah putih, terlihat kulit
kemerahan dan mulai tersa nyeri. Fenomena Raynaud dapat dibagi
menjadi dua jenis. Raynaud primer yang disebut prnyakit Raynaud, bentuk
paling sering ditemukan yang sebabnya tidak diketahui. Raynaud sekunder
yang disebut syndrome Raynaud, yang terjadi pada penyakit lain seperti
LES, skleroderma, AR atau aterosklerosis obat-obatan.(β-bloker,
ergotamin), penggunaan alat getar dalam jangka waktu yang lamadan
merokok. Beberapa mediator berperan dalam patogenesis penyakit.
Spesies oksigen reaktif (menimbulkan stres oksidatif) dapat merusak
endotel melalui peroksidasi lipid, namun dapat juga mengaktifkan
Rho/Rho kinase yang meningkatkan vasokonstriksi. Tes diagnostik untuk
menilai FR adalh LED. Tes ANA, tes kapilaroskopilipat kuku, dan tes
stimulasi dingin.
d. Sindrome Antifosfolipid
Sindrome Antifosfolipid (APLS)atau sindrom Hughes adalah
penyakit AI yang disertai hiperkoagulasi yang ditimbulkan antibodi (aPL)
terhadap fosfolipid (membran plasma) yang memacu terjadinya trombosis,
baik dalam arteri dan vena, komplikasi kehamilan, keguguran (sebelum 20
minggu), bayi meninggal dalam kandungan, lahir belum waktunya dan
preeklamsia berat. APLS kadang menimbulkan gangguan mentaldan/atau
retardasi pada bayi akibat gangguan diferensiasi trofobla, APLS dapat
primer (tidak disertai penyakit AI lain) dan sekunder yang ditemukan pada
LES atau penyakit jaringan ikat lain.
e. Penyakit saraf autoimun
 Miastenia gravis
Miastenia gravis merupakan penyakit AI neuromuscular yang ditandai
dengan kelemahan otot yang bervariasi dan yang khas berupa otot cepa
mengalami kelelahan pada kegiatan yang berulang dan dan cepat pulih
setelah beristirahat. Otot yang paling cepat terserang adalah otot mata,
kelopak mata, wajah,pengunyah dan menelan. Kelainan ini disebabkan
antibody terhadap reseptor asetilkolin pada daerh pos sinaps
neuromuscular junction sehingga mengahambat efek eksitasi
neurotransmitter asetilkolin pada reseptor nikotinik di seluruh neuro
muscular junction. Diagnosis sukar ditegakan dan lebih banyak diketahui
dari anamnesis yang teliti terutama mengenai kelelahan otot. Pemeriksaan
penunjang lainnya adalah pemeriksaan neurologis, antibody anti-reseptor
asetilkolin (AchR) (85% penderita MG menunjukan antibodi ini) dan anti
MuSK. Pemeriksaan EMG juga dapat membantu, khususnya single fiber
EMG.
 Sklerosis multiple
Sklerosis multiple dikenal juga sebagai sklerosis diseminata atau
ensafalomielitis diseminata. MS merupakan inflamasi yang menimbulkan
kerusakan lapisan myelin di otak dan korda spinalis, sehingga terjadi
demielinisasi dan parut yang menyebabkan spectrum tanda dan gejala
yang luas. MS mengganggu kemampuan berkomunikasi sel saraf otak dan
korda spinalis. Kerusakan ini terjadi akibat system imun menyerang dan
merusak myelin. Kehilangan myelin menyebabkan hantaran sinyal pada
akson terganggu.
f. Penyakit Darah
 Anemia hemolitik autoimun
Anemia hemolitik autoimun terjadi karena tubuh membentuk AA yang
menyerang sel sel darah merah dan sumsum tulang tidak mampu
menggantikannya. Gejala dan tanda AHA bervariasi mulai dari tidak
merasakan gejala, hanya lelah, sesak napas dan pucat. Pada keadaan yang
lebih berat dapat terjadi ikterus, rasa tidak nyaman dan penuh di perut
Gangguan ini dapat berhenti dengan sendirinya, menetap dan menjadi
kronis. Ada dua tipe AHA, AHA dengan antibody panas dan AHA dengan
antobodi dingin. Pada AHA tipe panas AA mengikat dan merusak sdm
pada suhu sama atau lebih tinggi dari suhu tubuh. Sebaliknya pada AHA
tipe dingin AA menjadi dingin menjadi aktif dan menyerang sdm hanya
bila suhu berada dibawah suhu normal tubuh.
 Idiopathic thrombocytopenia
Idiopathic thrombocytopenia merupakan penyakit AI yang ditandai oleh
jumlah trombosit darah yang disebabkan antibody terhadap antigen
permukaan trombosit. Antibody antitrombosit umumnya adalah IgG dan
IgM. Epitop terhadap antibody dapat ditemukan pada kompleks
glikoprotein Iib/IIIa dan Ib/IX. Kerusakan trombosit dipacu oleh antibody,
tetapi lisis dapat pula terjadi atas peran komplemen dan sitotokssisitas srl
T. juga ditemukan gangguan pematangan megakariosit dan megatrombosit
serta apoptosis. ITP akut dapat ditemukan terutama pada anak usia 1-7
tahun dan kronis terutama pada usia di atas 10 tahun. Diagnosis ITP
ditentukan pereksklusionum. Pendekatan diagnosis berdasarkan primer
riwayat klonis dan pemeriksaan jasmani. Indikasi pertama ITP adalah
penurunan jumlah trombosit yang tidak disertai perubahan pada jenis sel
lain. Penemuan antibody antitrombosit menunjang sifat imun penyakit.

PENGARUH KETURUNAN

Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :


1. Senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu
(disembunyikan dari sistem kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam aliran darah.
Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat cairan di bola mata dilepaskan ke dalam
aliran darah. Cairan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali mata
sebagai benda asing dan menyerangnya.
2. Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar matahari, atau
radiasi. Bahan senyawa yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem
kekebalan tubuh. Misalnya, virus bisa menulari dan demikian mengubah sel di
badan. Sel yang ditulari oleh virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
menyerangnya.
3. Senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin memasuki badan.
Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat menjadikan senyawa badan
mirip seperti bahan asing sebagai sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit
kerongkongan mempunyai beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung
manusia. Jarang terjadi, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang jantung orang
sesudah sakit kerongkongan (reaksi ini bagian dari demam rheumatik).
4. Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu sel darah
putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang
beberapa sel badan.
Keturunan mungkin terlibat pada beberapa kekacauan autoimun.
Kerentanan kekacauan, daripada kekacauan itu sendiri, mungkin diwarisi. Pada
orang yang rentan, satu pemicu, seperti infeks virus atau kerusakan jaringan, dapat
membuat kekacauan berkembang. Faktor hormonal juga mungkin dilibatkan,
karena banyak kekacauan autoimun lebih sering terjadi pada wanita
PERTANYAAN-PERTANYAN DALAM DISKUSI

1. Apakah ada system imun yang ada dalam tubuh yang dapat mencegah
penyakit autoimun? Jika ada apa saja dan jelaskan?
Jawab : ada 2 sistem imun dalam tubuh yang dapat mencegah penyakit
autoimun yaitu :
a. kontrol metabolic
sebagian besar pendekatan pengobatan penyakit autoimun adalah
dengan manipulasi respon imun. Tetapi pada penyakit organ
spesifik control metabolic biasanya sudah memadai, misalnya
pemberian tiroksin untuk miksedema primer, insulin untuk diabetes
juvenile, vitamin B12 untuk anemia pernisiosa, obat antitiroid
untuk penyakit grave, dan lain-lain.
b. obat anti inflamasi
obat yang bekerja sebagai anti inflamasi, misalnya kortikosteroid,
menunjukan manfat terhadap berbagai penyakit autoimun serius
seperti miastenia gravis, LES, dan nefritis kompleks imun. Obat
AINS seperti salisilat, indometasin, fenoprofen atau ibuprofen
dipakai pula untuk arthritis rheumatoid.
2. Mengapa wanita rentang terkena penyakit AR daripada laki-laki ?
Jawab : karena wanita memiliki hormon esterogen, esterogen ini yang
menyebabkan wanita yang sering tress dapat memicu terjadinya
penyakit
3. Jelaskan mekanisme tipe 1, tipe 2, tipe 3 dan tipe 4 vaskulitis?
Jawab :
1. Tipe 1 yang berhubungan dengan atopi
Sel Th2 mmeproduksi IL-4, IL-5, IL-13 yang berperan dalam
pengerhana sel mast, basofil, eonisofil, dan hiperproduksi IgE.
2. Tipe II vaskulitis berhubungan dengan autoantibody
Vaskulitis yang berhubungan dengan ANCA (WG, MPA, dan
sindrom Goodpasteur merupakan reaksi imun Tipe ii.
Autoantibodi ANCA berperan dalam vaskulitis yang
menimbulkan inflamasi neksrosis vascular
3. Tipe III Vaskulitis berhubungan dengan kompleks imun
Lupus, AR, vaskulitis leukositoklostik, krioglobulinemia,
pneumonitis hipersensitif, glonerulonefritis.
4. Tipe IV : Vaskulitis berhubungan dengan hipersensifitas seluler
Sindrom Churg Strauss, granulomatosis Wegener. Akumulasi
sel T dan monosit ditemukan di dinding vaskuler dengan
produksi IFN-ɤ yang meningkat. Granuloma dibentuk oleh sel
T yang mengarahkan makrofag.
5. Jelaskan pengertian IL pada penyakit vaskulitis !
Jawaban :
IL merupakan kepanjangan dari interleukin. Interleukin adalah
sebutan beberapa polipeptida sitokina yang memainkan peran penting
dalam regulasi system kekebalan dan respon peradangan .
6. Jelaskan pengertian ANCA dalam penyakit vaskulitis !
Jawaban :
Antineuthropil cytoplasmic antibodies (ANCA) adalah auto antibody
yang diproduksi oleh system kekebalan tubuh yang keliru menargetkan
ydan menyerang peortein dlam neutrofil

Anda mungkin juga menyukai