Anda di halaman 1dari 10

PAPER KIMIA LAUT

PENCEMARAN AIR LAUT DI BIDANG KIMIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : BQ.HARTINA

NIM : E1M015017

PRODI : PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang memiliki potensi sumberdaya alam
yang cukup besar. Bertahun-tahun orang tidak peduli dengan pencemaran laut karena volume
air laut yang besar, dan kemampuannya mengencerkan segala jenis zat asing sehingga hampir
tak menimbulkan dampak sama sekali. Oleh karena itu laut dianggap sebagai tempat
pembuangan limbah. Namun, pandangan tersebut mulai berangsur berubah. Hal itu
disebabkan antara lain karena limbah yang dibuang ke laut semakin lama semakin banyak
dan dalam konsentrasi tinggi, sehingga akibat pencemaran lingkungan pada skala lokal
terjadi. Apabila pembuangan limbah ke laut secara terus-menerus dilakukan, maka ditakutkan
akan terjadi dampak global dari pencemaran laut.
Air merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbarui, tetapi air akan dapat dengan
mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak digunakan oleh manusia untuk
tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar. Pencemaran air dapat
merupakan masalah, regional maupun lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan
pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Pada saatudara yang tercemar
jatuh ke bumi bersama air hujan, maka air tersebut sudah tercemar. Saat ini pencemaran
berlangsung dimana-mana dengan laju begitu cepat, yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Kecenderungan pencemaran, terutama sejak Perang Dunia kedua mengarah kepada dua hal
yaitu, pembuangan senyawa kimia tertentu yang makin meningkat terutama akibat kegiatan
industri dan transportasi yang lainnya akibat penggunaan berbagai produk bioksida dan
bahan-bahan berbahaya aktivitas manusia.
Salah satu pencemaran air laut yang memiliki peotensi bahaya besar yaitu tumpahan
minyak di perairan laut. Tumpahan minyak yang masuk ke laut merusak lingkungan laut dan
sumberdaya hayati secara langsung, mengganggu kegiatan ekonomi masyarakat pesisir
dengan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan rusaknya budidaya ikan, rumput laut dan
ekosistem yang ada di daerah yang terkena tupahan minyak. Umumnya sumber tumpahan
minyak di laut beragam sumbernya, tidak hanya berasal dari kecelakaan kapal tanker saja
namun juga akibat beberapa operasi kapal dan bangunan lepas pantai.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan Paper ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami tentang pencemar minyak dan kaitannya dengan sifat kimia air laut .
2. Memahami tentang kesetimbangan CO2 di Lautan
3. mengetahui pengaruh pencemaran minyak terhadap kesetimbangan CO2 di lautan.
BAB II

ISI

2.1. Pencemaran
Penting untuk diketahui bahwa kata pencemaran dapat didefinisikan dalam berbagai
bentuk, definisi yang spesifik untuk digunakan pada kasus spesifik menjadi penting. Sebagai
contoh jika industri menyebarkan bahan pencemaran ke air atau udara, tetapi dapat diterima
oleh masyarakat atau penegak hukum maka menurut definisi industri tersebut tidak
mencemari. Dalam hal ini tekanan atau perintah untuk membersihkan tidak pernah diberikan,
meskipun hasil dari limbah yang dibuang tersebut jelas. Berbagai profesi terlibat langsung
dalam pencemaran lingkungan, dan mereka memiliki definisi spesifik untuk memenuhi
kebutuhan yang spesifik.
Manusia ingin terus meningkatkan kualitas hidupnya, mereka memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan mengembangkan industri. Manusia menggunakan bahan kimia untuk
meningkatkan produksi pangan agar kebutuhan pangan dapat terpenuhi. Manusia
memanfaatkan teknologi nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi, artinya mereka
memanfaatkan teknologi dan hasil teknologi untuk kepentingannya secara berlebihan.
Akibatnya limbah yang dihasilkannya tidak mampu diuraikan kembali oleh alam sehingga
terjadilah suatu pencemaran.

2.1.2. Pencemaran Minyak di laut


Minyak menjadi pencemar laut nomor satu di dunia. Sebagian diakibatkan aktivitas
pengeboran minyak dan industri. Separuh lebih disebabkan pelayaran serta kecelakaan kapal
tanker.Wilayah Indonesia sebagai jalur kapal internasional sangat rawan pencemaran limbah
minyak. Badan Dunia Group of Expert on Scientific Aspects of Marine Pollution (GESAMP)
mencatat sekitar 6,44 juta ton per tahun kandungan hidrokarbon dari minyak telah mencemari
perairan laut dunia. Masing-masing berasal dari transportasi laut sebesar 4,63 juta ton,
instalasi pengeboran lepas pantai 0,18 juta ton, dan sumber lain (industri dan pemukiman)
sebesar 1,38 juta ton. Limbah minyak sangat berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem laut,
mulai dari terumbu karang, mangrove sampai dengan biota air, baik yang bersifat lethal
(mematikan) maupun sublethal (menghambat pertumbuhan, reproduksi dan proses fisiologis
lainnya). Hal ini karena adanya senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi,
yang memiliki komponen senyawa kompleks, seperti Benzena, Toluena, Ethilbenzena dan
isomer Xylena (BTEX) Senyawa tersebut berpengaruh besar terhadap pencemaran.
2.2. Kesetimbangan CO2 di Lautan
Laut mengandung sekitar 36.000 gigatonkarbon, di mana sebagian besar dalam
bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon
atau karbon-hidrogen adalah penting dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini
menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah sebagai sumber
(source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk saling dipertukarkan antara atmosfer
dan lautan. Pada daerahupwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada
daerahdownwellingkarbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan. Karbon masuk dari
atmosfer ke lautan dengan cara difusi.
Pada ekosistem air, pertukaran CO2 di air dengan di atmosfer berjalan secara tidak
langsung. CO2 berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion
bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk
diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Begitu pula sebaliknya, saat organisme air
berespirasi CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat.
Proses timbal balik fotosintesis dan respirasi makhluk hidup merupakan sumber
utama CO2. Tinggi rendahnya kadar CO2 dan O2 di atmosfer secara berkala disebabkan oleh
penurunan aktivitas fotosintesis. Semakin banyak populasi manusia dan hewan, maka kadar
CO2 dalam udara semakin meningkat. Untuk menjaga keseimbangan kadar CO2 dan O2 maka
harus diimbangi dengan penanaman tumbuh-tumbuhan sebagai penghasil O2.
Faktor-faktor yang memengaruhi distribusi CO2 dalam air laut antara lain yaitu pH,
alkaninitas, CO2 total (∑CO2) dan tekanan parsial CO2. pH dalam permukaan air laut dalam
keadaan setimbang dengan atmosfir adalah berkisar antara 8,2  0,1. Penurunan pH minimum
terjadi pada malam hari (proses respirasi oleh organisme yang menghasilkan CO2) dan
meningkat pada siang hari ketika fotosintesis berlangsung, di mana CO2 dimanfaatkan hingga
konsentrasinya menurun.pH dapat berfungsi sebagai penyangga atau untuk membatasi
perubahan pH air laut. Pada perairan terbuka sistem penyangga berjalan sangat efektif di
mana angka pH air laut terbatas pada range 7.5 – 8.4.Sistem yang dinamis ini berfungsi
sebagai tempat penampungan kritis bagi CO2 yang diakumulasi dari udara dan sebagai akibat
dari aktivitas manusia di daratan.
Alkalinitas dipengaruhi salinitas dan kelarutan CaCO3. Perubahan lintang akan
mempengaruhi total karbon dioksida (CO2). Untuk pertukaran yang berlangsung dengan
cepat PCO2di air dan di udara hampir sama sedangkan jumlah CO2 lebih tinggi di daerah
kutub. Level total CO2 dan PCO2 di permukaan air berhubungan dengan pertukaran antara CO2
di udara dan CO2 di perairan. Pertukaran yang berlangsung lambat menyebabkan PCO2 di
perairan lebih besar dibandingkan dengan angka di atmosfer yang terdapat di dekat equator
dan rendah di perairan kutub.
Distribusi tekanan parsial karbon dioksida (PCO2) dipengaruhi oleh perubahan
temperatur musiman, percampuran air dan siklus biologi di dalam lapisan permukaan
laut.Variasi spasial distribusi tekanan parsial karbon dioksida relatif besar pada air
permukaan lautan dunia. Nilai tekanan parsial karbon dioksida yang tinggi ditemukan di
daerah khatulistiwa, Samudra Pasifik dan untuk suatu daerah yang sedikit lebih luas di
Samudra Atlantik, di mana upwelling air yang kaya dengan CO2 dan air permukaan yang
hangat meningkatkan tekanan parsial karbon dioksida. Nilai rendah ditemukan pada gyres
daerah subtropik dan kutub, di mana air permukaan yang dingin dan aktivitas biologi telah
menurunkan tekanan parsial karbon dioksida, kecuali di daerah yang ditemukan di area
upwelling. Variasi tekanan parsial karbon dioksidadi lautan bagian atas terutama dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu produksi utama biologi dan perubahan temperatur. Padaproduksi utama
biologi, pengambilan fotosintesis atau penurunan CO2terjadi pada musim semi dan musim
panas, diiikuti dengan regenerasi pada musim dingin. Sedangkan, perubahan temperatur
mempengaruhi daya larut gas dalam air laut menyebabkan nilai perpindahan dengan atmosfer
secara relatif rendah, pemanasan dan pendinginan samudra mengakibatkan gradien tekanan
parsial karbon dioksida besar. Perubahan PCO2 dipermukaan perairan disebabkan oleh
pengurangan akibat fotosintesis, pembentukan CaCO3, pemanasan global dan penambahan
oksidasi oleh tumbuhan, penguraian CaCO3 dan peningkatan CO2 di atmosfer akibat
pembakaran fosil.
Siklus CO2 dalam lautan diatur oleh satu rangkaian kesetimbangan. CO2 di atmosfer
sebanding dengan yang berada pada air laut, perpindahannya melintasi interface udara-laut.
CO2(gas) → CO2(terlarut) (Persamaan 1)
Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk.
CO2 + H2O ⇌ H2CO3 (Persamaan 2)

Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi
lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion hidrogen dan
bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar pada pH. Asam karbonat mengalami
penguraian yang sangat cepat dan membentuk ion bikarbonat dan ion karbonat.
H2CO3 ⇌ H+ + HCO3− (ion bikarbonat) (Persamaan 3)

HCO3- ⇌ H+ + CO32- (ion karbonat) (Persamaan 4)


Gas karbon dioksida lebih larut dalam air dingin dibandingkan dengan air hangat.
Kelarutan gas meningkat terhadap tekanan. Karbon muncul dalam berbagai bentuk antara lain
yaitu CO2, H2CO3, HCO3-, CO32- dan juga gabungan karbon dalam molekul organik (yang
jumlahnya sangat sedikit). Secara kuantitatif, HCO3- dan CO32- merupakan spesimen
terpenting. Reaksi yang terjadi pada Persamaan 4 terjadi dengan cepat dan air laut dianggap
mengandung campuran tiga ion yang dalam kesetimbangan. Sejumlah besar ion bikarbonat
dan karbonat dalam air laut tidak diperoleh langsung dari atmosfer tetapi dari aliran sungai ke
laut, pengaruh cuaca terhadap batuan oleh asam karbonat dan hujan asam.

2.2.1. Siklus Karbon


Karbon merupakan unsur yang membentuk dasar semua kehidupan. CO2 dihasilkan
oleh hampir seluruh makhluk hidup yang mengalami proses respirasi seperti manusia, hewan,
tumbuhan bahkan mikroorganisme, selain itu juga dihasilkan dari hasil pembakaran bahan
bakar fosil. Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara
biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi. Dalam siklus ini terdapat empat reservoir
karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah
atmosfer, biosfer teresterial (termasuk freshwater system dan material non-hayati organik
seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon terlarut dan biota laut hayati
maupun non-hayati) dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan tahunan karbon,
pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses-proses kimia, fisika, geologi, dan
biologi yang bermacam-macam. Lautan mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat
permukaan bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran
yang lambat dengan atmosfer.
Gas utama di atmosfer ada empat yaitu nitrogen, oksigen, argon dan karbon dioksida.
Konsentrasi gas tersebut di air dalam kesetimbangan dengan tekanan parsial di atmosfer.
Karbon dioksida merupakan gas yang paling mudah larut dibandingkan dengan gas utama
yang lainnya, namun konsentrasinya dalam air laut sangat kecil. Hampir semua karbon
dioksida dalam air laut menyatu dengan air sebagai asam karbonik dan produk disosiasi.
Siklus karbon (C) dalam ekosistem adalah proses pemanfaatan CO2 di udara untuk keperluan
fotosintesis tumbuhan dan pembentukan CO2 kembali sebagai hasil dari proses respirasi
makhluk hidup. CO2 atau karbon dioksida merupakan gabungan dari satu molekul karbon dan
2 molekul oksigen. CO2 merupakan gas penyusun atmosfer yang ditemukan dalam jumlah
sedikit yaitu sekitar 0,03%. Kadar CO2 di atmosfer berbanding terbalik dengan banyaknya
tumbuhan hijau yang ada disekitarnya. Hal ini disebabkan karena CO2 merupakan komponen
utama dalam proses fotosintesis tumbuhan.

Gambar 2.1. Siklus Karbon

Siklus karbon diawali dengan pembentukan karbon (CO2) di udara. CO2 dapat
terbentuk karena 2 hal yaitu aktivitas organisme dan aktivitas alam. Aktivitas organisme
termasuk respirasi, dekomposisi makhluk hidup yang mati, pembakaran batu bara, asap
pabrik dan lain-lain, serta aktivitas alam seperti erupsi vulkanis. Semua aktivitas tersebut
merupakan sumber CO2 di alam ini. Akan tetapi terlalu banyak kandungan CO2 di udara akan
menyebabkan efek rumah kaca.
CO2 di udara kemudian dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. Hasil
akhir proses fotosintesis adalah senyawa organik berupa oksigen dan glukosa. Oksigen yang
dihasilkan kemudian digunakan oleh makhluk hidup terutama manusia dan hewan untuk
bernafas. Proses pernafasan ini menghasilkan H2O dan CO2. CO2 tersebut kemudian
dimanfaatkan oleh tumbuhan kembali dan begitu seterusnya. Sedangkan glukosa hasil dari
fotosintesis merupakan sumber energi bagi tumbuhan untuk pertumbuhannya. Kemudian,
senyawa organik dari tumbuhan ini digunakan oleh makhluk hidup lainnya (manusia dan
hewan) melalui rantai makanan. Selain sebagai sumber energi, senyawa organik tersebut
sebagian disimpan dalam tubuh organisme. Senyawa organik pada tumbuhan banyak
terkandung dalam batang. Adapun pada manusia dan hewan, bahan organik banyak terdapat
pada bagian tulang. Jika organisme mati, senyawa karbon akan diuraikan dan diendapkan
menjadi batuan karbonat dan kapur. Jika tersimpan dalam perut bumi dalam jangka waktu
yang sangat lama, senyawa karbon sisa organisme mati dapat menghasilkan bahan bakar fosil
(minyak bumi). Akhirnya oleh kegiatan manusia bahan bakar fosil tersebut kembali
membebaskan CO2 ke udara.

2.2.2. Pengaruh Pencemaran Minyak terhadap Kesetimbangan CO2


Lautan telah menyerap sampai setengah darikelebihan CO2 di bumi, yang telah
mengakibatkan perubahan kimia dalam permukaan air laut. CO2 dalam air, yang mengarah
pada pembentukan asam karbonat, menyebabkan permukaan lautan pH turun sebesar 0,1 unit,
dan diproyeksikan turun lagi pH 0,3-0,4 unit pada akhir abad ini. Pergeseran zat-zat kimiawi
dalam lautan tidak hanya meningkatkan keasaman, tapi mengurangi ketersediaan ion
karbonat, yang banyak makhluk gunakan untuk membangun kerang dan kerangka dari
kalsium karbonat.
Penurunan ketersediaan ion karbonat memberikan arti bahwa organisme, seperti
plankton, karang dan moluska, berjuang untuk membangun atau memelihara struktur
pelindung atau pendukung mereka.Nilai pH di lautan samudera dunia tidak mempunyai nilai
yang sama dan konsisten. Para peneliti percaya bahwa daerah-daerah dengan pH relatif
rendah, seperti bagian timur samudera Pasifik, bisa menjadi hasil dari upwelling
(pengangkatan massa air laut dalam), lebih dingin, lebih kaya CO2 perairan. Akan tetapi,
tidak ada daerah yang dapat menghindar dari dampak turunnya nilai pH.
Terjadinya pencemaran berupa tumpahan minyak ini menyebabkan siklus karbon
terganggu. Fitoplankton maupun alga yang melakukan fotosintesis akan kehilangan
kemampuan bahkan mati karena masalah ini yang menyebabkan karbon tidak terserap yang
bisa mengakibatkan global warming. pH perairan juga akan berubah karena siklus karbon
terhambat. Dengan terjadinya hal ini mengakibatkan dampak buruk dari sisi manapun.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu pencemaran air laut yang memiliki peotensi bahaya besar yaitu tumpahan
minyak di perairan laut. Tumpahan minyak yang masuk ke laut merusak lingkungan laut dan
sumberdaya hayati secara langsung, mengganggu kegiatan ekonomi masyarakat pesisir
dengan menurunnya jumlah tangkapan ikan dan rusaknya budidaya ikan, rumput laut dan
ekosistem yang ada di daerah yang terkena tumpahan minyak. Umumnya sumber tumpahan
minyak di laut beragam sumbernya, tidak hanya berasal dari kecelakaan kapal tanker saja
namun juga akibat beberapa operasi kapal dan bangunan lepas pantai.
Lautan telah menyerap sampai setengah dari kelebihan CO2 di bumi, yang telah
mengakibatkan perubahan kimia dalam permukaan air laut. CO2 dalam air, yang mengarah
pada pembentukan asam karbonat, menyebabkan permukaan lautan pH turun sebesar 0,1 unit,
dan diproyeksikan turun lagi pH 0,3-0,4 unit pada akhir abad ini. Pergeseran zat-zat kimiawi
dalam lautan tidak hanya meningkatkan keasaman, tapi mengurangi ketersediaan ion
karbonat, yang banyak makhluk gunakan untuk membangun kerang dan kerangka dari
kalsium karbonat.

Anda mungkin juga menyukai